Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN KEBANGSAAN MUHAMMADIYAH

DI INDONESIA

Oleh :

MUHAMMAD JAZILUSSAFIK (72021050321)


DEFI MUTIARA SARI (72021050329)
YAYUK WAHYUNINGSIH (72021050330)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Dan juga kami berterima kasih pada bapaks Dosen mata kuliah Kemuhammadiyaan yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kemuhammadiyan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Magelang, Oktober 2022

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebangsaan Muhammadiyah di Indonesia ...............................................3
2.2 Khittah Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara................5
2.3 Muhammadiyah Sebagai Bagian Dari Pendiri NKRI.............................................8
2.4 Tanggungjawab Muhammadiyah Terhadap NKRI................................................10
................................................................................................................................
2.5 Bentuk Dan Model Peran Kebangsaan Muhammadiyah........................................11
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

                    
1.1 Latar Belakang Masalah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi yang keberadaannya tidak diragukan lagi
perannya dalam perjuangan Indonesia dan juga sebagai gerakan dakwah yang memfokuskan
pada agama Islam. Kyai Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah menyebarkan agama
Islam dan tidak hanya menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Namun juga,
Muhammadiyah menjadi sebuah organisasi yang turut serta membantu bangsa Indonesia lepas
dari cengkeraman penjajah dan mendapatkan Kemerdekaannya. 
Bagi muhammadiyah, negara adalah sebuah mahkota dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, dan Muhammadiyah merasa ikut andil dalam membentuk kemerdekaan Indonesia
karena jauh sebelum kemerdekaan itu didapat, Muhammadiyah telah ada saat terjadi perdebatan
tentang dasar-dasar negera. Begitu pula, ketika kemerdekaan banyak sekali figur-figur
Muhammadiyah didalam pembahasan dan perdebatan tersebut. Bahkan ketua
PP Muhammadiyah waktu itu Ki Bagoes Hadikoesoemo sangat berjasa dalam menyelamatkan
bangsa dan negara Indonesia. Dalam menjalankannya Muhammadiyah memiliki rencana, dasar
pemikiran dan anggaran dasar yang telah ditetapkan dan semua kegiatan yang dilakukan tidak
boleh bertentangan dengan hal tersebut.
Selain itu, Muhammadiyah menyadari bahwa bangsa Indonesia belum sepenuhnya
berdaulat, walaupun memiliki banyak kekayaan dan sumber daya alam yang melimpah. Namun
masih banyak hal harus dilakukan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Karena itu,
Muhammadiyah melakukan berbagai hal sebagai bentuk rasa tanggungjawab terhadap NKRI dan
sebagai salah satu pendiri NKRI. Maka dari itu , komitmen konstitusional dalam organisasi
Muhammadiyah. Muhammdiyah dinilai sebagai salah satu organisasi yang memiliki dokumen
keorganisasian, dasar-dasar dan pedoman organisasi yang paling lengkap dan mendasar untuk
dijadikan acuan yang sangat kuat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :    

1
1. Bagaimana konsep kebangsaan muhammadiyah di Indonesia?
2. Bagaimana khittah Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?
3. Bagaiamana Muhammadiyah sebagai bagian dari pendiri NKRI ?
4. Bagaimana tanggung jawab Muhammadiyah terhadap NKRI ?
5. Apa bentuk/model peran kebangsaan Muhammadiyah ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kebangsaan muhammadiyah di Indonesia
2. Untuk mengetahui dan memahami khittah Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
3. Untuk mengetahui dan memahami Muhammadiyah sebagai bagian dari pendiri NKRI.
4. Untuk mengetahui dan memahami tanggungjawab Muhammadiyah terhadap NKRI.
5. Untuk mengetahui dan memahami bentuk/model peran kebangsaan Muhammadiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebangsaan Muhammadiyah di Indonesia


Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam amar ma`ruf nahyi munkar adalah bagian
integral dari bangsa Indonesia. Ketika menyampaikan Pidato Milad Muhammadiyah ke-104
H/101 M, Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah menyebut bahwa kiprah
Muhammadiyah telah diakui oleh pemerintah RI, (salah satunya) dengan penetapan KH Ahmad
Dahlan sebagai pahlawan nasional (Nashir, 2013).
Karena itu, Muhammadiyah senantiasa berusaha dengan segala kekuatan yang dimiliki
untuk membangun Indonesia sebagai komitmen ke-Indonesian dan sebagai wujud pengamalan
agama Islam menurut paham Muhammadiyah. Bagi Muhammadiyah, NKRI yang
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah negara Pancasila yang ditegakkan di atas falsafah
kebangsaan yang luhur dan sejalan dengan ajaran Islam. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia; secara esensi selaras dengan nilai-nilai ajaran islam dan dapat diisi serta
diaktualisasikan menuju kehidupan yang dicita-citakan umat islam, yaitu baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafur.
Penerimaan Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara bagi sebuah negara baru bernama
Indonesia memunculkan tafsir baru bahwa wilayah ini adalah wilayah perjanjian. Dalam
pandangan Din Syamsuddin (2011), “bisa dikatakan, NKRI adalah negara perjanjian atau abode
of concensus…”. Komitmen kebangsaan Muhammadiyah tentang Negara Pancasila sebagai
Darul Ahdi Wa Syahadah telah secara tegas disusun dan dibahas dalam Muktamar
Muhammadiyah ke-47 di Makasar tahun 2015 yang lau. Keputusan Muktamar yang tertuang
dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-47 tersebut kini diterbitkan dalam
bentuk buku bertajuk “Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah” yang diterbitkan
Penerbit Suara Muhammadiyah pada tahun 2015.
Pandangan tentang Negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah, berangkat dari tiga
latar belakang utama. Pertama, adanya kelompok-kelompok atau beberapa elemen masyarakat,
terutama masyarakat muslim yang masih mempersoalkan relasi antara Islam dengan negara, dan

3
mempersoalkan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Kedua, adanya realitas bahwa
sebagai bangsa ini secara ideologis belum merumuskan dengan sangat eksplisit dan membuat
satu penjelasan akademik mengenai negara Pancasila itu. Ketiga, ada sebuah realitas dimana
masyarakat Islam dianggap sebagai ancaman terhadap negara Pancasila itu. Terkait dengan tiga
realitas inilah kemudian Muhammadiyah perlu membuat suatu pernyataan bahwa secara
organisasi Muhammadiyah menerima Pancasila sebagai bentuk ideal, baik yang bersifat filosofi
maupun ideologis. Bahkan juga secara konstitusional dalam hal berbangsa dan bernegara.
Istilah Darul Ahdi sebanrnya bukan merupakan konsep baru. Telah ada sejak lamadan
merupakan bagian dari sistem politik islam. Darul adhi adalah negara yang ditegakkan dan
dibangun atas dasar perjanjian atau kesepakatan diantara seluruh rakyat warga negara
(Syamsuddin, 2017), kesepakatan atau perjanjian ini bersifat politis karena ia berhubungan
dengan kehidupan bernegara.
Sedangkan konsep darus syahadah (negara persaksian) lahir dari pemikiran bahwa umat
islam bertanggung jawab dengan argumen-argumen termasuk teologis yaitu tentang “kesaksian”,
terutama sebagai ummatan wasathan (umat tengahan). Menurut Syamsuddin (2017), ada
perintah wakadzalika ja’alnaakum ummatan wasathan” ada frasa “litakuunu syuhada” (agar
kamu menjadi saksi-saksi).
Dalam Istilah Syamsuddin (2017), perintah itu dimaknai sebagai agar kamu menampilkan
“syahadat kebudayaan” selain “syahadat keyakinan”. Lebih lanjut Syamsuddin (2017)
menegaskan bahwa selain syahadat keyakinan, kita memiliki syahadat kebudayaan, syahadat
peradaban, serta syahadat kebangsaan, yaitu kita punya tanggung jawab utuk menjadi syahid-
syahid atau syuhada sebagai ummatan wasathan kepada manusia (secara khusus manusia
indonesia).
Secara rinci, Mu’ti (2015) memahami darus syahadah dalam tiga pandangan. Pertama,
Muhammadiyah dengan karakteristiknya yang ada berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai
uswah atau sebagai model yang bisa menjadi referensi bagi masyarakat. Dengan penegasan
Indonesia sebagai Darus Syahadah atau negara yang disaksikan, Muhammadiyah ingin
menunjukkan bahwa dengan ajaran Islam yang berkemajuan, Muhammadiyah bisa
menggiringnya ke dalam negara Indonesia yang berkemajuan. Islam merupakan faktor
determinan yang menentukan karakter ke-Indonesiaan, karena mayoritas bangsa Indonesia ini
adalah umat Islam. Kedua, bahwa karakter umat Islam dan aktivitas dari ormas-ormas Islam itu

4
ditentukan oleh bagaimana mereka memahami ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena itu, maka
langkah awal untuk menjadikan Indonesia itu sebagai Darus Syahadah dimulai dari upaya
membangun mindset berpikir yang berkemajuan. Mindset itu akan sangat berpengarauh pada
karakter kepribadian yang berkemajuan, yang secara kultural akan memiliki implikasi sosiologis
yang luas terhadap terbentuknya komunitas di tengah masyarakat yang berkemajuan. Ketiga,
selain selain yang sifatnya kultural, Muhammadiyah juga ingin terlibat dalam proses-proses yang
bekaitan dengan penyusunan undang-undang atau pelaksanaan dari undang-undang dan
peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tata kelola penyelenggaraan negara maupun
yang berhubungan dengan pembangunan moral atau karakter bangsa.
2.2 Khittah Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara
Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab yang berarti rencana, jalan,
langkah atau garis (Kamus Al-Munawwir, 1997). Sedangkan secara terminologis yaitu suatu
pikiran untuk melaksanakan perjuangan ideologi atau keyakinan hidup.
Dari masa ke masa kepemimpinan Muhammadiyah, telah muncul atau lahir beberapa
Khittah. Khittah tersebut disusun dan dibuat berdasarkan perkembangan zaman  yang isinya
berdasarkan tujuan Muhammadiyah dan mununjukkan situasi ynag merujuk kepada situasi yang
sedang terjadi saat itu. Umunya suatu Khittah memiliki sifat pembinaan kepemimpinan dan
bimbingan untuk berjuang bagi para anggota Muhammadiyah. 
Pada dasarnya khittah mengandung “Garis Strategi Perjuangan” yang merupakan aspek atau
unsur dari Ideologi Muhammadiyah. Selain itu, khittah juga mengandung arti sebagai pemikiran
perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan akan kemana arah perjuangan tersebut.
Sehingga dalam hal ini, khittah mempunyai arti yang penting karena merupakan sebuah landasan
pemikiran bagi setiap pemimpin dan yang menjadi anggota muhammadiyah.
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
mungkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa
Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq dan
muamalah dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara
merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi

5
mungkar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa
awal setelah kemerdekaan Indonesia.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi kemasyarakatan) yang
mengemban misi da’wah amar ma’ruf nahi mungkar senantiasa bersikap aktif dan kontruktif
dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi nasional yang sesuai dengan khittah (garis)
perjuangan serta tidak akan tinggal diam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang dialami oleh
bangsa dan negara. Muhammadiyah senatiasa merasa terpanggil untuk berkiprah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khittah perjuangan sebagai
berikut:
1.   Muhammadiyah menyakini bahwa politik dalam kehiduapan bangsa dan negara merupakan
salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian yang harus selalu dimotivasi,
dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama. Karena itu,
diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam
menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.  Muhammadiyah menyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan
masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun
di mana nilai-nilai ilahiyah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-
nilai kebersamaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, dan keadaban untuk
terwjudnya “baldatun thayyibatun wa raabun ghafur”.
3.  Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehiduoan berbangsa dan bernegara melalui
usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat
madani yang kuat sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat
islam yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-
kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan
ditemouh melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip 
perjuangan  kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan Negara yang demokrastis.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat praktis atau
berorientasi pada kekuasaan untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-
lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya system politik yang
demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangasa dan Negara. Dalam hal

6
ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-
benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang
menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya Negara Republik Indonesia yang
diproklamasikan tahun 1945.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari da’wah amar
ma’ruf nahi mungkar dengan jalan memengaruhi proses dan kebijakan Negara agar tetap
berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita  luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif
menjadi kekuatan perekat bangsa dan berfungsi sebagai  wahana pendidikan politik yang
sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban.
6. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan
kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhmmadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi
kritik sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar demi tegaknya system politik
kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota persyarikatan untuk
menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab sebgai warga negara yang
dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan
Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangasa dan Negara.
8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik untuk benar-
benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan
mengedepankan tanggungjawab (amanah), akhlak mulia (akhlak al-karimah), keteladanan
(uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktivitas politik tersebut harus sejalan dengan
upaya memerjuangkan misi persyarikatan dan melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
mungkar.
9. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan manapun berdasarkan
prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk
membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis,
dan berkeadaban.
Sesungguhnya, dengan atau tanpa Khittah Muhammadiyah telah berada pada jalur yang
benar dan tepat, apabila semuanya dilakukan dengan terfokus, optimal, sungguh-sungguh dan

7
yang lebih penting adalah dengan mengerahkan segala potensi dan terus berpegang teguh pada
Alquran dan As sunnah. Ketika sesuatu yang kecil dalam gerakan dakwah Muhammadiyah
disatukan dengan banyaknya tangan masyarakat Muhammadiyah dalam menyangga gerakan
Islam ini, Insya Allah akan melahirkan karya amaliah yang luar biasa.
2.3 Muhammadiyah Sebagai Bagian Dari Pendiri NKRI
Muhammadiyah merupakan bagian dari pendiri NKRI, hal ini jelas dapat dilihat dari
lahirnya Organisasi Islam yang berdiri sebagai plopor kebangkitan Islam di Indonesia sejak
tahun 1912. Dalam Muhammadiyah sendiri banyak organisasi yang dibentuk untuk membangun
bangsa ini mulai dari masalah keagamaan, pendidikan dan sosial. Salah satu contoh dari
organisasi kemuhammadiyahan ini yaitu terobosan baru dalam bidang pendidikan dengan
mengadopsi pendidikan berbasis Belanda namun masih berdasarkan pada Islam yang pada saat
itu masih dianggap asing bagi masyarakat di Kauman.
Selain itu kelahiran Muhammadiyah memberikan corak spirit dan cita-cita untuk
perkembangan zaman yang lebih baik sesuai dengan paham Islam yang sesungguhnya. Adapun
sesungguhnya tujuan dari gerakan Muhammadiyah ini yaitu perjuangan untuk kesejahteraan
bersama (masyarakat) berdasarkan pada tuntunan Al- Qur’an dan As- Sunnah, hal inilah yang
menjadikan Muhammadiyah menjadi salah satu pendiri dari NKRI karena cita-cita
Muhammadiyah dan Kebangsaan Indonesia ini sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Seseorang atau sebuah organisasi yang ikut serta dalam membangun dan
mendirikan NKRI merupakan sebuah kesadaran diri ingin membangun bangsa ini dengan
mewujudkan masa depan bersama dalam sebuah negara yang besar.
Umat Islam Indonesia melalui partai-partai Islam telah terlibat aktif dalam proses politik. Ini
berati penerimaan pada demokrasi tidak lagi menjadi masalah alias sudah final. Selama ini
tokoh- tokoh Organisasi Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan lain- lain telah dapat
bekerja sama dengan pemerintah. Ini menunjukan bahwa demokrasi menjadi instrument politik
bangsa ini untuk mewadahi aspiras- aspirasi politik yang terus berkembang, dengan demokrasi
memungkinkan terjadinya kesepakatan- kesepakatan politik dicapai guna menjadi keberlanjutan
bangsa ini alam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang memiliki ideologi yang sama dengan cita-
cita Indonesia, yakni seperangkat paham tentang kehidupan dan strategi perjuangan untuk
mewujudkan cita- cita Bangsa, salah satu Ideologi Muhammadiyah yaitu ajaran atau ilmu

8
pengetahuan yang secara sistematis dan menyeluruh membahas mengenai gagasan, cara- cara,
angan-angan, atau gambaran dalam pikiran untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan
kehidupan yang benar dan tepat berdasarkan tuntunan Al- Qur’an dan As- Sunnah,  salah satu
ideologi ini sama halnya dengan tujuan/ cita- cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa
dan menciptakan keadilan dan kesejahtraan bagi rakyat Indonesia yang berdasarkan pada
tuntunan agama.
Meskipun Muhammadiyah telah menetapkan visinya tentang masyarakat ideal, namun
Muhammadiyah tidak memiliki niat untuk mendirikan negara Islam Indonesia.Muhammadiyah
harus memegang teguh kerangka NKRI dalam konteks nasionalisme karena beberapa alasan:
1.    Muhammadiyah menginginkan kesejahteraan umat (maslahah ummah) sebagai tujuan utama
perjuangan politik Muhammadiyah sebagai partai politik.
2.    Muhammadiyah sangat menyadari bahwa gerakan globalisasi mengandung “agenda baru
atau tersembunyi dari para pendukungnya, sehingga Muhammadiyah harus membangun
konsep negara demi kedaulatan negara, bangsa dan wilayah, dan untuk membentengi negara
dari intervensi negara lain sebagai akibat dari ketidakadilan global.
2.4  Tanggungjawab Muhammadiyah Terhadap NKRI
Sebagai bagian terbesar dari Negara Keatuan Republik Iondonesia (NKRI) dan sebagai
salah satu pendirinya, Muhammadiyah merasa punya tanggugjawab. Bagi Muhammadiyah,
penunaian tanggung jawab ini adalah refleksi keimanan dan sekaligus komitmen kebangsaan.
Dan komitmen ini telah dibuktikan oleh Muhammadiyah dengan ikut andil dalam memajukan
kebudayaan dan peradaban pada bangsa ini.
Faktanya dalam segala aspek kehidupan, baik kehidupan beragama, berbangasa dan
bernegara, Muhammadiyah Telah hadir sebagai Agen Pembaharuan. Tanggungjawab
Muhammadiyah terhadap NKRI dilakukan melalui dengan memberikan pencerahan, dengan
melakukan gerakan pencerdasan dengan mendirikan sekolah-sekolah seperti TK, SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi diseluruh Indonesia, peningkatan kualitas kesehatan dengan
mendirikan rumah sakit, dan kehidupan sosial serta pemberdayaan  tarap klehidupan ekonomi
masyarakat dengan membuat amal-amal usaha sebagai lapangan pekerjaan bagi warga yang
membutuhkan.
Munir Mughni dalam Muhammadiyah Pintu Gerbang Protestanisme meungungkapkan
bahwa kyai Ahmad Dahlan adalah sosok yang memiliki etika populis yang sangat peduli pada

9
nasib rakyat yang miskin dan menderita, kyai Ahmad Dahlan membangun  rumah sakit dan
membuka sekolah-sekolah yang kesemuanya untuk orang miskin. Dokter-dokter yang bekerja
dirumah sakit tidak hanya berasal dari pribumi sendiri namun juga dokter-dokter kebangsaan
Belanda yang beragama Katolik. Gerakan yang dilakukan kyai Ahmad Dahlan pada bidang
sosial untuk kemajuan Indonesia tanpa memandang ras, keturunan, bahkan agama apapun.
Dari ungkapan tersebut, dapat kita ketahui bahwa demi kemajuan dan kedaulatan NKRI,
Muhammadiyah melakukan dan membangun banyak infrastruktur yang berguna untuk
masryarakat. Hal ini merupakan bentuk tanggungjawab Muhammadiyah terhadap NKRI.
Muhammmadiyah menjadi sebagai karakteristik moral power yang selalu menjadi teladan,
pelindung, pengayom dan penyelamat bagi masa depan bangsa, negara, agama, dan umat
manusia.
2.5 Bentuk atau Model Peran Kebangsaan Muhammadiyah
Bentuk atau model Muhammadiyah dikenal sebagai sebuah organisasi Islam yang yang
didalamnya berisikan tentang pembaharuan dalam bidang Keyakian dan Kepribadian masyarakat
tentang nilai-nilai kehidupan yang dianut masyarakat berdasarkan budaya bangsa.
Adapun peran dari model Muhammadiyah yaitu untuk merubah moral dan karakter dari
bangsa Indonesia yang beragam dengan pembinaan terhadap masyarakat. Selain itu, peran
Muhammadiyah dalam merubah bangsa Indonesia menjadi lebih baik yaitu dengan dengan
dibangunnya infrastruktur bagi kepentingan masyarakat baik dalam bidang pendidikan,
kesehatan, sosial dan lain-lain dengan dibangunnya sekolah- sekolah dan yayasan lainnya.
Bentuk dan model Muhammadiyah pada umumnya mengacu pada kesejahteraan bangsa
sesuai dengan dasar-dasar atau pedoman garis perjuangan Muhammadiyah yaitu menyebarkan
dakwah amal ma’ruf nahi munkar atau menyeruh pada kebaikan. Adapun bentuk dan model
organisasi Muhammadiyah yaitu bersifat impersonal atau institusional, bukan sekedar himpunan
orang-perorangan yang bersifat kelembagaan. Keunggulan Muhammadiyah terletak pada
gerakan melalui organisasi. Organisasi Muhammadiyah merupakan sebuah instrumen fisik
organisasi (body of structure) yang didalamnya terkandung nilai-nilai dasar, norma, dan strategi
perjuangan untuk mencapai tujuan yakni terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Dalam kiprahnya, Muhammadiyah dituntut untuk meneguhkan dan merevitalisasi gerakannya
keseluruh lapangan kehidupan dengan melakukan pembaharuan sehingga sesuai dengan

10
Keyakinan dan Kepribadian sebagai pilar kekuatan gerakan pencerahan peradaban diberbagai
lingkungan kehidupan.
Sebagai organisasi Islam, tugas Muhammadiyah yaitu sebagai pelopor nilai-nilai demokrasi
Islam. Karena Islam dan demokrasi memiliki nilai-nilai yang sama yaitu mengembangkan
humanisme, pemerintah yang bersih dan bertanggung jawab, penegakan supermasi hukum,
kesetaraan, keadilan, dan kesejahteraan sosial. Sebagai salah satu ormas Islam modernis terbesar
di Indonesia tujuan dari organisasi Muhammadiyah yaitu bukan hanya memurnikan ajaran-ajaran
Islam namun juga sebagai gerakan pembaharuan untuk kepentingan bangsa serta memperkuat
demokrasi untuk mewujudkan kepastian hukum dan kerukunan antar umat beragama.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah memberikan tafsir baru atas NKRI
yang didirikan diatas perjanjian seluruh komponen bangsa, dan memberikan penegasan
pentingnya pembuktian perjanjian itu dalm kehidupan membangun bnagsa dan negara.
Khittah mengandung “Garis Strategi Perjuangan” yang merupakan aspek atau unsur dari
Ideologi Muhammadiyah. Selain itu, khittah juga mengandung arti sebagai pemikiran perjuangan
yang merupakan tuntunan, pedoman, dan akan kemana arah perjuangan tersebut. Sehingga dalam
hal ini, khittah mempunyai arti yang penting karena merupakan sebuah landasan pemikiran bagi
setiap pemimpin dan yang menjadi anggota muhammadiyah. Garis-garis perjuangan
muhammadiyan yang telah ditetapkan tidak boleh menyimpang atau bertentangan dari atau
dengan asas dan tujuan yang telah disusun oleh muhammadiyah.
Tanggungjawab Muhammadiyah terhadap NKRI dilakukan melalui dengan memberikan
pencerahan, dengan melakukan gerakan pencerdasan dengan mendirikan sekolah-sekolah seperti
TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi diseluruh Indonesia, peningkatan kualitas kesehatan
dengan mendirikan rumah sakit, dan kehidupan sosial serta pemberdayaan  tarap klehidupan
ekonomi masyarakat dengan membuat amal-amal usaha sebagai lapangan pekerjaan bagi warga
yang membutuhkan.
 Bentuk dan model organisasi Muhammadiyah yaitu bersifat impersonal atau institusional,
bukan sekedar himpunan orang-perorangan yang bersifat kelembagaan. Keunggulan
Muhammadiyah terletak pada gerakan melalui organisasi. Organisasi Muhammadiyah
merupakan sebuah instrumen fisik organisasi (body of structure) yang didalamnya terkandung
nilai-nilai dasar, norma, dan strategi perjuangan untuk mencapai tujuan yakni terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akhsrullah. 2015. Khittah Perjuangan Muhammadiyah. Makassar: Pdf


Hambali, Hamdan. 2006. ideologi dan strategi muhammadiyah. Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah
http://www.irmangusman.com/satu-abad-dan-peran-kebangsaan-muhammadiyah/ (diakses, 08
mei 2015)
http://www.pdmjogja.org/dasar-negara-pancasila-sebagai-darul-ahdi-wa-syahadah/

13

Anda mungkin juga menyukai