Anda di halaman 1dari 21

PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS


DI RUANGAN MAGNOLIA RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

Oleh :
Kelompok I
Muhammad Rabi 00318020
Risdayanti Siregar 00318023
Sendi Tonggoria P 00318028
Siska Afri Novita 00318038
Winda Ramadhana 00318031

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM
2019
PRE PLANNING PENYULUHAN KESEHATAN

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

A. Latar belakang

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat

membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun

rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil

sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja

secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih,

kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan

lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil

tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Anemia pada

kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nasional 65% yang

setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia gangguan medis yang

paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang –

kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi

puerperal yang lebih tinggi, sepertiinfeksi, daripada wanita hamil dengan

nilai hematologi normal.

Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin

dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita

artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada

biasanya. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk

membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan


meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja

jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang

menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan

jantung kongestif. Oleh sebab itu penulis ingin membahas makalah satuan

acara penyuluhan (SAP) dengan tema “Anemia Pada Ibu Hamil” karena

anemia masih menjadi salah satu penyakit yang menyertaikehamilan dan

menyebabkan berbagai komplikasi pada kehamilan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan , klien mampu mengerti,

memahami dan dapat menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang anemia pada

ibu hamil, diharapkan ibu hamil dengan anemia dapat mengetahui

tentang :

a. Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil.

b. Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia.

c. Macam-macam anemia pada ibu hamil serta penyebabnya.

d. Akibat anemia pada ibu hamil.

e. Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik

Topic yang digunakan dalam penyampaian penhyuluhan ini adalah


anemia pada ibu hamil.

2. Sasaran

Ibu hamil yang menjalani program senam hamil.

3. Metode

Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :

a. Diskusi.

b. Tanya jawab.

4. Media & Alat

Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan ini berupa :

a. Infokus (proyektor).

b. Leaflet (lembar balik)

5. Waktu dan tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan penyluhan ini Sabtu 7 September 2019

pukul 09.00 WIB di ruangan senam ibu hamil Rumah Sakit Awal Bros

Batam.

6. Pengorganisasian

a. Penanggung jawab : Hartuti, S. SIT

b. Moderator : Siska Afri Novita

c. Prsenter : Winda Ramadhana

d. Observer : Risdayanti Siregar

e. Fasiltator : Muhammad Rabi


D. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Penceramah Waktu Kegiatan Responden


1. Mengucapkan salam dan 30 detik Menjawab salam
memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan tujuan 1 menit Mendengarkan penjelasan
umum dan tujuan
khusus penkes.
3. Melakukan kontrak 30 detik Memperhatikan penjelasan
waktu.
4. Apersepsi tentang 1 menit Mengungkapkan
penyakit anemia kepada pemahaman atau istilah lain
ibu hamil yang klien ketahui
5. Memberikan penjelasan 10 menit Mendengarkan dan
tentang definisi, memperhatikan penjelasan
penyebab, tanda dan
gejala spesifik dari
penyakit Anemia pada
ibu hamil serta
penanganan
sederhananya
6. Memberikan 2 menit Bertanya
kesempatan kepada ibu
hamil untuk bertanya
7. Berdiskusi dan tanya 3 menit Aktif dalam diskusi
jawab
8. Menyimpulkan hasil 1 menit Memahami kesimpulan
penkes
9. Memberikan 1 menit Mendengarkan penjelasan
reinforcement positif
dan memotivasi ibu
hamil untuk menjaga
kesehatan
10. Menutup kegiatan dan 30 detik Menjawab salam
mengucapkan salam

F. Kriteria Penyuluhan

1. Struktur

a. Peserta hadir ditempat penyuluhan.

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan diruangan senam hamil

2. Proses

a. Peserta dapat mengikuti dan bertanya sebanyak minimal 60%.

b. Peserta dapat mengobservasi dengan seksama terkait materi

penyuluhan.

3. Akhir

a. Peserta mampu menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu

hamil.

b. Peserta mampu menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu

hamil.

c. Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia

pada ibu hamil.

d. Peserta mampu menjelaskan hal yang perlu dilakukan untuk

menangani penyakit Anemia pada ibu hamil.

e. Peserta mampu menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk

penyakit Anemia pada ibu hamil.


MATERI PENYULUHAN KESEHATAN

ANEMIA PADA IBU HAMIL

A. Definisi

Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan

kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai

akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah

(erytrhropoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan kosentrasi Hb

pada tingkat normal (Asyirah, 2013). Anemia pada kehamilan adalah suatu

kondisi ibu dengan kadar nilai Hb di bawah 11 g5% pada trimester I dan

III, atau kadar nilai Hb kurang dari 10,5 gr% pada trimester II (Asyirah,

2012). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb

dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan II, kadar Hb <10,5 gr/dl pada

trimester ke II. Nilai batas tersebut terjadi karena hemodialisis terutama

pada trimester II (Salmariantity, 2012).

B. Klasifikasi Anemia

Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi

menjadi 3 kategori sebagai berikut :

1. Normal : >11 gr%.

2. Anemia Ringan : 8-10 gr%.

3. Anemia Berat : <8 gr%


Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah

(2013) yaitu:

1. Anemia defisiensi besi


Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah

anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi

dalam makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi

atau karena terlampau bayaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya

perdarah. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih

dari ukuran normal dan warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe

komponen Hb dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa Hb.

Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan

gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak adekuat untuk mengangkat

oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, vertigo, keletihan,

sakit kepala, deprsi, takikardi, dan amenorhe

2. Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah

merah yang lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia

dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta

gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita

dengan anema hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka

aneminya biasanya menjadi berat


3. Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang

besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan

megaloblas, anemia megaloblas disebabkan oleh difisiensi B12, asam

folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan asam folat, gangguan sintesis

DNA akibat dari defisiensi enzim congenital dan didapat setelah

pemberian obat sitostatik tertentu, patofisiologinya defisiesi asam folat dan

vitamin B12 jelas akan menganggu sintesis DNA higga terjadi gangguan

maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas

4. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang

tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini

belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar

rontgen, racun dan obat-obatan

C. Etiologi

Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2015)

yaitu:

1. Kurangnya gizi (malnutrisi).

2. Kurangnya zat besi besi dalam diet.

3. Malabsorpsi.

4. Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain.

5. Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria.


Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut

Prawirohardjo dalam Salmariantity (2014) yaitu:

1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah.

2. Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma.

3. Kurangya zat besi dalam makanan.

4. Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam
folat.

5. Gagguan pencernaan dan abortus.

6. Perdarahan kronik.

7. Terlalu sering menjadi donor darah.

8. Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)


Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya

kadar Fe yang diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia

defisiensi Fe. Penyebab terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan

oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Secara langsung

anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorsi

Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter absorsi non Fe serta ada infeksi

parasit. Sedangkan faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang

secara tak langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan

mempengaruhi ketersediaan Fe dalam makanan seperti ekonomi yang

masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan pengetahuan (Prawirohardjo

dalam Asyirah, 2014).


Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah,

2013)

1. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.

2. Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil.

3. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan.

4. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada


wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

D. Faktor Risiko

Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada

ibu hamil yaitu:

1. Faktor Dasar
a. Sosial ekonomi

Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan

mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status

gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas.

Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil.

b. Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi

pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk

mencegah terjadinya anemia.


c. Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi

pengetahuan tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu

hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani

masalah gizi dan kesehatan keluarga

2. Faktor Tidak Langsung


a. Kujungan Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan terutama pada

pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia

defisiensi gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi

parasit, semua ini berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani

pengawasan antenatal

b. Umur Ibu

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,

akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur

muda (<20 tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena selain

digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga

harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk

umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang besar juga karena

fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja

maksimal maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna

mendukung kehamilan yang sedang berlangsung


3. Faktor Langsung
a. Kecukupan konsumsi tablet besi

Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia

gizi besi yang diberikan kepada ibu hamil

b. Jarak Kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2

tahun.

c. Paritas

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa

memperhatikan apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan

frekuensi ibu pernah melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan

aborsi.

d. Status Gizi

Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi

ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang

mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat,

sehingga janin akan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu

hamil sangatlah penting dilakukan.


E. Manifestasi Klinis

Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia

adalah pucat. Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya

volume darah, berkurangnya Hb dan vasokontriksi untuk memaksimalkan

pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan

indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhu oleh

pigmentasi kulit, suhum kedalaman serta distribusi bantalan perifer.

Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta

konjungtiva merupakan indicator yang lebih baik untuk menilai pucat

(Asyirah, 2013).

Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih,

lesu, nafas, pendek, muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau

rasa lelah yang berlebihan, gejala ini disebabkan karena otak dan jantung

mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut

jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha

megkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat.

Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi

ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan

gagal jantung kongestif. Anemia zat besi juga bisa menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh mudah terinfeksi

(Salmariantity, 2014).
F. Patofisiolog

Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh

karena perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan

pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada

trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan

meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta

kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan

volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan

sekresi aldesteron (Rukiah dalam Hutabarat, H., 2016).

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat

sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi

peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan

mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan

zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama

melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan

berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami

kekurangan zat besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2016).

Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan

seseorang mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi

didalam tubuh mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat

tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut

tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh (Riswan dalam

Hutabarat, H., 2016).


Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan

keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak

mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk mengatasi

keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi dalam

jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat

tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan dalam Hutabarat, H.,

2016).

Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang

masing-masing berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis

tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu

keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah

normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih

normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan

besi cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi

didalam sel darah merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga

disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi didalam sel darah

merah sudah mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum

berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam jaringan

yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali

(Kusharto dalam Hutabarat, H., 2016).


G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Masrizal (2017), berikut pemeriksaan penunjang :

1. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun

2. Hapusan darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik.

3. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun.

4. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP)

meningkat.

5. sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat

H. Penatalaksanaan

Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut

meupakan penatalaksaan menurut (Masrizal, 2017) :

1. Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan

Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling

melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan

zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak

25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi

sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber

vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan

rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat

penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat, tannin.

2. Suplementasi Zat Besi

Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki

status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil


besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous

sulfat. Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan

tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan

mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg.

program tersebut bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu

hamil

I. Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan

anemia adalah (Masrizal 2017) :

1. Suplementasi tabet Fe.

2. Fortifikasi makanan dengan besi.

3. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi

pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan asupan

vitamin C.

4. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.

5. Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat

absorpsi besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau

pitat

J. Bahaya dan Dampak Anemia pada Kehamilan

1. Bahaya Selama Kehamilan.

a. Dapat terjadi abortus.

b. Persalinan prematuritas.

c. Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim.


d. Mudah terjadi infeksi.

e. Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6gr%).

f. Molahidatidosa (hamil anggur).

g. Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda).

h. Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan).

i. Ketuban Pecah Dini (KPD) sebelum proses melahirkan

2. Bahaya Saat Persalinan

a. Gangguan his-kekuatan mengejan.

b. Kala pertma dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlatar.

c. Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering

memerlukan tindakan operasi kebidanan#

d. Kala uri dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan

spontan), dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena

atonia uteri (rahim tidak berkontraksi)

3. Bahaya pada Kala Nifas

a. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum.

b. Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia).

c. Pengeluaran ASI berkurang.

d. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.

e. Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)

f. Mudah terjadi infeksi mamae (payudara)


4. Bahaya pada Janin

a. Abortus.

b. Terjadi kematian intrauterine (dalam rahim).

c. Persalinan prematuritas tinggi.

d. Berat badan lahir rendah

e. Kelahiran dengan anemia.

f. Dapat terjadi cacat bawaan.

g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal.

h. Intelegensia rendah.
Daftar Pustaka

Asyitah, Sitti. 2015. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu

Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Masrizal. 2017. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Nurhidayati, Rohmani. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia

Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo”. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Salmariatity. 2014. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu

Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten

Indragiri Hilir Tahun 2014”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai