DOSEN PEMBIMBING :
Ns. HALIMAH, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Anak
DISUSUN OLEH:
RADEN ARDI PURWANTO
NIM. PO 71202230051
A. Pendahuluan
Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan
khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Ibu
padaprinsipnya memiliki peran ganda yaitu sebagai pengasuh anak yang secara
makroakan ikut menentukan generasi bangsa yang akan datang, maupun secara
mikro ibu ikut menentukan ekonomi keluarga. Karena itu pembangunan sumber
daya manusia harus dimulai sejak dini yakni pada saat janin masih dalam
kandungan ibu dan masa awal pertumbuhannya. Dengan demikian maka
kesehatan bayi baru lahir kurang dari satu bulan (neonatal) menjadi sangat
penting karena akan menentukan apakah generasi kita yang akan datang dalam
keadaan sehat dan berkualitas serta mampu menghadapi tantangan globalisasi
(Ani, 2016).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang
sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata lain kualitas bayi
yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi
ibu hamil, antara lain mengukur kadar hemoglobin (Hb).
Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di Indonesia. Keadaan ini
memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum kehamilan karena
anemia pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup tinggi.
Namun, anemia juga bisa terjadi akibat kehamilan.
Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi
peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih
rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta
risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.
Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan
pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia.
Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.
B. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Anemia
Untuk penentuan apakah seseorang menderita anemia didasarkan pada
kriteria WHO (2017) iaIah bila kadar hemoglobin (Hb) darah dibawah nilai
seperti yang tercantum di bawah ini :
a. laki-laki dewasa 13 g %
b. wanita dewasa 12 g %
c. wanita hamil 11 g %
d. anak sekolah 12 g %
e. anak prasekolah 11 g %
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Ani, 2016). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Ani, 2016).
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis
pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah
18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Kraemer, 2007). Secara fisiologis,
pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang
semakin berat dengan adanya kehamilan.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena
pada masa itu janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai
persediaan bulan pertama sesudah lahir
3. Gejala Anemia
Dapat dilakukan dengan anamnesa pada ibu hamil dengan keluhan dari
pasien seperti : cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
6. Pencegahan
a. Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur yaitu
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi,
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang
polong, serta kacang-kacangan..
b. Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar
penyerapan zat besi.
c. Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit
infeksi dan penyakit cacingan.
d. Hindari minum teh, kopi, susu coklat setelah makan karena dapat
menghambat penyerapan zat besi.
e. Minumlah pil penambah darah secara teratur.
f. Mengatur jarak kehamilan atau kelahiran bayi. Makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan, akan makin banyak
kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan
Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh
dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Oleh
karena itu, perlu diupayakan agar jarak antar kehamilan tidak terlalu
pendek, minimal lebih dari 2 tahun.
2. Saran
Masa hamil adalah masa yang akan dilewati oleh semua calon ibu yang
akan mempunyai buah hati, saat hamil, kondisi ibu sangat rentan terhadap
suatu penyakit, oleh sebab itu dengan di berikan penyuluhan tentang anemia
pada ibu hamil, di harapkan ibu akan bisa melewati masa hamil nya dengan
baik. Semoga penyuluhan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
D. Evaluasi
1. Jelaskan yang dimaksud dengan anemia?
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Ani, 2016). Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Kraemer,
2007).
2. Sebutkan gejala dari anemia?
Dapat dilakukan dengan anamnesa pada ibu hamil dengan keluhan dari
pasien seperti : cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Manuaba, ida Bagus. 1998. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Health Organization.
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN KESEHATAN
10
DOKUMENTASI