Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG ANEMIA PADA IBU HAMIL

DISUSUN OLEH:
Abdul Rahman Sidik
Anita Dewi Rachmawati
Intan Permata Hati
Nunung Susanti

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Anemia pada Ibu Hamil


Sasaran : Ibu hamil
Waktu : 1 x 30 menit
Tanggal : Jumat, 15 Desember 2023

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan
penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan
fisiologik yang terjadi adalah perubahan haemodinamik. Selain itu, darah yang
terdiri atas cairan dan sel – sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi
perdarahan dan thrombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor – faktor
prokoaguasi dan hemostasis. (Sarwono.2009)
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb tampak
menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5
g/dl). Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada
usia kehamilan 30 minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb,
kecuali pada perempuan yang sudah mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5
g/dl) pada pemeriksaan pertama. (Sarwono.2009)
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di Negara
maju maupun di Negara berkembang.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk
terhadap kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan
penanganan yang hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Berdasarkan data yang dimiliki posyandu “Menur” di Desa Kalak Ijo, Guwosari
Pajangan Bantul, persentase insidensi ibu hamil dengan anemia tahun 2012
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 40% (persentase
insidensi ibu hamil dengan anemia tahun 2011 sebanyak 30%, tahun 2010
sebanyak 20%). Data menunjukan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia di
daerah tersebut rata – rata adalah ibu hamil yang bekerja di luar rumah dan
kondisi sosial ekonominya cenderung tinggi. Letak geografis di daerah tersebut
juga tergolong dekat dengan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Bidan
Praktik Swasta, Posyandu. Setelah dilakukan survey, ternyata penyebab
utamanya adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada
kehamilan dan ibu hamil cenderung tidak memperdulikan pentingnya tablet fe
yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan karena ibu hamil di daerah
tersebut menganggap bahwa tablet fe hanya membuat merasa mual jika diminum
dan anggapan tersebut telah menjadi budaya pada ibu hamil di daerah tersebut.

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan , klien mampu mengerti, memahami dan
dapat menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang anemia pada ibu hamil,
diharapkan ibu hamil dengan anemia dapat mengetahui tentang :
1) Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil
2) Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
3) Macam-macam anemia pada ibu hamil serta penyebabnya
4) Akibat anemia pada ibu hamil
5) Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 27 menit, diharapkan ibu hamil
memahami tentang penyakit anemia dan penanganannya serta dapat melakukan
pengolahan jus jambu biji.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapakan klien dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Menjelaskan hal yang perlu dilakukan ibu hamil untuk menangani penyakit
Anemia pada ibu hamil.
5. Menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.
6. Menjelaskan cara pengolahan jus jambu biji

III. Materi
Terlampir

IV. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Demonstrasi

V. Kegiatan
Kegiatan Penceramah Waktu Kegiatan Responden
1. Mengucapkan salam dan 30 detik Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan 1 menit Mendengarkan penjelasan
umum dan tujuan
khusus penkes
3. Melakukan kontrak 30 detik Memperhatikan penjelasan
waktu dan memotivasi
ibu hamil untuk aktif
dalam diskusi
4. Apersepsi tentang 1 menit Mengungkapkan
penyakit anemia kepada pemahaman atau istilah lain
ibu hamil yang klien ketahui

5. Memberikan penjelasan 10 menit Mendengarkan dan


tentang definisi, memperhatikan penjelasan
penyebab, tanda dan
gejala spesifik dari
penyakit Anemia pada
ibu hamil serta
penanganan
sederhananya
6. Menyampaikan sayur 7 menit Memperhatikan cara
dan buah produk lokal pengolahan cara memasak
di lingkungan atau di sayur daun sayur paku
ladang masyarakat yang (kelakai), bayam, hati ayam,
baik untuk dikonsumsi tahu tempe,buah buahan
ibu hamil seperti jambu merah
mangga.
7. Memberikan 2 menit Bertanya
kesempatan kepada ibu
hamil untuk bertanya
8. Berdiskusi dan tanya 3 menit Aktif dalam diskusi
jawab
9. Menyimpulkan hasil 1 menit Memahami kesimpulan
penkes
10. Memberikan 1 menit Mendengarkan penjelasan
reinforcement positif
dan memotivasi ibu
hamil untuk menjaga
kesehatan
11. Menutup kegiatan dan 30 detik Menjawab salam
mengucapkan salam

VI. Media
1. Leaflet
2. Poster
3. Slide PPT

VII. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Sebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Jelaskan hal yang perlu dilakukan untuk menangani penyakit Anemia pada ibu
hamil.
5. Jelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.
6. Jelaskan prosedur pengolahan makanan sayur dan buah yang baik.

LAMPIRAN : Materi Anemia Pada Ibu Hamil

2.1 Definisi
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat
ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah (erytrhropoetic) dalam
produksinya untuk mempertahankan kosentrasi Hb pada tingkat normal (Asyirah,
2012).
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai Hb di
bawah 11 g5% pada trimester I dan III, atau kadar nilai Hb kurang dari 10,5 gr%
pada trimester II (Asyirah, 2012).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr/dl
pada trimester I dan II, kadar Hb <10,5 gr/dl pada trimester ke II. Nilai batas
tersebut terjadi karena hemodialisis terutama pada trimester II (Salmariantity, 2012).

2.2 Klasifikasi Anemia


Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 3
kategori sebagai berikut :
1) Normal : >11 gr%
2) Anemia Ringan : 8-10 gr%
3) Anemia Berat : <8 gr%
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah (2012)
yaitu:
1) Anemia defisiesi besi
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia
akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan,
gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau
bayaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya perdarah. Anemia ini
mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih dari ukuran normal dan
warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe komponen Hb dan disertai
dengan penurunan kuantatif pada sintesa Hb. Patofisiologi simpanan zat besi
habis, kadar serum menurun, dengan gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak
adekuat untuk mengangkat oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat,
vertigo, keletihan, sakit kepala, deprsi, takikardi, dan amenorhe
2) Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia dengan
kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita dengan anema
hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka aneminya biasanya menjadi
berat
3) Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar yang
terjadi akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan megaloblas, anemia
megaloblas disebabkan oleh difisiensi B12, asam folat, gangguan metabolism
vitamin B12 dan asam folat, gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim
congenital dan didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu,
patofisiologinya defisiesi asam folat dan vitamin B12 jelas akan menganggu
sintesis DNA higga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya
sel-sel megaloblas
4) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang tidak
mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini belum
diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun
dan obat-obatan

2.3 Etiologi
Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) yaitu:
1) Kurangnya gizi (malnutrisi)
2) Kurangnya zat besi besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5) Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Prawirohardjo dalam
Salmariantity (2012) yaitu:
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah
2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3) Kurangya zat besi dalam makanan
4) Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat
5) Gagguan pencernaan dan abortus
6) Perdarahan kronik
7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8) Terlalu sering menjadi donor darah
9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang
diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab
terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
langsung dan tidak langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya
mengkonsumsi zat penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter
absorsi non Fe serta ada infeksi parasit. Sedangkan faktor yang tak langsung yaitu
faktor-faktor yang secara tak langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan
mempengaruhi ketersediaan Fe dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah,
atau rendahnya pendidikan dan pengetahuan (Prawirohardjo dalam Asyirah, 2012)
Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah, 2012)
a) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b) Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
c) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi

2.4 Faktor Risiko


Menurut Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada ibu
hamil yaitu:
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status
gizipun akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat
sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik
dan psikologis ibu hamil
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi
pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah
terjadinya anemia
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan
tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat
menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatan keluarga
2) Faktor Tidak Langsung
a) Kujungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan terutama pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia defisiensi
gizi umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini
berpangkal pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal
b) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda (<20
tahun) perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan
janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30
tahun perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal
maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna mendukung kehamilan
yang sedang berlangsung
3) Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi
besi yang diberikan kepada ibu hamil
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan
apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah
melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.
d) Status Gizi
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu
dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang
mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga
janin akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu pemantauan gizi ibu
hamil sangatlah penting dilakukan.

2.5 Manifestasi Klinis


Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.
Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya
Hb dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ
vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena
dipengaruhu oleh pigmentasi kulit, suhum kedalaman serta distribusi bantalan
perifer. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta
konjungtiva merupakan indicator yang lebih baik untuk menilai pucat (Asyirah,
2012).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas,
pendek, muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah yang
berlebihan, gejala ini disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan
distribusi oksigen dari dalam darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih
cepat karena berusaha megkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah
lebih cepat. Akibatnya kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika
kondisi ini berlangsung lama, kerja jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan
gagal jantung kongestif. Anemia zat besi juga bisa menyebabkan menurunnya daya
tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh mudah terinfeksi (Salmariantity, 2012).
Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia pada
kehamilan yaitu:
a) Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b) Wajah tampak pucat
c) Sering pusing
d) Mata berkunang-kunang
e) Nafsu makan berkurang
f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
g) Sering sakit
h) Nafas pendek (pada anemia berat)
i) Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda

2.6 Patofisiologi
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit
menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan
sekresi aldesteron (Rukiah dalam Hutabarat, H., 2011).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000
mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah
membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32
minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang
selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan
berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi
(Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang
mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh
mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami
gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan
oleh tubuh (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat
besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.
Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan
cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah
terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing
berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama
disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi
yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap
masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi
cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah
merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang
besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi
dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam
jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali (Kusharto
dalam Hutabarat, H., 2011).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Masrizal (2007), berikut pemeriksaan penunjang :
a) Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b) Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c) Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d) Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e) sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
Menurut Masrizal (2007), Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan
pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi.
Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu :
a) Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12
mg/dl maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b) Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan
salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi
menurun dan TIBC meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16
% maka orang tersebut defisiensi zat besi
c) Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah
meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.

2.8 Penatalaksanaan
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan
penatalaksaan menurut (Masrizal, 2007) :
a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena
harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu
diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling
melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi,
seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan
250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali.
Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50-80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang
bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat, tannin.
b) Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Program pemerintah
saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama
kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO 4 320 mg (zat besi
60 mg) dan asam folat 0,25 mg. program tersebut bertujuan mencegah dan
menangani anemia pada ibu hamil
c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari
dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3
dosis terbagi
d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
e) Terapi jus jambu biji sebagai peningkatan kadar Hb

2.9 Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah
(Masrizal 2007) :
a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan
yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya
mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah.
Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat
meningkatkan kada Hemoglobin
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet
tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi
dapat meningkatkan hemoglobin.
f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi
seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat

2.10 Bahaya dan Dampak Anemia pada Kehamilan


1) Bahaya Selama Kehamilan
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan prematuritas
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6gr%)
f) Molahidatidosa (hamil anggur)
g) Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda)
h) Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan)
i) Ketuban Pecah Dini (KPD) sebelum proses melahirkan
(Salmariantity, 2012)
2) Bahaya Saat Persalinan
a) Gangguan his-kekuatan mengejam
b) Kala pertma dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlatar
c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan
d) Kala uri dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan
spontan), dan perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena atonia uteri
(rahim tidak berkontraksi)
(Salmariantity, 2012)
3) Bahaya pada Kala Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
b) Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia)
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e) Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)
f) Mudah terjadi infeksi mamae (payudara)
(Salmariantity, 2012)
4) Bahaya pada Janin
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine (dalam rahim)
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensia rendah
(Salmariantity, 2012)

Daftar Pustaka
Asyitah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil

Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Nurhidayati, Rohmani. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia

Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten

Sukoharjo”. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Salmariatity. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu Hamil

Diwilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri

Hilir Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.
Lampiran
ANEMIA PADA Gejala dan tanda anemia
Pucat kelopak mata, lidah dan bibir pecah-
IBU HAMIL pecah, rambut rapuh dan dan mudah
patah, tubuh lesu, lemah, letih dan lalai
disertai sering menderita pusing dengan
pandangan berkunang-kunang terutama

Definisi anemia ketika bangkit dari posisi duduk atau


membungkuk.
Anemia pada ibu hamil yaitu
“keadaan dimana terjadi
penurunan jumlah sel darah merah
(Mahasiswa PKM Kandui)
yang dibutuhkan untuk mensuplai
Definisi anemia pada ibu makanan bagi kebutuhan ibu dan
hamil janin.”
Gejala dan tanda anemia Nilai ambang batas Hb (hemoglobin) :

Penyebab dan Akibat  Normal (≥11 gr/dl)


 Anemia ringan (8-11 gr/dl)
anemia bagi ibu hamil dan
 Anemia berat (kurang dari 8 gr/dl)
janin
Pencegahan anemia
Penyebab anemia Akibat anemia Pencegahan anemia
a. Kurangnya asupan zat besi dan protein Bagi ibu hamil : “Perbaikan pola makan dan kebiasaan
dari makanan makan yang sehat dan baik selama
 Pingsan, meningkatkan frekuensi
kehamilan”
komplikasi pada kehamilan, dan
persalinan, atau proses melahirkan.  Konsumsi makanan kaya akan zat besi,
 Menyebabkan abortus (keguguran), asam folat, vitamin B dan C (hati,
kelahiran prematur (lahir sebelum daging, kuning telur, ikan teri, susu,
waktunya), persalinan lama, dan kacang-kacangan seperti tempe
b. Gangguan penyerapan pada
perdarahan pasca melahirkan, syok dan susu kedelai, sayuran hijau tua
pencernaan
serta infeksi pada saat persalinan atau seperti bayam dan daun katuk).
c. Perdarahan akut maupun kronis
setelahnya.  Minum tablet tambah darah 1 tablet
(misal : karena wasir dan cacingan)
setiap hari selama 90 hari.
d. Meningkatnya kebutuhan zat besi Bagi Janin :
 Hindari makanan/minuman yang
e. Kekurangan asam folat dan vitamin  Pertumbuhan janin terhambat menghambat penyerapan zat besi,
 Lahir prematur misalnya kopi, teh dan penggunaan
 BBLR antasida.
 Lahir dengan cadangan zat besi yang
kurang
 Lahir dengan cacat bawaan
f. Sumsum tulang belakang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru
CEGAH ANEMIA UNTUK IBU
g. Menjalankan diet miskin zat besi atau
DAN BAYI SEHAT
pola makan yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai