Anda di halaman 1dari 22

PERAN MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

ISLAM DI MASYARAKAT (PENDEKATAN SOSIOLOGIS DI DESA


TAHELE)

Disusun Oleh :

Ummunnisa lahiya

C01418178

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSUTAS MUHAMADIYAH GORONTALO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan rahmat, taufiq,
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Penulis
berasal dari mahasiswa di Fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhamadiyah gorontalo pada
prodi Keperawatan dengan terselesaikannya karya Ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa tulisan dalam karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana pepatah mengatakan
“ Tak ada gading yang tak retak “ sehingga saran, kritik, dan tanggapan positif dari berbagai
pihak penulis harapkan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini.

Ucapan terimakasih yang tulus penulis ucapkan kepada orang orang-orang yang selalu
memberi saya motifasi yang disertai dengan doa yang tulus dan memberikan saya motivasi pada
saat saya terjatuh dan bangkit kembali dalam penyusunan karya Ilmiah ini hingga tahap akhir,
baik berupa materi, tenaga, doa, dan dukungan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan pada jurusan, keperawatan di Univeraitas Muhammadiyah Gorontalo
Bolaangmongondow Timur. Semoga jasa-jasanya dapat dibalas oleh Allah Swt

Gorontalo 10 juni 2019

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam Islam ditempatkan sebagai sesuatu yang esensial dalam kehidupan
manusia. Melalui pendidikan, manusia dapat membentuk kepribadiannya. Selain itu, melalui
pendidikan manusia dapat memahami dan mampu menerjemahkan lingkungan yang dihadapinya
sehingga dapat menciptakan suatu karya yang gemilang. Melalui penelaahan terhadap alam yang
diperoleh dengan cara dan proses pendidikan, manusia dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.
Dalam kontek masyarakat Indonesia secara agama mayoritas beragama Islam masih
meninggalkan berbagai macam masalah sosial, kemiskinan, serta keterbelakangan terutama
dalam pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia atau sumber daya
umat yang masih jauh dari kualitas memadai untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Sehingga, timbullah kemiskinan intelektual, sosial, moral, dan ekonomi di kalangan masyarakat
Islam Indonesia. Melihat sejumlah masalah yang begitu komplek dihadapi masyarakat Islam
dewasa ini, maka menuntut adanya pengembangan dan pemberdayaan di kalangan masyarakat
Islam. Pengembangan masyarakat yang diperlukan di sini adalah pengembangan yang
berorientasi pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Untuk itu, upaya
pengembangan masyarakat masih perlu mendapatkan perhatian serius dari berbagai kalangan,
termasuk di dalamnya kelompok-kelompok maupun organisasi sosial yang ada. Organisasi
Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi keagamaan di Indonesia yang mencoba
memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi masyarakat Islam. Organisasi
Muhammadiyah sebagai suatu gerakan dalam mengikuti perkembangan dan perubahan ini
senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, seperti
halnya disebutkan dalam Al-Qur’ân surat Ali Imron ayat 104

Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang
yang beruntung.”

Usaha dan kegiatan Muhammadiyah terdiri dari 17 subsistem sebagaimana yang


tercantum dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 3, yaitu :

1. Menyebarluaskan Agama Islam terutama dengan mempergiat dan

menggembirakan tabligh;

2. Mempergiat dan memperdalam pengkajian ajaran Islam untuk

mendapatkan kemurnian dan kebenarannya;


3. Memperteguh iman, mempergiat ibadah, meningkatkan semangat jihad,

dan mempertinggi akhlak;

4. Memajukan dan memperbarui pendidikan dan kebudayaan,

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta mempergiat

penelitian menurut tuntunan Islam;

5. Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk berwakaf serta

membangun dan memelihara tempat ibadah;

6. Meningkatkan harkat dan martabat manusia menurut tuntunan Islam;

7. Membina dan menggerakkan angkatan muda sehingga menjadi manusia

muslim yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsa;

8. Membimbing masyarakat ke arah perbaikan kehidupan dan

mengembangkan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam;

9. Memelihara, melestarikan, dan memberdayakan kekayaan alam untuk

kesejahteraan masyarakat;

10. Membina dan memberdayakan petani, nelayan, pedagang kecil, dan buruh

untuk meningkatkan taraf hidupnya;

11. Menjalin hubungan kemitraan dengan dunia usaha;

12. Membimbing masyarakat dalam menunaikan zakat, infaq, shadaqah,

hibah, dan wakaf;

13. Menggerakkan dan menghidup-suburkan amal tolong-menolong dalam

kebajikan dan taqwa dalam bidang kesehatan, sosial, pengembangan

masyarakat, dan keluarga sejahtera;

14. Menumbuhkan dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan kekeluargaan

dalam Muhammadiyah

15. Menanamkan kesadaran agar tuntunan dan peraturan Islam diamalkan


dalam masyarakat;

16. Memantapkan kesatuan dan persatuan bangsa serta peran serta dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara; dan

17. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan persyarikatan.

(LPID UMS, 2006 : 86-88)

Dari 17 amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah di atas, amal usaha Muhammadiyah
yang pertama kali dilakukan adalah melalui jalur pendidikan, baik secara formal maupun
nonformal. Hal ini sesuai dengan jalur pendidikan nasional yang disebutkan dalam pasal 13
bahwasanya jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.(Anwar Arifin, 2006:162) Pada penulisan skripsi ini, akan
difokuskan membicarakan pada usaha yang diterapkan Muhammadiyah dalam pengembangan
pendidikan Islam baik secara formal maupun nonformal. Kabupaten Gunungkidul secara umum
merupakan suatu daerah potensial untuk berkembangnya pemikiran -pemikiran keagamaan. Hal
ini selain dikarenakan letak geografis dan tingkat pendapatan masyarakat yang minim, juga
dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat yang kurang, baik pendidikan umum terlebih lagi
pendidikan Islam. Oleh sebab itu, keadaan yang seperti ini banyak dimanfaatkan oleh misionaris
untuk mengembangkan agamanya. Desa Playen merupakan suatu daerah di Kabupaten
Gunungkidul yang sampai saat ini dapat menjaga aqidah masyarakat dari bahaya misionaris. Hal
ini tidak terlepas dari peran organisasi Muhammadiyah yang masih eksis dengan amal usahanya
terutama di bidang pendidikan dan tabligh, baik secara formal maupun nonformal. Secara formal
dapat dilihat dari berdirinya lembaga-lembaga pendidikan dari TK, MI/SD, SMP dan SMK.
Sedangkan secara nonformal dapat dilihat dengan diadakannya kursus kursus, majelis-majelis
taklim, baik untuk pengurus maupun untuk masyarakat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
akan dibahas tentang peran dan usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam pengembangan
pendidikan Islam baik secara formal maupun nonformal khususnya yang dilaksanakan di desa
tahele kecamatan popayato

