Anda di halaman 1dari 5

Agama pada hakikatnya ialah memberikan pedoman pada umat manusia untuk

mencapai nilai rohani dan jasmani yang positif serta terarah. 1 Berkaca pada sejarah, Arab pra-
Islam memiliki peradaban yang sangat buruk jika dilihat dari nilai moralis sebelum kehadiran
monoteisme (Kristen, Islam dan Yahudi). Dan ketika Nabi Muhammad Saw berdakwah
membawa Islam dengan ajaran mulianya, semuanya menjadi berubah drastis kepada nilai
yang humanis dan moderat.2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa posisi agama sangat
berpengaruh terhadap kondisi sosial seluruh penjuru dunia, karena agama menentukan nilai
baik dan buruk dari pedoman kitab dalil agar manusia dapat petunjuk dan bisa membedakan
segala hal dalam mengambil keputusan.

Mengenai agama Islam, tentu sudah tidak asing lagi untuk didengar. Pasalnya agama
Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin bertujuan untuk membawa kedamaian dan
ketenangan bagi semua manusia. Rahmat yang dibawa tersebut tidak hanya terdapat pada
manusia, rahmat Islam juga ada pada makhluk yang bergerak di darat, udara dan laut.
Mengenai konsep rahmatan lil ‘alamin itu Islam menerapkan cara hidup yang sudah terarah
hingga segala permasalahan makhluk hidup dapat diatasi.3

Islam mengajarkan setiap pemeluknya untuk menjaga hubungan sesama manusia dan
lingkungan walaupun terdapat perbedaan keyakinan, maka Islam sudah tidak diragukan lagi
eksistensinya sebagai problem solver dalam menghadapi berbagai masalah yang kompleks
seperti kondisi majemuk dan plural seperti zaman sekarang. Dalam menerapkan konsep
rahmatan lil ‘alamin itu dilakukan pengajaran dan bimbingan yang benar kemudian
menyebarluaskannya kepada khalayak ke seluruh penjuru alam.4 Kegiatan ajakan tersebutlah
yang disebut dengan dakwah dalam Islam.

Dakwah memiliki arti ajakan, seruan dan panggilan. Agama Islam dikenal melalui
dakwah yang dilakukan oleh umat Islam dengan menyebarluaskan informasi keislaman,
mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran secara persuasif agar
menciptakan lingkungan yang damai, adil, maju dan bebas tanpa paksaan, 5 karena hakikatnya
adalah rahmatan lil ‘alamin. Dengan demikian dakwah dijadikan sebagai kewajiban bagi
setiap umat Islam agar rahmat terus-menerus tersebar, karena pada dasarnya jika kebaikan

1
Ali Amran, “Peranan Agama Dalam Perubahan Sosial Masyarakat,” Hikmah 02, no. 01 (2015): 24–25.
2
Mardinal Tarigan et al., “Peradaban Islam : Peradaban Arab Pra Islam,” Journal on Education 05, no. 04
(2023): 12828–29.
3
Icol Dianto, “Peranan Dakwah Dalam Proses Pengembangan Masyarakat Islam,” Hikmah 12, no. 01 (2018):
99.
4
Icol Dianto, 99.
5
Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, 06 ed. (Jakarta: KENCANA, 2004), 5–9.
terus menyebar, maka kehidupan akan terus berjalan ke arah positif. Hal ini sesuai dengan
firman Allah Swt dalam surah An-Nahl/16: 125.

‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّبَك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظِة اْلَحَس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِباَّلِتْي ِهَي‬
‫َاْح َس ُن ۗ ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َع ْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْهَتِد ْيَن‬
Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik
serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang
mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl/16: 15)

Menurut paparan di atas dakwah adalah ajakan kepada jalan yang baik, tentunya hal ini
tidak dapat dilakukan tanpa adanya strategi yang signifikan terhadap obyek dakwah tersebut.
Pasalnya tidak mudah untuk memberikan pengaruh berkesinambungan begitu saja terhadap
seseorang, diperlukan strategi yang ampuh dalam membongkar suatu pemikiran dan
melakukan rekonstruksi. Lalu untuk merencanakan strategi tersebut dibutuhkan bimbingan
terencana dan fleksibel ketika menghadapi persoalan.

Bimbingan secara umum dapat diartikan sebagai proses yang terjadi pada seorang ahli
dengan tujuan untuk memberikan layanan bantuan dalam bentuk pengetahuan dan
keterampilan kepada orang lain baik secara individual maupun kelompok agar dapat
mengatasi persoalan yang ada pada dirinya. Menurut Kincin, bimbingan adalah pemberian
bantuan yang berkesinambungan dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah
yang dihadapi melalui memaksimalkan kemampuan untuk memahami, mengarahkan dan
menyesuaikan dirinya pada lingkungan.6

Jadi, hakikatnya bimbingan keagamaan adalah pemberian bantuan seorang ahli agama
kepada orang lain yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Bantuan tersebut ialah
mendorong mental spiritual mereka agar dapat menjadi problem solver bagi dirinya sendiri
melalui iman dan taqwa kepada Allah Swt. Bimbingan agama bersifat umum, artinya tidak
membatasi sasarannya dalam memberikan bantuan kepada setiap umat Islam yang
membutuhkan, dari kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. 7 Dengan demikian,

6
Amin Ridwan, “Peran Guru Agama dalam Bimbingan Konseling Siswa Sekolah Dasar,” Risalah 04, no. 01
(2018): 6, https://doi.org/10.5281/zenodo.3550506.
7
Nasep Khirzani and Abdul Mujib, “Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman Ketauhidan Remaja,”
Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 07, no. 03 (2019): 335,
https://doi.org/10.15575/irsyad.v7i3.168.
bimbingan yang akan dilakukan harus dipersiapkan dengan baik dan terarah terlebih dahulu.
Maka dari itu dibutuhkan model agar dapat menyesuaikan status sosial mereka dan dapat
memberikan kemudahan untuk pengembangan dirinya.

Model yang dimaksud dalam penulisan ini adalah pola atau corak strategis yang dibuat
sedemikian rupa untuk menyesuaikan kategorisasi anak didik. Model yang dijadikan
pedoman tentunya secara otomatis akan membuat aktivitas bimbingan tersebut menjadi
efektif dan sistematis. Namun mengenai hal demikian terdapat faktor utama yang perlu
digaris bawahi bahwasanya pendidikan utama terdapat pada orang tua, karena hakikatnya
bimbingan awal manusia yaitu ada pada orang tuanya. Walaupun hal ini dapat diatasi dengan
pendidikan berlembaga seperti sekolah, pondok pesantren, kampus dan lembaga lainnya,
namun sosok guru tidak bisa dijadikan sebagai pedoman utama dalam membentuk karakter
seseorang, diperlukan effort yang besar dan konsisten agar terjadinya perubahan yang
berkelanjutan. Peran orang tua dan lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan, karena
terdapat hubungan yang dialektis antar dua variabel tersebut.

Berdasarkan observasi umum yang telah penulis simpulkan, bahwa setiap lembaga
memiliki sifat majemuk pada anak didiknya. Beberapa anak didik tentunya ada yang
memiliki kepribadian yang sulit untuk menerima pengetahuan, ada juga yang masih sulit
untuk dikontrol segi moralitas buruknya, baik bagi pembimbing maupun dirinya sendiri.
Terlebih lagi pondok pesantren yang bersifat sangat kompleks dan luas akan anak didik, serta
memiliki prinsip pendidikan 24 jam. Hal ini juga berlaku pada Pondok Pesantren Manbaul
Ulum Kertak Hanyar di kota Banjarmasin.

Pondok Pesantren Manbaul Ulum yang diasuh oleh KH. Mukeri Gawith, MA dan KH.
Ghazali Mukeri, Lc adalah lembaga pendidikan yang berbasis formal dan non formal.
Pendidikan formal terdiri dari MA dan MTs, sedangkan non formal antara lain Taman
Pendidikan Quran (TPQ), Madrasah Diniyah dan Majelis Taklim. Para santri yang ada di sana
tidak hanya diberi materi pada jam pelajaran tapi juga dibina dan dididik 24 jam dengan
diwajibkan tinggal di asrama lingkungan pesantren dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan pesantren serta berdisiplin dalam suasana kehidupan alam pendidikan
pesantren. Seiring berjalannya waktu, pesantren Manbaul Ulum Kertak Hanyar Banjar
mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai wadah pendidikan agama untuk menciptakan
generasi pendakwah dan penerus umat Islam yang ideal, hingga menambah minat orang tua
untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren Manbaul Ulum ini dan secara bertahap
sarana dan prasarana pondok pun ditambah dan dilengkapi untuk memenuhi pendidikan yang
layak dan wajar.8

Pondok pesantren yang telah mengalami perkembangan mengiringi waktu yang


panjang, maka otomatis anak didik yang bertambah juga memerlukan pembimbing yang
mencukupi bagi mereka agar mendapat pendidikan yang baik. Berdasarkan informasi yang
disajikan, penulis mencoba mengulik model bimbingan keagamaan yang diaplikasikan oleh
guru di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Kertak Hanyar di Banjarmasin. Untuk mencegah
kompleksitas terhadap obyek, penulis memutuskan untuk mengkhususkan sampel penelitian
dalam karya tulis ilmiah ini dengan judul “Model Bimbingan Keagamaan Ustadz
Shalahuddin Di Pondok Pesantren Manbaul Ulum Kota Banjarmasin”.

Ali Amran. “Peranan Agama Dalam Perubahan Sosial Masyarakat.” Hikmah 02, no. 01
(2015): 39.
Amin Ridwan. “Peran Guru Agama dalam Bimbingan Konseling Siswa Sekolah Dasar.”
Risalah 04, no. 01 (2018): 13. https://doi.org/10.5281/zenodo.3550506.
Budi. “Pesantren Manbaul Ulum Kertak Hanyar Banjar.” Komunitas. laduni.id (blog), 2020.
https://www.laduni.id/post/read/70334/pesantren-manbaul-ulum-kertak-hanyar-banjar.
Icol Dianto. “Peranan Dakwah Dalam Proses Pengembangan Masyarakat Islam.” Hikmah 12,
no. 01 (2018): 118.
Mardinal Tarigan, Ayu Lestari, Khaiyirah Rahmadhani Lubis, and Mita Fitria. “Peradaban
Islam : Peradaban Arab Pra Islam.” Journal on Education 05, no. 04 (2023): 12832.
Moh Ali Aziz. Ilmu Dakwah. 06 ed. Jakarta: KENCANA, 2004.
Nasep Khirzani and Abdul Mujib. “Bimbingan Agama dalam Meningkatkan Pemahaman
Ketauhidan Remaja.” Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan
Psikoterapi Islam 07, no. 03 (2019): 350. https://doi.org/10.15575/irsyad.v7i3.168.

8
Budi, “Pesantren Manbaul Ulum Kertak Hanyar Banjar,” Komunitas, laduni.id (blog), 2020,
https://www.laduni.id/post/read/70334/pesantren-manbaul-ulum-kertak-hanyar-banjar. (01:47, 05-01-2024)

Anda mungkin juga menyukai