Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Sejarah Muhammadiyah”

Mata Kuliah: Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu: Drs. San Susilo, M.M

Disusun Oleh:

Nama: Rifki Ahmad Ridwandhani

NIM : 212223049

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan judul “Sejarah Muhammadiyah”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua.
 Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.

Kuningan, 28 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Faktor Obyektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman kolonial)....3
B. Faktor Subyektif (keprihatinan dan keterpanggilan KH. A. Dahlab terhadap umat dan
bangsa)...................................................................................................................................5
C. Profil KH. A. Dahlan.............................................................................................................7
D. Pemikiran-pemikiran KH. A. Dahlan tentang Islam dan umatnya........................................8
KESIMPULAN....................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 11

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah
didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal
dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan
ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-
amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali
kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur’an dan Hadist.
Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam tentang Muhammadiyah
yang satu-satunya menjadi organisasi masa islam yang modern tanpa mengesampingkan
ajaran islam itu sendiri.
B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari Latar Belakang diatas yaitu:

1. Apa faktor obyektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman
colonial)?
2. Apa faktor subyektif (keprihatinan dan keterpanggilan KH. A. Dahlan terhadap umat
dan bangsa)?
3. Bagaimana Profil KH. A. Dahlan?
4. Bagaimana Pemikiran-pemikiran KH. A. Dahlan tentang Islam dan umatnya?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui faktor obyektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia
pada zaman colonial).

1
2. Untuk mengetahui faktor subyektif (keprihatinan dan keterpanggilan KH. A. Dahlan
terhadap umat dan bangsa).
3. Untuk mengetahui Profil KH. A. Dahlan.
4. Untuk mengetahui Pemikiran-pemikiran KH. A. Dahlan tentang Islam dan umatnya.

2
PEMBAHASAN

A. Faktor Obyektif (kondisis sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman

kolonial)

Faktor objektif yang bersifat internal dan eksternal. Faktor objektif internal yaitu
kondisi kehidupan masyarakat Indonesia antara lain; ketidakmurnian pengamalan Islam
karena tidak menjadikan Al-quran dan as-Sunah sebagai satusatunya rujukan oleh
sebagian besar umat Islam Indonesia. Kemudian, lembaga pendidikan yang dimiliki umat
Islam belum mampu menyiapkan generasi yang siap mengemban misi selaku khalifah
Allah di atas bumi. Oleh karena itu, Muhammadiyah menitik beratkan gerakannya
kepada sosial keagamaan dan pendidikan.
Adapun faktor objektif yang bersifat eksternal antara lain, semakin meningkatnya
Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat Indonesia, dan penetrasi bangsa-
bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda yang menjajah Indonesia. Di samping itu, politik
kolonialis Belanda mempunyai kepentingan terhadap penyebaran agama Kristen di
Indonesia. Dengan program ini akan didapat nilai ganda yaitu di samping bernilai
keagamaan dalam arti telah dapat menyelamatkan domba-domba yang hilang, juga
bernilai politis, karena hubungan antara agama (Kristen) dengan pemerintahan (Hindia
Belanda) sangat erat. Setelah penduduk bumi putra masuk Kristen akan menjadi warga-
warga yang loyal lahir dan batin terhadap pemerintah. K.H. Sahlan Rosidi secara rinci
menyebutkan faktor-faktor yang mendorong K.H.Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah, antara lain: taqlid yang begitu membudaya dalam masyarakat Islam,
khurafat dan syirik telah bercampur dengan akidah, sehingga kemurnian akidah sudah
tidak tampak lagi, bid’ah yang terdapat pada pengamalan ibadah, kejumudan berfikir dan
kebodohan umat, sistem pendidikan yang sudah tidak relevan, timbulnya kelas elit intelek
yang bersikap sinis terhadap Islam dan orang Islam, rasa rendah diri di kalangan umat
Islam, tidak ada program perjuangan umat Islam yang teratur dan terencana khususnya
dalam pelaksanaan dakwah Islam, tidak ada persatuan umat Islam, kemiskinan umat bila
dibiarkan akan membahayakan karena mudah dirongrong oleh golongan kafir yang kuat
ekonominya. Politik kolonialisme Belanda yang menekan dan menghambat hidup dan
kehidupan umat Islam di Indonesia, politik kolonialisme Belanda menunjang kristenisasi

