Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

IDEOLOGI MUHAMMADIYAH I

KONTRIBUSI MUHAMMADIYAH TERHADAP BANGSA DAN NEGARA

Disusun oleh :

Eky Sulistyaningsih, S.T

DI KEMUHAMMADIYAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai sejarah pendidikan yang beragam.
Hal ini dikarenakan banyak organisasi-organisasi yang juga mencantumkan pendidikan sebagai
sarana pergerakan maupun komitmen.

Peranan organisasi di zaman modern ini sangatlah penting dalam membangun kemajuan
sebuah Negara. Keberadaan suatu organisasi sebagai wadah untuk memperkokoh kesatuan dan
persatuan Negara. Kaitannya dengan organisasi di Indonesia banyak berdiri organisasi Islam
yang salah satunya yaitu organisasi Muhammadiyah. Organisasi ini sangat berperan aktif dalam
berbagai bidang diantaranya yaitu dalam bidang Pendidikan, sosial budaya, dan agama.

Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan dalam dunia Islam. Muhammadiyah


tumbuh dan berkembang hingga satu abad menjadi organisasi Islam terbesar baik di Indonesia
mapun di dunia Islam. Nurcholish Majid (1990:331) dengan memakai sudut pandang karya amal
usaha Muhammadiyah yang berhasil menyatakan bahwa gerakan Islam yang didirikan Kyai
Ahmad Dahlan tersebut sebagai organisasi Islam modern terbesar bukan hanya di Indonesia
bahkan di dunia muslim. Adapun kontribusi yang dibahas dalam makalah ini adalah:

1. Kontribusi Muhammadiyah dalam bidang Kagamaan


2. Kontribusi Muhammadiyah dalam bidang Sosial
3. Kontribusi Muhammadiyah dalam bidang Pendidikan
4. Kontribusi Muhammadiyah dalam bidang Kesehatan
5. Kontribusi Muhammadiyah dalam bidang Pembinaan Generasi Muda
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kontribusi Muhammadiyah


