Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol atau trigliserida
serum di atas batas normal (Price dan Wilson, 2005). Patofisiologi hiperlipidemia
yaitu peningkatan kolesterol total dan LDL dan penurunan kolesterol HDL
(Sukandar dkk, 2008). Untuk mendiagnosa adanya hiperlipidemia salah satunya
dengan pemeriksaan laboratorium yang ditandai adanya penurunan HDL, kadar
HDL dikatakan rendah jika kurang dari 40 mg/dL (Dipiro et al., 2008).
Data di Indonesia menunjukkan kolesterol total abnormal pada penduduk
usia ≥15 tahun sebesar 35,9%, trigliserida borderline tinggi sebesar 13%, dan
didapatkan sebesar 15,9% penduduk usia ≥ 15 tahun dengan kadar LDL tinggi
atau sangat tinggi.
Penatalaksanaan hiperlipidemia meliputi pengaturan diet dan pemberian
obat. Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional cenderung meningkat
dengan adanya krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli
masyarakat terhadap obat-obat modern yang lebih mahal harganya (Suyatna,
2008).
Selain penggunaan obat konvensional, di masyarakat juga berkembang
penggunaan obat bahan alam dan obat tradisional (jamu) untuk mengatasi
hiperlipidemia. Penyakit dislipidemia merupakan salah satu dari 10
gejala/penyakit yang ditangani oleh dokter praktik jamu dengan pemberian obat
tradisional jamu/ramuan. Daun jati belanda (Guazumae folium) dan daun
kemuning (Murrayae folium) adalah jenis simplisia tanaman obat, baik tunggal
ataupun ramuan bersama simplisia lainnya, yang paling sering diberikan dokter
praktik jamu kepada pasien hiperlipidemia, sedangkan komposisi tersering
diberikan adalah ramuan yang terdiri dari daun jati belanda, jati cina, tempuyung,
kemuning, sirih, akar kelembak, dan bunga rosela (Gitawati dkk, 2015).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1
1. Apakah kandungan dalam produk sediaan prolipid dapat memberikan
khasiat sebagai antihiperlipidemia?
2. Bagaimana mekanisme kerja dalam tiap tanaman tersebut sehingga
berkhasiat sebagai antihiperlipidemia?
3. Bagaimana rasionalitas produk herbal ekstrak prolipid?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kandungan dalam produk sediaan prolipid dapat
memberikan khasiat sebagai antihiperlipidemia.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja pada tanaman dari produk herbal
ekstrak prolipid
3. Untuk mengetahui rasionalitas produk herbal dari ekstrak prolipid.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hiperlipidemia


Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan
sebagai suatu keadaan dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas
normal. Total kolesterol menjadi tinggi, LDL (Low Density Lipoprotein) atau
trigliserida tinggi, HDL (High Density Lipoprotein) rendah, atau kombinasi
kelainan lain (Dipiro et al., 2008). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan
memicu terbentuknya aterosklerosis (hilangnya elastisitas disertai penyempitan
dan pengerasan pembuluh darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) (Katzung, 2014).
Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena
sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan
menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam
darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.
Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karenadapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas
di pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam
kisaran normal (Suyatna, 2007).
2.2 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hiperlipidemia dibagi menjadi hiperlipidemia
primer, berasal dari kelainan gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering
disebabkan kombinasi faktor genetik dan lingkungan, dan hiperlipidemia
sekunder, disebabkan penyakit metabolik seperti diabetes melitus, asupan alkohol,
hipotiroidisme, atau sirosis bilia primer.
Berdasarkan kadar HDL,VLDL dan Kolesterol serum, hiperlipidemia
dibagi menjadi :

3
Gambar 1. Klasifikasi Hiperlipidemia (Dipiro et al, 2015)
2.3 Patofisiologi
Terdapat 4 jenis utama lipoprotein, yaitu (Katzung, 2014).:
a. Kilomikron
b. VLDL (Very Low Density Lipoproteins)
c. LDL (Low Density Lipoproteins)
d. HDL (High Density Lipoproteins)
Hiperlipidemia terjadi sebagai berikut :
a. Transport dan metabolisme lipoprotein pada orang normal
Sebagai plasma lipid yang terbesar, kolesterol dan trigliserida merupakan
substrat esensial untuk pembentukan membran sel dan sintesis hormon.
Kolesterol dan trigliserida merupkan sumber dari asam lemak bebas.
Dislipidemia dapat diartikan sebagai peningkatan kadar total kolesterol,
LDL-C, atau kadar trigliserida, kadar HDL-C yang rendah, atau kombinasi
dari keadaan-keadaan tersebut. Lemak bersifat tidak larut dalam air
sehingga lemak diedarkan dalam darah sebagai lipoprotein.
Hiperlipoprteinemia diartikan sebagai peningkatan konsentrasi
makromolekul lipoprotein yang mentranspor lipid dalam plasma.

4
Gambar 2. Komposisi Lipoprotein (Dipiro et al., 2008).
1) Kilomikron.
Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80%
komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester.
Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan
otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati.
2) Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL).
Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15%
kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke
jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh LPL menghasilkan
asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan
oksidasi di jantung dan otot skelet.
3) Lipoprotein Densitas Sedang (IDL).
IDL ini kurang mengandung trigliserida (30%), lebih banyak kolesterol
(20%) dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL
adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi
LDL, tidak terdapat dalam kadar yang besar kecuali bila terjadi hambatan
konversi lebih lanjut. Bila terdapat dalam jumlah yang banyak IDL akan
terlihat sebagai kekeruhan dalam plasma yang didinginkan meskipun ultra
sentrifugasi perlu dilakukan untuk memastikan adanya IDL.
4) Lipoprotein Densitas Rendah (LDL)
LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia
(70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan
kolesterol 50%.
5) Lipoprotein Densitas Tinggi (HDL)

5
HDL dapat disubklasifikasikan kedalam HDL1, HDL2, HDL3 dan
berdasarkan kandungan Apo A-I dan Apo A-II nya. Metabolisme HDL
kompleks dan terdapat petunjuk bahwa Apo A-I plasma yang merupakan
apoprotein utama HDL merupakan inverse predictor untuk resiko penyakit
jantung koroner yang lebih baik daripada kadar HDL (Suyatna, 2007).
Kelainan patologi pada hiperlipidemia terutama diakibatkan oleh (Dipiro
et al., 2008) :
a. Lesi Aterosklerosis
Lesi aterosklerosis diduga berkembang dari transport dan retensi LDL
plasma melalui lapisan sel endothelial ke dalam matriks ekstraselular
daerah subendotelial. Pada dinding arteri, LDL dimodifikasi secara
kimia melalui proses oksidasi dan glikasi nonenzimatik. Perlahan-
lahan LDL teroksidasi menarik monosit ke dalam dinding arteri.
Monosit-monosit ini akan berubah menjadi makrofag yang
mempercepat oksidasi LDL.
b. Disfungsi Endotelium
Hipotesis respon terhadap luka menyatakan bahwa factor resiko seperti
LDL teroksidasi, luka mekanis terhadap endothelium, peningkatan
homosistein, serangan fungsi imunologi, atau induksi infeksi yang
menginduksi perubahan dalam endothelial dan fungsi intima
membawa kepada disfungsi endothelium dan serangkaian interaksi
seluler yang lama kelamaan memuncak menjadi aterosklerosis. Gejala
klinis yang dapat muncul adalah angina, infark miokard, aritmia,
stroke, penyakit arteri perifer, aneurisme pada aorta serta abdomen dan
kematian mendadak.
c. Respon Inflamasi
LDL teroksidasi mempengaruhi respon inflamasi yang dimediasi oleh
beberapa zat kimia penarik dan sitokin, misalnya Monosite Colony
Stimulating Factor (MCSF), melekul adhesi intraselular, Platelet
Degeneration Growth Factor (PDGF), Transformation Growth Factor
(TGF), IL-1, dan IL-6. Luka yang berulang dan perbaikan plak
aterosklerosis akhirnya akan mengarah kepada perlindungan fibrous

6
cap yang didasari oleh inti lipid, kolagen, kalsium, dan sel inflamatori
seperti limfosit T. Pemeliharaan fibrous plaque sangat penting untuk
mencegah hancurnya plak dan diikuti oleh trombosit koronari.
d. Faktor Genetik
Kerusakan primer pada hiperkolesterol familial adalah ketidak
mampuan pengikatan LDL terhadap reseptor LDL (LDL-R) atau
kerusakan pencernaan kompleks LDL-R ke dalam sel setelah
pengikatan normal. Hal ini mengarah pada kurangnya degradasi LDL
oleh sel dan tidak teraturnya biosintesis kolesterol, dengan jumlah
kolesterol total dan LDL tidak seimbang dengan berkurangnya reseptor
LDL.
2.4 Pengobatan
Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar
LDL. Olahraga bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah
kadarkolesterol HDL (LIPI, 2009)
Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar
kolesterolatau trigliserida tinggi adalah :
1. Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan.
2. Berhenti merokok.
3. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya.
4. Olahraga.
5. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).
Jika kadar lemak darah sangat tinggi atau tidak memberikan respon
terhadap tindakan diatas, maka dicari penyebabnya yang spesifik dengan
melakukan pemeriksaan darah khusus sehingga bisa diberikan pengobatan yang
khusus. Obat-obat antihiperlipidemia dapat digolongan menjadi lima macam yaitu
obat golongan inhibitor HMG KoA reduktase (statin), obat golongan resin
pertukaran anion, asam nikotinat, fibrat, dan inhibitor pada absorpsi kolesterol
usus (Neal, 2005).
1. Inhibitor HMG KoA reduktase
Senyawa penghambat Co-enzim-A reduktase ini berkhasiat menurunkan
kolesterol dan trigliserida, sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Efeknya

7
adalah peningkatan HDL. Penggunaan, bila diet tidak berefek cukup baik,
statin merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan kolesterol total
dan LDL kolesterol pada hiperkolesterolemia primer dan familial
(Sukandar et al., 2008) ). Contoh obat dari golongan ini adalah statin, obat
penurun lipid yang paling baru. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan
kolesterol total dan dan LDL. Inhibitor HMG KoA reduktase memblok
sintesis kolesterol dalam hati (Neal, 2005).
2. Resin pertukaran anion
Resin menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengikat asam empedu
dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi enterohepatik sehingga
ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Penurunan
kadar asam empedu ini oleh pemberian resin akan menyebabkan
meningkatnya produksi asam empedu yang berasal dari kolesterol. Karena
sirkulasi enterohepatik dihambat oleh resin maka kolesterol yang
diabsorpsi lewat saluran cerna akan terhambat dan keluar bersama tinja
(Suyatna, 2008)
3. Asam Nikotinik
Mekanisme mengurangi pelepasan VLDL dan kemudian menurunkan
trigliserida plasma (sekitar 30%-50%). Asam nikotinat juga menurunkan
kolesterol (sebanyak 10%-20%) dan meningkatkan HDL (Neal, 2005).
Asam nikotinat pada jaringan akan menghambat hidrolisis trigliserid oleh
hormone-sensitive lipase sehingga mengurangi transport asam lemak
bebas ke hati dan mengurangi sintesis trigliserid hati. Penurunan sintesis
trigliserid akan menyebabkan berkurangnya produksi VLDL sehingga
kadar LDL menurun. Selain itu asam nikotinat juga meningkatkan
aktivitas lipoprotein lipase yang akan menurunkan kadar kilomikron dan
trigliserid VLDL (Suyatna, 2008)
4. Fibrat
Fibrat akan menyebabkan penurunan ringan pada LDL (sekitar 10%) dan
peningkatan HDL (sekitar 10%). Sebaliknya fibrat akan menyebabkan
penurunan yang bermakna pada trigliserida plasma (sekitar 30%). Fibrat
bekerja sebagai ligan untuk reseptor transkripsi nukleus, reseptor alfa

8
peroksisom yang diaktivasi proliferator (PPAR-α, peroksisome
proliferator-activated receptor alpha) dan menstimulasi aktivitas
lipoprotein lipase (Neal, 2005).
5. Inhibitor pada absorpsi kolesterol usus
Obat golongan ini menurunkan penyerapan kolesterol dan menurunkan
kolesterol LDL. Sekitar 18% dengan sedikit perubahan pada kolesterol
HDL. Hal ini mungkin sinergis dengan statin sehingga menjadi terapi
kombinasi yang baik (Neal, 2005).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Formula Obat Herbal