3
di Indonesia. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dan dorongan orang-orang Budi Utomo
dan Syekh Ahmad Syurkati, K.H. Ahmad Dahlan dengan dibantu oleh murid-muridnya,
mendirikan organisasi yang diberi nama Muhammadiyah. Menurut catatan Alfian, ada
sembilan orang tokoh pendiri Muhammadiyah yaitu; K.H. Ahmad Dahlan, H. Abdullah
Siradj, Raden Ketib Cendana Haji Ahmad, Haji Abdurrahman, R.H. Sarkawi, H.
Muhammad, R.H. Djaelani, H. Anis, dan H. Muhammad Fakih.
Dari data sejarah di atas, dapat dipahami bahwa setting sosial yang mengitari
Ahmad Dahlan telah memberikan inspirasi cemerlang untuk mendirikan Muhammadiyah.
Dalam hal ini benarlah apa yang dikatakan oleh Ramayulis bahwa berdirinya
Muhammadiyah di samping merupakan hasil dan telaah terhadap ajaran Alquran juga
tidak terlepas dari kondisi sosial masyarakat pada waktu itu.
Dilihat dari segi gerakannya, organisasi Muhammadiyah sampai tahun 1917
belum membuat pembagian kerja yang jelas. Hal ini disebabkan wilayah kerjanya hanya
di Yogyakarta saja. Pada masa awal berdirinya Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan
aktif berdakwah, mengajar di sekolah Muhammadiyah dan memberikan bimbingan
kepada masyarakat seperti shalat dan bantuan kepada fakir miskin.
Dalam sejarahnya, organisasi Muhammadiyah telah mewarnai arah
perkembangan agama di Indonesia. Muhammadiyah memiliki dukungan sistem
organisasi, amal usaha dan etos amaliah yang tinggi sehingga Organisasi Muhammadiyah
berproses secara intensif dalam bersosialisasi dengan masyarakat. Sehingga mendapatkan
tempat dan pengakuan di dalam masyarakat dan berhasil menempatkan diri sebagai salah
satu poros kepemimpinan sosial di luar sektor pemerintahan.
Organisasi Muhammadiyah tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya kesadaran kebangkitan nasional setelah organisasi Budi Utomo dan Sarekat
Islam. Lahirnya organisasi ini bermuara pada kenyataan di masyarakat. Terjadinya
kekeliruan-kekeliruan dalam memahami ajaran agama Islam. menjamurnya tindakan-
tindakan Bid’ah, Khurafat dan Tahayul atau lebih dikenal dengan sebutan TBC dalam
kalangan masyarakat pada masa ini. Di tengah perilaku sosial yang menyimpang dari
ajaran agam Islam tersebut K.H. Ahmad Dahlan meletakkan pembaharuan-pembaharuan
keagamaan secara pribadi maupun menggunakan media organisasi Muhammadiyah.

4
Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari K.H. Dahlan dapat dirujuk pada pemahaman
dan pengamalan Surat Al-Ma’un.
Pemahaman K. H. Ahmad Dalam mengenai Surat Al-Maun Merupakan contoh
lain yang paling monumental dari pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-
kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Umum
(PKU)15. Langkah monumental ini dalam wacana Islam kontemporer disebut dengan
”teologi transformatif”, karena Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual,
ibadah dan ”hablu min Allah” (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan
terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah
”teologi amal” yang tipikal (khas) dari K.H. Dahlan dan awal kehadiran Muhammadiyah,
sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di negeri ini.
B. Faktor Subyektif (keprihatinan dan keterpanggilan KH. A. Dahlan terhadap umat

dan bangsa)

Pada saat kondisi yang tidak menentu K.H. Ahmad Dahlan muncul sebagai salah
seorang yang peduli terhadap kondisi yang dihadapi oleh masyarakat pribumi secara
umum atau masyarakat Muslim secara khusus.
Dua kali di Mekah belajar pada Syekh Ahmad Khatib Al-Minanagkabawi, belajar
Ilmu Tauhid, Fikih, Tasawuf, Falah dan yang menarik hatinya adalah Tafsir Al-Manar
karya Muh. Abduh. Keprihatinan Ahmad Dahlan melihat pengalaman Islam di Indonesia
sehingga Ia bertekad untuk bekerja keras mengembalikan Islam sebagaimana landasan
aslinya yaitu Alquran dan hadis. Hal ini nampak seperti apa yang dikatakannya :
“Saya mesti bekerja keras, untuk meletakkan batu pertama daripada amal yang
besar ini. Kalau sekiranya saya lambatkan atau saya hentikan lantaran sakitku ini maka
tidak ada orang yang sanggup meletakkan dasar itu. Saya sudah merasa bahwa umur
saya tidak akan lama lagi. Maka jika saya sedikit itu, mudahlah yang dibelakang nanti
untuk meyempurnakannya”.
Bagi K.H. Ahmad Dahlan, Islam hendak didekati serta dikaji melalui kacamata
modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara tradisional. Ia
mengajarkan kitab suci Alquran dengan terjemahan dan tafsir agar masyarakat tidak
hanya pandai membaca ataupun melagukan Alquran semata, melainkan dapat memahami

5
makna yang ada di dalamnya. Dengan demikian diharapkan akan membuahkan amal
perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Alquran itu sendiri. Menurut pengamatannya,
keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya tanpa mendalami
dan memahami isinya. Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati.
Untuk mewujudkan cita-citanya KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi
Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8
Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang
bernama ”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada
tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran
Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh
Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah”
yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18
November 1912.
Di samping organisasi Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan juga mendirikan
organisasi wanita yaitu ’Aisyiyah pada tahun 1917. Organisasi ini merupakan wadah
untuk kegiatan perempuan dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam
secara murni dan konsekwen. Berdirinya organisasi ini diawali dengan sejumlah
pengajaran yang dilakukan oleh Ahmad Dahlan mengenai perintah agama. Kursus
tersebut diadakan dalam perkumpulan ”Sopo Tresno” pada tahun 1914. Perkumpulan
inilah nanti yang berganti nama dengan ‘Aisyiyah.
Dari sumber sejarah ini, semakin tampak wawasan pemikiran Ahmad Dahlan
bahwa sejak awal abad ke-20 M, masih di bawah penjajahan kolonial Belanda, dan di
tengah-tengah masyarakat yang masih berpikir tradisional, belum ada kemajuan, dan
emansipasi wanita, tetapi Ahmad Dahlan telah berfikir tentang kemajuan perempuan,
bagaimana perempuan dapat hidup setara dengan laki-laki.
Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi kelahiran Muhammadiyah,
faktor subjektif yaitu ingin melaksanakan hasil pemahaman K.H.Ahmad Dahlan terhadap
firman Allah surat An-Nisa’ ayat 82 dan surat Muhammad ayat 24 serta surat Ali-Imran
ayat 104.

6
C. Profil KH. A. Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH.
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang
brsaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. 
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana
Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah
(Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru
Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan
Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekas selama 5 tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan
Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Tamiyiah. Ketika
pulang Kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak Kembali ke Mekah dan menetap selama 2 tahun. Pada masa
ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH.
Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman,
Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak
Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang
Pahlawan Nasional pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH.
Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro,
Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H.
Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak, KH.
Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik
Adjengan Penghulu) Cianjur yang Bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan
Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi
Oetomo – organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau
memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Pelajaran yang

7
diberikannya terasa sangat bergina bagi anggota Boedi Oetomo sehingga para anggota
Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan membuka sekolah sendiri yang diatur
dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.
Saran itu kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendririkan sebuah
organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah
1330). Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan Pendidikan. Melalui
organisasi inilah beliau b=bebrusaha memajukan Pendidikan dan membangun masyarakat
Islam.
Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad
Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung Karangkajen,
Brontokusuman, wilayah Bernama Mergangsan di Yogyakarta. Atas jasa-jasa Kiai Haji
Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada beliau gelar kehormatan
sebaagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan terseburt dituangkan
dalam SK Presiden RI No.567 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layer lebar pada tahun 2010
dengan judul fil ‘Sang Pecerah’ yang menceritakan tentang kisah KH Ahmad Dahlan dan
terbentuknya Muhammadiyah.
D. Pemikiran-pemikiran KH. A. Dahlan tentang Islam dan umatnya

Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global
umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta
keterbelakangan. Akal menduduki posisi yang penting dalam pemikiran K. Agama Islam
mewajibkan umatnya baik laki-laki atau perempuan untuk. menempuh jalur pendidikan
itulah pemikiran dari Muhammad Abduh, dan karena itu gerakannya lebih bersifat
modernis. Ahmad Dahlan jelas adalah untuk memperbaharui cara berfikir dan cara hidup
umat Islam Indonesia. Ahmad Dahlan hendak menyinergikan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Ahmad Dahlan, pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada usaha membentuk
manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama, luas pandangan dan
paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Kiai Dahlan yang memiliki nama kecil "Muhammad Darwis" mendalami ilmu
agama di Makkah. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan

8
pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani,
Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Agama Islam mewajibkan umatnya baik laki-laki atau
perempuan untuk. menempuh jalur pendidikan itulah pemikiran dari Muhammad Abduh,
dan karena itu gerakannya lebih bersifat modernis. H. ahmad Dahlan untuk melakukan
pembaruan, yang juga melatar belakangi lahirnya Muhammadiyah. perjumpaannya dan
dialog dengan rasyid ridha ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemikiran
ahmad dahlan, karena pandangan para pembaharu islam itu menitikberatkan pada
pemurnian tauhid (keesaan allah), tidak beriman secara taklid (secara membabi buta
percaya kepada keterangan seseorang tanpa mengetahui landasan … sejak kecil darwis
memang sudah menjadi anak yang kritis terhadap lingkungan sekitarnya, dan merasa
prihatin terhadap perilaku masyarakat islam di indonesia yang masih mencampur-
baurkan adat-istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam. hal
tersebutlah yang menjadi latar belakang pemikiran k.h. ahmad dahlan untuk melakukan
… Hampir seluruh pemikiran K. Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menemukan hasil bahwa gagasan dasar pemikiran K. Ahmad Dahlan berangkat dari
keprihatinannya terhadap situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam
dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Ahmad Dahlan jelas
adalah untuk memperbaharui cara berfikir dan cara hidup umat Islam Indonesia. Hal
itulah yang selalu ia tekankan kepada para muridnya. H Ahmad Dahlan Merasa prihatin
terhadap perilaku masyarakat Islam di Indonesia yang masih mencampur-baurkan adat-
istiadat yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran umat islam, inilah yang menjadi latar
belakang pemikiran KH. Ahmad Dahlan.

9
KESIMPULAN

Muhammadiyah berarti pengikut Muhammad yang mengandung pengertian sebagai


sekelompok orang yang berusaha atau pelanjut dakwah rasul dalam pengembangan tata
kehidupan masyarakat. Dengan demikian, Muhammadiyah dimaksudkan sebagai organisasi yang
gerak perjuangannya ditujukan untuk mengembangkan suatu tata kehidupan masyarakat
sebagaiamana dikegendaki Islam, yang bertujuan menyebarkan agama Islam, baik melalui
Pendidikan maupun Gerakan sosial. Dengan demikian, tercipta masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/38732264/Makalah_Sejarah_Muhammadiyah_1_

http://digilib.uinsby.ac.id/10474/1/bab%201.pdf

https://www.academia.edu/30396848/
Makalah_Latar_Belakang_Berdirinya_Muhammadiyah#:~:text=Berkaitan%20dengan%20latar
%20belakang%20berdirinya%20Muhammadiyah%20secara%20garis,di%20mana%20dapat
%20dilihat%20secara%20internal%20dan%20eksternal.

https://www.delinewstv.com/2022/01/1131-pemikiran-pemikiran-k-h-ahmad-dahlan-tentang-
islam-dan-umatnya/#:~:text=Pemikiran%20Pemikiran%20K%20H%20Ahmad%20Dahlan
%20Tentang%20Islam,kecil%20%22Muhammad%20Darwis%22%20mendalami%20ilmu
%20agama%20di%20Makkah.

11

Anda mungkin juga menyukai