Diabetes Mellitus Tipe II adalah defek sekresi insulin, dimana pankreas tidak
mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan glukosa
plasma yang normal, sehingga terjadi hiperglikemia yang disebabkan
insensitifitas seluler akibat insulin. (Elizabeth J Corwin, 2009).
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar
insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport
glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI,
2011).
Sel-sel dalam tubuh manusia membutuhkan energi dari gula (glukosa) untuk
bisa berfungsi dengan normal. Yang biasanya mengendalikan gula dalam
darah adalah hormon insulin. Insulin membantu sel mengambil dan
menggunakan glukosa dari aliran darah. Jika tubuh kekurangan insulin yang
relatif, artinya kadar gula darah sangat banyak akibat asupan berlebihan
sehingga kadar insulin tampak berkurang; atau muncul resistensi terhadap
insulin pada sel-sel tubuh, kadar gula (glukosa) darah akan meningkat drastis.
Inilah yang memicu dan menjadi penyebab penyakit diabetes (diabetes
melitus).
Diabetes tipe 2 terjadi pada saat organ pankreas dalam tubuh penderita tidak
memproduksi relatif cukup insulin untuk mempertahankan kadar gula darah
dalam batas normal. Penyebab lainnya adalah sel-sel tubuh yang menjadi
kurang peka terhadap insulin atau yang dikenal dengan istilah resistensi
terhadap insulin. Kadar gula darah biasanya dikendalikan oleh hormon
insulin yang diproduksi oleh pankreas. Insulin berfungsi untuk memindahkan
gula dari darah ke sel-sel tubuh yang akan mengubahnya menjadi energi.
a) Faktor Usia
Risiko diabetes tipe 2 akan makin tinggi seiring bertambahnya usia. Ini
mungkin dipicu oleh berat badan yang cenderung bertambah dan frekuensi
olahraga yang berkurang saat kita makin tua. Diabetes jenis ini umumnya
menyerang orang-orang yang berusia 40 tahun ke atas. Risiko orang
beretnis Asia bahkan tinggi, yaitu pada usia 25 tahun ke atas. Karena
semakin bertambahnya usia maka fungsi sel B pancreas menjadi menurun
sehingga berpengaruh pada produksi insulin, insulin yang dihasilkan
semakin berkurang sehingga kadar gula darah menjadi meningkat dan
menyebabkan hiperglikemia.
b) Hereditas
Memiliki anggota keluarga (terutama keluarga inti seperti ayah, ibu, dan
saudara kandung) yang menderita diabetes juga akan meningkatkan risiko
Anda. Risiko bagi anak-anak dengan ayah atau ibu penderita diabetes tipe
2 juga sepertiga lebih tinggi untuk terkena diabetes. Diabetes bisa
diturunkan melalui hubungan darah yang dekat selain itu karena terjadinya
retensi insulin sehingga menyebabkan kadar gula darah meningkat dan
terjadinya hiperglikemia.
c) Obesitas
d) Obat-obatan
Gejala-gejala ini timbul setelah gula darah meningkat di dalam darah selama
beberapa waktu tertentu. Awalnya, gejala diabetes tipe 2 cenderung ringan.
Oleh sebab itu, banyak penderitanya yang sering tidak menyadari bila mereka
sudah mengidap penyakit ini. Berikut gejala yang akan muncul pada diabetes
mellitus tipe 2 adalah sebagai berikut:
Gangrene
Gangrene adalah kondisi serius ketika banyak jaringan tubuh yang
nekrosis atau mati yang disebabkan karena terhambatnya sirkulasi darah,
darah yang tidak bisa mengalir lancer akan menyebabkan sel-sel akan
mati. gangrene terjadi pada penderita dengan kadar gula darah yang
tinggi dan tidak terkendali menyebabkan kerusakan pada saraf kaki yang
menyebabkan neuropati perifer. Atau kehilangan sensasi rasa dan
mengerasnya pada dinding arteri yang akan menyebabkan penyempitan
dan terhalangnya pasokan darah.
Kebas
Kebas disebabkan karena gangguan pada pembuluh darah kapiler yang
kecil dan rusaknya pembuluh darah tepi atau perifer akibat darah yang
mengalir menuju perifer menjadi berkurang.
Luka bernanah dan bau
Gangren bau karena adanya infeksi oleh bakteri klostirudium yang
menyebabkan luka menjadi basah dan infeksi yang lama serta tidak
kunjung sembuh. Bau disebabkan karena keluarnya nanah.
