NIM : 20204040026
PSPPA UMY
Sebuah IFRS menyediakan sediaan farmasi yang mengandung substansi tidak halal seperti
berikut ini :
1. Neuro Aid
a. Studi Kasus
Neuro Aid merupakan obat herbal yang digunakan untuk pengobatan stroke. Obat ini
membantu dalam melancarkan sirkulasi darah, mengatasi kekakuan otot dan
kelumpuhan, serta mengatasi ketidakmampuan berbicara pada penderita stroke, dan
dapat digunakan untuk pasien batang otak. Komposisi dari Neuro Aid sendiri salah
satunya adalah buthus martensii 0.021 g. Buthus martensii itu sendiri adalah ekstrak
kalajengking
b. Kajian
hukum mengkonsumsi ekstrak kalanjengking menurut islam ;
2. Lovenox (Enoxaparin)
a. Studi Kasus
Obat Lovenox merupakan salah satu obat antikoagulan golongan LMWH (Low
Molecular Weight Heparin) yang mengandung substansi tidak halal yaitu enzim babi
b. Kajian
Allah SWT telah menerangkan mengenai makanan haram dan makanan halal secara
jelas di Al Quran surat Al Maidah ayat 3. Allah SWT berfirman agar manusia tidak
memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih bukan atas
nama Allah.
Firman Allah SWT di surah Al-Baqarah
d. Referensi
DSN MUI. Obat dan Pengobatan. Fatwa DSN MUI. No. 30 Tahun 2013 tentang Obat
dan Pengobatan. 2013
c. Rekomendasi
MUI dalam fatwanya hukum alkohol salah satunya adalah sebagai berikut
o Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non-khamar (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi dari petrokimia ataupun hasil industri fermentasi nonkhamar)
untuk proses produksi makanan, minuman, kosmetika dan obatobatan, hukumnya
mubah apabila secara medis tidak membahayakan.
o Produk-produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan tidak
mengandung alkohol lebih dari satu persen penggunaannya.
o Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non-khamar (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi dari petrokimia ataupun hasil industri fermentasi non-khmar)
untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan obatobatan,
hukumnya haram apabila secara medis membahayakan.
38 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Edisi Baru
(Jakarta: Erlangga, 2016), h. 834. 41
b. Kajian
Pada dasarnya darah adalah najis, karenanya haram dipergunakan sebagai bahan obat
dan produk lainnya. Plasma merupakan unsur darah, dan bagian tersendiri dari darah
yang sifatnya warna, bau dan rasa berbeda dengan darah, hukumnya suci dengan
ketentuan:
hanya untuk pengobatan dengan penggunaan seperlunya
tidak berasal dari darah manusia
berasal dari darah hewan halal (tidak dari darah hewan haram).
Dalam Firman Allah SWT
Ar
tinya Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,
sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau
makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya
semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa
yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (Al-An’am,[6] : 145) 2. Hadis-hadis Nabi Muhammad SAW,:
Diriwayatkan dari Asma r.a, beliau bercerita, ada seorang wanita datang menemui
Nabi Saw seraya berkata: Salah seorang diantara kami bajunya terkena darah haid, apa
yang harus ia lakukan? Nabi Saw menjawab: koreklah terlebih dahulu darah itu,
kemudian digosok dengan air, lalu dicuci dan, setelah itu bisa digunakan untuk sholat.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
c. Rekomendasi
Pendapat Para Ulama
1. Plasma tidak memiliki warna atau rasa darah, berbagai sifat dan kekhususan
darah tidak menyatu dalam plasma, sehingga plasma tidak bisa dinamakan darah,
meskipun plasma merupakan komponen-komponen darah. Sehingga, ketika
plasma digunakan untuk membuat produk-produk makanan maka tidak akan
diketahui spesifikasinya. Plasma dianggap sebagai sesuatu yang baik dan boleh
dikonsumsi (Nazih Hammad, al-Mawad al-Muharramah wa al-Najasah fi al-
Ghidza wa al-Dawa)
2. Secara warna dan hakikatnya plasma tidak sama dengan darah, sehingga
hukumnya tidak haram. Plasma darah bisa digunakan sebagai pengganti telur.
Plasma juga bisa digunakan sebagai bahan untuk membuat kue pai, sup, puding,
roti, produk susu, serta obat-abat untuk anak dan gizi untuk anak, dan yang
dicampur dengan tepung. Sehingga hukumnya plasma tidak sama dengan
hukumnya darah. Walaupun sebagian ada yang berpendapat sebaliknya. (Ali
Muhyiddin al-Ghurrah, al-Qadlaya al-Thibbiyah al-Mu’ashirah)
Kesimpulan : Masih dapat digunakan karena plasma berbeda dengan darah dan
digunakan untuk pengobatan seperlunya.
d. Referensi
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 30 Tahun 2013 tentang obat dan pengobatan.