B. Penegasan Istilah

Karya tulis ini Peran Muhammadiyah Dalam Pengembangan Pendidikan Islam di


Masyarakat (Pendekatan Sosiologis di desa tahele. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam
menafsirkan judul ini, maka perlu kiranya terlebih dahulu adanya penjelasan atau pembatasan
istilah sebagai berikut:

1. Peran Muhammadiyah

Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:854). Sedangkan Muhammadiyah
secara bahasa diambil dari nama Nabi dan Rasul terakhir, yaitu Muhammad bin Abdullah bin
Abdul Muthalib. Beliau adalah Nabi dan Rasul terakhir, pembawa risalah Islam yang sempurna
diutus untuk semua umat manusia sepanjang masa. Sedangkan “yah” dalam bahasa Arab
disebut huruf syibhu atau nisbi yang artinya menyerupakan, menjeniskan, atau mengidentikkan.
Jadi Muhammadiyah berarti orang-orang Islam yang hidup setelah Rasul Muhammad
Shollallâhu álaihi wasallam yang akan mengikuti, menyerupakan diri, menjeniskan atau
mengidentikkan diri pada perilaku hidup serta akhlak budi pekerti perjuangan Nabi Muhammad
Shollallâhu álaihi wasallam (Kastholani, 2003 : 33). Sedangkan menurut

Mulkhan (1990 : 4-5) Muhammadiyah adalah sekelompok orang yang berusaha


mengidentifikasikan dirinya atau membangsakan dirinya sebagai pengikut, penerus, dan pelanjut
perjuangan dakwah Rasul dalam mengembangkan tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian
Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang gerak perjuangannya ditujukan untuk
pengembangan suatu tata kehidupan masyarakat sebagaimana dikehendaki Islam. Usaha-usaha
dilakukan berdasarkan pola dasar yang telah dicontohkan oleh Rosulullah. Jadi yang dimaksud
peran Muhammadiyah dalam penelitian ini adalah suatu perilaku atau usaha yang dilakukan
organisasi Muhammadiyah dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

2. Pengembangan Pendidikan Islam di Masyarakat

Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (Kamus Besar Bahasa


Indonesia, 2002 : 538). Pengembangan yang di maksud di sini adalah proses yang dilakukan
Muhammadiyah untuk menghidup suburkan pendidikan Islam dengan melalui 2 cara, yaitu
formal dan nonformal. Pendidikan Islam sebagaimana rumusan dari hasil seminar pendidikan
Islam se-Indonesia di Cipayung Bogor adalah bimbingan terhadap bimbingan rohani dan jasmani
menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam. (Abuddin Nata, 2003 : 12). Sedangkan masyarakat berasal dari
kata musyarok (Arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat,
yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama, dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, selanjutnya menjadi kesepakatan menjadi masyarakat (Abdulsyani, 2007 : 30).
Maksud dari pengembangan pendidikan Islam di masyarakat dalam penelitian ini adalah usaha
untuk menghidup suburkan pendidikan Islam di masyarakat dalam rangka sumber daya manusia
atau sumber daya umat Islam di masyarakat baik secara formal maupun nonformal.

3. Desa tahele

Adalah sebuah Desa yang berlokasi di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan penjelasan istilah di atas, yang dimaksud
dari judul peran Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat
(pendekatan sosiologis di Desa tahele kecematan popayato) yaitu suatu penelitian tentang usaha
atau kiprah organisasi Muhammadiyah untuk menghidup suburkan pendidikan Islam di
masyarakat, baik secara formal maupun non formal, dalam rangka mempersiapkan sumber daya
manusia atau sumber daya umat Islam di Desa Playen Kecamatan Playen Kabupaten
Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Berpijak dari penegasan judul dan latar belakang masalah dari uraian di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran Muhammadiyah dalam rangka pengembangan

pendidikan Islam di Desa Playen Playen Gunungkidul?

2. Apakah faktor pendukung dan kendala yang dihadapi Muhammadiyah

dalam rangka pengembangan pendidikan Islam di Desa Playen Playen

Gunungkidul?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka penulisan skripsi ini bertujuan :

1. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam rangka

pengembangan pendidikan Islam di Desa Playen Playen Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan kendala yang dihadapi Muhammadiyah dalam
rangka pengembangan pendidikan Islam di Desa tahele.

E. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada akademik
terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pengembangan pendidikan Islam di
masyarakat

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi ilmu sosial
keagamaan dan pengembangan keilmuan khususnya pengembangan masyarakat Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi para
pengambil kebijakan pendidikan nasional agar dalam usaha reformasi pendidikan tidak
melepaskan identitas dan kepribadian bangsa Indonesia.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para peneliti yang akan
datang, khususnya yang akan mengkaji sejarah gerakan pendidikan Muhammadiyah.

c. Hasil penelitian ini diharapkan secara khusus dapat menjadi bahan pertimbangan dan renungan
bagi para pimpinan dan simpatisan Muhammadiyah.

F. Kajian Pustaka

Untuk mendukung penulisan skripsi ini, maka dilakukan pengamatan terhadap penelitian
sebelumnya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.

1. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Ma’unah Wahyu Hidayati,

mahasiswi Fakultas Dakwah Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2001, dengan judul Peran
Muhammadiyah Dalam Pengembangan Masyarakat Melalui Pendidikan (Studi Terhadap Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta). Dalam
penelitian ini saudari Ma’unah Wahyu Hidayati ingin mengetahui gambaran umum tentang
majelis pendidikan dasar dan menengah PDM kota Yogyakarta dan bagaimana perannya dalam
masyarakat. Hasil penelitiannya adalah menunjukan bahwasanya peran Muhammadiyah dalam
pengembangan masyarakat melalui pendidikan ada tiga, yaitu pertama, sebagai mediator yaitu
dengan menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam rangka peningkatan sumber daya
manusia, dan juga berfungsi sebagai wakil dalam masyarakat. kedua, sebagai motivator yaitu
sebagai tertuang di dalam program subsidi silang untuk masyarakat yang kurang mampu.
Program ini juga ditujukan guna membangun solidaritas siswa yang berkecukupan dengan yang
kurang mampu. ketiga, sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi pendidikan baik sarana maupun
prasarana. Dalam hal ini, majelis Dikdasmen juga memberikan fasilitas bagi masyarakat kurang
mampu untuk memperoleh pendidikan melalui program BIKUNG (Bina Lingkungan),
diperuntukkan bagi siswa-siswi yang ada di sekolah Muhammadiyah kota Yogyakarta dengan
melalui keringanan pendidikan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudari Siti Sulastri mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Program
Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2000 dengan judul Peran
Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta Dalam Bidang Pendidikan dan Dakwah.
Dalam penelitian ini saudari Siti Sulastri ingin mengetahui ciri-ciri pendidikan, peranan, serta
usaha pengembangan Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta. Hasil dari
penelitiannya adalah menunjukan bahwa berdirinya Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah
Yogyakarta dilatar belakangi oleh berbagai kondisi, yaitu : kondisi agama, sosial ekonomi, dan
politik pada abad ke-19. Madrasah Mu’allimat didirikan pada tahun 1923 hingga tahun 1978,
memiliki peranan dalam bidang pendidikan di sekolah maupun di masyarakat. Sejak di sekolah
para siswa telah dididik terlibat dalam kegiatan bermasyarakat. Oleh karena itu, Madrasah
Mu’allimat Yogyakarta banyak mengeluarkan calon muballighoh, guru maupun pemimpin putri
Islam yang kemudian mereka mendarmabaktikan diri dalam organisasi Muhammadiyah atau
Aisyiyah. Usaha pengembangan dakwah Islamiyah dalam penyebaran Islam dan kaderisasi Islam
dilakukan Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah Yogyakarta melalui sistem pendidikan
khususnya untuk menjadi kader maupun muballighoh yang berkualitas serta tersebar di seluruh
Indonesia.

3. Penelitian oleh saudara Muhammad Ali mahasiswa program pasca sarjana

Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2001, dengan judul Gerakan Pembaharuan


Muhammadiyah (1912-1942) Melacak Akar-akar Pendidikan Modern. Dalam penelitian ini
saudara Muhammad Ali ingin

mengetahui situasi pendidikan di Indonesia pada abad ke-19 sebelum munculnya pendidikan
modern, organisasi pendidikan serta faktor yang melatar belakangi kelahiran Muhammadiyah
dan identitas pendidikan tersebut. Hasil dari penelitiannya adalah pertama, pendidikan di
Indonesia pada abad ke-19 sebelum munculnya pendidikan modern terdapat dua sistem
pendidikan, yaitu pendidikan pribumi yang dilaksanakan masyarakat serta pendidikan
gubernemen oleh pihak Belanda. Terdapat dua jenjang dalam pendidikan pribumi, yaitu
pengajian al-Quran dan pesantren. Pada pengajian al-Quran diajarkan membaca al-Quran dan
dasar-dasar ke-Islaman, sedangkan yang ingin mempelajari Islam lebih mendalam belajar di
pesantren. Pada pihak lain pendidikan Belanda pada abad ke-19 masih dilakukan dengan amat
sederhana dan terbatas di daerah -daerah perkotaan serta diperuntukkan untuk anak-anak
Belanda dan lapisan atas priyayi. Keadaan ini pada gilirannya tidak berpengaru banyak terhadap

masyarakat Indonesia pada umumnya. kedua, terdapat tiga ragam Pendidikan Nasional
yang disebut sebagai akar pendidikan modern, yaitu Muhammadiyah (1912), Taman Siswa
(1922), dan INS Kayutanam (1926). Tujuan akhir pendidikan Muhammadiyah adalah ingin
membangun kembali tatanan masyarakat agar sejalan dengan nilai nilai Islam. Bagi Taman
Siswa pendidikan harus diarahkan untuk membangun kembali kebudayaan yang ada di
masyarakat dan disesuaikan dengan perkembangan mutakhir. Singkatnya basis pendidikan
Taman Siswa bercorak kultural-nasional. Pendidikan INS Kayutanam di maksud untuk
menumbuh kembangkan seluruh potensi manusia secara maksimal sehingga mampu hidup
mandiri di tengah-tengah masyarakat. ketiga, Muhammadiyah merupakan salah satu akar
pendidikan modern di Indonesia. Dari penjelasan penelitian sebelumnya yang ditemukan seperti
penjelasan di atas, jelas sekali perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan, walaupun
sama-sama berbicara mengenai pendidikan. Sedangkan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah bagaimana peran Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan Islam di masyarakat
yang

dilakukan di desa tahele.

4. Anwar Arifin (2006 : 162) dalam bukunya “Format Baru Pengelolaan Pendidikan”
menyebutkan jalur pendidikan dalam undang-undang dalam pendidikan nasional pasal 13 terdiri
atas pendidikan formal, informal, dan nonformal.
a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Anwar Arifin, 2005 : 176).
Satuan pendidikan penyelenggara :

1) Taman Kanak-kanak (TK)

2) Raudatul Athfal (RA)

3) Sekolah Dasar (SD)

4) Madrasah Ibtidaiyah (MI)

5) Sekolah Menengah Pertama (SMP)

6) Madrasah Tsanawiyah (MTs)

7) Sekolah Menengah Atas (SMA)

8) Madrasah Aliyah (MA)

9) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

10) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

11) Perguruan Tinggi (PT), terdiri dari :

a) Akademi

b) Politeknik

c) Sekolah Tinggi

d) Institut

e) Universitas

b. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Anwar Arifin, 2005 : 176). Dalam pasal 26
dalam bab VI tentang jalur,jenjang, dan jenis pendidikan, disebutkan bahwa pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah

dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat
(Anwar Arifin, 2006 : 165) Satuan pendidikan penyelenggara :
1) Kelompok bermain (KB)

2) Taman Penitipan Anak (TPA)

3) Lembaga Kursus

4) Sanggar Pelatihan

5) Lembaga Pelatihan

6) Kelompok Belajar

7) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

8) Majeli Taklim

c. Pendidikan Informal

Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan masyarakat (Anwar Arifin,
2005 : 176).

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian Berdasarkan tempatnya, penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan.
Penelitian lapangan (field research, field work) yaitu penelitian kehidupan sosial masyarakat
secara langsung. Penelitian ini digunakan untuk memahami individu, kelompok, dan lembaga
pada latar tertentu secara mendalam. (Maryaeni, 2005 : 25-26). Dalam penelitian ini pendekatan
yang dipakai adalah pendekatan sosiologis yaitu pendekatan tentang interelasi dari agama dan
masyarakat serta bentuk interaksi yang terjadi antarmereka menurut pendekatan sosiologi bahwa
dorongan, gagasan, dan lembaga agama mempengaruhi. Juga dipengaruhi oleh kekuatan -
kekuatan sosial organisasi dan stratifikasi sosial. (Kahmad, 2002 : 90).

2. Penentuan Subjek dan objek penelitian

Adapun yang di maksud subjek dalam penelitian ini adalah sumber data di mana peneliti dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam rangka penelitian. Subjek penelitian adalah Pimpinan
Ranting Muhammadiyah Playen, Kepala Desa Playen, pemuka masyarakat dan masyarakat Desa
Playen. Sedangkan objek penelitian ini adalah peran Muhammadiyah terhadap pengembangan
pendidikan Islam di masyarakat.

3. Metode Pengumpulan Data

Guna mendapatkan data yang akurat, digunakan beberapa metode antara lain :

a. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung
oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban -jawaban responden dicatat
atau direkam dengan alat perekam (Soehartono, 2004 : 67-68).Teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara bebas terpimpin atau wawancara tak terstruktur yaitu susunan
pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara
dan disesuaikan dengan kebutuhan pada saat kondisi wawancara. Dalam hal ini responden yang
akan diwawancarai adalah Pimpinan Ranting Muhammadiyahtahele dalam rangka untuk
mendapatkan data tentang gerak dakwah Muhammadiyah di Desa tahele dalam pengembangan
pendidikan Islam yang bercirikan Muhammadiyah, Kepala Desa tahele dalam rangka untuk
mendapatkan data tentang gambaran umum masyarakat tahele, pemuka masyarakat dalam
rangka untuk mendapatkan data tentang keberhasilan dari peran Muhammadiyah di Desa Playen
dan masyarakat Desa Playen dalam rangka untuk mendapatkan data tentang peran
Muhammadiyah yang telah terealisasi dan teraplikasi di masyarakat di Desa tahele.

b. Observasi

Observasi yaitu upaya merumuskan masalah, membandingkan masalah yang dirumuskan


dengan kenyataan di lapangan, pemahaman detail permasalahan guna menemukan detail
pertanyaan yang akan dituangkan dalam kuesioner, serta untuk menemukan strategi
pengambilan data dan bentuk perolehan pemahaman yang dianggap paling tepat.(Maryaeni, 2005
: 68).

Adapun teknik observasi yang dipakai yaitu observasi non partipisan. Dalam hal ini peneliti tidak
terlibat secara langsung dalam kegiatan pengembangan pendidikan Islam di Desa Playen.
Observasi ini digunakan untuk memperoleh gambaran secara objektif mengenai objek yang akan
penulis teliti, yaitu tentang gambaran umum Desa tahele dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
Muhammadiyah di Desa Tahele dalam rangka pengembangan pendidikan Islam yang bercirikan
Muhammadiyah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 1993 : 202). Metode dokumentasi ini digunakan sebagai pelengkap hasil observasi
dan wawancara, dan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan dokumen-dokumen
atau arsip-arsip didapatkan dalam penelitian, yaitu berupa arsip-arsip yang ada di Desa
tahelemaupun yang ada dalam Ranting Muhammadiyah di Desa tahele.

4. Keabsahan Data

Dalam melaksanakan keabsahan data, digunakan teknik Triangulasi. Teknik Triangulasi


adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan jalan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum, dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan
keadaan yang perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, serta
membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2004 :
178). Dalam penelitian ini dapat dibandingkan antara hasil pengamatan kegiatan yang dilakukan
Muhammadiyah di masyarakat Playen dengan hasil wawancara dengan pengurus
Muhammadiyah, dapat membandingkan antara hasil wawancara dengan Kepala Desa Playen
atau pengurus Muhammadiyah dengan hasil dokumentasi yang didapatkan, dan dapat
membandingkan dari hasil wawancara dengan pengurus Muhammadiyah tentang keberhasilan,
faktor pendukung ataupun penghambat Muhammadiyah dengan hasil pengamatan langsung di
masyarakat.

5. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan pentahapan secara berurutan dan
interaksionis, terdiri dari 3 alur kegiatan bersamaan yaitu : pengumpulan data sekaligus reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Habermen, 1992 : 16).
Pertama, setelah pengumpulan data selesai,terjadilah reduksi data yaitu menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan pengorganisasian, sehingga data menjadi pilah.
Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi maupun matrik. Tahap
ketiga adalah penarikan kesimpulan dari data secara induktive yaitu menarik kesimpulan dari
makna yang sifatnya umum ke makna yang sifatnya khusus.

H. Sistematika Penulisan karya ilmiah

Guna memudahkan dalam pembahasannya dan agar alur pemikiran dan penulisannya
sistematis, konsisten dan integratif,
BAB II

PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah. penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Pendekatan sosiologis Muhammadiyah.

A .Tinjauan mengenai sosiologi, yang meliputi pengertian sosiologi, objek sosiologi, cabang-
cabang sosiologi, manfaat sosiologi, dan perspektif dalam sosiologi. B. Muhammadiyah di
masyarakat, yang meliputi perspektif konsep gerakan, perspektif aktor gerakan, dan perspektif
jaringan gerakanMuhammadiyah. Gambaran umum dan peran Muhammadiyah di desa tahele
tentang A. Gambaran umum Desa tahele yang meliputi letak geografis, keadaan sosial -ekonomi
masyarakat, dan keadaan kehidupan keagamaan dan pendidikan. B. Peran Muhammadiyah di
Desa Playen, yang meliputi perspektif konsep gerakan, perspektif aktor gerakan, perspektif
jaringan gerakan Muhammadiyah di Desa tahele. C. Faktor-faktor pendukung Muhammadiyah,
dan D. Faktor-faktor kendala Muhammadiyah di Desa tahele. Pelaksanaan peran
Muhammadiyah di Desa Playen. Bab ini berisi tentang : A. Pelaksanaan pendidikan Islam dan
kegiatan-kegiatan Muhammadiyah di Desa tahele.

Masalah Berbicara mengenai kiprah kaum perempuan dalam kajian ini sesungguhnya tidak boleh
lepas dari apa yang menjadi motivasi perjuangan rakyat Gorontalo melawan kaum penjajah.
Peristiwa 23 Januari 1942 adalah salah satu pilar yang mematangkan proklamasi kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945. Pelopor peristiwa ini adalah Nani Wartabone, bersama
temantemannya, yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat Gorontalo. Peristiwa ini
mempunyai pengaruh yang sangat besar bahkan sampai ke Teluk Tomini. Masyarakat Gorontalo
pada saat itu bertekad bulat bahwa masyarakat Indonesia khususnya Gorontalo harus merdeka
atau bebas dari penjajahan Belanda, dan sepakat bahwa Nani Wartabone adalah Pemimpinya.
Gerakan ini mempunyai kesamaan pemikiran dengan gerakan yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Makassar. Semua gerakan ini bertujuan adalah perbaikan
hidup bangsa Indonesia, yaitu bagaimana cara agar bisa lepas dari penjajahan. Melihat perjalanan
sejarah perjuangan Gorontalo dalam memperjuangkan kemerdekaan daerah Gorontalo sendiri
yang telah dilalui maka tidak bisa lepas dari gerakan-gerakan atau organisasi yang memberikan
kontribusinya untuk memperjuangkan kemerdekaan Gorontalo. Bahwa memperjuangkan
kemerdekaan Gorontalo lebih dominan di lakukan oleh kaum Adam, itu di benarkan dengan
adanya gerakan yang di pimpin oleh bapak Nani Wartabone. Perlu diketahui bahwa perempuan
pada zaman itu memberikan kontribusi yang tidak kalah dengan kaum laki-laki. Di Indonesia
R.A Kartini adalah salah satu contoh dari sekian banyak kaum perempuan yang rela
memperjuangkan hidupnya demi kaumnya agar perempuan tidak di pandang sebelah mata, yang
mana kebanyakan pemikiran sebagian orang bahwa kaum perempuan tidak mempunyai andil
yang terlalu penting dalam perjuangan Indonesia. Perjuangan perempuan Indonesia telah
berlangsung lama sejak zaman Hindu. Pada saat itu sudah ada perempuan yang menjadi
pemimpin di kerajaan baik di luar Jawa maupun di dalam pulau Jawa itu sendiri. Sebagai ibu dan
istri yang menjalankan peran domestik seputar urusan keluarga dan rumah tangga, kaum wanita
sejalan dengan tuntutan zaman dan kondisi real lingkungan sekitarnya, juga dituntut berperan di
sektor publik. Keikutsertaan kaum wanita Indonesia di sekitar publik telah berlangsung lama.
Hal itu antara lain dapat diketahui dari maraknya gerakangerakan perlawanan yang di pimpin
oleh tokoh-tokoh wanita.1 Walaupun di akui banyak segelintir kaum perempuan dimasa kini
yang menjadi bersikap apatis kepada perjuangan sesama kaumnya apabila telah menempati
posisi yang baik dan strategis. Seolah-olah menjadi lupa titik awal dimana mereka bertolak. Hal
seperti ini sangat jauh berbeda dengan keadaan perjuangan pendahulu dimana waktu itu
senangtiasa ihklas berkorban untuk memberikan harta yang termahal bahkan nyawa sekalipun.
Tidak sedikit kaum perempuan yang berkiprah dalam kancah perjuangan tampah pamri dengan
suatu harapan apa yang dicita-citakan tercapai untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Jika dicermati sejarah gerakan kaum wanita dapat dikemukakan bahwa pada
mulanya lebih tertujuh pada bidang pendidikan. Hal ini tampak didasari oleh kesadaran bahwa
pendidikan dapat membawa pengaruh besar dan perubahan dan kemajuan. Jadi tidak heran jika
tokoh perempuan pada saat itu lebih bergerak dibidang pendidikan. Ini sama halnya juga yang
ada di daerah Gorontalo itu sendiri dengan adanya kesadaran dari pola pikir orang tua untuk
menyekolahkan anak-anaknya. Berbarengan dengan itu maka, didirikanlah partai-partai politik
dan organisasi-organisasi kemasyarakatan yang tujuannya secara terselubung membela
kepentingan rakyat. Partai-partai politik yang lahir pada waktu itu adalah partai Nasional
Indonesia, partai Murba, partai Syarikat Islam Indonesia, Masyumi, Nahdatul Ulama, Perti,
organisasi Muhammadiyah dan lain-lain.2 Sementara itu di kota Solo pada tahun 1928
berlangsung Kongres Perempuan Indonesia yang didirikan oleh wakil-wakil organisasi
Perempuan dari beberapa daerah di Indonesia. Kongres tersebut berlangsung hanya selang 55
hari dari kongres tersebut selain diputuskan bahwa tanggal 22 Desember menjadi hari nasional
yaitu hari ibu. Juga dihasilkan kebulatan tekad kaum perempuan Indonesia untuk mewujudkan
cita-cita kemerdekaan. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kiprah kaum perempuan tidak dapat
dipisahkan dengan mitranya kaum laki-laki sebagai komponen Bangsa.3 Sejak saat itu semangat
kebangsaan mulai menyebar secara luas dan mendorong rakyat Indonesia untuk segera
melepaskan diri dari belenggu penjajah. Tidak terkecuali tentang kiprah 1 Nana Nurliana, dkk,
Peranan Wanita Indonesia di Masa Perang Kemerdekaan 1945-1950 (Jakarta: Depdikbud
Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional 1986), Hal. 1 2 Dra. Hj. Nun Thalib Eraku. Kiprah
Perjuangan Gorontalo. Gorontalo:Ung Pres. Hal. 22 3 Ibid. Hal. 22 kaum perempauan di daerah
Gorontalo yang tidak dapat dipisahkan dengan gambaran secara umum yang terjadi dan berlaku
di seluruh tanah air kita. Jadi bukan hanya pulau jawa saja sebagai basis lahirnya pergerakan
nasional mewujudkan Indonesia merdeka. Tapi merembet secara luas di daerah-daerah
termaksud Gorontalo. Mulai saat itulah perjuanga kaum perempuan Gorontalo menjadi sangat
menonjol. Strategi mereka adalah menciptakan simbol kebangsaan di tengah kekuasaan
pemerintah kolonial Belanda Gorontalo. Secara tidak resmi berhimpun di dalam suatu wadah
yang dinamakan Gerakan Kebanggsaan Indonesia Wanita Indonesia. (Gerkiwan). Gerakan ini
secara diam-diam dibantu oleh para suami, orang tua atau keluarga lain yang bekerja secara
profesi dalam organisasi pemerintah Belanda di Gorontalo. Selain itu pun tak dapat melupakan
para pendahulu yang kebetulan suaminya pejuang atau yang memegang tampuk pemerintahan
pada waktu itu wajar diungkap karena telah turut memberikan warna terhadap perjuangan yang
di emban. Karena kodrat sebagai perempuan dan fungsinya sebagai istri, mereka menjadi
pemerhati kepada kalangan rakyat dibawahnya. Mereka yang telah ikhlas berkorban baik harta
maupun nyawa sekalipun mendampingi perjuangan para suami dalam tawanan dan siksaan
penjajah untuk cita-cita kemerdekaan. Nama-nama para pendahulu itu dicatat sebagai pejuang
yang tidak mengharap balas jasa. Perjalanan menuju kemerdekaan yang dilalui masyarakat
Gorontalo khususnya kaum perempuan terutama dalam mendampingi perjuangan sang suami
atau selaku pribadi yang berkiprah memajukan kaumnya, kalau dilihat secara sepintas melihat
bahwa peluang yang dimiliki kaum perempuan untuk berjuang saat itu dikarenakan pendidikan
yang hasil mereka raih sehubung dengan status sosial orang tuanya atau keluarga terdekatnya.
Keterlibatan aktif di dorong oleh katerpanggilan hati nurani yang benar-benar tulus ikhlas.
Hampir tidak terlihat adanya jurang pemisah antara pemimpin dan rakyat di bawahnya karena
sama-sama merasa senasib dan sepenanggungan di bawah tekanan bangsa lain. Sesuai dengan
apa yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pada masa revolusi fisik menuju kemerdekaan
terdapat beberapa nama perempuan Gorontalo yang telah berhasil memperoleh pendidikan.
Mereka inilah yang pada umumnya tampil sebagai penggerak yang memperjuangkan
kemerdekaan di Gorontalo. Terkait dengan hal itu adalah sangat menarik untuk mengkaji
eksistensi dinamika dan perkembangan Gerkiwan sebagai suatu organisasi wanita Indonesia
yang ada di Gorontalo yang telah memberikan kontribusi pada perjalanan sejarah perjuangan
bangsa Indonesia secara nasional maupun lokal. ini akan dikaji Permasalahan Gerkiwan sebagai
organisasi sosial politik pada tingkat lokal di kota Gorontalo. Dengan rumusan masalah sebagai
berikut: 1. Bagaimana Perjuangan Gerakan Wanita di Gorontalo Tahun 1942-1945. 2. Siapa Saja
Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Gerkiwan. 3. Aktivitas Gerakan Perempuan di Gorontalo
Tahun 1942-1945. B. Ruang Lingkup Penulisan sejarah akan menjadi lebih muda dan terarah
jika dilengkapi dengan perangkat pembatas, baik temporal, spasial, dan aspek scope. Hal itu
sangat diperlukan, Karena dengan batasan tersebut, sejarawan dapat terhindar dari hal-hal yang
tidak ada relevansinya dengan permasalahan yang ditulis. Jika piranti tidak digunakan, akibat
analisis yang dihasilkan bersifat lemah.4 1. Lingkup Temporal. Gerakan Kebangsa Indonesia
Wanita (Gerkiwan) adalah suatu organisasi wanita yang muncul pada awal tahun 1942 sampai
dengan 1946. Oleh karena itu dalam pembahasannya diambil batasan waktu antara tahun 1942
hingga tahun 1946. Pembatasan ini didasari pada asumsi bahwa sejak awal perjuangan dalam
merebut kemerdekaan Indonesia khusunya Gorontalo, partisipasi politik dari Gerkiwan
seringkali diwarnai konflik yang akhirnya melahirkan berbagai pergolakan yang saling berkaitan.
Kondisi ini ada kaitannya dengan adanya organisasi wanita yang muncul di Gorontalo pada
khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Adapun batasan tahun 1946 merupakan akhir dari
kiprah Gerkiwan di kancah politik di Indonesia. 2. Aspek Spasial Lingkup spasial penelitian ini
adalah kota Gorontalo. Dipilihnya Gorontalo sebagai batasan spasial, tidak lepas dari temuan,
baik, arsip, wawancra yang mengarah pada tempat berdirinya Gerwani sebagai cikal bakal dari
Gerkiwan. Kota Gorontalo juga pada waktu itu merupakan salah satu kota yang memanfaatkan
kaum wanita dalam merebut kemerdekaan Indonesia khususnya Gorontalo. 3. Aspek Scop/
Kajian 4 Taufik Abdullah, Abddurrahman Surjomihardjo, ed. Ilmu Sejarah dan Historiografi:
Arah dan Prespektif. (Gramedia, 1985), hlm. Xxi. Skripsi ini dapat digolongkan ke dalam
disiplin ilmu sejarah, karena disiplin ilmu sejarah ini mempelajari dinamika dan perkembangan
kehidupan manusia pada masa lampau.5 Demikian pula ilmu sejarah mempunyai beberapa
lapangan khusus atau tematis dalam mendekati obyek sejarah, seperti sejarah sosial, sejarah
militer, sejarah politik, dan sebagainya. Mengingat isu yang dikaji dalam skripsi ini terkait
eksistensi, dinamika dan perkembangan Gerkiwan sebagai organisasi wanita yang bergerak
dibidang sosial politik, maka lingkup keilmuan skripsi ini termaksud dalam kategori sejarah
sosial politik. C. Tinjauan Pustaka Sebagai usaha untuk menghindari kerancuan objek studi dan
juga untuk memperkaya materi penulisan, maka dilakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa
buku yang relevan. Buku pertama berjudul Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita
Indonesia.6 Buku ini memuat sejarah pergerakan wanita di Indonesia secara kronologi dari mulai
abad 19 sampai awal abad 20, baik yang dilakukan secara perseorangan atau berkelompok dalam
wadah organisasi tertentu. Perkembangan dan peranan berbagai organisasi yang ada pada pra
kemerdekaan sampai Indonesia mencapai kemerdekaan dibahas secara lengkap dalam buku ini.
Buku ini dapat dijadikan sumber keterangan awal mengenai pergerakan wanita Indonesia
termaksud gerakan wanita Indonesia. Dalam aktivitasnya sebagai organisasi wanita dimasa
perjuangan. Sumber yang digunakan sebagai penyusunan buku ini cukup akurat, banyak
didukung sumber-sumber primer seperti wawancara dengan bekas tokoh-tokoh yang ikut terlibat
langsung. Sumber lain yang digunakan adalah autobiografi dan pendukung lain yang mempunyai
relevansi dengan isi buku. Penulisan dalam buku ini menggunakan tata kalimat secara lugas agar
mudah di pahami. Kelemahan dalam buku ini antara lain secara substansial hanya merupakan
deskripsi umum bersifat makro, karena begitu panjang rentang waktu/periode yang dicakup
dengan tema umum dan luas. Secara kuantitas terlalu tebal karena memuat semua hasil kongres
wanita Indoensia sampai tahun 1978. Buku Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia ini
tidak banyak memuat faktor sosiologis dan politik yang melatarbelakangi lahirnya suatu
organisasi atau perkumpulan wanita pada zamannya. Relevansi buku ini dengan permasalahan
yang ditulis 5 Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia (Yogyakarta: Gajah Mada Unevirsity
Press, 1985), hlm 321. 6 Kongres Wanita Indonesia, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978). adalah sebagai bahan pembanding bagi peranan
organisasi-organisasi wanita Indonesia dari pra kemerdekaan sampai pada masa kemerdekaan.
Buku kedua berjudul Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat.7 Buku ini
membahas mengenai wanita dan kedudukannya di dalam hukum adat maupun hukum negara.
Membahas masalah hukum dalam perkawinan, perceraian, hak dan kewajibannya sebagai ibu
dan istri. Buku ini berisi pula tahap-tahap perjuangan para wanita alam memperoleh
kedudukannya di dalam hukum dari masa penjajahan Belanda sampai Negara Republik
Indonesia. Perjuangan perintis wanita Indonesia sebagai dasar pemikiran dalam memperpleh
kedudukan dalam masyarakat dibahas secara jelas dalam buku ini. Relevansi buku ini dengan
permasalahan yang ditulis dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi kedudukan wanita di
Indonesia dari jaman kolonial Belanda sampai masa kemerdekaan. Tehnik pengumpulan data
dilakukan secara cermat dan teliti melalui analisa yang akurat. Didukung dengan gambar-gambar
aktivitas dan keberhasilan kaum wanita yang diukur dengan data-data statistik dari berbagai
komposisi. Secara detil buku ini menggambarkan usaha kaum wanita dalam masyarakat dari
jaman penjajahan sampai masa pembangunan dewasa ini. Buku ini mempunyai titik kelemahan,
yaitu digunakan istilah-istilah yang spesifik hukum , sehingga kalangan luar bidang itu agak
menemui kesulitan untuk memahaminya. Hal ini menimbulkan kesulitan bagi pembaca yang dari
kalangan praktisi hukum. Buku ketiga berjudul Penghancuran Gerakan Perempuan Indonesia di
Indonesia.8 buku membahas mengenai proses restrukturalisasi hubungan gender dalam sejarah
gerakan perempuan Indonesia. Secara umum buku ini membahas mengenai penelitian tentang
gender dan gerakan perempuan Indonesia menjelang abad 20. Secara khusu membahas mengenai
Gerwani mulai dari berdirinya, ideologi dan perkembangannya. Buku ini dapat memberikan
sumbangsi penting, khusunya pada saat ada keinginan dari kalangan sejarawan untuk mengkaji
ulang sejarah formal yang telah dibakukan penguasa selama ini. Dengan paradigma gender,
penulis buku ini bukan hanya berhasil melakukan penelusuran sejarah yang tersembunyi tentang
gerakan perempuan di Indonesia, tapi juga mendekosntruksi bangunan berfikir sebuah
masyarakat dari rejim mempresentasikan dominasi “ berfikir laki-laki”. 7 Nani Suwondo,
Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981).
8 Saskia E. Wierenga, Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia (Jakarta: Garba Budaya,
1999). Relevansi buku ini dengan permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai bahan
pembanding bagi kedudukan wanita Indonesia terutama Gerwani sebagai salah satu organisasi
memperjuangkan hak-hak politik kaum perempuan di bidang politik nasional. Penulis buku ini
berusaha untuk tidak hanya menyingkap kebohongan. Dengan demikian dengan menelaah buku
ini permasalah salam skripsi ini dapat dikaji secara kritis dan lebih proporsional. Buku keempat
berjudul Kiprah Perjuangan Perempuan Gorontalo.9 Buku ini membahas mengenai bagaimana
kiprah perjuangan perempuan Gorontalo pada masa memperjuangkan kemerdekaan pada tahun
1942. Secara umum buku ini membahasa tokoh-tokoh perempuan yang berperan dalam
organisasi yang ada di Indonesia, secara khusus membahas peran penting perempuan selain
menjadi pahlawan juga peran dalam menjadi istri yang suaminya adalah seorang pejuang atau
yang bekerja denga Belanda. Dengan adanya buku sangat membantu bagi para peneliti yang
ingin mengetahui sejauh mana perempuan Gorontalo dalam memberikan kontribusi dalam
perjuangan kemerdekaan Gorontalo itu sendiri. Relevansi buku ini dalam skripsi adalah sebagai
bahan referensi dalam melihat bagaimana kiprah perempuan dan gerakan apa saja yang diberikan
pada saat memperjuangakan kemerdekaan Gorontalo. Penulis buku ini berusaha mengungkap
bagaimana kiprah perempuan yang berusaha menyetarakan diri dengan kaum laki-laki. Dan
dengan menjadikan referensi buku ini dalam skripsi ini, lebih memudahkan dalam mengetahui
perempuan yang berkiprah dalam perjuangan Gorontalo. D. Kerangka Teoretis dan Pendekatan
Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan yang di gunakan,
dari segi mana memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang di
ungkapkan, dan lain sebagainya. Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oelh jenis
pendekatan yang dipakai.10 Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memimpin negara. Dan
secara langsung dan tidak langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah 9
Dra. Hj. Nun Thalib, Kiprah Perjuangan Perempuan Gorontalo (UNG: UNG Press, 2007). 10
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka utama, 1993), hlm. 4. (public policy).11 Gerwani sebagai sebuah organisasi wanita
mempunyai karakter sebagai organisasi yang sadar politik dan ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik. Menurut Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, partisipasi politik adalah
kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk
mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau
kolektif , terorganisasi atau spontan , mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan,
legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif.12 Jika dikaitkan dengan permasalahan yang dibahas
dalam hal ini adalah pandangan politik Gerwani sebagai organisasi wanita sangatlah progresif
dan radikal. Suwarno (2012: 8-9) menjelaskan bahwa sejarah dan politik memiliki hubungan
yang sangat dekat, ini tampak dari beberapa ungkapan sebagai berikut: pertama motto yang
berbunyi “history is past politics and politics present history” (sejarah adalah politik pada masa
lampau dan politik adalah sejarah pada masa kini). Berpijak dari motto tersebut, sejarah identik
dengan politik. Kedua, ungkapan yang di lontarkan oleh ilmuan politik inggris yaitu “ history
witout political science has no fruit, and political science without history has no root” (sejarah
tampah ilmu politik tidak berbuah dan ilmu politik tampah sejarah tidak berakar ). Menurut
ungkapan tersebut, terdapat interdepensi atau ketergantungan yang sangat erat antara sejarah dan
ilmu politik, yang satu sama lainnya saling memberikan kontribusi yang sepadan. Meskipun
sebenarnya yang dimaksud dalam ungkapan itu adalah sejarah politik. Dalam mengungkapkan
permasalahan dan mencari faktor-faktor kualitas, proses serta akibat dari gerakan massa ini.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan sosial terutama sejarah yang pembahasannya
meliputi masalah sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Dari cabang-cabang tersebut
sekaligus dapat digunakan untuk menambah wawsan teori dan metode sejarah itu sendiri.
Kemunculan suatu gerakan sosial disebabkan oleh beberapa faktor yang kompleks. Pada
pembahasan selanjutnya agar karya ini menjadi karya yang analitis, penulis menggunkan
pendekatan sosiologi politik. Pendekatan ini digunakan berdasarkan pada kenyataan bahwa
peristiwa yang akan dibahas menyangkut masalah sosial politik. Masalah sosial menyangkut
masyarakat yang ikut serta dan berpartisipasi dalam sebuah organisasi dan masalah politik 11
Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2003), Bab X. 12 Ibid.,hlm. 2.
menyangkut kegiatan yang dilakukan oleh organisasi masa yang berkaitan dalam lingkup politik.
Dalam hal ini organisasi tersebut adalah Gerkiwan. E. Metode Penelitian dan Penggunaan
Sumber Metode penulisan sejarah ini adalah prosedur analitisyang ditempuh sejarawan untuk
menganalisi kesaksian yang ada, yaitu faktor sejarah sebagai bukti yang dapat dipercaya
mengenai masa lampau manusia.13 Dalam metode sejarah ada empat tahapan yang harus
dilakukan yaitu, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Heuristik, yaitu proses
pengumpulan data, baik primer maupun sekunder, berupa dokumen-dukumen tertulis maupun
lisan dari peristiwa masa lampau sebagai sumber sejarah. Pada tahapan pertama ini, sumber
perimer diperoleh melalui penulusuran terhadap dokumen yang tersimpan di Perpustakaan
Provinsi Gorontalo, Perpustakaan Daerah Gorontalo, Museum Limboto, dan pihak-pihak yang
akan memberikan informasi seputar Gerkiwan di Gorontalo. Dari beberapa tempat itu. diperoleh
arsip-arsip dan dokumen tertulis yang menyangkut Gerkiwan di Gorontalo. Untuk melengkapi
kelangkahan dokumen tertulis perlu dilakukan wawancara di lapangan terhadap orang-orang
yang terlibat, diantaranya para anggota Gerkiwan atau keluarga dari anggota Gerkiwan di kota
Gorontalo. Sumber lain yang digunakan yaitu sumber sekunder, merupakan kesaksian yang
merupakan saksi pandang mata, yakni seseorang yang tidak ada di tempat, yakni kepada
seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkan.14 Sumber sekunder ini diperoleh
melalui penelitian kepustakaan berupa buku-buku dan majalah-majalah yang mempunyai
hubungan dengan permasalahan. Penelitian kepustakaan ini penting karena dengan melalui
penelusuran dan penelaahan kepustakaan dapat dipelajari bagaimana menggunakan kerangka
teori untuk landasan pemikiran. Kritik, proses melakukan pengujian terhadap kredibilitas dan
otentisitas sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua. Pertama kritik ekstern yang dilakukan
untuk mengetahui keotentisitas sumber. Dalam tahapan ini, sumber yang telah didapat, di uji dan
ditelaah lebih jauh sehingga sumber dapat dipastikan keotentisitanya. Kedua, kritik intern untuk
mengetahi kredibilitas atau kebenaran isi sumber tersebut. 13 Louis Gottschalk, Mengerti
Sejarah (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986) hlm. 18-19 14 Kartini Kartono, Pengantar
Metodologi Riset. (Bandung: Alumni, 1980) hlm. 190. Interpretasi, merupakan tahap ke tiga,
pada tahap ini fakta-fakta sejarah ditafsirkan dan di analisis serta dihubungkan dalam rangkaian
kronologis, sehingga didapatkan alur yang sistematis. Historiografi, ialah tahap terakhir. Dalam
tahap ini fakta yeng terkumpul kemudian disintesiskan dan dituangkan dalam bentuk tulisan
yang deskriptif analitis dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai kaidah tata
bahasa agar komunikatif dan mudah di pahami pembaca. Hasilnya ialah tulisan sejarah yang
bersifat deskriptif analis
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Maksud dan tujuan muhamadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam
sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat islam yang sebenarnya
yang menjadi tujuan ataua cita-cita perjuangan muhamadiyah itu dinyatakan dalam pembahasan
anggaran dasar muhamadiyah. Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur dan bahagia.
Yang diwujudkan diatas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan,dan gotong royong, bertolong-
tolong dengan bersandikan hukum allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syetan dan
hawa nafsu. Dan di dalam kepribadian muhammadiyah digambarkan secara singkat bahawa
masyarakat islam yang sebenar-benarnya ialah suatu masyarakat dimana kesejahteraan,
kebaikan, dan kebahagiaan luas merata.

B.SARAN

Oleh karena itu, kita sebagai umat islam yang menjalani ajaran alloh SwT. Dan
meneladani sunnah rasul-nya. Hendaknya kita semua sebagai umat islam wajib untuk
melaksanakan kewajiban dan menjauhi segala larangan-nya. Sebab, para pendahulu kita telah
berjuang untuk kemajuan agama islam walaupun pada saat itu pila islam mengalami kemunduran
dan pada akhirnya islam mengalami kebangkitan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RinekaCipta.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Darmadi, Hamadi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Departemen Agama Islam RI. 2009.Al Qur‟an dan Terjemahnya.Bandung: PT Sygma


Examedia Arkanleena

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta:
Balai Pustaka.

Kastholani, H.M., dkk. 2003. Pendidikan Kemuhammadiyahan. Yogyakarta: Mendikdasmen


PWM di Yogyakarta. 12

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai