Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KOMUNITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“ANEMIA PADA IBU HAMIL”

DISUSUN OLEH :

NAMA : PANDI WIJAYA


NPM : 020021125
SEMESTER : I PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XVI

2020/2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : anemia pada ibu hamil
Sasaran : ibu hamil

Hari/Tanggal :

Waktu : 20 menit

Tempat :

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan
penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan
fisiologik yang terjadi adalah perubahan haemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri
atas cairan dan sel – sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan
thrombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor – faktor prokoaguasi dan
hemostasis. (Sarwono.2009).
Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan
bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi Hb tampak
menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl).
Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada usia
kehamilan 30 minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali
pada perempuan yang sudah mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada
pemeriksaan pertama. (Sarwono.2009).
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di
Negara maju maupun di Negara berkembang.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk
terhadap kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan
penanganan yang hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Berdasarkan data yang dimiliki posyandu Data menunjukan bahwa ibu hamil
yang mengalami anemia di dusun gertok dan lingkok waru adalah ibu hamil yang
bekerja di dalam rumah dan kondisi sosial ekonominya cenderung rendah . Letak
geografis di daerah tersebut juga tergolong dekat dengan fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas, Bidan Praktik Swasta, Posyandu. Setelah dilakukan survey, ternyata
penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada
kehamilan dan ibu hamil cenderung tidak memperdulikan pentingnya tablet fe yang
diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan karena ibu hamil di daerah tersebut
menganggap bahwa tablet fe hanya membuat merasa mual jika diminum dan
anggapan tersebut telah menjadi budaya pada ibu hamil di daerah tersebut.

B. TUJUAN
1. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit, diharapkan ibu
hamil memahami tentang penyakit anemia dan penanganannya serta dapat
melakukan pengolahan jus jambu biji.

2. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit, diharapakan klien dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Menjelaskan hal yang perlu dilakukan ibu hamil untuk menangani penyakit
Anemia pada ibu hamil.
5. Menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.
6. Menjelaskan cara pengolahan jus jambu biji

C. MATERI
- Terlampir

D. METODE
1) Ceramah

E. MEDIA
1) Video

F. ALAT BANTU
-

G. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


Kegiatan
No Waktu Tahapan
Penyuluhan
1. 3 menit Pembukaan - Memberi salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan maksud dan tujuan
- Menyebut materi/pokok bahasan yang ingin
disampaikan

2. 15 menit Pelaksanaan - Menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu


hamil.
- Menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu
hamil.
- Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada
ibu hamil.
- Menjelaskan hal yang perlu dilakukan ibu hamil
untuk menangani penyakit Anemia pada ibu hamil.
- Menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit
Anemia pada ibu hamil.
- Menjelaskan cara pengolahan jus jambu biji
4. 2 menit Penutup - Menyimpulkan materi
- Menutup kegiatan dengan menyampaikan terima
kasih atas perhatian dan waktunya
- Mengucap salam
H. EVALUASI AKHIR
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan
b. Adanya kesepakatan ibu dengan mahasiswa dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya
c. Adanya tambahan pengetahuan ibu hamil tentang anemia pada ibu hamil
yang di terima oleh audience dengan melakukan evaluasi melalui tes
lisan di akhir ceramah
I. SUMBER KEPUSTAKAAN

Asyitah, Sitti. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Masrizal. 2007. “Anemia Defisiensi Besi”. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Nurhidayati, Rohmani. 2013. “Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
Pada Ibu Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten
Sukoharjo”. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Salmariatity. 2012. “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Anemia Pada Ibu
Hamil Diwilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten
Indragiri Hilir Tahun 2012”. Skripsi S1. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

LAMPIRAN : Materi Anemia Pada Ibu Hamil

2.1 Definisi
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah (erytrhropoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan
kosentrasi Hb pada tingkat normal (Asyirah, 2012).
Anemia pada kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai Hb di bawah 11
g5% pada trimester I dan III, atau kadar nilai Hb kurang dari 10,5 gr% pada trimester II
(Asyirah, 2012).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr/dl pada
trimester I dan II, kadar Hb <10,5 gr/dl pada trimester ke II. Nilai batas tersebut terjadi
karena hemodialisis terutama pada trimester II (Salmariantity, 2012).

2.2 Klasifikasi Anemia


Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 3
kategori sebagai berikut :
1) Normal : >11 gr%
2) Anemia Ringan : 8-10 gr%
3) Anemia Berat : <8 gr%
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah (2012)
yaitu:
1) Anemia defisiesi besi
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan, gangguan
penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau bayaknya zat besi
yang keluar dari tubuh, misalnya perdarah. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran
sel darah merah lebih dari ukuran normal dan warna coklat, yang disebabkan
kekurangan ion Fe komponen Hb dan disertai dengan penurunan kuantatif pada
sintesa Hb. Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan
gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak adekuat untuk mengangkat oksigen ke
jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, vertigo, keletihan, sakit kepala, deprsi,
takikardi, dan amenorhe

2) Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital. Wanita dengan anema hemolitik sukar menjadi hamil, apabila
hamil maka aneminya biasanya menjadi berat
3) Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar yang terjadi
akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan megaloblas, anemia megaloblas
disebabkan oleh difisiensi B12, asam folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan
asam folat, gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim congenital dan
didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu, patofisiologinya defisiesi asam folat
dan vitamin B12 jelas akan menganggu sintesis DNA higga terjadi gangguan maturasi
inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas
4) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang tidak
mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini belum diketahui
dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-
obatan

2.3 Etiologi
Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) yaitu:
1) Kurangnya gizi (malnutrisi)
2) Kurangnya zat besi besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5) Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Prawirohardjo dalam
Salmariantity (2012) yaitu:
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah
2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3) Kurangya zat besi dalam makanan
4) Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat
5) Gagguan pencernaan dan abortus
6) Perdarahan kronik
7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8) Terlalu sering menjadi donor darah
9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang
diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab
terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung
dan tidak langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi
zat penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter absorsi non Fe serta ada
infeksi parasit. Sedangkan faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tak
langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe
dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan
pengetahuan (Prawirohardjo dalam Asyirah, 2012)
Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah, 2012)
a) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b) Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
c) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi

2.4 Faktor Risiko


Menurut Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada ibu hamil
yaitu:
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun
akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi
terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu
hamil
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi pendidikan
atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya anemia
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan tentang
kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan
keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga
2) Faktor Tidak Langsung
a) Kujungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan terutama pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia defisiensi gizi
umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal
pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal
b) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda (<20 tahun)
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang
besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung
3) Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi
yang diberikan kepada ibu hamil
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan
apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah
melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.
d) Status Gizi
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan
janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan
oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.

2.5 Manifestasi Klinis


Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan
ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya Hb dan
vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna
kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhu oleh
pigmentasi kulit, suhum kedalaman serta distribusi bantalan perifer. Bantalan kuku,
telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang
lebih baik untuk menilai pucat (Asyirah, 2012).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas, pendek,
muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah yang berlebihan, gejala ini
disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam
darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha
megkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya
kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja
jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat besi
juga bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh mudah
terinfeksi (Salmariantity, 2012).
Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia pada kehamilan
yaitu:
a) Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b) Wajah tampak pucat
c) Sering pusing
d) Mata berkunang-kunang
e) Nafsu makan berkurang
f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
g) Sering sakit
h) Nafas pendek (pada anemia berat)
i) Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda
2.6 Penatalaksanaan
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan penatalaksaan
menurut (Masrizal, 2007) :
a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya
cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan
alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.
Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan
sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan
rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti: fitat, fosfat, tannin.
b) Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Program pemerintah saat
ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet
besi yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25
mg. program tersebut bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil
c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari
dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis
terbagi
d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
e) Terapi jus jambu biji sebagai peningkatan kadar Hb

2.7 Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah
(Masrizal 2007) :
a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan
kada Hemoglobin
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah
darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat
meningkatkan hemoglobin.
f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi seperti
bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat
2.8 Bahaya dan Dampak Anemia pada Kehamilan
1) Bahaya Selama Kehamilan
a) Dapat terjadi abortus
b) Persalinan prematuritas
c) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
d) Mudah terjadi infeksi
e) Ancaman decompensasi cordis atau payah jantung (Hb<6gr%)
f) Molahidatidosa (hamil anggur)
g) Hipermisis gravidarum (mual muntah saat hamil muda)
h) Perdarahan antepartum (sebelum melahirkan)
i) Ketuban Pecah Dini (KPD) sebelum proses melahirkan
(Salmariantity, 2012)
2) Bahaya Saat Persalinan
a) Gangguan his-kekuatan mengejam
b) Kala pertma dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlatar
c) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan
d) Kala uri dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan spontan), dan
perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena atonia uteri (rahim tidak
berkontraksi)
(Salmariantity, 2012)
3) Bahaya pada Kala Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
b) Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia)
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e) Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)
f) Mudah terjadi infeksi mamae (payudara)
(Salmariantity, 2012)
4) Bahaya pada Janin
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine (dalam rahim)
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensia rendah
(Salmariantity, 2012)

2.9 Pembuatan Jus Jambu Biji

Bahan

 2 buah jambu biji merah


 2 sdm gula pasir
 1 gelas air
 1 gelas es serut
 Susu kental manis putih (secukupnya)

Cara Membuat

1. Kupas jambu biji kemudian potong kecil-kecil sesuai selera.


2. Masukkan jambu ke dalam blender, tambahkan es serut dan air putih. 
3. Blender semua bahan hingga halus. 
4. Tambahkan gula pasir dan susu secukupnya kemudian blender lagi. 
5. Saring jus jambu yang telah halus, sajikan di gelas saji. 
6. Tambahkan es batu di atasnya agar rasanya semakin segar dan melegakan dahaga.
SATUAN ACARA PENYULUHAN A. DEFINISI
(SAP) Menurut WHO anemia pada ibu hamil
adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
 ANEMIA PADA IBU HAMIL
(Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr%

C. ETIOLOGI
Penyabab anemia pada umunya menurut
OLEH : PANDI WIJAYA
Salmariantity (2012) yaitu:
B. KLASIFIKASI ANEMIA
1. Kurangnya gizi (malnutrisi)
Normal : >11 gr%
2. Kurangnya zat besi besi dalam diet
PRODI NERS KEPERAWATAN Anemia Ringan : 8-10 gr%
3. Malabsorpsi
SEKOLAH TINGGI ILMU Anemia Berat : <8 gr%
4. Kehilangan darah banyak: persalinan yang
KESEHATAN (STIKES) MATARAM lalu, haid, dan lain-lain
T.A 2020/2021 5. Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing
usus, malaria
d) Penurunan kehilangan besi dengan
pemberantasan cacing.

D. TANDA DAN GEJALA ANEMIA


a) Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b) Wajah tampak pucat
c) Sering pusing
d) Mata berkunang-kunang
\ JAGALAH POLA HIDUP DAN SEHAT
e) Nafsu makan berkurang
E. PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU DEMI KEBAIKAN DAN KESEHATAN
f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
HAMIL ANAK IBU
g) Keluhan mual mutah lebih hebat pada
a) Suplementasi tabet Fe
kehamilan muda
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan TERIMA KASIH
menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti
menambahkan vitamin C.

Anda mungkin juga menyukai