Prolipid
Komposisi:
Guazumae folium................670 mg
Sonchi folium……………...200 mg
Murrayae folium…………..120 mg
Dosis:
Sehari 2 x 2 kapsul pada pagi dan sore hari sebelum makan.
Indikasi:
Menurunkan kolesterol dan melarutkan lemak
Tinjauan Tanaman
1. Jati belanda (Guazumae folium)

Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae

10
Subkingdom : Viridiplantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Guazuma
Species : Guazuma ulmifolia Lamk
Kandungan kimia
Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, musilago, kuersetin, dan damar
(Kemenkes, 2016).
Aktivitas Farmakologi
Jati belanda sebagai antihiperlipidemia (Hidayat et al, 2014).
Mekanisme
Kandungan alkaloid daun jati Belanda memiliki kemiripan strutur kimia
dengan Orlistat, obat sintetis yang dapat menekan nafsu makan dengan cara
menghambat kinerja enzim lipase sehingga absorbsi lemak dalam tubuh
berkurang. Senyawa musilago yang terkandung dalam jati belanda berefek
mengendapkan protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga
dapat mengurangi penyerapan makanan sehingga menghambat proses
absorbsi (Widyati dalam Hidayat, 2014). Senyawa tanin berefek inhibisi
terhadap enzim lipase. Enzim ini berfungsi untuk menghidrolisis 1,3-54
triasilgliserol menjadi 2 monoasilgliserol dan asam lemak bebas (Silitonga,
dalam Hidayat, 2014).
Efek Samping
Diare (Kemenkes, 2016).
Toksisitas
Toksisitas
Uji toksisitas akut infusa ramuan daun jati belanda, kemuning dan tempuyung
dosis tunggal oral tidak menimbulkan efek toksik, dengan nilai LD50 infusa
ramuan lebih besar dari 5000 mg/Kgbb. Termasuk Practice Non Toxic (PNT)
(Saryanto, 2010).

11
Menurut penelitian Hidayat et al (2017) yang melakukan uji toksisitas
subkronik pada tikus wistar, kelompom I diberikan kombinasi dosis rendah
ekstrak kedelai dan jati belanda (50:100 mg/kgBB/hari), kelompok II:
kombinasi dosis menengah (100:200mg/kgBB/hari), kelompok III: kombinasi
dosis tinggi (200:400 mg/kgBB/hari). Hasilnya, pemberian kombinasi ekstrak
etanol kedelai dan ekstrak etanol jati belanda adalah aman dan tidak toksik
terhadap hematologi darah tikus Wistar setelah diberi perlakuan selama 90
hari.
Pemberian ekstrak kering daun jati belanda dosis 2 g/kg BB, 4 g/kg BB dan 8
g/kg BB pada tikus jantan sekali sehari selama 3 bulan tidak menaikkan kadar
keratinin dan urea plasma serta ukuran diameter rata-rata glomerulus ginjal
tikus. Hasil pengamatan mikroskopik preparat histologi ginjal juga tidak
memperlihatkan adanya perbedaan dengan kelompok kontrol tanpa
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang daun jati
belanda tidak menganggu fungsi ginjal. Uji serupa telah dilakukan pula
terhadap granul kering daun jati belanda dengan kesimpulan yang sama yaitu
tidakmempengaruhi fungsi ginjal (Kemenkes, 2016).
Uji mutagenik ekstrak etanol 50% daun jati belanda telah dilakukan dengan
metode Ames menggunakan 5 galur bakteri Salmonella typhi yang telah
dimutasikan dan tanpa aktivator metabolik. Hasil penelitian yang
memperlihatkan bahwa ekstrak etanol daun jati belanda tidak bersifat
mutagen, yang ditunjukkan dengan tidak terjadinya mutasi DNA dan
kerusakan kromosom bakteri uji (Kemenkes, 2016).
Kontraindikasi
Kehamilan, laktasi dan anak (Kemenkes, 2016).
Interaksi
Dapat menghambat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan
(Kemenkes, 2016).
Dosis
3x5 gram serbuk simplisia/hari (Kemenkes, 2016).
2. Tempuyung (Sonchi folium)

12
Klasifikasi Tanaman
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophytina
Classsis : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Sonchus L
Spesies : Sonchus Arvensis L (L.)
Kandungan kimia
Alfa-laktoserol, manitol, inositol, silica, kalium, flavonoid dan taraksasterol
(Kemenkes, 2016).
Aktivitas Farmakologi
Tempuyung sebagai antihiperlipidemia
Mekanisme
Flavonoid bertindak sebagai penurun LDL dalam tubuh. Untuk mengurangi
LDL, flavonoid juga mengikat apolipoprotein B. Selain itu, flavonoid bekerja
untuk menurunkan kadar kolesterol dari darah dengan menghambat aksi
enzim HMG Co-A reduktase (Ranti et al, 2013).
Efek Samping
Diare (Kemenkes, 2016).
Toksisitas
Uji toksisitas akut infusa ramuan daun jati belanda, kemuning dan tempuyung
dosis tunggal oral tidak menimbulkan efek toksik, dengan nilai LD50 infusa

13
ramuan lebih besar dari 5000 mg/Kgbb. Termasul Practice Non Toxic (PNT)
(Saryanto, 2010).
Menurut penelitian Hidayat et al (2017) yang melakukan uji toksisitas akut
terhadap kombinasi ekstrak air meniran, tempuyung dan jinten hitam, dapat
dikatakan hampir tidak toksik untuk pemberian dosis tunggal dengan LD50
semu sebesar 8100 mg/kgbb.
Berdasarkan penelitian Nurianti et al (2014), tidak ada efek toksik setelah
penggunaan dosis tunggal dan dosis berulang ekstrak etil asetat dari daun
Sonchus arvensis L. pada hewan uji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ekstrak etil asetat daun Sonchus arvensis L. aman setelah pemberian tunggal
pada dosis tinggi dan administrasi berulang selama 90 hari.
Kontraindikasi
Belum diketahui (Kemenkes, 2016).
Interaksi
Belum diketahui (Kemenkes, 2016).
3. Kemuning (Murrayae folium)

Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Familia : Rutaceae
Sub family : Aurantioideae
Genus : Murraya

14
Spesies : Murraya paniculata(L.)
Kandungan kimia
Daun kemuning mengandung kadinen, metil-antranilat,bisabolen, ß-
karyofilen, geraniol, karen-3, eugenol, sitronelol, metil-salisilat, s-guiazulen,
ostol, panikulatin, tanin dan kumurayin. (Kemenkes, 2016).
Aktivitas Farmakologi
Antihiperlipidemia
Mekanisme
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dapat menurunkan kadar
kolesterol total dalam darah dengan cara menghambat absorbsi kolesterol
oleh usus, meningkatkan reaksi pembentukan dan ekskresi asam empedu
melalui feses serta mengurangi kekentalan darah dan mampu mengikat
apolipoprotein sehingga mengurangi terjadinya pengendapan lemak pada
pembuluh darah (Yokozawa et al., 2002)
Tanin dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan cara menghambat
pembentukan kolesterol yaitu bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel
usus sehingga dapat menghambat penyerapan lemak. Efek lainnya dikaitkan
dengan penghambatan HMG-KoA reduktase, enzim yang diperlukan untuk
sintesa kolesterol (Chang, 2001)
Saponin mampu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah dengan
mengikat dan mencegah absorbsi asam empedu sehingga siklus
enterohepatiknya (penyerapan asam empedu dalam usus) terputus dan
mengakibatkan jumlah asam empedu yang kembali ke hati sedikit, absorbsi
asam empedu yang rendah memaksa meningkatnya metabolisme kolesterol
dalam hati.
Efek Samping
Belum diketahui (Kemenkes, 2016)
Toksisitas
Toksisitas
Uji toksisitas akut infusa ramuan daun jati belanda, kemuning dan tempuyung
dosis tunggal oral tidak menimbulkan efek toksik, dengan nilai LD50 infusa

15
ramuan lebih besar dari 5000 mg/Kgbb. Termasul Practice Non Toxic (PNT)
(Saryanto, 2010).
Pemberian oral akut ekstrak M. paniculata (2000 mg/kg, dosis tunggal) tidak
menunjukkan tingkat kematian dan toksisitas CNS dan ANS. Demikian pula
pemberian oral sub-akut (100, 200 dan 400 mg/kg selama 28 hari) pada tikus
tidak menunjukkan perubahan berat badan, makanan konsumsi, asupan air
dan parameter biokimia, hematologi dan histopatologi dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak diobati. Maka dapat disimpulkan dari penelitian
ini menunjukkan Murraya paniculata aman dalam dosis efektif oral (Gautam
et al, 2012).
Kontraindikasi
Belum diketahui (Kemenkes, 2016)
Interaksi
Belum diketahui (Kemenkes, 2016)
3.2 Evaluasi Rasionalitas Produk
1. Komposisi
a. Jati belanda (Guazumae folium)
Jati belanda (Guazumae folium) 670 mg dalam produk bertindak sebagai
zat aktif yang berkhasiat sebagai antihiperlipidemia dengan cara
senyawa tanin dan musilago yang terdapat pada daun jati belanda dapat
mengendapkan mukosa protein yang terdapat pada permukaan intestine
(usus halus) sehingga mengurangi penyerapan makanan. Musilago
merupakan serat yang larut dalam air dan serat tersebut akan merusak
missel dalam usus dan komponen seratnya juga mampu mengikat asam
empedu yang berasal dari kolesterol membentuk ikatan senyawa
kompleks sehingga akan mencegah penyerapan kembali dari usus dan
akan meningkatkan ekskresinya melalui feses.
b. Tempuyung (Sonchi folium)
Flavonoid bertindak sebagai penurun LDL dalam tubuh. Untuk
mengurangi LDL, flavonoid juga mengikat apolipoprotein B. Selain itu,
flavonoid bekerja untuk menurunkan kadar kolesterol dari darah dengan
menghambat aksi enzim HMG Co-A reduktase (Ranti et al, 2013).

16
c. Kemuning (Murrayae folium)
Kemuning (Murrayae folium)120 mg dalam produk bertindak sebagai zat
aktif yang berkhasiat sebagai antihiperlipidemia. Flavonoid, tanin dan
saponin yang terdapat dalam daun kemuning mampu menurunkan kadar
kolestrol darah. Flavonoid dapat menghambat absorbsi kolesterol oleh
usus, meningkatkan reaksi pembentukan dan ekskresi asam empedu
melalui feses serta mengurangi kekentalan darah dan mampu mengikat
apolipoprotein sehingga mengurangi terjadinya pengendapan lemak pada
pembuluh darah. Tanin dapat menyebabkan penurunan efisiensi dalam
mengubah nutrisi yang diserap oleh tubuh menjadi substansi yang baru,
menghambat enzim lipase serta mengurangi jumlah kolesterol dan lemak
darah. Saponin mampu menurunkan konsentrasi kolesterol serum darah
dengan mengikat dan mencegah absorbsi asam empedu sehingga siklus
enterohepatiknya terputus. Akibatnya jumlah asam empedu yang kembali
ke hati sedikit, absorbsi asam empedu yang rendah memaksa
meningkatnya metabolisme kolesterol dalam hati.
2. Dosis
a. Jati belanda (Guazumae folium)670 mg
Dosis pada hewan coba (tikus) = 400 mg/kg BB (Permana et al. 2016)
Untuk tikus 200 g = 400 mg/KgBB x 0,2 Kg
= 80 mg/0,2KgBB (80 mg/200gBB)
Dosis Konversi ke manusia = 56,0 x 80 mg = 4480 mg/70 kgBB
Bila dibandingkan dengan dosis yang terdapat didalam sediaan
Aturan pakai:
2 x 2 kapsul/hari
Untuk sekali minum = 670 mg X 2 = 1340 mg
Untuk sehari minum = 1340 mg X 2 = 2680 mg
b. Tempuyung (Sonchi folium)
Menurut penelitian dari Dewangga (2011), dosis yang menunjukkan efek
penurunan kolesterol terbesar yaitu pada dosis 40 mg/kgBB pada tikus
putih.
Dosis pada hewan coba (tikus) = 40 mg/kg BB

17
Untuk tikus 200 g = 40 mg/KgBB x 0,2 Kg
= 8 mg/0,2KgBB (80 mg/200gBB)
Dosis Konversi ke manusia = 56,0 x 8 mg = 448 mg/70 kgBB
Bila dibandingkan dengan dosis yang terdapat didalam sediaan
Aturan pakai:
2 x 2 kapsul/hari
Untuk sekali minum = 220 mg X 2 = 440 mg
Untuk sehari minum = 440 mg X 2 = 880 mg
c. Kemuning (Murrayae folium)
Pemberian dosis 315 mg/kgBB pada tikus, menghasilkan penurunan
kadar kolesterol darah 15,34-25,75% selama 15, 45 dan 90 hari (Sari,
2004).
Dosis pada hewan coba (tikus) = 315 mg/kg BB
Untuk tikus 200 g = 315 mg/KgBB x 0,2 Kg
= 63 mg/0,2 KgBB (20 mg/200gBB)
Dosis Konversi ke manusia = 56,0 x 63 mg = 3528 mg/70 kgBB
Bila dibandingkan dengan dosis yang terdapat didalam sediaan
Aturan pakai:
2 x 2 kapsul/hari
Untuk sekali minum = 120 mg X 2 = 240 mg
Untuk sehari minum = 240 mg X 2 = 480 mg
3. Efek samping dan toksisitas
a. Jati belanda (Guazumae folium)
Efek samping yang pernah dilaporkan berupa diare yang terjadi pada 2
pasien dari 35 pasien yang di uji (Gitawati, 2015).
b. Tempuyung (Sonchi folium)
Berdasarkan penelitian Nurianti et al (2014), tidak ada efek toksik
setelah penggunaan dosis tunggal dan dosis berulang ekstrak etil asetat
dari daun Sonchus arvensis L. pada hewan uji. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun Sonchus arvensis L. aman
setelah pemberian tunggal pada dosis tinggi dan administrasi berulang
selama 90 hari.

18
c. Kemuning (Murrayae folium)
Efek samping dari ekstrak daun kemuning pada manusia belum
diketahui. (Kemenkes, 2016) Namun berdasarkan penelitian Gautam et
al (2012), pemberian oral akut ekstrak M. paniculata (2000 mg/kg, dosis
tunggal) tidak menunjukkan tingkat kematian dan toksisitas CNS dan
ANS. Demikian pula pemberian oral sub-akut (100, 200 dan 400 mg/kg
selama 28 hari) pada tikus tidak menunjukkan perubahan berat badan,
makanan konsumsi, asupan air dan parameter biokimia, hematologi dan
histopatologi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diobati.
Maka dapat disimpulkan dari penelitian ini menunjukkan Murraya
paniculata aman dalam dosis efektif oral.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Produk ekstrak prolipid dapat dikatakan sudah rasional, ditinjau dari
komposisi, dosis, efek samping dan toksisitas dengan kombinasi tanaman
Guazumae folium 670 mg, Sonchi folium 200 mg, dan Murrayae folium 120
mg yang ditinjau dari efek farmakologis tanaman dapat dijadikan sebagai
alternatif pengobatan penyakit hiperlipidemia.
4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek samping dari produk
obat herbal prolipid pada penggunaan jangka panjang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Chang, J., Kashiwada, Y., Nonaka, G., Nishioka, I & Lee, K. 2001. Body Lipid
Deposition in Nile Tilapia Fed on Rations Containing Tannin. Brazil:
Universidadi

Dipiro, J.T, Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. dan Posey, L.M,
2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach Seventh Edition,
McGraw-Hill Education., USA.

Dipiro, J.T, Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. dan Posey, L.M,
2015, Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach Ninth Edition,
McGraw-Hill Education., USA.

Gautama, et al. 2012. Toxicological Evaluation of Murraya Paniculata (L.)


Leaves Extract On Rodents. American Journal Of Pharmacology and
Toxicology 7 (2) : 62-67. ISSN. 1557-4962.

Gitawati, R., Widowati, L. dan Suharyanto, F., 2015, Penggunaan Jamu pada
Pasien Hiperlipidemia Berdasarkan Data Rekam Medik, di Beberapa
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia, Jurnal Kefarmasian
Indonesia, 5(1): 41-48.

Hidayat, M., Prahastuti, S., Dewi, E., Safitri, D., Farah, S. dan Soemardji, A.A.,
2017, Uji Toksisitas Subkron s Kombinasi Ekstrak Kedelai dan Jati
Belanda terhadap Hematologi Tikus Wistar, Jurnal Ilmu Kefarmasian
Indonesia, 15(1): 114-119.

Hidayat,M., Soeng, S., Prahastuti, S., Patricia, t.H. dan Yonathan, K.A., 2014,
Aktivitas Antioksidan dan Antitrigliserida Ekstrak Tunggal Kedelai, Daun
Jati Belanda Serta Kombinasinya, Bionatura-Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan
Fisik, 16(2): 89-94.

Katzung, B. G. 2014. Farmakologi: Dasar dan Klinik Buku 2 Edisi 12, Salemba
Medika, Jakarta.

Kementrian Kesehatan. 2016. Formularium obat herbal asli indonesia. Jakarta:


Kementrian hukum dan hak asasi manusia republik indonesia.

LIPI. 2009. Kolesterol Tinggi, UPT-Balai Informasi Teknologi LIPI Bagian


Pangan dan Kesehatan.

Nurianti, Y., Hendriani, R., Sukandar, dan Anggadiredja, K., 2014 Acute And
Subchronic Oral Toxicity Studies Of Ethyl Acetate Extract Of Sonchus
Arvensis L. Leaves, International Journal Of Pharmacy And
Pharmaceutical Sciences, 6(5): 343-347.

21
Permana et al. 2016. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jati
Belanda(Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Gambaran Mikroskopis
Aorta Hewan Model Aterosklerosis.Journal of Medicine and HealthVol
1(4).

Permana, R.J., Azaria, C. dan Rosnaeni, The Effect Of Jati Belanddan a Leaves
(Guazuma Ulmifolia Lamk.) Ethanol Extract On Microscopic Features Of
Atherosclerotic Animal Model’s Aorta, Journal Of Medicine And Health
The Effect Of Jati, 1(4): 305-318

Price,S.A dan Wilson, L.M. Patofisiologi: Konsep Klinis. Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

Ranti, G.B., Fatimawali. dan Wehantouw, F., 2013, Uji Efektivitas Ekstrak
Flavonoid dan Steroid dari Gedi (Abelmoschus Manihot) Sebagai Anti
Obesitas dan Hipolipidemik Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar,
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(2): 34-38

Rosnaeni, Fenny Tanudjaja dan Giselle Primagusta C Hartono. 2014. Efek


Ekstrak Etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) Terhadap
Kadar Kolesterol Total Darah Tikus Wistar Jantan. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha.

Sari, I.P., Pramono, S. dan Hali, A., 2004, Efek Ekstrak Etanol Daun Kemuning
Terhadap Kolesterol Darah Tikus Putih Jantan Diet Tinggi Lemak dan
Histopatologi Hepar, Jantung dan Aorta, Gerbang Inovasi, 44-46

Saryanto, 2010, Laporan Penelitian Uji Preklinik Formula Tanaman Obat


Sebagai Penurun Asam Urat dan Kolesterol Darah, Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional; Badan Penelitlan
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Silitonga dalam Hidayat, 2014, Aktivitas Antioksidan dan Antitrigliserida Ekstrak


Tunggal Kedelai, Daun Jati Belanda Serta Kombinasinya, Bionatura-
Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 16(2): 89-94.

Sukandar, E.Y, Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P., dan
Kusnandar, 2013, ISO Farmakoterapi, Isfi Penerbitan, Jakarta.

Sukandar, E.Y., E, Nurdewi. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap Kadar Lipid Darah pada
Tikus Jantan.JKM.Vol.8(2):102-112

Suyatna, F.D. 2007. Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy,


Nafrialdi, Elysabeth (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

22
Utomo A. 2008. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia L amk) pada Tikus Wistar.Bandung.

Widyati dalam Hidayat, 2014, Aktivitas Antioksidan dan Antitrigliserida Ekstrak


Tunggal Kedelai, Daun Jati Belanda Serta Kombinasinya, Bionatura-
Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik, 16(2): 89-94.
Yokozawa, T., T. Nakagawa d: 89-94n K. Kitani. 2002. Antioxidative Activity of
Green Tea Polyphenol in Cholesterol Fed Rats. J. of Agricultural and
Food. ats. J. of Agricultural and Food.

23

Anda mungkin juga menyukai