Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN
“MANAJEMEN KAS DAN SEKURITAS”

Dosen Pengampu :

Dr. H. Tona Aurora Lubis, S.E., M.M.

Disusun Oleh :

RESSA HERDIANI RIFIN

NIM C1B020004

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt, atas segala nikmat dan karunia-Nya,
makalah yang berjudul “Manajeman Kas Dan Sekuritas” dapat di selesaikan. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi dan junjungan kita, Muhammad SAW,
keluarganya, dan sahabatnya.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada pihak
pihak yang telah membantu penyusunan makalah dan telah memberi motivasi untuk
pembuatan makalah ini. Penulis telah berupaya menyajikan makalah dengan sebaik-baiknya.

Di samping itu, apabila dalam makalah didapati kekurangan dan kesalahan, baik
dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik
yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya. Semoga
makalah yang sederhana ini dapat menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat.

Jambi, 16 September 2021


Penyusun,

Ressa Herdiani Rifin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1 Pengertian Kas.......................................................................................................................2

2.2 Motif Memegang Kas............................................................................................................3

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kas.................................................................................5

2.4 Model Manajemen Kas..........................................................................................................5

2.5 Anggaran Kas atau Cash budget..........................................................................................10

2.6 Pengertian Sekuritas.............................................................................................................12

2.7 Kriteria Pemilihan Marketable Securities Yang Sesuai.......................................................12

2.8 Jenis-Jenis Surat Berharga.................................................................................................14

BAB III PENUTUP......................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................17

3.2 Saran.....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kas dan surat berharga merupakan komponen yang berada dalam aktiva lancar. Kedua
komponen ini merupakan aktiva yang paling liquidbagi perusahaan. Manager keuangan
perlu mengelola kas dan surat berharga mengingat kedua komponen aktiva memiliki
nilai strategis dalam hal yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Setiap penerimaan
dan pengelolaan kas harus dilakukan secara baik. Artinya jangan sampai perusahaan
kekurangan uang kas untuk melakukan berbagai keperluan pengeluaran perusahaan.

Seorang manager keuangan harus mampu menempatkan dana tersebut dengan


pertimbangan yang tepat. Disamping itu, kas dan surat berharga dibahas bersama-sama
karena surat berharga dapat secara cepat dialihkan menjadi uang tunai hanya dengan
biaya transaksi yang kecil saja, jadi surat berharga bisa dianggap sebagai suatu bentuk
kas pendukung. Istilah kas dalam pengertian yang luas, yaitu termasuk rekening giro di bank,
rekening pasar uang ataupun valuta asing. Karena investasi berupa kas dan surat berharga
merupakan aktiva dengan resiko yang lebih kecil daripada investasi berupa barang atau proyek,
maka hasil pengembalian (return) yang diperoleh lebih kecil daripada hasil rata-rata
tertimbang dari semua aktiva yang ada di perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan manajemen kas dan sekuritas?
2. Apa saja jenis-jenis motif kas dan sekuritas?
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi Kas?
4. Apa saja pembagian dari model Manajemen Kas?
5. Bagaimana cara penyususnan anggaran kas?
6. Bagaiamana kriteria Pemilihan Sekuritas yang baik untuk Perusahaan?
7. Apa saja Jenis-Jenis Surat Berharga?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dari Manajemen Kas dan Sekuritas.
2. Mengetahui jenis jenis motif kas dan sekuritas.
3. Mengetahui faktor yang dapat memepengaruhi kas.
4. Mengetahui pembagian dari Model Manajemen Kas.
5. Mengetahui cara penyususnan anggaran kas.
6. Mengetahui kriteria pemilihan sekuritas yang baik.
7. Mengetahui jenis jenis Surat Berharga.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kas


Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid)
dan paling mudah berpindah tangan dalam suatu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk
pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen
dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. Kas merupakan aktiva yang tidak dapat langsung
menghasilkan laba, dalam arti tidak bisa untuk mendapatkan laba secara langsung dalam operasi
perusahaan. Kas perlu dikelola secara efektif dan efisien supaya pemanfaatan kas dapat optimal.

Djarwanto (1996:37), Mengemukakan bahwa kas adalah uang tunai dan alat pembayaran
lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Ikatan Akuntansi Indonesia,
2007:21 mengemukaan bahwa Kas merupakan mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun
valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk pula dalam kas
ialah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk
penukarannya ke Bank Indonesia. Menurut Munawir, (1983:14), Kas merupakan uang tunai yang
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas ialah cek
yang diterima dari pada pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau
demand deposit yakni simpanan di bank yang dapat diambil kembali “dengan menggunakan cek
atau bilyet”.