Berat badan menurun
Berat badan yang turun drastis karena adanya gangguan pada insulin.
Biasanya pada saat kita makan. Maka kadar gula darah akan naik,
normalnya gula darah ini masuk ke dalam sel untuk metabolisem energi.
Tetapi, pada pasien diabetes, gula darah akan tetap beredar diperedaran
darah sehingga sel-selnya akan kelaparan, selain itu pendertita diabetes
berat badan menurun karena tidak adanya kalori yang bisa masuk ke dalam
sel maka berat badan sulit bertambah dan otot-ototpun menjadi kendur dan
kecil.
Kelemahan atau kurang energi
Tubuh tidak mendapatkan gula dalam kadar yang cukup sehingga tubuh
juga akan kehilangan energy, selain itu proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak juga terganggu menyebabkan intake yang adekuat dan
akan menyebabkan tubuh merasa kelemahan.
Polifagia
Glukosa jika masuk ke dalam tubuh akan diubah menjadi glikogen dengan
bantuan insulin dan disimpan dalam hati sebagai cadangan energi. Pada
penderita diabetes, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel target dan
berubah menjadi glikogen untuk disimpan di dalam hati sebagai cadangan
energi karena, insulin yang dihasilkan pancreas tidak dapat bekerja atau
insulin dapat bekerja tetapi bekerjanya lambat. Oleh karena itu, tidak ada
intake glukosa yang masuk sehingga penderita DM merasa cepat lapar dan
lemas (Polifagi).
Polidipsi
Proses filtrasi pada ginjal normal merupakan proses difusi yaitu filtrasi zat
dari tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi. Pada penderita DM,
glukosa dalam darah yang tinggi menyebabkan kepekatan glukosa dalam
pembuluh darah sehingga proses filtrasi ginjal berubah menjadi osmosis
(filtrasi zat dari tekanan tinggi ke tekanan rendah). Akibatnya, air yang ada
di pembuluh darah terambil oleh ginjal sehingga pembuluh darah menjadi
kekurangan air yang menyebabkan penderita menjadi cepat haus
(Polidipsi).
Poliuri
Pada penderita DM, akibat insulin yang tidak mampu mengubah glukosa
menjadi glikogen, kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. Keadaan ini
dapat menyebabkan hiperfiltrasi pada ginjal sehingga kecepatan filtrasi
ginjal juga meningkat. Akibatnya, glukosa dan Natrium yang diserap
ginjal menjadi berlebihan sehingga urine yang dihasilkan banyak dan
membuat penderita menjadi cepat pipis (Poliuri).
Edema
Glukosa menumpuk didalam darah (hiperglikemia) menyebabkan
glukosa didalam sel menjadi berkurang sehingga menyebabkan tubuh
kekurangan glukosa dan tubuh memproduksi sorbitol, sorbitol tertimbun
didalam sel dan gula menarik air diintravaskuler dan menyebabkan
penumpukan cairan di ekstrasel yang akan menyebabkan edema.
E. Patofisiologi (Pathway) Diabetes Melitus Tipe 2
Kadar gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah, saraf, dan organ tubuh. Diabetes termasuk penyakit kronis
yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya bisa memicu sejumlah
komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Berikut adalah sejumlah
komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita diabetes.
a. Penyakit Kardiovaskuler
Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan syaraf atau Neuropati
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh
darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi
kesemutan atau perih yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki,
lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan
dapat memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.
c. Kerusakan pada organ kaki
Neuropati atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes
berkemungkinan meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang
biasanya terlambat disadari. Sekitar 10 persen penderita diabetes
mengalami infeksi serius akibat luka atau goresan kecil pada kaki.
Gejala komplikasi kaki yang harus diwaspadai adalah pembengkakan,
kulit yang terasa panas saat disentuh, serta luka yang tidak kunjung
sembuh.
d. Kerusakan Mata
khususnya retina. Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh
darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.
Glaukoma dan katarak juga termasuk komplikasi yang mungkin terjadi
pada penderita diabetes, selain itu kebutaan juga bisa terjadi.
e. Kerusakan Ginjal
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah
dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor,
kinerja ginjal Anda bisa menurun. Kerusakan parah pada ginjal dapat
menyebabkan gagal ginjal yang membutuhkan dialisis (proses cuci
darah) atau bahkan transplantasi ginjal.
f. Gangguan Kulit
Tes HbA1c
Pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar gula rata-rata dalam darah
pasien selama periode 2-3 bulan terakhir. Tingkat HbA1c dengan angka
6,5% atau lebih akan menandakan pasien mengidap diabetes tipe 2. Tes ini
juga dapat digunakan sebagai pemeriksaan awal untuk orang yang
berisiko mengidap diabetes. Pada penyandang DM, glikosilasi hemoglobin
meningkat secara proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah
selama 8-10 minggu terakhir. Bila kadar glukosa darah dalam keadaan
normal antara 70-140 mg/dl selama 8-10 minggu terakhir, maka test AIC
akan menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan AIC dipengaruhi oleh
anemia berat, kehamilan, gagal ginjal dan hemoglobinnopati. Pengukuran
AIC dilakukan minimal 4bulan sekali dalam setahun.
Tes Toleransi Glukosa Oral
Tes ini berfungsi untuk mengevaluasi aktivitas insulin dalam tubuh.
Sampel darah pasien diambil sebanyak dua kali untuk pemeriksaan
glukosa puasa dan dua jam setelah makan.
Tes glukosa puasa akan dilakukan pada pagi hari setelah Anda berpuasa
selama 8 jam, hanya air putih yang tetap diperbolehkan minum. Anda juga
dianjurkan untuk tidak meminum obat-obatan tertentu yang dapat
memengaruhi hasil tes. Sampel darah akan diambil menjelang akhir fase
berpuasa.
Kemudian, Anda akan diminta untuk minum sirup yang mengandung 75
gram glukosa (gula). Tepat dua jam setelahnya, sampel darah Anda akan
kembali diambil untuk tes glukosa guna mengevaluasi aktivitas insulin
dalam tubuh.
Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa dapat diukur dari sample berupa darah biasa atau plasma.
Pemeriksaan kadar glukosa darah lebih akurat karena bersifat langsung
dan dapat mendeteksi kondisi hiperglikemia dan hipoglikemia.
Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan glukometer lebih baik
daripada kasat mata karena informasi yang diberikan lebih objektif
kuantitatif.
Pemeriksaan Kadar Glukosa Urine
Pemeriksaan kadar glukosa urin menggambarkan kadar glukosa darah
secara tidak langsung dan tergantung pada ambang batas rangsang ginjal
yang bagi kebanyakan orang sekitar 180 mg/dl. Pemeriksaan ini tidak
memberikan informasi tentang kadar glukosa darah tersebut, sehingga tak
dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia.
Pemeriksaan Keton Urine
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dan kurang hormone insulin
menyebabkan tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energy. Keton
urin dapat diperiksa dengan menggunkan reaksi kolorimetrik antara benda
keton dan nitroprusid yang menghasilkan warna ungu.
Cara Mengetahui Hasil Tes
Kadar gula Anda yang diketahui dari hasil tes toleransi glukosa oral akan
menentukan apakah Anda menderita gangguan toleransi glukosa atau
diabetes. Milligrams/deciliter atau biasa disingkat mg/dL adalah satuan
untuk kadar gula darah yang digunakan secara umum di Indonesia.
Takaran gula darah yang normal adalah:
Perubahan gaya hidup akan dianjurkan jika hasil tes menunjukkan Anda
menderita gangguan toleransi glukosa. Dokter juga mungkin akan
memberikan obat untuk menurunkan kadar gula darah Anda.
Jika hasil tes menunjukkan Anda menderita diabetes, dokter biasanya akan
memberikan obat-obatan untuk menurunkan dan menjaga keseimbangan
kadar gula darah Anda.
H. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2
Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, pendeteksian sejak dini
memungkinkan kadar gula darah penderita diabetes bisa dikendalikan.
Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk memertahankan keseimbangan
kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi. Berikut penjelasan
mendetail mengenai penanganan diabetes yang umumnya dianjurkan.
Penatalaksanaan Medis
Pemberian obat antidiabetik oral untuk mestimulasi produksi
insulin endogen, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin pada
tingkat seluler, menekan glukoneogenesis hepar, dan memperlambat
aborsi karbohidrat dalam traktus GI (dapat digunakan kombinasi obat-
obatan tersebut).
Pemantauan kadar glukosa darah secara cermat Risiko
hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah) umumnya
menyertai penderita diabetes tipe 2 yang menggunakan insulin atau
tablet tertentu dalam pengendalian kadar gula darah mereka. Gejala
hipoglikemia ringan meliputi lemas, gemetaran, dan lapar.
Penatalaksanaan Keperawatan
Harapan hidup orang yang terkena diabetes pada usia 40 tahun, 5-10 tahun
kurang dari rata-rata populasi. Serangan jantung adalah komplikasi paling
bahaya yang sering menjadi pembunuh pasien diabetes. Dengan kontrol gula
yang teratur dan menjaga gaya hidup serta menjaga kadar lemak dalam
darah secara ketat dapat meningkatkan harapan hidup lebih tinggi.
J. Pengkajian Fokus
1) Identitas
2) Keluhan utama
6) Riwayat Psikososial
K. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat Kesadaran : Compos mentis
TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan
darah terjadi perubahan.
2. Pengkajian head to toe
Kepala
Rambut : rambut tipis dan kasar , rambut tampak kusam dan
kering
Wajah : klien werwajah pucat
Mata : mata tampak merah , penglihatan kabur , simetris,
konjungtiva anemis dan sclera tidak ikterik
Hidung : simetris , tidak ada pembengkakan polip dan klien
bernapas pendek , kusmaul
Bibir : terdapat peradangan mukosa mulut , napas berbau
Gigi : tidak terdapat karies pada gigi
Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah
bening
Dada /thorak
Inspeksi : melihat bentuk dada,simetris , ikspansi dinding
dada, melihat apakah adanya kesulitan saat bernapas
Palpasi : mengidentifikasi adanya massa pada rongga dada
dan paru-paru, pemeriksaan taktil,merasakan gerakan
pengembangan dinding dada
Perkusi :untuk mengetahui batas-batas organ yang ada pada
dada atau thorak
Auskultasi : mendengarkan suara napas dengan meminta pasien
untuk menarik napas dalam, dengannormal suara napas vestikuler.
Perut atau abdomen
Inspeksi : terjadi distensi abdomen , asites atau penumpukan
cairan , klien tampak mual dan muntah
Auskultasi : bising usus normal 5-12 x/menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian pinggang dan adanya
pembesaran hepar pada stadium ahir
Perkusi : terdengar suara pekak karena terjadinya asites
Ekstermitas : didapatkan adanya nyeri panggul , edema pada
ekstermitas ,kram otot , kelemehan pada tungkai, keterbatasan gerak.
3. Sistem Pernafasan
Defisiensi insulin menimbulkan peningkatan glikolisis di jaringan
ekskresi ginjal yang rendah yaitu 100-200 gram. Asam-asam keton dapat
dapat dilihat dari pola pernapasan klien yang cepat dan dalam (kussmaul).
4. Sistem Hematologi
Defisiensi insulin dapat berdampak pada integritas kulit yang bisa
mekanis, thermis dan kimia menurun yang akan memudahkan terkena luka
2) Bila kelainan ini terjadi di kapiler tungkai bawah dapat menimbulkan
dan gangren.
5. System Neuromuskular
6. Sistem Kardiovaskuler
Defisiensi insulin menyebabkan metabolisme lemak diantaranya
secara dini
kelainan pada pembuluh darah kaki berupa ulkus atau gangren diabetik
dan jaringan perifer kekurangan suplay oksigen dan nurtrisi. Hal ini
7. Sistem Endokrin
Defisiensi insulin dapat menyebabkan terjadinya impotensi pada
pria dan penurunan libido pada wanita. Hal ini disebabkan oleh adanya
hambatan penurunan ekstradiol pada gugus protein akibat kegagalan
metabolisme protein. Pada wanita sering pula terdapat keluhan keputihan
8. Sistem Perkemihan
Kekurangan pemasukan glukosa dalam sel menyebabkan
merangsang pusat haus di bagian lateral. Pada fase ini klien akan
bertambah. Bila ini terjadi maka volume cairan intra seluler menurun dan
(Poliuri) dan kondisi ini bertambah pada malam hari karena terjadi
9. Sistem pencernaan
Defisiensi insulin dapat menyebabkan kegagalan dalam pemasukan
menimbulkan dampak :
lambung.
lapar (poliphagi).
yang dapat merusak sistem saraf. Bila kerusakan ini mengenai syaraf otonom
lapar.
L. Diagnosa Keperawatan
a. ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera biologis (mis.,
infeksi, iskemia, neoplasma).
c. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient.
d. Keletihan berhubungan dengan Kelesuan Fisiologis (mis., penyakit).
M. Perencanaan Keperawatan
N. Daftar Pustaka
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:
Aditya Media.
Kowalak. 2014. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Nurul, Wahdah, 2011, Menaklukan Hipertensi dan Diabetes, Yogyakarta :
Multipress.
Nanda International. (2018). Diagnosa Keperawatan: definisi dan
klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.