Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Tantie Noer Apriliya

NPM : 260110170062

SHIFT :B

TUGAS PENDAHULUAN MODUL ANTIKONVULSAN

1. Gambarkan algoritma terapi penyakit epilepsy

(DiPiro et al, 2015)


2. Sebutkan dan jelaskan regulasi kanal ion

Berdasarkan cara teraktivasinya, kanal ion digolongkan menjadi lima jenis, yaitu:

a. Kanal ion teraktivasi voltase (Voltage-gated channels)

Terjadi apabila adanya perubahan potensial transmembran. Kanal akan membuka


sebagai respon terhadap terjadinya depolarisasi dan akan menutup jika terjadi
hiperpolarisasi

b. Kanal ion teraktivasi ligan (Ligan-gated channel)


Terjadi apabila adanya molekul ligan spesifik yang berada didaerah ekstraseluler
tempat kanal berada. Kanal ini memiliki tempat ikatan untuk ligan dan disebut juga
sebagai kanal ion. Contohnya adalah reseptor asetilkolin nikotinik, reseptor AMPA,
dan reseptor GABA.
c. Kanal ion teraktivasi molekul intrasel atau signal
Terjadi apabila suatu molekul berada dibagian intrasel yang merupakan bagian dari
proses signaling, misalnya terhadap second messenger seperti Ca, cAMP, dan cGMP.
d. Kanal ion teraktivasi kekuatan mekanik (Strecth-activated channel)
Kanal ini akan membuka dan menutup sebagai respon terhadap kekuatan mekanis yang
timbul dari peregangan atau pengerutan lokal membran di sekitar kanal tersebut
e. Kanal ion terkait protein G (G-protein-gated channel)
Kanal ini terkait dengan protei G dan teraktivasi jika protein G teraktivasi.

Dilihat dari gambat tersebut, setiap jenis kanal memiliki fungsi spesifik dalam
aktivitas elektrik saraf, yaitu:
• Kanal ion K+ selalu terbuka (a) bertanggungjawab untuk terjadinya resting potential
pada membran.
• Kanal ion yang teraktivasi oleh voltase (b) bekerja meneruskan action potential
sepanjang membran akson.
• Dua kanal lain (c dan d) bertanggungjawab terhadap penerusan signal listrik pada sel
post-sinaptik. Dimana kanal teraktivasi ligan (c) berespon terhadap ligan spesifik
ekstraseluler, sedangkan kanal teraktivasi signal (d) adalah kanal yang tergantung
dengan protein G dan berespon terhadap signal intraselular.

REGULASI KANAL ION

• Resting potential, adalah muatan negatif yang terdapat pada intrasel dalam keadaan
istirahat. Perbedaan muatan listrik antara kompartemen intrasel dan ekstrasel
adalah sekitar 60-80 mV. Bagian intrasel lebih negatif sedangkan ekstrasel sangat
besar sehingga perubahan menjadi tidak signifikan, dapat dikatakan bahwa muatan
intrasel adalah -60 sampai -80 mV sedangkan muatan ekstrasel 0 mV. Muatan
negatif inilah yang dinamakan sebagai potensial istirahat.

• Depolarisasi, telah dipahami bahwa sel harus menjaga polaritasnya dengan


menjada keseminbangan ion Na+ dan K+ di kompartemen luar dan dalam sel. jika
kanal ion Na+ membuka dan menyebabkan kanal ion Na+ masuk kedalam sel,
gradien konsentrasi Na+ diluar dan didalam sel akan berkurang. Karena ion Na+
bermuatan positif, sehingga akan menambah muatan positif didalam kompartemen
intrasel sehingga perbedaan polaritas menjadi berkurang, misal semula 80 mV
menjadi 40 mV. Berkurangnya perbedaan polaritas pada membran sel antara intra
dan ekstra sel ini disebut depolarisasi membran
• Repolarisasi, proses penutupan kanal ion yang merupakan proses kebalikan dari
pembukaan kanal ion, dimana terjadi perubahan konformasi untuk kembali pada
kondisi istirahatnya. Yang menarik adalah bahwa ada istilah inaktivasi, yaitu proses
yang berbeda dari deaktivasi. Inaktivasi diduga disebabkan oleh adanya gerakan
segmen bermuatan positif menuju kanal ion yang terbukan sehingga kanal ion
menjadi tertutup. Selama kanal ion Na+ mengalami inaktivasi atau deaktivasi, ia
tidak bisa terbuka atau terdepolarisasi sehingga juga tidak berfungsi
menghantarkan impuls saraf.
• Hiperpolarisasi, Seringnya kanal ion K+ tetap membuka ketika membran menuju
potensial istirahat. Akibatnya, banyak ion K+ keluar sel yang menyebabkan
terjadinya hiperpolarisasi singkat sebelum potensial istirahat tercapai kembali. Jadi,
hiperpolarisasi adalah keadaan pada saat potensial membran menjadi lebih negatif
dibandingkan potensial istirahat.
(Ikawati, 2016)

3. Jelaskan perbedaan kejang & epilepsy

Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Terjadinya kejang dapat
disebabkan oleh malformasi otak congenital, faktor genetis atau adanya penyakit seperti
meningitis, ensefalitis serta demam yang tinggi atau dapat dikenal dengan istilah kejang
demam, gangguan metabolisme, trauma, dan lain sebagainya. Apabila kejangnya bersifat
kronis dapat dikatakan sebagai epilepsi yang terjadi secara berulang-ulang dengan
sendirinya (Hidayat, 2006).

Epilepsi merupakan gangguan saraf kronik dengan ciri timbulnya gejala-gejala


yang datang dalam serangan-serangan berulang secara spontan yang disebabkan lepasnya
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversibel dengan berbagai etiologi.
Menurut International League Against Epilepsi (ILAE), yang disebut epilepsi adalah
kecenderungan untuk terjadinya kejang tipe apapun secara klinis. Tiap individu yang
mengalami epilepsi mempunyai risiko yang bermakna untuk mengalami kekambuhan
kejang. Waktu munculnya kejang terjadi secara mendadak, tidak disertai demam berulang
dan tidak dapat diprediksi. Kejang yang menahun dan berulang dapat berakibat fatal, oleh
karena itu sasaran terapi utamanya adalah pengendalian penuh atas kejang (Gidal dan
Garnett, 2005).
4. Jelaskan mekanisme obat golongan GABA uptake inhibitor

Inhibition of GABA uptake or metabolism adalah strategi lain untuk meningkatkan


transmisi GABAergik dengan tujuan pengobatan epilepsi dan nyeri neuropatik. Senyawa
dalam kategori ini termasuk GABA gamma-vinil (vigabatrin), inhibitor transminase
GABA, dan GABA yang tidak bekerja menggunakan inhibitor SKF 89976A, ester etil
asam nipekotik, dan tiagabine, turunan asam nipekotik R yang secara selektif menghambat
transporter GAT-1 GABA (Enna, 2006).

Mekanisme Kerja Pada Inhibisi Gaba

GABA merupakan neurotransmiter inhibisi interneuron lokal, bekerja melalui


reseptor GABA-A dan GABA-B. Reseptor GABA-A merupakan ligand-gated chloride
channel tipe Cys-loop yang merupakan target dari banyak OAE. Reseptor GABA-B
merupakan reseptor heterodimer G protein-coupled yang mengaktivasi kanal kalium dan
menghambat kanal kalium. GABA-B berbeda baik fungsi dan strukturnya dengan GABA-
A, dan bukan merupakan target dari OAE. Jumlah neuron GABA hanya seperlima dari
seluruh neuron, akan tetapi kelompok tersebut berperan penting dalam mengontrol firing
rate dan waktu eksitasi neuron, serta sinkronisasi neuron yang menuju ke arah epileptic
(Rogawski and Cavazos, 2015; Lee, 2014; Krasowski, 2014).

Inhibitor Transporter GABA GAT-1

Setelah GABA selesai bekerja akan mengalami uptake ke dalam neuron dan sel glia
melalui transporter GABA yang terletak di membran (GAT). Terdapat lima tipe, yaitu
vesicular GAT, GAT-1, (betaine-GABA transporter) BGT-1/GAT-2, GAT-3, dan GAT-4.
Vesicular GAT berfungsi dalam transpor GABA daslam vesikel sinaptik sebagai persiapan
pelepasan eksositosis sinaptik. GAT1 dikode oleh gen SLC6A1, banyak didapatkan pada
forebrain (termasuk neokorteks dan hipokampus). Protein ini terletak di terminal neuron
GABA-ergik dan prosesus sel glia yang dekat dengan sinaps GABA. Tiagabine merupakan
inhibitor GAT-1 neuron dan glia yang sangat spesifik. Inhibisi GAT-1 oleh tiagabine
mensupresi translokasi GABA ekstrasel menuju kompartemen intraseluler, sehingga
meningkatkan kadar GABA ekstrasel. Secara fungsional, tiagabine memperpanjang respon
inhibisi sinap yang diperantarai oleh GABA (Ben, 2011; Rogawski and Cavazos, 2015).
Inhibitor GABA Transaminase

GABA transaminase (4-aminobutyrate aminotransferase) merupakan enzim yang


mengkatalisir perubahan GABA dan 2-oxoglutarate menjadi succinic semialdehyde dan
glutamat, sebagai metabolit GABA inaktif. Inhibisi GABA transaminase dengan vigabatrin
(GABA γ-vinyl) akan menyebabkan peningkatan GABA dalam otak yang bermakna.
Vigabatrin tidak meningkatkan atau memperpanjang respon sinaptik yang diperantarai
oleh reseptor GABA-A. Vigabatrin meningkatkan arus tonik non sinaptik reseptor GABA-
A. Kadar GABA intrasel yang tinggi akan menurunkan transporter GABA sehingga kadar
GABA ekstrasel meningkat dan meningkatkan arus tonik reseptor GABA-A. Vigabatrin
berperan pada inhibisi GABA baik sinaptik maupun ekstrasinaptik. Efek perlindungan
bangkitan terutama didapat dari inhibisi ekstrasinaptik. Vigabatrin memiliki efek bifasik,
yaitu prokonvulsan dan antikonvulsan. Efek prokonvulsan berhubungan dengan supresi
neurotransmisi sinap GABAergik, sedangkan efek antikonvulsan disebabkan oleh
kelebihan GABA di ruang ekstrasel dan aktivasi reseptor GABA-A ekstrasinaptik.
Individu dengan defisiensi GABA transaminase secara genetik mengalami bangkitan
refrakter (Ben, 2011; Rogawski and Cavazos, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ben-Menachem E. 2011. Mechanism of action of vigabatrin: correcting misperceptions. Acta


Neurol Scand. Vol. 124(192): 5–15.

DiPiro J.T., Wells B. G., Schwinghammer T.L., and DiPiro C. V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edition. Inggris: McGraw-Hill Education Companies.

Enna, S. J. 2006. GABA. UK: Elsevier Inc.

Gidal, B. E., dan Garnett, W. R. 2005. Epilepsy dalam Dipiro, Pharmacotherapy: A


Pathophysiologic Approach, 6 ed, 1023-1048. USA: Mc. Graw Hill.

Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Ikawati, Zullies. 2016. Farmakologi Molekuler: Target Aksi Obat dan Mekanisme Molekulernya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Krasowski MD, McMillin GA. 2014. Advances in antiepileptic drug testing. Clin Chim Acta
436:224–236.

Lee SK. 2014. Old versus New: Why Do We Need New Antiepileptic Drugs? J. Epilepsy Res.
Vol. 4(2):39-44.

Rogawski, M. A. and Cavazos J.E. 2015. Mechanisms of Action of Antiepileptic Drugs. Dalam :
Wyllie E, Gidal BE, Goodkin HP, Loddenkemper T, Sirven J, editor. Wyllie’s Treatment of
Epilepsy: Principles and Practices. Edisi ke-6. Philadelphia. Wolters Kluwer. h.522-529.

Anda mungkin juga menyukai