Kas dibutuhkan untuk operasional sehari-hari (sebagai modal kerja) maupun untuk
pembelian aktiva tetap memiliki sifat kontinyu dan tidak kontinyu. Kebutuhan kas kontinu atau
yang terus menerus misalnya bagian produksi untuk membeli bahan baku, bahan penolong,
membayar upah tenaga kerja harian dan gaji karyawan tetap, membayar biaya pemeliharaan,
membeli suplies kantor habis pakai atau perlengkapan pabrik dan pengeluaran tunai lainnya.
Tanpa ada kas yang cukup kegiatan produksi akan terganggu dan akibatnya mengganggu bagian
lain yang terkait. Bagian pemasaran membutuhkan kas untuk membayar biaya iklan, promosi,
membayar biaya angkut dsb. Tanpa ada kas yang cukup kegiatan pemasaran terganggu dalam
menjual produk yang dihasilkan. Kebutuhan kas untuk berbagai pembayaran tersebut merupakan
aliran kas keluar (cash outflow) atau termasuk dalam pembelanjaan aktif. Sedangkan kebutuhan
kas yang tidak kontinyu atau tidak rutin untuk pembelian aktiva tetap, pembayaran angsuran
hutang, pembayaran dividen, pembayaran pajak, dsb.

Aliran kas masuk (cash inflow) atau termasuk dalam pembelanjaan pasif merupakan aliran
sumber-sumber dari mana kas diperoleh. Aliran kasmasuk juga ada yang sifatnya terus menerus
(rutin) dan tidak terus menerus (tidak rutin). Aliran kas masuk yang kontinyu (rutin) sebagian
besar berasal dari penjualan produk utama perusahaan yang dijual secara tunai, dan juga dari
penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan penjualan kredit yang dilakukan.
Penerimaan kas yang tidak rutin antara lain penerimaan dari uang sewa gedung, penjualan aktiva
2
yang tidak terpakai, penerimaan modal saham dari para investor, penerimaan hutang atau kredit
dari bank, dan penerimaan bunga.

Dengan adanya aliran kas masuk dan aliran kas keluar yang kontinyu dan tidak kontinyu,
maka sangat penting usaha pengelolaan kas ini. Perimbangan pengeluaran dan penerimaan kas
harus disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan harus menentukan berapa
besarnya kas minimal yang harus ada, dan menentukan berapa kas yang ideal boleh disimpan
sehingga operasi perusahaan tidak terganggu dan kas yang ada tidak menganggur terlalu lama.

2.2 Motif Memegang Kas


Dalam ulasan ekonomi klasik, John Maynard Keynes membagi kebutuhan akan
kebutuhan perusahaan, atau unit ekonomi apapun, ke dalam tiga kategori yaitu :

1. Motif transaksi

Saldo yang dipegang untuk transaksi memungkinkan perusahaan memenuhi kebutuhan kas
yang terjadi dalam kegiatan bisnis. Saldo transaksi akan digunakan untuk memenuhi arus
keluar tak teratur maupun pembelian aktiva tetap dan persediaan yang sudah di rencanakan.
Jumlah relatif kas yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan transaksi dipengaruhi oleh
sejumlah factor seperti industry dimana perusahaan beroperasi. Sudah dikenal luas bahwa
industry utilitas bisa memprakirakan penerimaan kas sanga akurat karena penerimaan
terhadap jasa mereka stabil. Motif transaksi artinya uang kas digunakan untuk melakukan
pembelian dan pembayaran, seperti pembelian barang atau jasa, pembayaran gaji, upah
utang, dan pembayaran lainnya. Kas keluar dan kas masuk tidak selalu tersinkronisasi. Jika kas
keluar > kas masuk, perusahaan bisa menghadapi masalah likuiditas.

2. Motif Berjaga-Jaga (Precautionary Motive)

Motif berjaga-jaga, artinya uang kas digunakan untuk berjaga-jaga sewaktu dibutuhkan
uang kas untuk keperluan yang tidak terduga. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga
dimaksudkan untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan keluar yang tidak kontinyu dan sulit
diperkirakan. Pengeluaran yang mendadak atau tiba-tiba muncul dan harus dibayar akan
menyulitkan perusahaan apabila tidak memiliki cadangan kas yang cukup. Pengeluaran kas
untuk keperluan yang mendadak biasanya tidak diperkirakan sebelumnya, oleh karena itu
perusahaan perlu memiliki kas yang cukup untuk berjaga-jaga. Pada motif berjaga-jaga
perusahaan menetapkan saldo kas minimum yang besarnya tergantung pada indikator dari
penyimpangan aliran kas yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran perusahaan diprediksi
melalui anggaran kas atau cash budget. Jika penerimaan dan pengeluaran dapat diprediksi
dengan tepat, maka kebutuhan kas yang bersifat mendadak bisa ditentukan sekecil mungkin
berarti saldo kas minimum kecil, tetapi jika penerimaan dan pengeluaran tidak dapat diprediksi

3
dengan tepat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang cukup besar. Misalnya pada saat
perusahaan mengalami kerugian tertentu dan harus menutupi kerugian tersebut sesegera
mungkin.

3. Motif Spekulasi(Speculative Motive)

Motif spekulasi artinya uang kas digunakan untuk mengambil keuntungan dari kesempatan
yang mungkin timbul diwaktu yang akan datang. Kebutuhan kas untuk spekulasi dimaksudkan
agar perusahaan dapat memanfaatkan kesempatan apabila ada barang yang dapat dibeli secara
lebih murah. Perusahaan berspekulasi dalam pembelian bahan mentah yang jumlahnya melebihi
kebutuhan, karena menurut prediksi bahan mentah tersebut harganya akan naik secara signifikan
di masa yang akan datang.

Contohnya seperti turunnya harga bahan baku secara tiba-tiba akan menguntungkan
perusahaan dan diperkirakan kemungkinan akan meningkat dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Dalam hal ini perusahaan akan memiliki kesempatan untuk membeli dengan uang kas
yang dimilikinya, dan menjualnya pada saat harga naik.

4. Kebutuhan saldo Kompensasi (Compensating Balance)

Motif saldo kompensasi merupakan salah satu alasan perusahaan untuk mengadakan kas.
Perusahaan memiliki saldo kas tertentu di bank dalam bentuk rekening giro, sebagai
kompensasi atas jasa pelayanan yang diberikan bank kepada perusahaan. Sejumlah dana
berupa saldo minimum yang diputuskan untuk tetap berada di bank dalam rekening giro,
sehingga perusahaan tidak perlu membayar jasa pelayanan tertentu kepada bank. Dengan
adanya saldo ini, bank dapat meminjamkan dana kepada nasabah dengan jangka waktu yang
lebih lama. Bank akan memperoleh penghasilan bunga yang merupakan biaya jasa tidak
langsung yang harus dibayar oleh nasabah tersebut.

Menentukan berapa besarnya kas yang harus disediakan dan kapan waktu yang tepat, agar
pemanfaatan kas tersebut dapat efektif dan efisien. Ditinjau dari waktu kapan terjadinya kas
masuk dan kas keluar, kebutuhan dapat dikelompokkan menjadi kebutuhan kas jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang. Kebutuhan kas keluar jangka pendek biasanya akan
menghasilkan kas masuk dalam jangka pendek. Kebutuhan kas untuk jangka panjang juga akan
menghasilkan kas masuk dalam jangka panjang. Contoh, investasi penambahan mesin,
merupakan kebutuhan kas untuk masa waktu yang lama dan hasil yang diharapkan juga dalam
waktu yang panjang. Kebutuhan kas untuk melaksanakan promosi berupa iklan akan
menghasilkan kenaikan kas masuk dari kenaikan penjualan dalam jangka waktu yang panjang di
masa yang akan dating.

4
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kas
1) Adanya penerimaan dari hasil penjualan barang dan jasa. Artinya perusahaan
melakukan penjualan barang, baik secara tunai maupun secara kredit. Bila
dilakukan secara tunai, maka otomatis langsung berpengaruh terhadap kas. Akan tetapi
jika dilakukan secara angsuran, maka perubahan ini akan terjadi untuk beberapasaat
kedepan. Perubahan tentunya akan menyebabkan uang kas bertambah.

2) Adanya pembelian barang dan jasa, artinya perusahaan memnbeli sejumlah barang,
baik bahan baku, bahan tambahan, atau barang keperluan lainnya, yang tentunya
akan berakibat mengurangi jumlah uang kas.

3) Adanya pembayaran biaya-biaya operasional. Dalam hal ini perusahaan


mengeluarkan sejumlah biaya yang sudah menjadi kewajiban perusahaan untuk
membiayai aktivitas perusahaan, seperti membayar gaji, upah, telepon, listrik,
pajak, biaya pemeliharaan yang tentunya akan mengakibatkan uang kas akan
bertambah

4) Adanya pengeluaran untuk membayar angsuran pinjaman. Artinya jika dalam


memperoleh sumber dana perusahaan melakukan pinjaman ke bank atau ke
lembaga lain, maka perusahaan tentu akan membayar angsuran pinjaman tersebut,
selama beberapa waktu , hal ini tentunya akan mengakibatkan berkurangnya uang kas

5) Adanya pengeluaran untuk investasi. Hal ini dilakukan bila perusahaan hendak melakukan
penambahan kapasitas produksi seperti pembelian mesin-mesin baru, atau
pembangunan gedung atau pabrik baru. Hal ini juga dapat terjadi bila perusahaan hendak
melakukan ekspansi kebidang usaha lainnya.

6) Adanya penerimaan dari pendapatan, artinya perusahaan memperoleh tambahan


kas dari pendapatan, baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan perusahaan
maupun pendapatan yang tidak langsung. Jelas bahwa pendapat ini akan
mempengaruhi jumlah kas.

7) Adanya penerimaan dari pinjaman. Dalam hal ini perusahaan memperoleh sejumlah
uang dari lembaga peminjam, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Pinjaman
ini akan menamabah jumlah uang kas dalam periode tersebut.

2.4 Model Manajemen Kas


Model manajemen kas terbagi menjadi dua macam yaitu pertama model yang dikembangkan
oleh William J. Baumol dan kedua model yang dikembangkan oleh Merton H. Miller dan Daniel
Orr.

5
1. Model Baumol

Model manajemen kas yang dikemukakan oleh William Baumol sering disebut dengan
Model Persediaan. Baumol mengakui ada kesamaan antara manajemen kas dengan
manajemen persediaan, jika ditinjau dari aspek keuangan. Baumol menyatakan bahwa saldo
kas yang ada dalam perusahaan diperlakukan sama dengan persediaan barang. Model
Economic Order Quantity (EOQ) yang digunakan untuk menghitung pesanan barang yang
paling ekonomis. Konsep EOQ ini juga berlaku dalam perhitungan persediaan kas yang paling
ekonomis atau saldo kas yang ditargetkan. Model Baumol ini mengasumsikan bahwa
perusahaan menggunakan kas dengan pola yang konstan baik kebutuhan kas, aliran kas masuk
maupun aliran kas keluarnya. Misalnya rencana penggunaan kas suatu perusahaan selama
seminggu sebesar Rp. 5.000.000. Aliran kas masuk diperkirakan sebesar Rp. 4.000.000 per
minggu, oleh karena itu kebutuhan kas bersih atau kas keluar bersih sebesar Rp. 5.000.000 -
Rp. 4.000.000 = Rp. 1.000.000,-. Keadaan posisi kas tersebut akan terlihat sebagai berikut:

Gambar tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan mulai bekerja (awal waktu)
dengan saldo kas sebesar C = Rp. 3.000.000 (saldo kas maksimum). Jika kas keluar bersih per
minggu sebesar Rp. 1.000.000, maka saldo kasnya akan menjadi nol pada akhir minggu
ketiga. Rata-rata saldo kas yang ada sebesar C / 2 = Rp. 3.000.000 : 2 = Rp. 1.500.000. Pada
awal minggu ketiga, perusahaan harus mengisi kasnya kembali dengan jumlah yang tetap
yaitu sebesar Rp. 3.000.000 demikian seterusnya. Apabila jumlah kas maksimum dinaikkan
menjadi sebesar Rp. 6.000.000 dan kebutuhan kas keluar bersih tetap sebesar Rp. 1.000.000
per minggu, maka jangka waktu pemakaiannya akan lebih lama yaitu selama 6 minggu.
Dengan demikian saldo kas rata-ratanya akan naik menjadi Rp. 6.000.000 : 2 = Rp.
3.000.000,-. Apabila kas tersebut diperoleh dari pinjaman, maka biaya transaksipeminjaman
akan lebih kecil apabila frekuensi peminjamannya lebih kecil atau jumlah saldo kas yang
dimiliki diperbesar. Artinya apabila jumlah uang kas yang dipinjam besar dalam sekali
pinjam, maka frekuensi peminjamannya kecil sehingga biaya administrasinya juga kecil. Di
lain pihak terjadi sebaliknya, dengan saldo kas yang semakin besar maka pendapatan yang

6
diperoleh akan semakin kecil karena banyak kas yang menganggur. Hal ini karena kas yang
menganggur tidak dapat menghasilkan pendapatan, kecuali kas menganggur tersebut
diinvestasikan dalam surat berharga atau deposito bank. Oleh karena itu perlu ditentukan
berapa besarnya jumlah kas yang optimal bagi perusahaan. Baumol memberikan formula
untuk menentukan jumlah kas yang optimal dengan konsep EOQ tersebut di atas, yaitu:

di mana:

C = jumlah kas yang optimal

F = biaya tetap untuk memperoleh pinjaman atau menjual sekuritas

T = jumlah kas untuk transaksi selama periode tertentu

k = biaya kesempatan dari kas yang dimiliki. Biaya kesempatan merupakan penghasilan yang
seharusnya dapat diperoleh dari kas yang menganggur.

Berikut ini diberikan contoh sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas: Suatu
perusahaan mengeluarkan biaya tetap berupa bunga per tahun sebesar Rp. 150.000. Jumlah
kebutuhan kas untuk kegiatan perusahaan per minggu sebesar Rp. 1.000.000, sehingga
setahun = 52 x Rp. 1.000.000 = Rp. 52.000.000,-. Besarnya penghasilan investasi yang
diharapkan sebesar 15% per tahun. Sehingga jumlah kas optimal yang diperlukan perusahaan
adalah:

7
Jadi kas optimal perusahaan tersebut adalah sebesar Rp. 10.198.039,-. Jumlah frekuensi
transaksi yang harus dilakukan sebanyak = Rp. 52.000.000 / Rp. 10.198.039 = 5,09 kali atau
sebanyak 5 kali. Sedangkan rata-rata saldo kas = Rp. 10.198.039 : 2 = Rp. 5.099.019,5 atau
sebesar Rp. 5.099.020,-. Dari contoh tersebut, model Baumol terlalu sederhana, terutama
dengan asumsi mengenai aliran kas masuk dan keluar yang dianggap konstan dan
diperkirakan dengan tepat tanpa mengindahkan adanya situasi musiman atau fluktuasi
ekonomi. Pada model Baumol ada asumsi yang sulit untuk dipenuhi yaitu pemakaian kas
setiap waktunya sama atau konstan, oleh karena itu tidak cocok untuk kondisi ketidakpastian
pemakaian kas. Untuk mengatasi perubahan aliran kas masuk dan kas keluar yang tidak
konstan, dapat dilakukan dengan model Miller dan Orr.

2. Model Miller and Orr

Model Miller dan Orr merupakan model penentuan persediaan apabila aliran kas masuk
dan keluar tidak konstan. Konsep Miller dan Orr menyatakan bahwa perusahaan harus
menetapkan jumlah saldo kas yang paling tinggi sebagai batas atas dan saldo kas terendah
sebagai batas bawah. Apabila saldo kas telah mencapai batas atas, maka perusahaan
hendaknya merubah sebagian kas tersebut ke dalam bentuk surat berharga agar saldo kas
kembali pada jumlah yang ideal. Sebaliknya, apabila jumlah saldo kas telah mencapai batas
minimal (batas bawah), maka perusahaan dapat merubah sekuritas yang ada menjadi kas
sehingga mencapai jumlah saldo kas yang ideal. Apabila saldo kas mengalami penurunan
hingga mencapai nol, maka perusahaan harus segera mengubah sekuritasnya menjadi kas
senilai saldo kas optimal. Apabila saldo kas semakin membesar, maka pada batas atas uang
kas harus diubah menjadi sekuritas. Rumus model Miller dan Orr untuk menentukan jumlah
saldo kas yang optimal sebagai berikut:

di mana:

T = biaya tetap untuk melakukan transaksi

2 = varian dari aliran kas masuk bersih sebagai penyebaran arus kas

i = tingkat bunga harian untuk investasi pada surat berharga (sekuritas)

8
Nilai maksimal sebagai batas atas (diberi notasi h) adalah sebesar 3 z. Sedangkan rata-rata
saldo kas kurang lebih sebesar (z + h) / 3. Jumlah saldo kas sebagai batas minimal besarnya
adalah nol. Untuk lebih jelasnya kita lihat gambar berikut ini :

Gambar 2. Batas-batas Pengawasan Kas Model Miller dan Orr

Contoh Suatu perusahaan mengeluarkan biaya transaksi sebesar Rp. 5.000 setiap kali
transaksi. Deviasi standar () aliran kas masuk sebesar Rp. 100.000. Tingkat bunga per tahun
sebesar 12%. Batas minimal kas yangtersedia sebagai batas bawah sebesar nol rupiah. Satu
tahun dihitung 360 hari. Maka jumlah persed iaan kas yang diinginkan perusahaan adalah:

Jadi jumlah kas yang diinginkan perusahaan sebesar Rp. 482.745,-. Nilai batas atas
adalah 3 z yaitu = 3 (Rp. 482.745) = Rp. 1.448.235,-. Batas atas jumlah kas tersebut
menunjukkan batas maksimal kas yang optimal tersedia di perusahaan. Ketika kas mencapai
batas atas tersebut (Rp. 1.448.235), maka perusahaan harus merubah sebagian kas tersebut
sebesar Rp. 965.490 (dari Rp. 1.448.235 – Rp. 482.745) menjadi surat berharga agar saldo kas
kembali sebesar Rp. 482.475 sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Sedangkan ketika
kas perusahaan sampai batas minimal, dalam hal ini nol rupiah, maka perusahaan harus
menjual surat berharganya sebesar Rp. 482.475 agar saldo kas kembali ke jumlah Rp. 482.475
sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Untuk menentukan besarnya kas yang harus
disediakan dan kapan waktu yang tepat, agar pemanfaatan kas dapat efektif dan efisien perlu
mengetahui anggaran kas atau Cash budget.

9
2.5 Anggaran Kas atau Cash budget
Anggaran kas atau cash budget merupakan skedul yang menyajikan perkiraan aliran kas
masuk dan kas keluar suatu perusahaan selama periode tertentu pada waktu yang akan datang.
Anggaran kas, sebagai proyeksi posisi kas yang berupa penerimaan dan pengeluaran kas pada
saat tertentu di masa yang akan datang. Periode penyusunan anggaran kas ini dapat disusun
untuk waktu tahunan, triwulanan, bulanan, mingguan atau bahkan harian. Perusahaan pada
umumnya menggunakan anggaran kas bulanan yang disusun untuk jangka waktu 3 bulan, 6
bulan sampai 12 bulan. Anggaran kas untuk jangka waktu yang lebih panjang digunakan untuk
perencanaan yang bersifat umum dan menyeluruh, sedangkan anggaran dalam jangka waktu
yang lebih pendek biasanya untuk pengendalian kas yang lebih riil dan spesifik.

Anggaran kas sangat penting untuk menjaga likuiditas dan kelangsungan usaha, sebab
dengan menyusun anggaran kas dapat diprediksi waktu atau kapan perusahaan mengalami defisit
dan kapan mengalami surplus kas. Pada periode yang mengalami defisit kas, bisa segera
disiapkan sumber dana menutupnya. Defisit dapat ditutup dari pinjaman pihak bank atau dengan
mencari modal sendiri. Apabila mengalami surplus kas bisa direncanakan untuk investasi pada
instrumen investasi yang sesuai likuiditasnya atau merencanakan pemanfaatan kas untuk
kegiatan yang lebih menguntungkan. Hal ini dilakukan agar jangan sampai terjadi kelebihan kas
terlalu besar, sehingga ada sejumlah kas yang menganggur yang tidak mendatangkan pendapatan
serta tidak efisien. Keberadaan kas sebagai bagian dari aktiva lancar akan berpengaruh terhadap
likuiditas perusahaan.

Fokus anggaran kas meliputi dua bagian yaitu: 1. penerimaan kas yang direncanakan dan 2.
pengeluaran kas yang direncanakan. Merencanakan aliran uang kas masuk dan kas keluar
memberikan saldo posisi awal dan saldo akhir kas yang direncanakan untuk jangka waktu
tertentu.

1) Penerimaan kas yang direncanakan atau estimasi penerimaan kas yaitu proyeksi
penerimaan pada waktu tertentu baik yang berasal dari penerimaan penjualan tunai,
penerimaan piutang, penerimaan bunga, hasil penjualan aktiva tetap maupun penerimaan
lainnya.

2) Pengeluaran kas yang direncanakan atau estimasi pengeluaran kas yaitu proyeksi
pengeluaran yang dilakukan perusahaan, seperti pembelian bahan baku, pembayaran
upah dan gaji, pengeluaran tunai biaya pemasaran, biaya administrasi, pembayaran
hutang, pembayaran pajak dan pembayaran lainnya yang bersifat tunai.

Setelah mengadakan estimasi pada masing-masing periode, langkah selanjutnya


membandingkan hasil estimasi penerimaan dengan estimasi pengeluaran kas. Perencanaan aliran
uang kas masuk dan keluar akan menunjukkan:

10
1) Kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi, atau

2) Kebutuhan terhadap perencanaan investasi atas kelebihan uang pada penggunaan yang
mendatangkan keuntungan.

Anggaran kas secara langsung berhubungan dengan rencana lainnya, seperti anggaran
penjualan, anggaran piutang, anggaran biaya-biaya, dan anggaran pengeluaran modal, namun
anggaran tersebut tidak secara otomatis langsung berpengaruh terhadap anggaran kas. Anggaran
kas menekankan arus kas masuk dan keluar pada saat tertentu, oleh karena itu, tujuan anggaran
kas yaitu:

1) Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode dari kegiatan operasi perusahaan
baik periode bulanan ataupun tahunan.

2) Mengetahui adanya kelebihan atau kekurangan kas yang terjadi pada periode tertentu.

3) Merencanakan besarnya kas untuk menutup kekurangan (defisit) yang terjadi.

4) Menentukan besarnya kas untuk pembayaran-pembayaran dan kelebihan kas yang dapat
digunakan untuk melakukan investasi.

5) Mengetahui waktu kapan suatu pinjaman atau kewajiban lainnya harus dibayar.

 Penyusunan Anggaran Kas

Penyusunan anggaran kas memberikan gambaran tentang sumber penerimaan kas, pos-pos
pengeluaran kas, saat terjadinya kelebihan atau kekurangan kas, dan saat pembayaran pinjaman
dan bunga pinjaman. Penyusunan anggaran kas ini dilakukan melalui beberapa tahap:

1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran dari operasi perusahaan (transaksi


operasi). Rencana penerimaan berasal dari penjualan tunai, penerimaan piutang,
pendapatan bunga, pendapatan sewa, dan pendapatan lain yang diperoleh perusahaan.
Sedangkan estimasi pengeluaran meliputi pembelian tunai, pembayaran hutang,
pembayaran gaji, pembayaran bunga dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Dengan
estimasi penerimaan dan pengeluaran ini dapat diketahui pula adanya defisit atau surplus
yang terjadi.

2. Menyusun estimasi atau rencana transaksi finansial, yaitu transaksi yang berhubungan
dengan estimasi kebutuhan dana yang diperoleh daripinjaman untuk menutup defisit yang
terjadi beserta estimasi pembayaran pinjaman tersebut beserta bunganya.

3. Menyusun anggaran kas final, yaitu meliputi transaksi operasi dan transaksi fmansial. Di
sini terlihat anggaran kas secara keseluruhan dari estimasi penerimaan dan pengeluaran
kas.

11
2.6 Pengertian Sekuritas
Sekuritas (marketable security) merupakan surat-surat berharga yang segera dapat
dijual untuk memperoleh uang kas. Marketable securities merupakan surat-surat berharga
yang dapat diuangkan dengan mudah dan diperjualbelikan di pasar uang (bursa modal
jangka pendek). Surat berharga adalah surat yang dijual dengan cepat tanpa mengalami
suatu kerugian.

Ada dua alasan perusahaan untuk melakukan investasi dalam surat berharga,
yaitu :

 Pertama, sebagai pengganti kas, dalam hal ini perusahaan mempertahankan suatu
portofolio surat berharga untuk mengurangi saldo kas yang terlalu besar untuk
sementara dan akan menjualnya kembali jika arus kas keluar melebihi arus kas masuk.

 Kedua, sebagai investasi sementara, biasanya dilakukan untuk membelanjai kegiatan


perusahaan yang bersifat musiman atau untuk membelanjai kebutuhan yang telah
direncanakan pada waktu yang akan mendatang.

Motif penanaman modal dalam marketable securities ada tiga yaitu:

1) Motif transaksi (transaction motive) yaitu pembelian marketable securities yang akan
dijual kembali untuk menutup pembayaran yang sudah diketahui sebelumnya.
Sebelum saat pembayaran kewajiban perusahaan dapat menginvestasikan uang kas
tersebut dalam marketable securities yang jatuh temponya sebelum pembayaran berbagai
kewajiban.

2) Motif berjaga-jaga (precautionary motive) yaitu penanaman modal dalam marketable


securities untuk mendapatkan sejumlah aktiva lancar yang dapat diuangkan dengan
segera, untuk memenuhi berbagai pengeluaran yang tidak diperkirakan sebelumnya.

3) Motif spekulasi (speculatif motive) yaitu investasi dalam marketable securities karena tidak
adanya investasi lain dari uang kas yang sementara waktu belum digunakan. Keadaan
tersebut bukan suatu hal yang biasa terjadi. Investasi dalam marketable securities baru
akan diuangkan jika perusahaan sudah menemukan investasi yang lebih tepat dari
dana tersebut.

2.7 Kriteria Pemilihan Marketable Securities Yang Sesuai


1. Resiko keuangan.

Resiko keuangan merujuk pada ketidakpastiaan pengembalian yang diharapak dari


suatu sekuritas akibat kemungkinan perubahan dalam kapasitas keuangan penerbit

12
sekuritas untuk membayar di masa mendatang. Bila peluang kegagalan pada instrument itu
tinggi (rendah), maka resiko keuangan itu disebut tinggi (rendah)Dalam praktek maupun
riset keuangan, ketika estimasi pengembalian bebas diinginkan, hasil yang tersedia pada
sekuritas Treasury dilihat dan digunakan sebagai pembanding terhadap keamanan instrument
keuangan lainnya

2. Resiko suku bunga

Resiko suku bunga menunjuk pada ketidakpastian pengembalian yang diharapkan dari
instrumen keuangan akibat perubahan dalam suku bunga. Yang mendapat perhatian
khusus bendaharawan korporat adalah volatilitas harga yang terkait dengan instrument yang
jatuh temponya panjang dan bukan yang pendek.

3. Lukuiditas.

Dalam konteks pengelolaan portofolio sekuritas yang dapat diperdagangkan saat ini,
likuiditas menunjuk pada kemampuan mengubah sekuritas menjadi kas. Kalau terjadi
peristiwa yang tidak diramalkan sehingga sejumlah kas yang cukup besar tersedia
segera, maka bagian besar portofolio mungkin harus dijual. Manajer keuangan ingin
menguangkan dengan cepat dan tidak mau menerima konsesi harga untuk
mengkonversikan sekuritas. Maka, dalan formulasi preferensi untuk mengikutkan instrument
tertentu dalam portofolio, manajer harus mempertimbangan :

 periode untuk menjual sekuritas , dan

 kemungkinan sekuritas dijual pada atau dekat harga pasar yang berlaku

4. Perpajakan

Perlakuan pajak atas pendapatan dari investasi sekuritas tidak mempengaruhi campuran
akhir dari portofolio sekuritas yang dapat diperdagangkan. Ini karena pendapatan
bunga dari kebanyakan instrumentyang cocok dimasukkan dalam portofolio kena potongan
pajak tingkat federal. Sejumlah bendaharawan korporat masih harus mengevaluasi secara
serius perpajakan atas pendaptan bunga dan capital gain.Pendapatan bunga hanya dari satu
kelas sekuritasyang bebasdari pajak pendapatan federal. Yakni municipal obligationatau
lebih sederhananyadisebut municipals. Karena sifat bebas pajak pendapatan bunga sekuritas
pemerintah daerah atau negara bagian ini, municipalsdijualpada hasil yang lebih rendah di
pasar ketimbang sekuritas yang membayar bunga kena pajak yang lebih tinggi. Hasil setelah
pajak dari obligasi municipal bisa lebih tinggi dari hasil sekuritas yang tidak bebas pajak.
Ini tergantung pada situasi pajak perusahaan.Risiko inflasipada prinsipnya hampir sama
dengan risikotingkat bunga. Kita tahu bahwa antara tingkat bunga dan inflasi memiliki
hubungan yang erat. Tingkat suku bunga yang tinggi mengakibatkan tingkat inflasi yang

13
tinggi. Inflasi merupakan kecenderungan naiknya harga barang-barang. Tingginya inflasi
akan menurunkan daya beli masyarakat.

5. Risiko Inflasi.

Ini mengakibatkan pada risiko penurunan daya beli. Pihak yang lebih merasakan
dampak dari risiko inflasi ini adalah mereka yang memiliki surat berharga dengan
pendapatan tetap seperti obligasi bila dibandingkan dengan surat berharga yang
memiliki penghasilan meningkat (seperti saham). Oleh karena itu, saham biasa yang diperjual
belikan di bursa efek memiliki stabilitas yang lebih aman dibandingkan obligasi yang
memberikan pendapatan tetap. Pada situasi inflasi yang cenderung meningkat, perusahaan
akan lebih untung bila melakukan investasi pada saham.

2.8 Jenis-Jenis Surat Berharga


Berikut ini contoh jenis-jenis surat berharga yang diperjualbelikan dipasar uang antara lain :

1) Treasury Bills (T-Bills). T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh
pemerintah atau Bank Sentral atas unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan
kepada pemegang pada tanggal yang telah ditetapkan. Instrumen ini berjangka waktu jatuh
tempo satu tahun atau kurang Instrumen yg sangat aman karena diterbitkan oleh
pemerintah atau biasanya oleh Bank Sentral. Oleh karena itu instrumen ini sangat
mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaan-perusahaan, terutama oleh lembaga-
lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan likuiditas sekuner yg memberikan
hasil.

2) Commercial Paper. Commercial Paper (CP) pada dasarnya merupakan pinjaman yang tidak
disertai dengan jaminan (unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit
berjanji akan membayar sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP
adalah perusahaan yang mempunyai kredibilitas tinggi. Jangka waktu jatuh tempo CP
ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari. Penjualan CP dilakukan
umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya menggunakan bunga
sebagaimana halnya dengan kredit.

3) Sertifikat Deposito atau negotiable. Certificate of deposit (CD) Deposito berjangka yang
bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Jadi mempunyai ciri pokok dapat
dipindahtangankan atau diperjualbelikan sebelum jangka waktu jatuh temponya.Di
Indonesia, CD diterbitkan oleh bank-bank umum atas dasar diskonto, Perhitungan
diskonto CD tersebut sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

14
4) Banker’s Acceptance (BA). BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh
seorang eksportir atau importir atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau
untuk membeli valuta asing. Apabila bank menyetujuiwesel tersebut, bank akan
menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel tersebut dan memprosesnya.Dengan
demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau jaminan
tak bersyarat untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh
tempo.Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor
dalam pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar
(default).Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun
umumnya 90 hari.Aksep ini merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas
tinggi.Akseptasi bank sangat aktif diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan,
perusahaan industri, dealer surat-surat berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi
dan sangat mudah diuangkan. Aksep digunakan dalam perdagangan ekspor impor
karena banyak eksportir yang tidak pasti dan tidak yakin betul terhadap credit
standing importir yang dikirimi barang.Eksportir sangat tergantung pada
pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing.

5) Bill of Exchange. Bill of Exchange atau wesel adalah suatu perintah tertulis tak bersyarat
yang ditujukan oleh seseorang kepada pihak lainnya untuk membayar sejumlah uang
pada saat diperlihatkan atau pada tanggal tertentu kepada penarik atau order atau
pembawa. Karena sifatnya yang likuid, artinya penjual boleh melakukan pembayaran
lebih awal sebelum wesel tersebut jatuh tempo dengan cara mendiskontokannya
kepada bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya sebagai investasi
jangka pendek, maka instrumen ini sangat umum digunakan dalam perdagangan.

6) Repurchase Agreement (Repo). Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga
disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga
yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan lebih
dahulu.Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi
Repo adalah surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto,
misalnya SBI, SBPU, CD, CP dan T-bills.

7) Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu
pendek. SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka,terutama untuk
tujuan kontraksi moneter.SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang,
pada dasarnya penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika
Serikat. Melalui penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate
(SOR).

15
8) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). SBPU adalah surat-surat berharga berjangka pendek
yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau lembaga
diskonto yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. SBPU sama halnya dengan SBI merupakan
instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka ekspansi moneter oleh BI dengan
menetapkan tingkat diskonto SPBU.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kas ialah komponen aktiva lancar paling likuid, sedangkan surat-surat berharga jangka
pendek atau marketable securities merupakan urutan berikutnya. kas juga merupakan gambaran
atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana
keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi
kas atau menunjukkan aliran kas pada periode tersebut. Pada umumnya kelebihan saldo kas yang
ditentukan dipergunakan untuk investasi yang sangat singkat dan mempunyai kepastian yang
cukup tinggi. Budget kas sangat berguna dalam merencanakan dan mengambil keputusan yang
berhubungan dengan kebutuhan kas, namun besarnya kebutuhan juga tergantung pada jumlah
pengeluaran kas yang sudah dapat diketahui maupun yang tidak diduga sebelumnya. Adapun
manajemen kas yang efisien didasarkan atas tiga strategi utama yaitu:

a) membayar utang dagang pada akhir tanggal jatuh tempo,

b) mengumpulkan piutang secepat mungkin namun jangan sampai menyebabkan


menurunnya volume penjualan, dan

c) mengelola persediaan secara efisien atau meningkatkan inventory turnover.

3.2 Saran
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan
adanya makalah ini diharapkan kepada para pembaca dapat mengetahui, memahami dan
menambah wawasan tentang manajemen kas dan sekuritas dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dosenppenpdidia.np.oo.id/penpeeti.np-a.s/

https://pdfooffee.oo///.a.la.h-/.np.ee/enp-a.s-d.np-seartia.s-2-pdf-ftee.ha/la

https://www..o.de/i..edr/tesortoe/wota/34932229

18

Anda mungkin juga menyukai