SEJARAH MUHAMMADIYAH
DISUSUN OLEH :
1. AKBAR BASIR
2. ALIA FADILA HASAN
3. ALVANAN FEBRIANSYAH PADJI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami rahmat serta
karunia-Nya kepeda kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SEJARAH MUHAMMADIYAH”.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala urusan kita, Aamiin.
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sekilas Sejarah Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH. A. Dahlan. Beliau adalah
pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai
pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan
jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau
tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau
memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya
sebagai Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya,
akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya
sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu
singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar
daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka
didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada
diseluruh pelosok tanah air.
Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki,
beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian
yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak
laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah
dewasa.
KH. A. Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun
1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat
tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh
KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun
1934.Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres
2
Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar
tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.
3
1) Periode Pertama (periode sebelum Snouck Hurgronje)
a. Belanda berprinsip agar penduduk Indonesia yang beragama Islam
tidak memberontak.
b. Menerapkan dua strategi yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang
sifatnya membendung dan melakukan kristenisasi bagi penduduk
Indonesia.
c. Dalam pelarangan pengalaman ajaran islam, Belanda membatasi
masalah ibadah haji dengan berbagai aturan tetapi pelarangan ini justru
kontraproduktif bagi Belanda karena menjadi sumber pemicu
perlawanan terhadap Belanda sebagai penjajah karena menghalangi
kesempurnaan islam seseorang.
2) Periode Kedua (periode setelah Snouck Hurgronje menjadi penasihat
Belanda untuk urusan pribumi di Indonesia)
a. Dalam hal ini,tidak semua kegiatan pengamalan Islam dihalangi
bahkan dalam hal tertentu didukung. Kebijakan didasarkan atas
pengalaman Snouck berkunjung ke Makkah dengan menyamar
sebagai seorang muslim bernama Abdul Ghaffar.
b. Kebijakan Snouck didasarkan tiga prinsip utama,yaitu: Pertama
rakyat indonesia dibebaskan dalam menjalankan semua masalah ritual
keagamaan seperti ibadah, Kedua pemerintah berupaya
mempertahankan dan menghormati keberadaan lembaga-lembaga
sosial atau aspek mu’amalah dalam islam, Ketiga pemerintah tidak
menoleransi kegiatan apapun yang dilakukan kaum muslimin yang
dapat menyebarkan seruan-seruan Pan-Islamisme atau menyebabkan
perlawanan politik atau bersenjata menentang pemerintah kolonial
Belanda.
Di tengah perilaku sosial yang menyimpang dari ajaran agam Islam
tersebut K.H. Ahmad Dahlan meletakkan pembaharuan-pembaharuan
keagamaan secara pribadi maupun menggunakan media organisasi
Muhammadiyah. Pembaruan Islam yang cukup orisinal dari K.H. Dahlan
4
dapat dirujuk pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan
dan pelajaran tentang Surat Al-Maun,
Dalam surat ini Ia menekankan sekali tentang rasa beragama yang benar
dalam kehidupan. Bahwa semua yang tertulis dalam ayat tersebut
menjelaskan konsep tauhid yang harus di hayati bersama. Dalam kalimat
terakhir Ia menyampaikan “betulkah kita sebagai orang Islam yang berani
menyerahkan harta dan jiwa raganya di bawah hukum Allah”.
5
memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia. Inilah
”teologi amal” yang tipikal (khas) dari K.H. Dahlan dan awal kehadiran
Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal pembaruan lainnya di
negeri ini.
Artinya : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung".
6
Faktor subjektif yaitu ingin melaksanakan hasil pemahaman K.H.Ahmad
Dahlan terhadap firman Allah surat An-Nisa’ ayat 82 dan surat Muhammad
ayat 24 serta surat Ali-Imran ayat 104.
Artinya : "Dan hendaklah ada diantara kamu sekalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung".
7
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima
tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-
pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-
Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke
kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang
juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia
mendirikan Muhammadiyah di kampungKauman, Yogyakarta.
8
Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan dimakamkan
di KarangKajen, Yogyakarta.
Pengalaman Organisasi
9
bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar
agama Islam di sekolah OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus
Belanda untuk anak-anak priyayi. Bahkan ada pula orang yang hendak
membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan
perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan
tersebut.
10
Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti
Pastur van Lith pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak
dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di
kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu
masuk gereja dengan pakaian hajinya.
Pahlawan Nasional
11
1. KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk
menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan
berbuat;
2. Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak
memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang
menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat,
dengan dasar iman dan Islam;
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha
sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan
kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah
mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan
dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14