Anda di halaman 1dari 8

Darul Ahdi Wa Syahadah (Konsep Negara dalam Muhammadiyah)

Disusun Oleh:
IRA AZZURA ABDILLAH
Delegasi: PC IMM KOTA MEDAN
Kata Pengantar

Assalammualaikum Wr,Wb

Puji terindah hanya tertuju kepada Allah SWT yang telah memberikan kita beragam
kehendak untuk menjalankan tugas kekhalifaan sebagai manusia dalam memakmurkan peradaban
dimuka bumi ini. Sholawat beriringkan salam kita hadiahkan kepada junjungan Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari peradaban yang lemah tertinggal ke peradaban yang kuat serta maju
seperti apa yang kita rasakan pada saat ini.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi kader yang berada dibawah
naungan Muhammadiyah yang memiliki kader yang tersebar diseluruh Indonesia. Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah yang mempunyai tujuan mengusahakan
terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai cita-cita
Muhammadiyah dipandang sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia.

Makalah yang berjudul Darul Ahdi Wa Syahadah ini merupakan sebagai salah satu
persyaratan tertulis untuk mengikuti kegiatan Darul Arqam Madya PC IMM Kota Padang.

Saya berharap semoga nantinya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua, dan bukan
hanya sebagai formalitas sebagai syarat mengikuti kegiatan DAM semata.Terimakasih saya
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan karya tulis ini.

Jayalah IMM Jaya


Abadi perjuangan kami
Billahi Fisabilil Haq, Fastabiqul Khairat

Medan, 30 November 2018

Ira Azzura Abdillah


Pendahuluan

Konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat

pemikiran manusia. Konsep juga merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental,

yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari

pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik.

Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki kewenangan untuk

mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas serta memiliki

kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Negara juga memiliki kekuasaan penuh dan memaksa terhadap masyarakatnya.

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi

munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam

sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Muhammadiyah adalah organisasi tua, kalau bukan tertua, di negeri ini. Meski berusi 101
Tahun, sampai kini gerakan Islam yang pernah disebut sebagai contoh terbaik gerakan modernism
islam mapu menunjukkan identitasnya untuk tetap survive di masa depan.

Sebagai salah satu organisasi yang berasaskan Islam, tujuan Muhammadiyah yang paling
esensi adalah untuk menyebarkan agama Islam baik melalui pendidikan maupun kegiatan sosial
lainnya. Selain itu meluruskan keyakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan yang
dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid’ah. Di samping itu organisasi ini memunculkan
praktek-praktek ibadah yang hampir-hampir belum pernah dikenal sebelumnya oleh masyarakat,
seperti Shalat Hari Raya di tanah lapang, mengkoordinir pembagian zakat dan sebagainya.
Kegiatan sosial lainnya kelihatannya banyak meniru kegiatan zending Kristen, dan berhasil
menghambat laju perkembangan Zending tersebut pada daerah-daerah tertentu. Kegiatan yang
demikian sempat mendatangkan kecemasan pemerintah kolonial, para missionaris khususnya,
seperti yang dikemukakan oleh Dr. Bekker dalam majalah Macedonier pada tahun 1930. Ia
mengatakan :
Sesudah dilihat tahun maka ternyata pada golongan zending bahwa Muhammadiyah itu
perkumpulan yang berasas Islam. Dengan meniru caranya zending bekerja maka Muhammadiyah
berniat menyiarkan Islam di Jawa. Zending mendirikan sekolah ditiru juga, begitu juga rumah
miskin dan rumah-rumah sakitnya, tetapi dasar Islam. Sudah barang tentu ini membikin undurnya
zending,karena anak murid mestinya diterima di Zending terpaksa ditarik oleh Muhammadiyah,
terlebih-lebih di Vorslanden, hal ini sangat dirasai oleh golongan zending.
Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah telah diputuskan dalam Muktamar
Muhammadiyah ke 47 pada 3-7 Agustus 2015 di Makassar.

"Darul ahdi artinya negara tempat kita melakukan konsensus nasional. Negara kita berdiri
karena seluruh kemajemukan bangsa, golongan, daerah, kekuatan politik, sepakat untuk
mendirikan Indonesia. Kita ingin mengembalikan ke sana," kata Ketua Umum PP
Muhammadiyah, Haedar Nashir, Rabu (24/5).

"Kalau darul syahadah artinya negara tempat kita mengisi. Jadi setelah kita punya
Indonesia yang merdeka, maka seluruh elemen bangsa harus mengisi bangsa ini menjadi Negara
yang maju, makmur, adil bermartabat," sambung Haedar.

Beliau mengatakan, saat ini ramai dibicarakan soal kecenderungan separatis, radikalis, dan
penyimpangan di berbagai daerah di Indonesia. Muhammadiyah ingin kembali meluruskan kiblat
bangsa.

"Kita ingin mengajak seluruh elemen bangsa untuk berpijaklah pada prinsip dasar bahwa
Negara ini milik kita bersama, dan Negara ini harus kita bangun, kita selamatkan, tak boleh kita
rusak," ujarnya.

Beliau mengatakan Pancasila yang menjadi dasar Negara ini sudah sesuai dengan nilai-
nilai Islam. Muhammadiyah mengajak seluruh elemen bangsa menjaga konsep tersebut, agar
Indonesia menjadi Negara yang diampuni Tuhan.
Pandangan Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah, berangkat dari tiga latar
belakang utama. Pertama, adanya kelompok-kelompok atau beberapa elemen masyarakat,
terutama masyarakat muslim yang masih mempersoalkan relasi antara Islam dengan negara, dan
mempersoalkan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Kedua, adanya realitas bahwa
sebagai bangsa ini secara ideologis belum merumuskan dengan sangat eksplisit dan membuat
satu penjelasan akademik mengenai negara Pancasila itu. Ketiga, ada sebuah realitas dimana
masyarakat Islam dianggap sebagai ancaman terhadap negara Pancasila itu (Mu'ti, 2015). Terkait
dengan tiga realitas inilah kemudian Muhammadiyah perlu membuat suatu pernyataan bahwa
secara organisasi Muhammadiyah menerima Pancasila sebagai bentuk ideal, baik yang bersifat
filosofi maupun ideologis. Bahkan juga secara konstitusional dalam hal berbangsa dan
bernegara.
Darul Ahdi dimaknai kesepakatan. Dalam hal ini, Muhammadiyah menegaskan bahwa
adanya negara Pancasila itu merupakan satu produk dari kesepakatan atau satu kompromi dari
para tokoh pendiri bangsa. Sehingga adanya Indonesia ini merupakan satu hasil dari gentlemen
agreement dari para pendiri bangsa, terutama mereka yang secara langsung terlibat dalam proses-
proses penyusunan dasar negara dan undang-undang dasar, baik dalam lembaga BPUPKI maupun
lembaga PPKI. Dan kesepakatan itulah yang melahirkan Indonesia seperti sekarang ini.

Oleh karena itu, Muhammadiyah dan warganya sebagai bagian dari masyarakat dan
bangsa Indonesia memiliki komitmen untuk tetap menjaga agreement itu. Tetap patuh terhadap
kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh para pendiri bangsa dalam hubungannya dengan
bentuk negara kita yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk menjaga komitmen dari Muhammadiyah itu, maka Muhammadiyah harus terlibat
di dalam proses-proses yang berkaitan dengan bagaimana membangun Indonesia ini, bagaimana
memajukan bangsa ini. Langkah tersebut bisa dalam bentuk peran serta yang bersifat partisipatif
melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah, baik melalui amal-amal
usaha yang dimiliki maupun dalam bentuk keterlibatan para kader maupun tokoh Muhammadiyah
dalam pengambilan keputusan kenegaraan maupun dalam hal-hal yang bersifat sosial
kemasyarakatan.
Sedangkan konsep daru syahadah (negara persaksian) dipahami Mu’ti (2015) dalam tiga
pandangan. Pertama, Muhammadiyah dengan karakteristiknya yang ada berusaha untuk
menjadikan dirinya sebagai uswah atau sebagai model yang bisa menjadi referensi bagi
masyarakat. Dengan penegasan Indonesia sebagai darus syahadah atau negara yang disaksikan,
Muhammadiyah ingin menunjukkan bahwa dengan ajaran Islam yang berkemajuan,
Muhammadiyah bisa menggiringnya ke dalam negara Indonesia yang berkemajuan. Islam
merupakan faktor determinan yang menentukan karakter ke-Indonesia-an, karena mayoritas
bangsa Indonesia ini adalah umat Islam.
Kedua, bahwa karakter umat Islam dan aktivitas dari ormas-ormas Islam itu ditentukan
oleh bagaimana mereka memahami ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, maka langkah awal
untuk menjadikan Indonesia itu sebagai Darus Syahadah dimulai dari upaya membangun mindset
berpikir yang berkemajuan. Mindset itu akan sangat berpengaruh pada karakter kepribadian yang
berkemajuan, yang secara kultural akan memiliki implikasi sosiologis yang luas terhadap
terbentuknya komunitas di tengah masyarakat yang berkemajuan.
Ketiga, selain yang sifatnya kultural, Muhammadiyah juga ingin terlibat dalam proses-
proses yang berkaitan dengan penyusunan undang-undang atau pelaksanaan dari undang-undang
dan peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tata kelola penyelenggaraan negara
maupun yang berhubungan dengan pembangunan moral atau karakter bangsa.
Daftar Pustaka

Y. Thohari. Hajriyanto. 2005. Muhammadiyah dan pergulatan politik islam modernis.


Jakarta Pusat: Pusat Studi Agama dan Peradaban Muhammadiyah.

https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/download/16440/ diakses 21 september 2018

Mu’ti, A. (2015, Desember 28). Editorial: Dialog. Retrieved 1 23, 2017, From Suara
Muhammadiyah: http://www.suaramuhammadiyah.id/2 015/12/28/masih-perlu-road-map- mengisi-
negara-pancasila/. Diakses 22 september 2018

https://news.detik.com/berita/2979075/darul-ahdi-wa-syahadah-jihad-kebangsaan
muhammadiyah-untuk-indonesia. Diakses 20 september 2018.

Anda mungkin juga menyukai