Anda di halaman 1dari 38

1

PROPOSAL PENELITIAN
MANAJERIAL YAYASAN UMMAH ISLAMIYAH DALAM
MELAYANI ANAK YATIM
(Studi deskriptif di yayasan Ummah Islamiyyah Kota Bandung)
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh:
Sandi Nugraha
NIM. 1194030124

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023

1
2

A. Latar Belakang Penelitian


Sucipto Ahmad (2010) ialah sebagai pengamat dalam dunia
Pendidikan dan Sosial menganggap panti asuhan sebagai lembaga
pendidikan penting di luar sekolah formal. Dia mencatat bahwa salah
satu tujuan dari lembaga-lembaga ini adalah untuk mengembangkan
kepribadian yang kuat dan mandiri pada anak-anak. Penulis
menganggap bahwa hal ini sangat penting untuk anak-anak yang telah
kehilangan sosok orang tua dan mungkin memerlukan dukungan
tambahan dalam membangun karakter mereka. Teks juga menekankan
pentingnya menanamkan nilai-nilai dan kebiasaan agama sejak usia
dini untuk membantu anak-anak berkembang menjadi anggota
masyarakat yang dapat dipercaya dan kompeten. Secara keseluruhan,
tampaknya penulis melihat panti asuhan sebagai memainkan peran
penting dalam menyediakan pendidikan dan pengembangan karakter
bagi anak-anak yang membutuhkan perhatian dan pengasuhan lebih
intens dalam menjalankan perilaku norma berkehidupan serta bisa
menimba ilmu untuk kebutuhan Pendidikan dini.
Panti asuhan Ummah Islamiyyah yayasan KH. Abdullah Wahyu
adalah salah satu wadah pendidikan karakter Islam bagi anak yatim,
piatu dan anak tidak mampu. Lingkungan panti asuhan dengan
pendidikan karakter Islam sebagai pembiasaannya dalam pembentukan
karakter anak. Beberapa anak di panti asuhan Ummah Islamiyyah
berlatar pendidikan keluarga yang tidak sesuai dari lingkungan tak
tepat, karena itu anak/anak tersebut memiliki sifat karakter yang
berbeda. Karakter yang dimiliki pada masa yang lalu, keluarga serta
lingkungannya belum sesuai dengan karakter Islam, selain dari
rusaknya lingkungan juga karena latar belakang pendidikan agama
orang tua yang cenderung rendah. Dalam lembaga panti asuhan
Yayasan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah Bandung mendidik anak
agar terarah dan membentuk sikap mandiri dan berkarakter Islam.

2
3

Karena itu anak akan terbiasa dengan keseharian panti asuhan dan
peraturan yang dibuat yang harus ditaati oleh anak asuh diharapkan
dapat memudahkan karakter anak terbentuk lebih baik dan
religious.Ahmad, luviandi (2007). mengambil kutipan dari
buku”malviana”Tentang hak pola asuh anak. Panti Asuhan memiliki
peran yang sangat penting dalam memberikan pelayanan kepada
anak-anak, terutama bagi anak yatim, piatu, terlantar, dan anak dari
keluarga yang kurang mampu. Pelayanan yang diberikan oleh Panti
Asuhan meliputi pengasuhan, perhatian, dukungan pendidikan, dan
perkembangan yang sehat, baik dari segi jasmani maupun rohani. Jika
dilakukan dengan baik, Panti Asuhan dianggap mampu memberikan
semua pelayanan yang dibutuhkan oleh anak asuhnya. Pelayanan
terpenting yang diberikan oleh Panti Asuhan adalah pembinaan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak asuh, baik
secara materi maupun psikologi. Jiptu (2018: 21.)
Panti asuhan adalah sebuah lembaga yang bertugas melindungi
anak-anak dari keterlantaran, penjualan, dan kekerasan. Sebagai
lembaga kesejahteraan anak, panti asuhan menjamin kebutuhan hidup
anak asuhnya. Selain itu, panti asuhan juga bisa menjadi tempat untuk
mengembangkan keterampilan anak-anak asuhnya, seperti bimbingan
kreativitas, kepribadian, dan pengembangan sikap mandiri.
Mohammad Apriandi (2016) menjelaskan bahwa panti asuhan adalah
suatu lembaga yang memberikan perlindungan dan kepedulian terhadap
anak-anak yang membutuhkan, seperti anak yatim, piatu, terlantar, dan
anak dari keluarga miskin. Tujuan dari panti asuhan adalah untuk
memberikan pengasuhan yang baik dan memenuhi segala kebutuhan
anak asuhnya, baik secara materi maupun psikologis, sehingga
anak-anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Selain itu, panti asuhan juga memiliki peran penting dalam
memberikan pendidikan dan membantu mengembangkan potensi anak
asuhnya, sehingga mereka dapat memiliki keterampilan dan

3
4

kemampuan yang dibutuhkan untuk menghadapi masa depan. Panti


asuhan juga bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan dan
kesejahteraan anak asuhnya, serta memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam hal moral dan agama.
Apriandi (2016) menekankan pentingnya peran pemerintah dan
masyarakat dalam mendukung pengembangan dan keberlangsungan
panti asuhan sebagai lembaga kesejahteraan anak. Hal ini meliputi
dukungan dana, fasilitas, serta tenaga pengajar dan pengasuh yang
profesional dan terlatih.
Dakwah memiliki cakupan yang luas dan universal. Sebagai
pengemban risalah Islamiyah, dakwah senantiasa bergerak untuk
menyebarkan rahmat bagi seluruh alam semesta dengan sasaran
utamanya adalah "Kaffatan linnas basyiran wa nadziran". Menurut
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi (2006) 01:59, "yatim" berasal dari
bahasa Arab dan merupakan bentuk isim fa'il (subjek). Bentuk
lampaunya (fiil madhi) adalah "yatama," dan bentuknya sekarang/akan
datang (mudhori/mudhori') adalah "yaitu". Sedangkan bentuk
mashdarnya "yatmu" memiliki arti "sendiri" atau "sedih". Menurut
syariat Islam, anak yatim adalah anak yang kehilangan ayahnya
sebelum ia baligh, baik itu bayi atau anak yang sudah tumbuh.
"Maka, dari hal tersebut diperlukan pembinaan keagamaan yang
menjadi salah satu pondasi utama dalam membentuk pribadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Untuk merealisasikan
nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan, perlu adanya pembinaan
keagamaan yang dilakukan secara terusmenerus, terutama pada tingkat
anak-anak."
Menurut Dadang Kahmad (2009:93), manajemen adalah proses
kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
lingkungan yang berubah. Proses ini berfokus pada penggunaan sumber
daya manusia dengan efektif dan efisien. Secara sederhana, manajemen
dapat diartikan sebagai kemampuan bekerja dengan orang lain dalam

4
5

kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan yang telah


ditetapkan oleh organisasi atau lembaga.
Menurut Ridwan Hidayatullah (2016) Pengelolaan yayasan yang
baik dan relatif sangat penting dalam meningkatkan pelayanan anak
yatim. Berikut beberapa strategi pengelolaan yayasan yang dapat
dilakukan :
1. Memiliki visi dan misi yang jelas Yayasan harus memiliki visi
dan misi yang jelas dan terukur sehingga dapat mengarahkan
seluruh program dan kegiatan yang dilaksanakan. Visi dan misi
yang jelas akan memudahkan yayasan dalam membuat
program-program yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak
yatim.
2. Menyusun program yang terukur dan terencana Yayasan perlu
menyusun program-program yang terukur dan terencana dengan
baik untuk memastikan bahwa program tersebut dapat berjalan
secara efektif dan memberikan manfaat yang maksimal bagi
anak-anak yatim. Membangun kerjasama dengan pihak-pihak
terkait sangat penting untuk pengelolaan yayasan yang efektif.
Hal ini mencakup kerjasama dengan berbagai pihak terkait,
seperti lembaga pemerintah, donatur, dan masyarakat sekitar.
Kerjasama tersebut dapat membantu yayasan meningkatkan
kualitas program dan memperluas jangkauan kegiatan yayasan.
3. Pengelolaan keuangan yang baik dan transparan sangat penting
untuk memastikan bahwa dana yang dikelola oleh yayasan
digunakan secara efektif dan tepat sasaran. Yayasan harus
memiliki sistem pengelolaan keuangan yang teratur dan
dilakukan dengan transparan. Pengelolaan keuangan yang baik
dan transparan sangat penting untuk memastikan bahwa dana
yang dikelola oleh yayasan digunakan secara efektif dan tepat
sasaran. Oleh karena itu, yayasan harus memiliki sistem
pengelolaan keuangan yang teratur dan transparan serta

5
6

mengikuti standar akuntansi yang berlaku. Melakukan


pengelolaan keuangan dengan baik Pengelolaan keuangan yang
baik dan transparan sangat penting untuk memastikan bahwa
dana yang dikelola oleh yayasan digunakan secara efektif dan
tepat sasaran. Yayasan harus memiliki sistem pengelolaan
keuangan yang teratur dan dilakukan dengan transparan.
4. Membangun SDM yang berkualitas Sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas adalah aset terpenting bagi sebuah
yayasan. Pengelolaan yayasan yang baik memerlukan
keberadaan SDM yang berkualitas dalam setiap bidang seperti
manajemen, keuangan, program, dan lain sebagainya.
5. Melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala Yayasan
perlu melakukan evaluasi dan monitoring secara berkala
terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan. Evaluasi dan
monitoring ini dapat membantu yayasan untuk mengevaluasi
keberhasilan program dan menemukan cara untuk
meningkatkan pelayanan program tersebut.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan yayasan Ummah Islamiyyah
dalam memberikan pelayanan bagi anak yatim ?
2. Bagaimana pengorganisasian Yayasan Ummah
Islamiyyah dalam menyelenggarakan kegiatan
pengelolaan anak yatim?
3. Bagaimana pelaksanaan program Yayasan Ummah
Islamiyyah dalam melayani anak yatim?
4. Bagaimana kinerja Yayasan Ummah Islamiyyah dalam
melayani anak yatim?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

6
7

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan yang ingin


dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan yang dituangkan oleh
pihak pengurus Panti Asuhan dalam mensejahterakan
Anak Yatim.
2. Untuk mengetahui kreativitas dan inovasi dalam
mensejahterakan bagi anak yatim setelah mengikuti
program pembinaan dengan beberapa program sudah
dijalankan.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan program perangkat yang
digunakan oleh Pengurus Panti Asuhan dalam
mensejahterakan tahapan pengelolaan terkhusus bagi
anak yatim dalam meningkatkan pemahaman beragama.
4. Untuk mengetahui kinerja Yayasan Ummah Islamiyyah
dalam mensejahterakan program terdidik bagi anak
yatim di Panti Asuhan.
D. Kegunaan Penelitian
a) Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini dapat Menambah khazanah keilmuan
dibidang sosial dan kepustakaan yang berkaitan dengan
pengelolaan panti asuhan dan Memperluas pemahaman
kita tentang cara terbaik untuk mengelola panti asuhan,
sehingga dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat yang membutuhkan. pengelolaan panti
asuhan.
2. Penelitian ini dapat memberikan bahan kajian bagi
akademisi dalam menambah wawasan di bidang ilmu
pengetahuan, terutama dalam perencanaan manajemen
dakwah.

7
8

3. Penelitian ini juga dapat menjadi suatu tambahan


literatur tentang manajemen dakwah, khususnya dalam
perencanaan manajemen dakwah di Panti Asuhan.
b) Manfaat praktis
1. Penelitian ini dapat memberikan bahan kajian bagi akademisi
dalam menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan,
terutama dalam terutama dalam perencanaan manajemen
dakwah Penelitian ini juga dapat menjadi suatu tambahan
literatur tentang manajemen dakwah, khususnya dalam
perencanaan manajemen dakwah di Panti Asuhan.
2. Manfaat praktis bagi pembaca adalah penambahan ilmu
pengetahuan dan wawasan keilmuan, serta meningkatkan
pemahaman tentang pentingnya kerja sama antara orang tua,
pihak panti, dan masyarakat dalam menjamin kesejahteraan
sosial anak asuh di Yayasan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah.
3. Penelitian ini dapat menjadi pedoman dan masukan bagi
pemerintah dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah
perencanaan manajemen dakwah di Panti Asuhan.
4. Penelitian ini juga dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
masukan bagi pihak yang berkepentingan, terutama masyarakat
luas, tentang perencanaan manajemen dakwah di Panti Asuhan
untuk meningkatkan kesejahteraan anak asuh.

E. Landasan Pemikiran
Penulis melakukan beberapa kajian dan analisis pada beberapa
penelitian terdahulu yang mengilustrasikan permasalahan langkah
tujuan yang hampir sama, sehingga penelitian sebelumnya dapat
menjadi rujukan dalam penelitian ini. Selanjutnya, penulis merincikan
teori yang relevan juga dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Maka
dari itu, penulis menyampaikan beberapa landasan pemikiran yang
relevan sebagai berikut:

8
9

1. Hasil Penelitian yang Relevan


Pertama, Siti Atiah (2018), Yang berjudul Peran bimbingan
pengurus panti dalam Pembentukan perilaku keagamaan anak yatim
studi deskriptif pada lembaga kesejahteraan sosial anak (LKSA) Al
Hidayah kota Mataram. Hasil penelitian Siti Atiah menjelaskan untuk
bagaimana proses pengelolaan mensejahterakan anak yatim dengan
menggunakan beberapa metode dalam membangun lembaga formal
serta beberapa gejala yang dihadapi pengasuh dalam mengelola panti,
kemudian juga terdapat hambatan dalam pembiayaan pendidikan juga
sarana dan prasarana yang sudah tidak layak dihuni.langkah
selanjutnya Siti
Atiah memberikan solusi dengan merancang beberapa program
“gerakan aksi penyadaran orang tua bagi para pengasuh panti asuhan”
dari program tersebut banyak elemen- elemen masyarakat pun menjadi
bagian berpartisipasi dalam kegiatan ini sehingga beberapa aspek
terbangun dan berjalan kembali lebih progresif.
Kedua, Witir Oli Otista (2017) Program Studi Manajemen Dakwah
dengan judul “Pengelolaan Kegiatan Dakwah di Panti Asuhan (Studi
Kasus Pengorganisasian Kegiatan Dakwah dalam Berceramah)”.
Dalam penelitian nya mendapatkan hasil dituliskan tujuan untuk
memahami peningkatan kemampuan anak panti dalam berceramah
yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan ramadhan, Tujuan
penelitian ini adalah menguraikan langkah- langkah pengelolaan
dakwah Panti Asuhan Arrahim PekanBaru dalam mengelola kegiatan
dakwah dan mampu mengevaluasi beberapa kejadian sering menjadi
kekeliruan di waktu-waktu tertentu, lalu dilaksanakan kegiatan tersebut
tentunya dengan pengawasan dari pengurus pada anak Panti Asuhan
Ar-Rahim Pekanbaru.
Ketiga, Dheani, Maulidya Nur (2021) Program Studi Manajemen
Dakwah dalam judul” Peran Panti Asuhan AL-Hikmah Beringin
Semarang (Studi Deskriptif dalam Meningkatkan Kesejahteraan Sosial

9
10

dan Anak Asuh)”. Penelitian Ini menggunakan metode kualitatif


dengan pendekatan deskriptif dengan tujuan menggambarkan
berdasarkan fakta-fakta dilapangan sebagaimana adanya. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara
dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Panti Asuhan
Al-Hikmah Beringin Semarang memiliki peran untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial untuk anak asuh. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
pemenuhan kebutuhan pendidikan dan pola asuh. Pendidikan tersebut
antara lain adalah pendidikan formal dan informal.
pendidikan informal berupa pendidikan keagaman dan keterampilan.
Dengan pola asuh seperti metode Nasehat, metode Latihan dan metode
Teladan guna meningkatkan kesejahteraan sosial anak asuh dilakukan
dengan saling kerja sama. Dari peneliti terdahulu yang tertera diatas
dapat dijadikan tinjauan oleh penulis, ketiga penelitian ini memiliki
hubungan korelasi bagi skripsi penulis, berdasarkan lokasi penelitian di
Panti Asuhan, kemudian menggunakan metode kualitatif dan
pendekatan deskriptif,akan tetapi ada beberapa perbedaan teori yang
digunakan oleh para ahli, kemudian tempat Panti Asuhan yang berbeda,
dari judul penelitian proposal sendiri mengenai “MANAJERIAL
YAYASAN UMMAH ISLAMIYAH DALAM MELAYANI ANAK
YATIM (Studi deskriptif di yayasan Ummah Islamiyyah, Kota
Bandung).
2. Landasan teori
a. Pengelolaan
Nugroho (2003) 02:119 mengemukakan bahwa pengelolaan
merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen Secara
etimologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelola (to manage) dan
biasanya menunjuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu
untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Secara umum
Pengelolaan merupakan suatu kegiatan merubah sesuatu hingga
menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula.

10
11

Pengelolaan juga dapat diartikan kebutuhan- kebutuhan sehingga lebih


bermanfaat. Sampai saat ini pengelolan adalah suatu jalan perencanaan
terhadap program yang akan dilaksanakan pada suatu yayasan ataupun
lembaga tertentu.
Pengelolaan menurut Henry Fayol (1978) adalah proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Secara umum
pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik
berat memiliki nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat
juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta
cocok dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.
Nugroho (2003:119) mengemukakan bahwa Pengelolaan
merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara
etimologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelola (to manage) dan
biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen
yang berhubungan dengan proses mengurus dan menangani sesuatu
untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sedangkan
menurut Syamsu menitikberatkan pengelolaan sebagai fungsi
manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian
dan pengontrolan untuk mencapai efisiensi pekerjaan. Sementara Terry
(2009) 03:9. Mengemukakan bahwa: Pengelolaan dan manajemen
serasi sehingga pengelolaan dipahami sebagai suatu proses
membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar
dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering
dikaitkan dengan aktivitas aktivitas dalam organisasi berupa
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan
pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja to manage yang
berarti menangani, atau mengatur. Dari pengertian pengelolaan diatas,

11
12

dapat disimpulkan bahwa Pengertian Pengelolan yaitu bukan hanya


melaksanakan suatu kegiatan, yang meliputi fungsi-fungsi manajemen,
seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien.
Tujuan pengelolaan menurut Harsoyo (1977:123) adalah agar
segenap sumber daya yang ada seperti, sumber daya manusia, peralatan
atau sarana yang ada dalam suatu organisasi dapat digerakan
sedemikian rupa, sehingga dapat menghindarkan dari segenap
pemborosan waktu, tenaga dan materi guna mencapai tujuan yang
diinginkan. Pengelolaan dibutuhkan dalam semua organisasi, karena
tanpa adanya pengelolaan atau manajemen semua usaha akan sia-sia
dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Disini ada beberapa tujuan
pengelolaan:
1) Untuk pencapaian tujuan organisasi berdasarkan visi dan misi
sudah ada dalam peraturan pedoman yang berlaku.
2) Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan- tujuan yang
saling bertentangan. Pengelolaan dibutuhkan untuk menjaga
keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan
kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak yang
berkepentingan dalam suatu organisasi dalam mengerjakan
program sudah ditentukan.
3) Untuk mencapai efisien dan efektivitas. Suatu kerja organisasi
dapat diukur dengan banyak langkah yang berbeda. Salah satu
pola yang umum yaitu efisien dan efektivitas untuk
menjalankan roda-roda organisasi.
Tujuan pengelolaan akan tercapai jika langkah-langkah dalam
pelaksanaan manajemen ditetapkan secara tepat, Afifuddin (2010)
menyatakan bahwa langkah- langkah pelaksanaan pengelolaan
berdasarkan tujuan sebagai berikut:
a. Menentukan strategi
b. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab

12
13

c. Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas dan


batasan waktu.
d. Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana.
e. Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas dan
efisiensi
f. Menentukan ukuran untuk menilai
g. Mengadakan pertemuan
h. Pelaksanaan.
i. Mengadakan penilaian
j. Mengadakan review secara berkala.
k. Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara
berulang-ulang
Berdasarkan uraian diatas bahwa tujuan pengelolaan tidak akan terlepas
dari memanfaatkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana secara
efektif dan efisien agar tujuan organisasi tercapai
Menurut Terry dalam Sobri, dkk (2009:1) mengartikan fungsi
pengelolaan
sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya melalui usaha orang lain.
Berikut beberapa fungsi pengelolaan yang dikemukakan oleh para
ahli:
Henry Fayol (1967) mengemukakan ada 5 fungsi pengelolaan antara
lain: Planning (Perencanaan) Organizing (Pengorganisasian)
Commanding (Pemberian perintah) Coordinating (Pengkoordinasian)
Controlling (Pengawasan). George R. Terry (2006: 342) menuliskan
ada 4 fungsi pengelolaan yang dikenal dengan POAC antara lain:
Planning Organizing Actuating Controlling, sedangkan John F. Mee
mengemukakan 4 fungsi pengelolaan antara lain: Planning Organizing
Motivating Controlling Fungsi pengelolaan yang dikemukakan John F.
Mee sebenarnya hampir sama dengan konsep fungsi pengelolaan
George R. Terry, hanya saja actuating diperhalus menjadi motivating

13
14

yang kurang lebih artinya sama. Menurut Luther Gullick (1999) Fungsi
Pengelolaan terbagi atas Planning. Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting, and Budgeting. Berikut adalah pengertian
fungsi-fungsi Manajemen menurut para ahli:
1. Planning (Perencanaan) adalah proses penentuan tujuan dan
pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari
alternatif-alternatif yang ada (Hasibuan 2009:40). Koontz and
Donnel dalam Hasibuan, planning is the function of a manager
which involves the selection from alternatives of objectives,
policies, procedures, and programs. Artinya: perencanaan
adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
memilih tujuan- tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan,
prosedur-prosedur, dan program program dari
alternatif-alternatif yang ada.Jadi, masalah perencanaan
adalah masalah “memilih” yang terbaik dari beberapa alternatif
yang ada.
2. Organizing (Pengorganisasian) adalah suatu proses penentuan,
pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan
orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif
didelegasikan kepada setiap individu yang siap melakukan
aktivitas aktivitas tersebut (Hasibuan). Organizing is the
establishing of effective behavioral relationship among persons
so that they may work together efficiently and again personal
satisfactions for the purpose of achieving some goal or
objectives. (Terry). Artinya: pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan- hubungan kelakuan yang efektif
antara orang orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara
efisien, dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi

14
15

dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi


lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
3. Actuating, Directing and Leading (Pengarahan) adalah
mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerjasama dan
bekerja efektif untuk mencapai tujuan. (Hasibuan). Actuating is
setting all members of the group to want to achieve and to strike
to achieve the objective willingly and keeping with the
managerial planning and organizing efforts. (Terry). Artinya:
pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok agar
mau bekerja sama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah
untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan
usaha-usaha pengorganisasian.
4. Controlling: Controlling is the process of regulating the various
factors in enterprise according to the requirement of its plans
(P. Strong). Artinya: pengendalian adalah proses pengaturan
berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan
ketetapan-ketetapan dalam rencana. Control is the measurement
and correction of the performance of subordinates in order to
make sure that enterprise objectives and the plans devised to
attain then are accomplished (Koontz). Artinya: pengendalian
adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.
5. Staffing atau Assembling resources adalah menentukan
keperluan- keperluan sumber daya manusia, pengarahan,
penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. Staffing
merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi
(Hasibuan).

15
16

6. Motivating (Motivasi) adalah mengarahkan atau menyalurkan


perilaku manusia kearah tujuan-tujuan. Hasibuan (2008).
7. Programming adalah proses penyusunan suatu program yang
sifatnya dinamis Hasibuan (2008).
8. Budgeting (Anggaran) adalah suatu rencana yang
menggambarkan penerimaan dan pengeluaran yang akan
dilakukan pada setiap bidang. Dalam anggaran ini hendaknya
tercantum besarnya biaya dan hasil yang akan diperoleh. Jadi
anggaran harus rasional Hasibuan (2008).
9. System adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya bekerja bersama
sesuai dengan aturan yang ditetapkan sehingga membentuk
suatu tujuan yang sama. Dimana dalam sebuah sistem bila
terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak maka
suatu tujuan bisa terjadi kesalahan hasilnya.
(http//infoting.blogspot.com, diakses pada 2 Februari 2015
pukul 21:00 WIB).
10. Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan
dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau
instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas
masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan
benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
11. Coordinating (Koordinasi) adalah kegiatan mengarahkan,
mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsur-unsur
manajemen (6M) dan pekerjaan pekerjaan para bawahan dalam
mencapai tujuan organisasi Hasibuan (2008). Koordinasi adalah
suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah
dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan bertuju
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan. Definisi Terry ini berarti bahwa
koordinasi adalah pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri

16
17

sebagai berikut: Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun


kualitatif Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini Pengarahan
usaha-usaha ini.
12. Evaluating (penilaian) adalah proses pengukuran dan
perbandingan hasil- hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai
dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Ada beberapa hal
yang penting yang diperhatikan dalam definisi tersebut, yaitu
sebagai berikut:
a. Bahwa penilaian fungsi organik karena pelaksanaan fungsi
tersebut turut menentukan mati/hidupnya suatu organisasi.
b. Bahwa penelitian itu adalah suatu proses yang berarti bahwa
penilaian adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan oleh
administrasi dan manajemen.
c. Bahwa penilaian menunjukkan kesenjangan antara hasil
pelaksanaan yang sesungguhnya dicapai dengan hasil yang
seharusnya dicapai.
13. Reporting (Laporan) dalam manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan
mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan
maupun tulisan sehingga dalam menerima laporan dapat
memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas orang yang
memberi laporan.
14. Forecasting (peramalan) adalah meramalkan, memproyeksikan,
atau mengadakan perkiraan/taksiran terhadap berbagai
kemungkinan yang kemudian terjadi sebelum suatu rencana
yang lebih pasti dapat dilakukan.
15. Facilitating: Fungsi fasilitas meliputi pemberian fasilitas dalam
arti luas yakni memberikan kesempatan kepada anak buah agar
dapat berkembang ide-ide dari bawahan diakomodir dan kalau

17
18

memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat


dilaksanakan.
Dari beberapa definisi dan konsep pengelolaan penulis dapat dipahami
bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu
proses yang berhubungan dengan implementasi indikator fungsi-fungsi
pengelolaan atau manajemen yang berperan penting dan efektif dalam
menunjang tercapainya tujuan individu, lembaga, maupun organisasi
atau perusahaan. Bagi suatu organisasi, pengelolaan sumber daya
manusia menyangkut keseluruhan urusan organisasi dan tujuan yang
telah ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau unsur yang ada
didalamnya, yaitu para pengelola dengan berbagai aktivitasnya harus
memfokuskan pada perencanaan yang menyangkut penyusunan staf,
penetapan program latihan jabatan dan lain sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan jangka pendek dan
jangka panjang dari suatu organisasi tersebut, khususnya yang
menyangkut kesiapan sumber daya manusianya. Alasan lainnya adalah
bahwa suatu pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi
tidak dapat terlepas dari lingkungan internal maupun eksternal, yang
pada suatu saat akan dapat mempengaruhi keberadaan organisasi
tersebut.
Pengelolaan yang baik merupakan pondasi bagi pengembangan
setiap organisasi, baik organisasi pemerintah, perusahaan, serikat
pekerja dan organisasi lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, hal ini
mengindikasikan bahwa organisasi telah memenuhi persyaratan dan
memiliki perangkat minimal untuk memastikan kredibilitas, integritas
dan otoritas sebuah institusi dalam membangun aturan, membuat
keputusan serta mengembangkan program dan kebijakan yang
merefleksikan pandangan dan kebutuhan anggota. Utamanya, melalui
pengelolaan yang baik, organisasi memelihara kepercayaan anggota
meningkatkan reputasi, serta mempengaruhi anggota-anggotanya
melalui interaksi yang dibangunnya. Kegagalan diterapkannya

18
19

pengelolaan yang baik dalam organisasi pengusaha, tidak hanya


menghancurkan reputasi, serta mengurangi efektivitas organisasi, akan
tetapi juga berdampak negatif terhadap reputasi mereka yang
diwakilinya. Pengelolaan yang baik merupakan elemen penting untuk
memastikan organisasi bekerja sesuai dengan kepentingan anggotanya.
Menurut George R. Terry (2006) menjelaskan bahwa
pengelolaan yang baik
meliputi:
1.Perencanaan (Planning) adalah pemilihan fakta-fakta dan
usaha menghubungkan fakta satu dengan lainnya, kemudian membuat
perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan
untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk
mencapai hasil yang dikehendaki.
2.Pengorganisasian (Organizing) diartikan sebagai kegiatan
mengaplikasikan seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan antara
kelompok kerja dan menetapkan wewenang tertentu serta tanggung
jawab sehingga terwujud kesatuan usaha dalam pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan.
3.Penggerakan (Actuating) adalah menempatkan semua anggota
daripada kelompok agar bekerja secara sadar untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan perencanaan dan pola
organisasi.
4.Pengawasan (Controlling) diartikan sebagai proses penentuan
yang dicapai, pengukuran dan koreksi terhadap aktivitas pelaksanaan
dan bilamana perlu mengambil tindakan korektif terhadap aktivitas
pelaksanaan dapat berjalan menurut rencana.
Tujuan perencanaan diatas menurut Laksmi dkk. (2008) adalah
:
a. Mengurangi/mengimbangi ketidakpastian
perubahan-perubahan diwaktu yang akan datang.
b. Memusatkan perhatian kepada sasaran

19
20

c. Mendapatkan/menjamin proses pencapaian tujuan


terlaksana secara ekonomis
d. Memudahkan pengawasan
Tujuan pengorganisasian diatas menurut Laksmi dkk. (2008) adalah
a. Mendelegasikan tugas-tugas untuk menjaga keseimbangan
beban kerja dalam suatu organisasi yang sehat.
b. Memberikan batasan wewenang untuk melaksanakan tugas
sehingga setiap orang dapat mengambil keputusan sesuai
dengan diharapkan.
c. Memastikan tanggung jawab dalam jabatan-jabatan perorangan
untuk mencegah seseorang melemparkan kesalahan kepada
pihak lain, atau mengkambinghitamkan orang lain.
d. Memudahkan koordinasi, tidak hanya mengkoordinasi sumber
daya manusia tetapi juga sumber daya lainnya, seperti anggaran,
fasilitas dan peralatan.
Memudahkan motivasi dan moral pekerja.
Tujuan penggerakan menurut George R. Terry (2006:364) adalah:
a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi dan
e. prestasi kerja staf
f. Membuat organisasi berkembang secara dinamis
b. Penerapan
Penerapan menurut Henry Fayol (1977) adalah suatu perbuatan
mempraktekkan suatu teori,metode,dan hal-hal lain untuk mencapai
tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan. suatu kelompok atau
golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Menurut
Usman (2002) Penerapan (Implementasi) adalah bermuara pada
aktivitas,aksi tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem.

20
21

Implementasi bukan sekedar aktivitas, namun suatu kegiatan yang


terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.
ini menjadi gagasan bahwa penerapan adalah faktor ukur
membuat suatu perancangan dalam sebuah program kerja didalam
yayasan dan lembaga tertentu memiliki aspek yang dibutuhkan untuk
jenjang kemaslahatan bersama.

c. Kesejahteraan Sosial dan Anak


Suatu kegiatan pelayanan yang bertujuan untuk membantu individu,
keluarga, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang tergolong
memiliki permasalahan sosial dan membutuhkan pelayanan yang baik,
baik itu yang bersifat pencegahan, perlindungan, pemberdayaan, dan
pelayanan dan rehabilitas sosial maupun pengembangaan untuk
mengatasi segala permasalahan sosial yang dihadapi dan memenuhi
kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan
fungsi sosial.
Kesejahteraan sosial Menurut Hans Fink (1975) adalah
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara
agar dapat hidup dengan layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Pasal 34 ayat 1 Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
kewajiban negara untuk melindungi anak terlantar dan orang yang tidak
mampu. anak terlantar dan fakir miskin seperti yang sudah dijelaskan
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,
pemerintah daerah memberikan perlindungan dan jaminan sosial
sebagai bukti pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin
terpenuhinya hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan
tidak mampu Menurut peraturan menteri sosial tentang standar nasional
lembaga kesejahteraan sosial anak pasal 2 menyatakan bahwa lembaga
kesejahteraan sosial anak adalah lembaga pemerintah daerah,
masyarakat dalam menyelenggarakan pengasuhan anak.

21
22

Abintoro Prakoso (2016) h.160 Hukum kesejahteraan anak,


konvensi hak anak mengatur tentang kesejahteraan anak dalam pasal 25
mengenai peninjauan penempatan anak secara berkala. Pasal 26
mengatur hak anak atas jaminan sosial dengan tunjangan sosial,
sedangkan pasal 27 mengatur hak anak dalam menikmati hidup yang
layaknya seperti anak-anak pada umumnya.
1. Konsep Kesejahteraan
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti (Kamus
Besar Bahasa Indonesia), Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke
keadaan yang baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam
keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi,
sejahtera dihubungkan dengan keuntungan benda. Sejahtera memiliki
arti khusus resmi atau teknikal (lihat ekonomi kesejahteraan), seperti
dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial. Dalam kebijakan sosial,
kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang digunakan
dalam ide negara sejahtera. Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk ke
uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang
membutuhkan bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang
keadaannya pendapatan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan
dasar tidak berkecukupan. Jumlah yang dibayarkan biasanya jauh di
bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki kondisi khusus, seperti
bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain,seperti
ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya
untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan
diharuskan bekerja, dan dikenal sebagai workfare.
Menurut Undang-undang No. 11 Tahun 2009, tentang
Kesejahteraan Sosial.UUD (1945)
Kesejahteraan sosial Hans Fink (1975) adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga

22
23

dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Permasalahan kesejahteraan


sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga
negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak
karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya,
masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi
sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan
bermartabat.
Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat
dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia
yang dapat dilihat dari empat indikator yaitu:
a. Rasa Aman
b. Kesejahteraan
c. Kebebasan
d. Jati diri
Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna
melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa
indikator yang dapat dijadikan ukuran, antara lain adalah:
1. Tingkat pendapatan keluarga;
2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan
pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan;
3. Tingkat pendidikan keluarga;
4. Tingkat kesehatan keluarga, dan;
5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam rumah
tangga.
Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan
dapat diukur dari beberapa aspek kehidupan antara lain:
a. Dengan melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas
rumah, bahan pangan dan sebagainya;
b. Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan
tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;

23
24

c. Dengan melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas


pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya;
d. Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral,
etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari


pelayanan pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk
membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan
kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang
memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh
mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan
kebutuhan keluarga dan masyarakat.
Definisi-definisi di atas mengandung pengertian bahwa
kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan
untuk meningkatkan taraf hidup manusia manusia, baik itu di bidang
fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi dan spiritual.

d. Manajemen Sumber Daya Manusia


Busro Muhammad (2018) Sumber daya manusia merupakan salah
satu faktor yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan,
disamping faktor lain seperti aktiva dan modal. Oleh karena itu, sumber
daya manusia harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam
perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia.
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja hingga efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Menurut Drs. Malayu S.P, Hasibuan (2001) Fungsi-fungsi MSDM
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian. MSDM adalah bagian

24
25

dari manajemen, oleh karena itu teori-teori manajemen umum menjadi


dasar pembahasannya. MSDM lebih memfokuskan pembahasannya
mengenai peraturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang
optimal.
Menurut Marihot Tua,E.H.(2002) manajemen sumber daya manusia
didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan merangsang,
mengembangkan, memotivasi, dan memelihara kinerja yang tinggi
dalam organisasi. Maksud hal diatas Marihot Tua (2002) mengatakan
bahwa sumber daya manusia dengan keseluruhan penentuan dan
pelaksanaan berbagai aktivitas, policy¸ dan pemeliharaan dalam usaha
meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan dan efektivitas
organisasi dengan cara yang secara etis dan sosial dapat dipertanggung
jawabkan. Aktivitas berarti melakukan berbagai kegiatan seperti
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengarahan, analisis
jabatan, rekrutmen dan sebagainya. secara etimologi manajemen
sumber daya manusia merupakan penggabungan dua konsep yang
secara maknawiyah memiliki pengertian yang berbeda. Kedua konsep
adalah manajemen dan sumber daya manusia. Sumber daya organisasi
secara garis besar dapat dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu
sumber daya manusia dan sumber daya non manusia. Sumber daya
manusia meliputi semua orang yang berstatus sebagai anggota didalam
organisasi yang masing-masing memiliki peran dan fungsi. Sumber
daya manusia adalah potensi manusiawi yang melekat keberadaannya
pada seseorang yang meliputi potensi fisik dan non fisik. Sedangkan
sumber daya manusia dalam konteks organisasi publik dipahami
sebagai potensi manusiawi yang melekat keberadaannya pada seorang
pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan potensi non fisik.
Sumberdaya non manusia terdiri atas sumber daya alam, modal, mesin,
teknologi, material dan lain-lain. Kedua kategori sumber daya tersebut
sama-sama pentingnya, tetapi sumber daya manusia merupakan faktor
dominan, karena satu-satunya sumber daya yang memiliki akal,

25
26

perasaan, keinginan, karsa, kebutuhan, pengetahuan, dan keterampilan,


motivasi, karya dan prestasi dan lain sebagainya.
Busro Muhammad (2018) Manajemen Sumber Daya Manusia
adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan
dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja
pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari Manajemen
Sumber Daya Manusia ini hanyalah masalah yang berhubungan dengan
tenaga kerja manusia saja.
Busro Muhammad (2018) Pada prinsipnya, sumber daya manusia
adalah satu-satunya sumber daya yang menentukan organisasi.
Organisasi yang memiliki tujuan yang bagus dilengkapi fasilitas, sarana
dan prasarana yang canggih, tetapi tanpa sumber daya manusia yang
baik, kemungkinan sulit mencapai tujuannya. Sumber daya manusia
dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada potensi manusia yang
ada didalam suatu organisasi, dan merupakan modal dasar organisasi
untuk melakukan aktivitas dalam mencapai tujuan.
Dengan demikian, sumber daya manusia merupakan faktor
terpenting dalam sebuah organisasi, tanpa adanya sumber daya manusia
maka akan berkurang efektifnya kinerja dari sebuah organisasi. Semua
organisasi membutuhkan Sumber daya manusia baik itu organisasi
kecil, apakah organisasi publik atau swasta, apakah organisasi sosial
atau bisnis. Tetapi sumber daya manusia juga perlu dilatih agar lebih
terampil dalam melakukan fungsi didalam job-nya.

3. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual ini, dibuat untuk memudahkan penulis
melaksanakan beberapa tahapan-tahapan dalam penelitian agar lebih

26
27

efektif dan efisien. Setelah penulis menentukan tempat penelitian yaitu


di Panti Asuhan Ummah Islamiyyah Bandung, selanjutnya penulis akan
melihat bagaimana proses pengelolaan kesejahteraan yang ada di Panti
Asuhan Ummah Islamiyyah, setelah itu penulis akan melakukan
penelitian terkait proses penetapan dan sumber daya manusia,
pengembangan dan perancangan Panti Asuhan, Penugasan dan
penempatan serta kelola hak asuh anak yatim kepada orang tua asuh di
Yayasan Ummah Islamiyyah. Dari pernyataan diatas, maka penulis
akan menemukan bagaimana pola terbentuknya Panti Asuhan mampu
Mensejahterakan Anak-Anak yatim dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan yang bermutu dan lebih memberikan stimulus lebih
terhadap korban anak-anak terlantar, serta pelaksanaan peran orang tua
asuh sebagai ujung tombak didikan dalam ruang lingkup beragama dan
menumbuhkan rasa spiritual yang kuat dalam penanaman aqidah untuk
mensejahterakan pemahaman terkhusus anak-anak yatim harapan dan
tujuan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah. Berikut ini, grand design
prosesi penelitian yang semestinya dilakukan penulis menemukan
jawab terkait pengelolaan mensejahterakan anak-anak yatim di Panti
Asuhan Ummah Islamiyyah.

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual


F. Langkah Langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian

27
28

Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Panti Asuhan Ummah


Islamiyyah Cicukang Kecamatan Arcamanik Kota Bandung Provinsi
Jawa Barat. Lokasi ini relatif terjangkau dari tempat tinggal bagi
peneliti sendiri, dan dapat memungkinkan keefektifan dan efisien
dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan peneliti.
2. Paradigma Dan Pendekatan
Bagi Lexy J. Moleong (2012) paradigma adalah pola ataupun model
tentang bagaimana suatu struktur (bagian serta hubungannya) ataupun
gimana bagian bagian berperan sikap yang didalamnya terdapat
konteks spesial ataupun ukuran waktu. Sebaliknya bagi Profesor.
Kasiram, paradigma adalah acuan longgar alam peneliti yang berbentuk
anggapan, dalil, aksioma, postulat ataupun konsep yang akan
digunakan selaku petunjuk riset. Terdapat dua paradigma yang
universal digunakan dalam riset ilmiah, yaitu paradigma ilmiah serta
paradigma alamiah. Bersumber pada pengertian- pengertian paradigma
penelitian diatas, hingga bisa disimpulkan kalau paradigma riset ialah
pangkal untuk periset buat mengkondisikan kerangka berpikirnya
dalam melaksanakan riset terhadap permasalahan penelitiannya.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif ini berdasarkan
kepada penelitian yang dilakukan dimana peneliti Sadar bahwa
pengembangan administrasi berbasis website ini membangun
masyarakat untuk lebih praktis, dimulai dari awal dengan melihat pada
kegiatan sebagaimana mestinya yang sangat penting untuk pengetahuan
pada masyarakat. Oleh karena itu hal-hal yang menarik dapat membuat
penelitian ini dapat melihat situasi yang ada.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat
Deskriptif, lebih menekankan pada proses dari pada produk analisis
data secara induktif dan lebih menekankan makna. Metode deskriptif
digunakan untuk berorientasi terhadap rumusan masalah yang
mengarahkan eksplorasi terhadap kehidupan sosial yang selanjutnya

28
29

diteliti secara mendalam untuk menjelaskan secara sistematis dan


faktual tentang analisis pelaksanaan.
4. Jenis Penelitian Dan Sumber Data
a. Data Primer
Jenis data yang digunakan adalah kualitatif. dapat diklasifikasikan
sesuai Item dalam rumusan buku, e-book serta dokumentasi lapangan.
tentang pertanyaan Disampaikan sebagai bahan penelitian kemudian
dihubungkan dengan data beberapa pertanyaan:
1) Data tentang administrasi dalam meningkatkan pelayanan
Pengurus Panti Asuhan Ummah Islamiyyah.
2) Data tentang pengelolaan pembinaan Panti Asuhan Ummah
Islamiyyah dalam meningkatkan pelayanan.
3) Data tentang faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
meningkatkan pelayanan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dari referensi yang terpercaya
seperti dokumentasi lapangan dari pihak pengelola .
b. Sumber Data
Data pada dasarnya adalah adalah fakta yang diberi makna dalam
sebuah kegiatan penelitian. Sumber data yang ada dalam penelitian ini
adalah sumber data primer dan sumber data sekunder yang meliputi:
1. Kepala Yayasan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah
2. Staff Administrasi Panti Asuhan Ummah Islamiyyah
3. Pekerja asuh Panti Asuhan Ummah Islamiyyah
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh Data yang diharapkan, maka diperlukan
teknik yang relevan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Secara garis besar
dalam pengumpulan ini meliputi: Pertama pengamatan (observasi)
terhadap obyek dan subyek penelitian. Kedua adalah wawancara
(interview) terhadap subyek penelitian yang mana adalah sebagai

29
30

sumber memperoleh data. Ketiga adalah dokumentasi yang mana


sebagai pelengkap data-data yang diperoleh dari observasi dan
wawancara. Yang selanjutnya dijadikan sebagai bahan pembuatan
skripsi, maka teknik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan (Observasi)
Menurut Haryono (2020:19), Observasi adalah metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengandalkan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena
fenomena yang diselidiki. Observasi ini dilaksanakan secara
langsung.Teknik ini dilakukan peneliti secara langsung mengamati
situasi dan kondisi Yayasan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah.
b. Wawancara (interview)
Menurut Sugiyono (2017) h.194. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang selanjutnya diteliti
dan apabila peneliti juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah dari responden tersebut sedikit. Melalui
wawancara ini, peneliti berorientasi untuk mewawancarai staf
administrasi Yayasan Panti Asuhan Ummah Islamiyyah dan berbagai
pihak terkait bahan penelitian ini.
c. Dokumentasi
Data ini diperoleh dari penghimpunan data yang dilaksanakan dengan
mencari landasan teori melalui e-book atau buku yang sesuai dengan
20 permasalahan yang diteliti.Teknisnya adalah, penulis melakukan
penelitian berdasarkan hasil observasi, wawancara terkait data dan
informasi yang diperoleh. Studi dokumentasi ini dilaksanakan untuk
mendapatkan data hasil dokumentasi yang relevan dengan teori
pengembangan administrasi di Yayasan Panti Asuhan Ummah
Islamiyyah dalam meningkatkan pelayanan pengurus.
6. Teknik Analisa Data

30
31

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2010) yaitu proses


mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat
mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang
lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan
data yang diperoleh.
Menurut Miles & Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut
secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengekstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi
data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi
penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data
sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (seringkali tanpa
disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang
dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan
reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,
membuat gugus gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi
data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan,
sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data merupakan bagian
dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan
reduksi data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.
Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam
aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan

31
32

atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih


luas, dan sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam
angka-angka atau peringkat peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu
bijaksana.
2. Penyajian Data
Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa
penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama
bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik,
grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan
informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah
diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang
sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang
benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran
yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin
berguna.
3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang
melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu
tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi
begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali
serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan
kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk
menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji
kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang
merupakan validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada

32
33

waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi agar
benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Secara skematis proses
analisis data menggunakan model analisis data interaktif Miles dan
Huberman dapat dilihat pada bagan berikut:  
Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu teknik pengelolaan dan
analisis data. Teknik pengolahan data adalah data yang sudah
terkumpul, dari hasil teknik pengumpulan data baik hasil wawancara,
observasi, angket, dan dokumentasi serta literatur pustaka, kemudian
disusun jelas (Sadiah, 2015). Sedangkan Sugiono (Sadiah, 2015)
mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan
Menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Artinya, pada saat melakukan analisa data hasil observasi, peneliti
mengumpulkan data hasil wawancara yang ada kemudian
menyimpulkannya. Setelah itu, menganalisa terhadap kategori-kategori
yang nampak pada data tersebut. Analisa ini melibatkan upaya
mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian.
Kategori dan Analisa data diperoleh berdasarkan fenomenal yang
terlihat pada program pelayanan anak yatim melalui kinerja
pengelolaan dengan metode penerapan pemerhatian program yang
sudah tersedia di panti asuhan .selanjutnya Penulis Melakukan
pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara bersama pihak
yang bersangkutan. Tujuan utama dalam tahap ini adalah
mengumpulkan informasi guna dapat memenuhi kebutuhan dan fungsi
terhadap sistem yang akan dibangun. Pelayanan administrasi di Panti
Asuhan Ummah Islamiyyah menunjukkan kurang sinergi dalam proses
pelayanan administrasinya, sehingga perlunya pengembangan sistem
untuk mengatasi kondisi tersebut dengan membangun Sistem Informasi
Pelayanan Administrasi bertransformasi sesuai kebutuhan para anak
panti asuhan dan masyarakat Kebutuhan fungsional dari pelayanan

33
34

dapat melakukan pembayaran dan dapat mengakses beberapa daripada


kebutuhan dalam melakukan pendaftaran ataupun akses ketersediaan
informasi tentang Panti Asuhan Ummah Islamiyyah Kebutuhan non
fungsional meliputi kebutuhan dari perangkat keras yang digunakan
untuk proses develop sistem dan entry data ke dalam sistem.

34
35

Daftar Pustaka

K. Sellang, M. D. (2017). Penerapan Prinsip-Prinsip Manajemen dalam


Kepemimpinan di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Muhammadiyah Rappang. Akmen, 13(3),

Kiftiah, N., Hariyani, S., & Agustin, I. W. (2020). Evaluasi Kinerja Persimpangan
Di Jalan Ahmad Yani–Jalan Raden Intan Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Planning for Urban Region 9(April), 183–192.

Zubaidah, E. (2016). Manajemen Panti Asuhan Dalam Perspektif Henri Fayol


(Studi Kasus Panti Asuhan Utsman Bin Affan). Jurnal Valuta, 2(1), 130–139.

Yunus, F. M. (2018). Filsafat Sosial; Pribumisasi Ilmu-Ilmu Sosial. SUBSTANTIA:


Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 12(1), 149–166

Putri, A. W. R., Nindyasari, R., & Latubessy, A. (2022). Pemodelan Sistem


Pengelolaan Rumah Yatim. Indonesian Journal of Technology, Informatics
and Science (IJTIS), 3(2), 72–77.

Cahyanto, F. (2020). Kebebasan Manusia Di Era Revolusi Teknologi 4.0. Jurnal


Akademik Prinsip Dan Filsafat Islam, 1(1), 41–66.

Suawa, P. J., Pioh, N. R., & Waworundeng, W. (2021). Manajemen Pengelolaan


Dana Revitalisasi Danau Tondano Oleh Pemerintah Kabupaten
Minahasa(Studi Kasus Di Balai Wilayah Sungai Sulawesi). Jurnal
Governance, 1(2), 2088–2815.

Maharani, S. (2013). Tinjauan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Anak Yatim


Dalam Tafsir Ibnu Katsir. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.

35
36

Teng, H. M. B. A. (2017). Filsafat Kebudayaan dan Sastra. Jurnal Ilmu Budaya,


5(1), 69–75.

Khadafi, N. M., Mahmuddin, M., & Hamirani, H. (2020). Fungsi Manajemen


Dakwah Dalam Kegiatan Keagamaan di Panti Asuhan Nahdiyat Kota
Makassar. Washiyah : Jurnal Kajian Dakwah Dan Komunikasi, 1(2),
248–260.

Ropiah, S., Rifa’i, A. B., & Aziz, R. (2019). Implementasi Fungsi Perencanaan
Yayasan Dalam Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat. Tadbir:
Jurnal Manajemen Dakwah, 4(2), 171–188.

Salsabil, M. N. (2020). Penerapan Fungsi Manajemen Pada Pengasuhan Anak di


Panti Asuhan Yatim Putra Islam Giwangan Yogyakarta. International
Journal of Hypertension, 1(1), 1–171.

Humairoq, Z. (2020). Upaya Pengelolaan Panti Asuhan Untuk Menjamin


Kesejahteraan Sosial Anak Asuh Panti Asuhan Ittihadul Mukminin Dusun
Pereng Desa Kuripan Utara Kecamatan Kuripan Kabupaten Lombok Barat.
Journal of Chemical Information and Modeling,21(1),1–9.

Nasib, A. F. (2020). Mengenal Dasar Manajemen.

Jaharuddin, J. (2021). Perilaku Organisasi.

Kita, R., Mangli, G., & Jember, I. (2021). Strategi Pengelolaan Yayasan Az-Zahra
Fakultas Dakwah Strategi Pengelolaan Yayasan Az-Zahra (Rumah Kita)
Griya Mangli Indah Jember.

Diajukan, S., Sebagian, M., Guna, S., Gelar, M., Sosial, S., & Dakwah, J. M.
(2015). Peningkatan Akhlaqul Karimah Anak Asuh Di Yayasan Panti Asuhan
Al-Hikmah.

36
37

Sukendar, H. B. (2016). Implementasi Manajemen Operasional Di Panti Asuhan


La Tahzan Pondok Pesantren Darul Mushlihin Jurugentong Banguntapan
Bantul Yogyakarta.

Ilmu, F., Universitas, S., & Makassar, N. (2019). Peran Yayasan Panti Asuhan
Riyadhul Yataama. Jurnal Pemikiran, Penelitian Hukum, Pendidikan
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 6(1), 113–124.

Salma. (2021). Manajemen Pembinaan Keagamaan Anak Asuh Di Panti Asuhan


Bussaina Kota Bandar Lampung. 6.

V.A.R.Barao, R.C.Coats, J.A.Shibli, M.Bertolini, & J.G.S.Souza. (2022).


Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Pengelolaan Panti
Asuhan Abadi Aisyiyah Kota Parepare. In Braz Dent J. (Vol. 33, Issue 1).

Malviana, A. L. (2016). Pendidikan Karakter Islam Di Yayasan Panti Asuhan


Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmu Agama Islam, 2, 68–77.

Norita Citra Yuliarti. (2014). Studi Penerapan Psak 45 yayasan Panti Asuhan
Yabappenatim  Jember. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 12, 58–73.

Hukul, K., & Husein, S. (2019). Peran Pengasuh Panti Asuhan Yayasan Melati.
Jurnal Iain Ambon, 1(1), 33–42.

LUTFIA  RAHMA. (2019). Implementasi  Manajemen Dakwah Di Panti Asuhan


Yayasan Nur Hidayah Surakarta. 1–19.

M. Nur Ali Ramadhan. (2013). Penerapan Fungsi-Fungsi Manajemen Dakwah Di


Panti Asuhan Yatim Piatu Baitus Salam Kota Semarang Jawa Tengah. X,
1–21.

Dr. H. Tata Sukayat, M. A. (2015). Ilmu Dakwah.

37
38

Iara Ayu Agina. (2021). Manajemen Dakwah Panti Asuhan Budi Mulya
Muhammadiyah Sukarame Bandar Lampung. 6.

38

Anda mungkin juga menyukai