A. Bidang Keagamaan
Salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar dan terpenting yang ada di
Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M di
Yogyakarta. Muhammadiyah didirikan dengan tujuan “menegakkan dan
menjunjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”.
Jauh sebelum Muhammadiyah resmi berdiri pada tahun 1912, KH. Ahmad
Dahlan telah merintis pendidikan modern yang memadukan antara pendidikan
Barat yang hanya mengajarkan “ilmu-ilmu umum” dan pendidikan Islam yang
hanya mengajarkan “ilmu-ilmu agama”.
Semenjak berdiri pada tahun 1912, Muhammadiyah berdiri kokoh
berperan dalam upaya memurnikan sumber hukum Islam. Melalui upaya tersebut,
diharapkan umat Islam bisa memilah dan memilih sumber-sumber hukum Islam
yang memiliki tingkat “kebenaran” tertinggi sebagai rujukan dalam mengamalkan
syariat Islam. Bersamaan dengan upaya tersebut, Muhammadiyah juga berupaya
untuk memilah dan merekonstruksi bagian dari perkataan dan perbuatan Nabi
Muhammad yang termasuk dalam kategori adat istiadat saja dan yang termasuk
dalam kategori Sunnah Nabi.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah di dalamnya sudah termasuk
gagasan pembaharuan di bidang keagamaan. KH. Ahmad Dahlan melihat adanya
problematika obyektif yang dihadapi oleh pribumi yaitu terjadinya
keterbelakangan agama yang takut karena adanya ajaran nenek moyang.
B. Bidang Sosial
Muhammadiyah memandang bahwa adanya pluralitas budaya (multikulturalitas)
adalah sesuatu kenyataan yang mesti diterima. Namun, tidak berimplikasi kepada paham
pluralisme dan multikulturalisme, yang memandang semua agama dan semua budaya
manusia adalah benar dan baik umat manusia. Muhammadiyah, sebagaimana statemen al-
Quran memandang bahwa dalam pluralitas budaya atau multikulturalitas terhadap
kategori budaya ma'rufat (segala budaya yang baik, yang sesuai dengan nilai-nilai Islam)
dan budaya munkarat (segala sesuatu yang jelek, batil dan jahat bagi kehidupan manusia
dan tidak sesuai dengan syariat Islam.
Derasnya paham multikulturalisme dan pluralisme di dalam tubuh
Muhammadiyah ditandai dengan kritik tajam yang dilontarkan oleh kalangan internal
Muhammadiyah atas konsep pemurnian agama (purifikasi). Bahkan kritik itu telah
berubah menjadi hujatan bahwa gerakan purifikasi dalam Muhammadiyah telah
menggusur potensi kultur lokal, tanpa memahami persoalan dan konteks budaya lokal
tersebut jika dikaitkan dengan aqidah, akhlak dan muamalah Islam. Akibat lanjut dari
kegamangan ini adalah kecenderungan warga dan pimpinan Muhammadiyah yang
permisif terhadap berbagai budaya lokal dan global, tanpa memperdulikan aspek-aspek
munkarat yang terjadi.
Gerakan sosial merupakan bagian dakwah dengan bukti nyata yaitu dakwah yang
mengedepankan perilaku yang nyata yang sudah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW ketika mendamaikan dan menyatukan persaudaran antara kaum Muhajirin dengan
kaum Anshar. Dakwah sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan keilmuan
dan kebutuhan masyarakat. Dakwah dalam bidang ekonomi: pemberdayaan ekonomi,
pemberian modal, pelatihan keterampilan khusus, dll, bidang Pertanian/Peternakan:
pemberdayaan petani, pengolahan hasil pertanian, pelatihan berternak lele, dan
sebagainya, bidang kesehatan: Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Pengobatan Gratis, dan
bidang sosial: Panti Asuhan Anak Yatim, Santunan Fakir Miskin, Panti Jompo,
Rehabilitasi Sosial, dan lain-lain.
C. Bidang Pendidikan
Lahirnya pendidikan Muhammadiyah yang modern tidak lepas dari sejarah pada
Dasawarsa terakhir abad 19. Pemerintah Belanda memulai system pendidikan liberal di
Indonesia. Pendidikan ini diperuntuhkan bagi sekelompok kecil orang Indonesia,
sehingga tahun 1870 mulai tersebar jenis pendidikan rakyat, yang berarti juga
diperuntuhkan bagi umat Islam Indonesia. Perluasan pendidikan ke pedesaan yang
diperuntuhkan seluruh lapisan masyarakat, baru dilaksanakan pada awal abad 20 dengan
apa yang dinamakan ethise politik, sebagai akibat dari desakan kaum ethis yang
berorientasi humanistic agar pemerintah Kolonial juga mulai memperhatikan rakyat
pribumi di negeri jajahannya. Sistem sekolah ini telah melahirkan jurang pemisah yang
makin melebar antara Belanda dengan pendidikan pribumi. Disamping itu juga
pendidikan Islam yang berbasis di pesantren tidak saja kontras dengan pendidikan
kolonial tetapi juga kontras dengan system didaktik pedagogisnya. Pendidikan Islam
tertinggal dan tidak dapat memberikan perspektif-perspektif ke depan.
Menghadapi realitas sistem pendidikan Barat dan Islam yang dualistic ini, Ahmad
Dahlan mencoba mengatasi dengan cara perpaduan model sebagai jalan tengah dari
kebutuhan sistem yang ada. Upaya kompromi ini diawali dengan mengidentifikasi
masalah yang dihadapi umat Islam pada waktu itu dan dipandang perlu segera
mendapatkan jawaban dalam bidang pendidikan.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, sekolah-sekolah yang dilaksanakan
Muhammadiyah adalah:
1. Sekolah umum: taman kanak-kanak (Bustanul Atfal), vervolg school 2 tahun,
schaken school 4 tahun, HIS 7 tahun, Mulo 3 tahun, AMS 3 tahun, dan HIK 3 tahun.
Pada sekolah-sekolah tersebut diajarkan pendidikan agama Islam sebanyak 4 jam
pelajaran seminggu.
2. Sekolah agama: madrasah ibtidaiyah 3 tahun, tsanawiyah 3 tahun,
mualimin/mualimat 5 tahun, kulliatul muballigin (SPG Islam ) 5 tahun.
D. Bidang Kesehatan
Gerakan Sosial dalam Bidang Kesehatan Gerakan sosial merupakan
sebuah langkah Muhammadiyah dalam melakukan dakwah bi al-Hal (dengan
perbuatan) atau bukti nyata dengan mengadakan bakti sosial dalam pelayanan
kesehatan, seperti mendirikan rumah sakit dan di moment tertentu mengadakan
pengobatan gratis untuk masyarakat luas yang tidak terkhusus bagi warga
Muhammadiyah.
Muhammadiyah mendirikan rumah Sakit PKU Muhammadiyah yang terus
melakukan pengembangan dan pembaharuan, baik di dalam segi pelayanan medis
maupun peralatan medis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Karena, pada
saat ini banyak rumah sakit swasta yang berdiri dengan tekhnologi serba modern.
Tuntutan masyarakat yang begitu banyak dalam pelayanan membuat RS PKU
Muhammadiyah mencari peluang baru ataupun strategi baru untuk memenuhi
keinginan masyarakat. Saat ini masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan
yang cepat dan efisien, sehingga masyarakat tidak terlalu lama dalam menunggu
proses pelayanan maupun penyembuhan.
Pendirian rumah sakit tersebut berangkat dari semangat Haji Syuzak yang
terinpirasi dan termotivasi dari surat al-Ma’un yang dikaji dan diamalkan oleh
KH. Ahmad Dahlan, kemudian ia ingin mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan
Oemoem) yang selanjutnya berkembang menjadi Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah. Syujak berfikir kenapa orang non-Muslim (Kolonial Belanda)
yang dapat mendirikan rumah sakit, rumah miskin dan rumah yatim yang hanya
karena dorongan rasa kemanusiaan tanpa didasari rasa tanggungjawab kepada
Allah SWT, jika umat non-Muslim saja mampu melakukan aksi-aksi sosial,
mengapa umat Islam yang mempunyai landasan agama seperti yang tertera dalam
surat al-Ma’un tidak dapat melakukannya

E. Bidang Pembinaan Generasi Muda


Pembinaan generasi muda dalam perjalanan suatu bangsa adalah sangat
penting, peranan yang sangat menonjol terutama dalam hal menentukan estafet
kepemimpinan. Apabila Generasi Muda memiliki kualitas yang memadai maka
hampir dipastikan bahwa tidak sulit menemukan figur pemimpin yang diperlukan
pada saat dibutuhkan. Di era globalisasi saat ini, pemerintah sangat menaruh
perhatian dalam pembangunan generasi muda guna memajukan ketertinggalan
khususnya dibidang sumber daya manusia.
Salah satu program Muhammadiyah adalah dengan Pendidikan Luar
Sekolah. Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam
khasanah budaya dan peradaban manusia.Pendidikan luar sekolah telah hidup dan
menyatu di dalam kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan
memasyarakatnya system persekolahan.PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan
yang berbeda dengan sistem yang sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS
timbul dari konsep pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan
tidak hanya pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja.

BAB III

PENUTUP

Kontribusi Muhammadiyah terhadap bangsa dan negara meliputi berbagai bidang,


Diantaranya yaitu, bidang Keagamaan, Bidang Sosial, Bidang Sosial, Bidang Pendidikan,
Bidang Kesehatan dan Bidang Pembinaan Generasi Muda sangat berpengaruh. Kontribusi
tersebut sangatlah mendukung tercapainya masyarakat dengan kehidupan yang adil dan makmur.

Selain dalam bidang keagamaan, Muhammadiyah juga menjamin kesehatan


masyarakatnya dengan didirikannya rumah sakit yang berpayung Muhammdiyah. Dalam
penerapannya Muhammadiyah juga tidak memandang dan membedakan suku, ras, agama, serta
budaya masyarakat.

KH. Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama yang tegas, ialah hendak memperbaiki
masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam. Usaha-usahanya ditujukan hidup
beragama. Keyakinan beliau ialah bahwa untuk membangun masyarakat bangsa haruslah terlebih
dahulu dibangun semangat bangsa. Kalau Sarekat Islam usaha-usahanya ditekankan kepada
bidang politik yang berlandaskan cita-cita agama. Muhammadiyah menekankan usahanya
kepada perbaikan hidup beragama dengan amal-amal pendidikan dan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rohayati Neni, STKIP Siliwangi, (Bandung: Jurnal EMPOWERMENT Volume 2,


Nomor 2 September 2013, ISSN No. 2252)

Anda mungkin juga menyukai