Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN LEMBAGA DAKWAH


“MANAJEMEN KAS, PIUTANG DAN PERSEDIAAN”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas terstruktur

Disusun oleh :
Kelompok 5
Nuno Arizky Wahyudi 1194030101
Sofi Alfi Sahriatun 1194030132
Rinrin 1194030116
Zaimatul Hilaliah 1194030144

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur


kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ MANAJEMEN KAS, PIUTANG
DAN PERSEDIAAAN “
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah berhasil memimpin, membimbing serta menuntun umatnya dari
zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan makalah ini
tepat waktu. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kasalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan khususnya
bagi pembaca. Amiin.

Bandung, 17 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………….1
C. Tujuan……………………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….……2
A. Manajemen Kas……………………………………………….....…………….…...2
B. Manajemen Piutang…………………………………………………………...……4
C. Manajemen Persediaan ……………………………………………………………..9
BAB III PENUTUP………………………………………………..……………………...13
Kesimpulan……………………………………………………..…………………13
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..……………………14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahan atau badan usaha umumnya mendirikan suatu perusahaan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Mendapatkan laba yang maksimum adalah suatu tujuan
perusahaan untuk mengetahui perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Dalam mencapai
laba yang diharapkan perusahaan perlu melakukan transaksi barang. Transaksi barang atau jasa
merupakan sumber pendapatan perusahaan. Sehingga diperlukan adanya laporan keuangan
karena laporan keuangan adalah laporan yang berfungsi sebagai alat komunikasi antara data
keuangan atau aktivitas perusahaan yang menggambarkan hasil dari proses laporan akuntansi.
Adapun yang terdapat di dalam laporan keuangan antara lain, neraca, laporan laba rugi
dan laporan perubahan posisi keuangan. Dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan
bisa memprediksi bagaimana keadaan di masa mendatang, karena laporan keuangan juga
bermanfaat dalam mengambil suatu keputusan.
Di samping itu manajemen kas (cash management) merupakan suatu proses
perencanaan, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber daya berupa aset perusahaan yang
dikelola oleh manajer keuangan secara efektif dan efisien berguna untuk mendukung
kesuksesan aktivitas operasional perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu manajemen kas dan penjelasannya ?
2. Apa itu Manajemen Piutang dan penjelasannya ?
3. Apa itu Manejemen Persediaan dan penjelasannya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui secara mendalam tentang manajemen kas
2. Untuk mengetahui secara mendalam tentang manajemen piutang
3. Untuk mengetahui secara mendalam tentang manajemen persediaan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Kas
1. Pengertian Manajemen Kas
Sebelum memahami lebih dalam mengenai manajemen kas lebih jauh, terlebih dahulu
kita perlu memahami pengertian dari manajemen kas itu sendiri. Manajen kas terdiri dari
dua suku kata yaitu: manajemen dan kas. Manajemen adalah sebuah proses perencanaan.1
Sedangkan kas didefinisan sebagai aktiva/asset peruahaan yang paling rentan terjadingya
penyelewengan, penipuan dan pencurian.2 Dari kedua definisi tersebut didapat pengertian
manajemen kas adalah sebuah proses perencanaan asset perusahaan.
Kas merupakan sebuah alat pertukaran/pembayaran. Ada dua syarat yang harus
dipenuhi oleh kas, yaitu:
a. Siap digunakan untuk melakukan pembayaran
b. Terbebas dari ikatan apapun yang membatasi penggunaannya untuk melunasi
kewajiban.3
2. Tujuan Manajemen Kas
a. Likuiditas, manajemen harus secara sadar menjaga liquidtas yang harus ada dalam
perusahaan.
b. Earning, , dalam pengeluaran perusahaan harus diarahkan untuk mendapatkan
kemungkinan hasil yang besar dalam membandingkan kas yang dikeluarkan.
3. Manfaat Pokok Jumlah Kas yang Memadai
1. Dapat memanfaatkan potongan harga dalam pembelian barang.
2. Dalam
4. Kriteria kas
1. Terssedia ; berarti kas harus ada dan dimiliki serta dapat digunakan sehari-hari sebagai
alat pembayaran untuk kepentingan perusahaan.
2. Bebas ; setiap item dapat di klasifikasikan sebagai kas, jika diterima umum oleh alat
pembayaran sebesar nilai nominalnya.
Kas Meliputi : uang tunai ( kertas / logam ) baik yang ada ditangan perusahaan ( cash
in hand ) atau ada di bank, cek, dan lain sebaginya.
Sifat Kas :
1. Aktif tapi tidak produktif
Untuk memperoleh intabilitas , kas tidak boleh dibiarkan menganggur. Untuk
memperoleh pendapatan, kas harus diubah terlebih dahulu menjadi persediaan dalam

1
Sulastri, Lilis, Manajemen (Bandung, La Goods Publishing, 2012) hlm. 10
2
Martani, Dwi, Akutansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Jakarta, Salemba Empat, 2012) hlm. 13
3
Sugri, Slamet, Akutansi Pengantar 2 (Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan, 2006) hlm. 4

2
piutang tersebut. Akan tetapi tidak diperkenankan seluruh kas diubah bentuknya , oleh
karena itu perusahaan akan kesulitan beroprasi apabila tidak disediakan kas yang
memadai. Maka dari itu, manajemen harus mampu menciptakan keseimbangan antara
kedua kepentingan tersebut.
2. Tidak memiliki identitas kepemilikan
Supaya mudah dipindh tangankan dengan kondisi ini maka manajemen harus yakin
bahw :
a. Setiap pengeluaran kas harus sesuai dengan tujuan.
b. Semua uang yang harus diterima benar benar diterima
c. Tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan

B. Manajemen Piutang
1. Pengertian Piutang
Piutang usaha adalah tagihan di masa depan terhadap pihak lain sebagai akibat dari
transaksi masa lalu. Pada prinsipnya, semua perusahaan komersial dan industri
menginginkan penjualan tunai, tetapi penjualan kredit dilakukan, karena alasan seperti daya
beli penduduk yang terbatas. Penjualan kredit dapat meningkatkan penjualan, tetapi
berisiko tertundanya penerimaan uang tunai dan memerlukan investasi yang lebih besar.
Selain itu, kerusakan yang disebabkan oleh default atau tidak dapat dipulihkan juga dapat
terjadi. Semakin lama suatu piutang menunggak, semakin besar kebutuhan untuk investasi.
Piutang adalah salah satu unsur dari aktiva lancer neraca perusahaan yang timbul dari
penjualan barang atau jasa atau dari pemberian kredit kepada debitur, yang pembayarannya
biasanya memakan waktu tiga puluh hari sampai sembilan puluh hari. Menurut Setiawan
piutang adalah segala bentuk tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain yang
pelunasannya dapat dilakukan dalam bentuk uang, barang maupun jasa.4
Piutang adalah klaim uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau pihak-pihak
lainnya, untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan sebagai lancar (jangka
pendek) atau tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivables) diharapkan
akan tertagih dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi berjalan, dimana yang
lebih panjang, semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar
(noncurrent receivables), piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca baik
sebagai piutang dagang atau piutang nondagang.5
2. Fungsi dan Tujuan Piutang
Mengingat piutang perusahaan sebagai aktiva lancar di neraca perusahaan, maka
piutang itu sendiri nantinya dapat digunakan sebagai modal pinjaman. Selain itu, adanya
piutang juga membantu kelancaran usaha karena piutang pada umumnya dapat digunakan

4
Iwan Setiawan, Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate accounting), (Bandung: RefikaAditama, Jilid: 1,
2010) h.19
5
Wibowo, Penganatar Akuntansi I, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002) h. 151

3
untuk menunjang kegiatan usaha. Adanya piutang juga secara tidak langsung memberikan
kontribusi bagi perkembangan perusahaan.
Jika piutang tersebut dimanfaatkan secara menguntungkan oleh perusahaan, maka
perusahaan nantinya akan menerima bunga yang disepakati. Namun, adanya piutang juga
dapat mengakibatkan kerugian jika manajemen tidak dapat mengendalikan aset perusahaan
yang merupakan piutang dari pihak lain. Oleh karena itu, pentingnya pertimbangan yang
matang dan harus berhati-hati saat hendak memberikan piutang.
Tentunya kegiatan perkreditan perusahaan tidak dilakukan oleh perusahaan dengan sia-
sia. Dengan kata lain, ada tujuan tertentu yang mendasari mengapa perusahaan bersedia
memberikan piutang tersebut. Seperti yang telah disebutkan, piutang itu sendiri tidak serta
merta berdampak negatif bagi perkembangan perusahaan. Beberapa tujuan adanya piutang
yaitu:
 Membantu dalam meningkatkan jumlah penjualan atas produk perusahaan.
 Kondisi ini nantinya akan memberikan dampak positif atas peningkatan keuntungan
perusahaan.
 Terciptanya hubungan yang jauh lebih erat antara perusahaan dengan semua
pembeli karena kemudahan yang ditawarkan perusahaan atas barang yang
diproduksinya.
 Dengan adanya piutang, maka perusahaan kecil yang menjadi client perusahaan
tersebut akan mudah untuk berkembang.
 Membantu dalam bersaing dengan para kompetitor untuk mempertahankan
eksistensi perusahaan.

3. Jenis-jenis Piutang
Warren Reeve dan Fess mengklasifikasikan piutang ke dalam tiga kategori, yaitu
sebagai berikut:
1) Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha timbul dari penjualan kredit untuk menjual lebih banyak produk atau
jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum yang menimbulkan piutang adalah
penjualan barang dan jasa secara kredit. Piutang ini dicatat dengan mendebet rekening
pelanggan. Piutang jenis ini biasanya diharapkan dapat ditagih dalam waktu yang relatif
singkat, seperti tiga puluh atau enam puluh hari. Piutang usaha diklasifikasikan sebagai
aktiva lancar di neraca.
2) Wesel Tagih (Notes Receivable)
Wesel tagih adalah jumlah yang harus dibayarkan kepada pelanggan ketika
perusahaan mengeluarkan surat utang formal. Wesel diharapkan dapat ditagih dalam
waktu satu tahun. Mereka biasanya diklasifikasikan sebagai aktiva lancar di neraca.
Wesel umumnya digunakan untuk jangka waktu kredit lebih dari enam puluh hari.

4
3) Piutang lain-lain
Piutang lain-lain umumnya disajikan secara terpisah di neraca. Jika piutang ini
diharapkan dapat tertagih dalam waktu satu tahun, maka piutang tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihan berlangsung lebih dari satu tahun,
piutang diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancer dan dilaporkan dalam judul
investasi. Piutang lain-lain termasuk piutang bunga yang masih harus dibayar, piutang
pajak yang masih harus dibayar dan piutang dari pejabat atau karyawan.
4. Pengendalian Piutang
Piutang memerlukan pengendalian internal yang sama seperti aktiva perusahaan lain.
Semua fungsi akuntansi harus dibuat agar pekerjaan satu karyawan dapat digunakan
sebagai bukti terhadap pekerjaan karyawan lain. Manajemen piutang yang tepat juga
mencakup otorisasi penjualan kredit, retur dan diskon penjualan, dan memperoleh
potongan penjualan.
Pengendalian yang layak terhadap piutang dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
 Penyelenggaraan catatan piutang dalam kondisi yang memuaskan untuk memenuhi
kepedulian kepala bagian keuangan.
 Penerapan dan penyelenggaraan pengaamanan pengendalian internal yang
diperlukan.
 Penyiapan laporan yang diperlukan untuk pinpinan kredit mengenai kondisi piutang
dan hal-hal yang berhubungan.
 Penilaian piutang secara wajar dalam neraca, termasuk pembentkan pengisihan
cadangan yang diperlukan.

Sebelum pemberian piutang dilakukan perlu diperhatikan hal-hal, yaitu:


1) Kebijakan kredit, kebijakan ini meliputi penetapan batas kredit, jaminan yang
diperlukan, car pembayaran, penetapan diskon dan lain-lain. Penetapan kebijakan
ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan resiko yang terjadi atas kredit.
2) Penyelidikan kredit, sebelum kredit disetujui, penyelidikan kredit perlu dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai debitur, formula yang biasa dipakai maslah
ini meliputi, informasi dari pihak lain, masal bank dan lembaga-lembaga lainya
yang merupakan relasi debitur. Dalam hal ini diperlukan pengendalian internal
karena piutang sebagai salah satu bentuk investasi, haruslah control dengan baik.
Pengendalian internal dimaksudkan untuk meminimalkan adanya kecurangan yang
terjadi.
Untuk dapat pengendalian internal yang baik atas piutang harus dapat memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
 Fungsi yang dilakukan oleh pegawai yang menangani transaksi penjualan harus
dipisahkan dari fungsi pembukuan

5
 Fungsi penerimaan hasil pengihan piutang harus dipisahkan dari fungsi pembukuan
piutang
 Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan dan penghapusan piutang,
harus mendapatkan persetujuan dari pejabat yang berwenang.
 Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (Accounts Receivable
Subsidiary Ledger)
 Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (Aging Schedule).
C. Manajemen Persediaan
1.Pengertian Manajemen Persediaan
Menurut T. Hani Handoko manajemen adalah proses perencanaan , pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya yang ada didalam organisasi dengan tujuan tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.6
Adapun pengertian dari persediaan adalah sebagai berikut:
1) Menurut Prawirosentono, Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam
perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material,
bahan setengah jadi / work in process dan barang jadi / finish
2) Menurut Gitosudarmo, Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja,
merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan.
3) Soemarsono mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang-barang yang
dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan
perusahaan.
4) Menurut Riyanto, Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari
modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara
terus-menerus mengalami perubahan
Manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan komposisi
persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam melindungi kelancaran
produksi dan penjualan serta kenutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan
efektif dan efisien. Termasuk di dalamnya adalah pengaturan dan pengawasan atas
pengadaan bahan-bahan (barangbarang) kebutuhan sesuai dengan jumlah dan waktu yang
diperlukan dengan biaya minimum.7
Pada suatu perusahaan persediaan merupakan sebuah unsur penting yang memang
sudah menjadi kegiatan perusahaan, dengan adanya persediaan maka dapat mempermudah
dan memperlancar jalannya suatu kegiatan serta norma-norma yang dilakukan secara rutin
untuk memproduksi barang yang memang diperuntukan bagi konsumen.

6
T. Hani Handoko, 1984, Manajemen edisi II, Yogyakarta, BPFE, hal. 8
7
Kasmir, 2010, Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal. 265

6
2.Alasan Diadakannya Persediaan
Pada prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses produksi akan
menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses produksi dalam
perusahaan tersebut. Beberapa prinsipnya semua perusahaan melaksanakan proses
produksi akan menyelenggarakan persediaan bahan baku untuk kelangsungan proses
produksi dalam perusahaan tersebut. Dan adapun yang telah dikemukakan oleh Kasmir
bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan suatu perusahaan harus menyelenggarakan
persediaan bahan baku adalah:
a) Perusahaan dapat memenuhi kebutuhan untuk bahan proses produksi secara tepat
karena tersedianya bahan baku yang dibutuhkan.
b) Digunakan untuk berjaga-jaga terhadap kenaikan harga bahan baku yang dapat
mempengaruhi harga jual.
c) Guna mengantisipasi terhadap kekurangan atau kelangkaan bahan baku.
d) Tersedianya bahan baku dapat memenuhi pesanan secara tepat.
e) Mampu mengatur alokasi dana untuk berbagai kebutuhan lainnya
3. Fungsi-fungsi Persediaan
Fungsi-fungsi persediaan penting artinya dalam upaya meningkatkan operasi
perusahaan, baik yang berupa operasi internal maupun operasi eksternal sehingga
perusahaan seolah-olah dalam posisi bebas.
Dalam kajian fungsi persediaan Ec. Sujadi berpendapat bahwa fungsi persediaan pada
dasarnya terdiri dari tiga fungsi yaitu:
a. Fungsi Decoupling
Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi
kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier barang.
Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan caracara sebagai berikut:
1) Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak
sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan
pengiriman.
2) Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat dapat
lebih leluasa dalam berbuat.
3) Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan
dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam
jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit
produk. Pertimbangan yang dilakukan dalam persediaan ini adalah
penghematan yang dapat terjadi pembelian dalam jumlah banyak yang dapat

7
memberikan potongan harga, serta biaya pengangkutan yang lebih murah
dibandingkan dengan biayabiaya yang akan terjadi, karena banyaknya
persediaan yang dipunyai.
b. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastian dalam jangka waktu
pengiriman barang dari perusahaan lain, sehingga memerlukan persediaan
pengamanan (safety stock), atau perusahaan mengalami fluktuasi permintaan
yang dapat diperkirakan sebelumnya yang didasarkan pengalaman masa lalu
akibat pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya
mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).8
4.Jenis jenis persediaan
a. Batch Stock atau Lot Size Inventory Batch Stock atau Lot Size Inventory
adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-
bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah
yang dibutuhkan dalam saat itu.
b. Fluctuation Stock Fluctuation Stock adalah persediaan yang digunakan
untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat
memenuhi permintaan konsumen.
c. Anticipation Stock Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan
untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan
pola musiman yang tedapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
pengguanaan atau penjualan, permintaan meningkat. Disamping itu
Anticipation Stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan
sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu produksi atau
menghindari kemacetan produksi.9
5. Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting bagi
perusahaan, karena persediaan fisik pada perusahaan akan melibatkan investasi yang sangat
besar pada pos aktiva lancar. Pelaksanaan fungsi ini akan berhubungan dengan seluruh
bagian yang bertujuan agar usaha penjualan dapat intensif serta produk dan penggunaan
sumber daya dapat maksimal.10
Dalam perencanaan persediaan, perlu diperhatikan cara, jumlah, agar tidak terjadi
pemborosan dan waktu pemesanan. Sedangkan khusus pengendalian persediaan perlu
ditentukan besar persediaan penyelamat (Safety Stock), yaitu jumlah minimum, dan besar
persediaan pada waktu pemesanan kembali dilakukan. Adapun yang perlu diperhitungkan
adalah:

8
Ec.Sujadi Prawirosentono, 1997, Manajemen produksi dan operasi, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 68
9
Ec.Sujadi Prawirosentono, 1997, Manajemen produksi dan operasi, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 69
10
Napa J. Awat, 1999, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, hal.
477

8
1) Cara-cara pemesanan
Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan persediaan, dilakukan kegiatan
pemesanan. Pemesanan bahan yang dibutuhkan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu:
a) Order Point Sistem
Order Point Sistem adalah suatu sistem atau cara pemesanan yang
dilakukan ketika persediaan yang ada telah mencapai suatu titik atau
tingkat tertentu. Jadi, dengan sistem ini, ditentukan jumlah persediaan
pada tingkat tertentu yang merupakan batas waktu dilakukan
pemesananya yang disebut “Reorder Point”.
Apabila bahan-bahan yang tersedia terus digunakan, maka jumlah
persediaan akan makian menurun hingga suatu saat akan mencapai titik
batas untuk kembali melakukan pemesanan.
Dalam sistem ini, pemesanan dilakukan dalam jumlah tetap yang
disebut dengan Fixed Order Quantity System. Karena pemesanan hanya
dilakukan ketika persediaan mencapai titik atau tingkat tertentu, maka
jarak (interval) waktu pemesanan yang satu dengan lainnya tidak sama,
melainkan bergantung pada fluktuasi penggunaan persediaan dan
fluktuasi waktu antara pembuatan pemesanan sampai penerimaan
bahanbahan pesanan di gudang perusahaan pabrik (Lead Time).
Order Point Sistem ini dapat digunakan apabila :
(1) Biaya penyimpanan bahan cukup mahal
(2) Bahan baku yang digunakan adalh tertantu dan jenisnya tidak
terlalu banyak
(3) Ketentuan waktu pemesana tidak jelas
b) Order Cycle Sistem
Order Cycle Sistem adalah suatau sistem pemesanan bahan dengan
interval waktu yang tetap, misalnya tiap minggu atau tiap bulan. Jadi,
sistem ini membutuhkan penentuan waktu pemesanan dengan interval
yang tetap. Tiap-tiap pemesanan mempunyai jumlah barang dengan
fluktuasi yang bergantung pada jumlah pemakain bahan dalam interval
waktu pemesanan yang lalu dengan pemesanan berikutnya.
Karena didasarkan pada interval waktu yang tetap maka pemesanan
dilakukan tanpa telalu memperhatikn jumlah persediaan yang masih
ada. Penetapan jumlah bahan yang dipesan diambil dari selisih jumlah
persediaan yang telah ditentukan dengan jumlah persediaan yang tersisa
atau masih ada.
Order Cycle Sistem ini dapat digunakan untuk mengawasi
persediaan barang-barang dengan jenis yang beragam dan bernilai

9
tinggi. Karena interval waktu antara pemesananpemesanan tersebut
tetap maka pengawasan lebih muda dilakukan.11
2) Jumlah pesanan Ekonomis ( Economic Order Quantity)
Untuk jenis usaha tertentu, permasalahan persediaan sangat penting untuk
dipertimbangkan dan dianalisis. Salah satu teknik persediaan yang sering
digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ).
Economic Order Quantity pertama kali dikembangkan oleh F. W. Haris
pada tahun 1915 dengan mengembangkan formula kuantitas pesanan ekonomis.
Definisi Menurut Prof. Dr. Bambang Rianto “Economic Order Quantity
adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya minimal,
atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal”.
3) Persediaan penyelamat (Safety Stock)
Dalam praktiknya permintaan barang atau penjualan tidak menentu
tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Terkadang permintaan
suatu barang menurun atau bahkan meningkat dari yang dianggarkan, sehingga
perusahan harus mampu untuk memenuhi meningkatnya permintaan tersebut.
Untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan yang tak terduga sebelumnya,
perusahan perlu menyediakan persediaan pengaman atau dikenal dengan Safety
Stock secepatnya.
Secara sederhana, safety stock diartikan sebagai persediaan pengaman atau
persediaan tambahan yang dilakukan perusahaan agar tidak terjadi kekurangan
bahan. Safety stock sangat diperlukan guna mengantisipasi membludaknya
permintaan akibat dari permintaan yang tak terduga.
Besarnya safety stock dapat dihitung dengan memperhitungkan beberapa
faktor penentu, seperti:
a. Penggunaan bahan baku rata-rata, artinya harus diketahui dahulu
beberapa rata-rata penggunaan bahan baku perusahaan.
b. Faktor waktu, yang digunakan untuk menyediakan persediaan pengaman
tersebut.
c. Biaya yang digunakan, artinya besarnya biaya yang dibebankan untuk
melakukan persedian pengaman.12
6 . Tujuan pengendalian Persediaan
Menurut Assauri tujuan pengendalian persediaan dapat diartikan sebagai usaha
untuk: 13

11
M. Manullang, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, Yogyakarta, ANDI, hal. 53-54
12
Lukman Syamsudin, 1992, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta, Raja Grafindo, hal. 295
13
M. Manullang, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, Yogyakarta, ANDI, hal. 65
10
1) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga
menyebabkan proses produksi terhenti.
2) Menjaga agar penentuan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar sehingga
biaya yang berkaitan dengan persediaan dapat ditekan.
3) Menjaga agar pembelian bahan baku secara kecil-kecilan dapat dihindari.
7. Prinsip-prinsip Pengendalian
Sistem dan tehnik pengendalian persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip
berikut:
1) Persediaan diciptakan dari pembelian
(a) bahan dan suku cadang, dan
(b) tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang
jadi.
2) Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan.
3) Perkiraan yang tepat atas skedul penjualan dan produksi merupakan hal yang esensial
bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien.
4) Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara keragaman
dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya pemilikan persediaan
tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan investasi persediaan.
5) Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan rencana
pengendalian produksi.
6) Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.
7) Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.
Oleh karena itu, Matz berpendapat bahwa pengendalian persediaan yang efektif
harus:
(a) Menyediakan bahan dan suku cadang yang dibutuhkan bagi operasi yang
efisien dan lancar.
(b) Menyediakan cukup banyak stock dalam periode kekurangan pasokan
(musiman, siklus atau pemogokan), dan dapat mengantisipasi perubahan harga.
(c) Menyiapkan bahan dengan waktu dan biaya penanganan yang minimum
serta melindunginya dari kebakaran, pencurian, dan kerusakan selama bahan
tersebut ditangani.
(d) Mengusahakan agar jumlah persediaan yang tidak terpakai, berlebih, atau
yang rusak sekecil mungkin dengan melaporkan perubahan produk secara
sistematik, dimana perubahan tersebut mungkin akan mempengaruhi bahan
suku cadang.

11
(e) Menjamin kemandirian persediaan bagi pengiriman yang tepat waktu
kepada pelanggan.
(f) Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada
pada tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.

12
BAB III
PENUTU[P
Kesimpulan
Laporan keuangan merupakan suatu gambaran keuangan yang dilaporkan dalam suatu
perusahan. Laporan keuangan berfungsi sebagai informasi suatu pencapain keuangan yang
akan datang baik laba atau rugi. Adapun laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan ekuitas pemegang saham dan laporan arus kas yang mana arus kas
ini merupakan laporan yang berkaitan dengan manajemen kas yakni suatu sistem yang
digunakan perusahaan untuk mempertahankan likuiditas perusahaan, yang mana manajemen
kas mempunyai kedudukan sentral dalam menjaga kelancaran operasional perusahaan yang
yerkait, dengan tujuan perusahan dapat berjalan efektif maka membutuhkan pengelolaan
khusus. Namun perusahaan yang hanya mengejar laba atau keuntungan sehingga tidak
memperhatikan likuiditasnya maka perusahan itu akan mengalami likuid jika suatu saat nanti
dalam keadaan kesulitan.
Alat yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan terutama pencapaian
keuntungan adalah manajemen piutang, karena manajemen piutang merupakan pengelolaan
piutang penjualan kredit dalam suatu perusahaan. Sedangkan kegiatan yang digunakan untuk
menentukan tingkat kompesisi persediaan adalah manajemen persediaan. Kegiatan tesebut juga
dapat membantu perusahan dalam melindungi kelancaran produksi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Sulastri, Lilis, Manajemen (Bandung, La Goods Publishing, 2012) hlm. 10
Martani, Dwi, Akutansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK (Jakarta, Salemba Empat,
2012) hlm. 13
Sugri, Slamet, Akutansi Pengantar 2 (Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan, 2006) hlm.
4
Iwan Setiawan, Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate accounting), (Bandung:
RefikaAditama, Jilid: 1, 2010) h.19
Wibowo, Penganatar Akuntansi I, (Jakarta: PT. Grasindo, 2002) h. 151
T. Hani Handoko, 1984, Manajemen edisi II, Yogyakarta, BPFE, hal. 8
Kasmir, 2010, Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, hal.
265
Ec.Sujadi Prawirosentono, 1997, Manajemen produksi dan operasi, Jakarta, Bumi Aksara,
hal. 68
Ec.Sujadi Prawirosentono, 1997, Manajemen produksi dan operasi, Jakarta, Bumi Aksara,
hal. 69
M. Manullang, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, Yogyakarta, ANDI, hal. 53-54
Lukman Syamsudin, 1992, Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta, Raja Grafindo, hal.
295
M. Manullang, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, Yogyakarta, ANDI, hal. 65

14

Anda mungkin juga menyukai