Anda di halaman 1dari 14

Nama : Neng Sri Rezeki Mulyati

Tingkat : II-C
NIM : 01810017

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Anemia pada Ibu Hamil saat proses intranatal


Sasaran : Ibu hamil
Waktu : 1 x 30 menit
Tanggal : Selasa, 13 Juni 2020

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan kondisi alamiah yang unik karena meskipun bukan
penyakit, tetapi seringkali menyebabkan komplikasi akibat berbagai perubahan
fisiologik yang terjadi adalah perubahan haemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri
atas cairan dan sel – sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan
thrombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktor – faktor prokoaguasi dan
hemostasis. (Sarwono.2009)Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi
Hb sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester pertama, konsentrasi
Hb tampak menurun, kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah
(< 11,5 g/dl). Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu
pada usia kehamilan 30 minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb,
kecuali pada perempuan yang sudah mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl)
pada pemeriksaan pertama. (Sarwono.2009)Sebagian besar perempuan mengalami
anemia selama kehamilan, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah besar yang berdampak buruk
terhadap kehamilan/persalinan baik bagi ibu dan bayinya serta memerlukan
penanganan yang hati-hati, termasuk pemeriksaan untuk mencari penyebab.
Berdasarkan data yang dimiliki posyandu “Menur” di Desa Kalak Ijo, Guwosari
Pajangan Bantul, persentase insidensi ibu hamil dengan anemia tahun 2012
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 40% (persentase
insidensi ibu hamil dengan anemia tahun 2011 sebanyak 30%, tahun 2010 sebanyak
20%). Data menunjukan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia di daerah tersebut
rata – rata adalah ibu hamil yang bekerja di luar rumah dan kondisi sosial ekonominya
cenderung tinggi. Letak geografis di daerah tersebut juga tergolong dekat dengan
fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Bidan Praktik Swasta, Posyandu. Setelah
dilakukan survey, ternyata penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan ibu
hamil tentang anemia pada kehamilan dan ibu hamil cenderung tidak memperdulikan
pentingnya tablet fe yang diberikan oleh bidan atau tenaga kesehatan karena ibu
hamil di daerah tersebut menganggap bahwa tablet fe hanya membuat merasa mual
jika diminum dan anggapan tersebut telah menjadi budaya pada ibu hamil di daerah
tersebut.

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan , klien mampu mengerti, memahami dan
dapat menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang anemia pada ibu hamil,
diharapkan ibu hamil dengan anemia dapat mengetahui tentang :
1) Pengertian anemia dan anemia pada ibu hamil
2) Ciri-ciri ibu hamil dengan anemia
3) mengetahui apa saja yang dilakukan saat memasukiproses intranatal
4) Akibat anemia pada ibu hamil
5) Penatalaksanaan dan pencegahan anemia pada ibu hamil

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 27 menit, diharapkan ibu hamil
memahami tentang penyakit anemia dan penanganannya serta dapat melakukan
pengolahan jus jambu biji.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapakan klien dapat:
1. Menjelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Menyebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Menjelaskan hal yang perlu dilakukan ibu hamil untuk menangani penyakit Anemia
pada ibu hamil.
5. Menjelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.
6. Menjelaskan cara pengolahan jus jambu biji

III. Materi
Terlampir

IV. Metode
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Demonstrasi

V. Kegiatan
Kegiatan Penceramah Waktu Kegiatan Responden
1. Mengucapkan salam dan 30 detik Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan 1 menit Mendengarkan penjelasan
umum dan tujuan
khusus penkes
3. Melakukan kontrak 30 detik Memperhatikan penjelasan
waktu dan memotivasi
ibu hamil untuk aktif
dalam diskusi
4. Apersepsi tentang 1 menit Mengungkapkan
penyakit anemia kepada pemahaman atau istilah lain
ibu hamil yang klien ketahui
5. Memberikan penjelasan 10 menit Mendengarkan dan
tentang definisi, memperhatikan penjelasan
penyebab, tanda dan
gejala spesifik dari
penyakit Anemia pada
ibu hamil serta
penanganan
sederhananya
6. Mendemonstrasikan 7 menit Memperhatikan cara
cara pengolahan jus pengolahan dari jus bayam
bayam merah
7. Memberikan 2 menit Bertanya
kesempatan kepada ibu
hamil untuk bertanya
8. Berdiskusi dan tanya 3 menit Aktif dalam diskusi
jawab
9. Menyimpulkan hasil 1 menit Memahami kesimpulan
penkes
10. Memberikan 1 menit Mendengarkan penjelasan
reinforcement positif
dan memotivasi ibu
hamil untuk menjaga
kesehatan
11. Menutup kegiatan dan 30 detik Menjawab salam
mengucapkan salam

VI. Media
1. Leaflet
2. Poster
3. Slide PPT

VII. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian penyakit Anemia pada ibu hamil.
2. Sebutkan penyebab penyakit Anemia pada ibu hamil.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit Anemia pada ibu hamil.
4. Jelaskan hal yang perlu dilakukan untuk menangani penyakit Anemia pada ibu hamil.
5. Jelaskan perencanaan selanjutnya untuk penyakit Anemia pada ibu hamil.

LAMPIRAN : Materi Anemia Pada Ibu Hamil khususnya intranatal

1. Definisi anemia
Menurut WHO anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
(Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan jaringan
pembentuk sel darah merah (erytrhropoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan
kosentrasi Hb pada tingkat normal.
.2. Definisi intranatal
Intranatal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
3. persiapan pengkajian intranatal
Pengkajian dimulai saat perawat pertama kali kontak dengan wanita, baik melalui
telepon atau secara langsung. Apabila memungkinkan, perawat perlu memegang catatan
medis kehamilan ketika berbicara dengan wanita atau ketika menerimanya untuk
mengevaluasi persalinannya. Pertama, faktor- faktor dikaji untuk menentukan apakah
wanita itu sudah mengalami persalinan sejati dan harus masuk rumah sakit. Apabila
seorang pasien menelpon dan belum dapat dipastikan apakah ia perlu masuk rumah sakit,
perawat harus menyarankannya memanggil seorang pemberi jasa kesehatan atau datang
kerumah sakit. Apabila wanita datang keunit prenatal, pengkajian merupakan prioritas
utama. Perawat akan mengkaji sistem secara terinci melalui wawancara, pengkajian fisik,
dan pemeriksaan laboratoirum untuk menentukan status persalinan wanita itu. Formulir
penerimaan dapat memberi perawat arahan untuk memperoleh informasi penting dari
seseorang wanita yang akan melahirkan. Sumber informasi tambahan dapat diperoleh dari.
(1) catatan prenatal, (2) wawancara awal, (3) pemeriksaan fisik untuk menentukan
parameter fisiologis dasar, (4) hasil pemeriksaan laboratorium, (5) faktor- faktor
psikososial dan budaya yang diutarakan, dan (6) evaluasi klinis status persalinan yang
berlangsung.

2.2 Klasifikasi Anemia


Berdasarkan WHO, kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 3
kategori sebagai berikut :
1) Normal : >11 gr%
2) Anemia Ringan : 8-10 gr%
3) Anemia Berat : <8 gr%
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah (2012)
yaitu:
1) Anemia defisiesi besi
Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat
kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan, gangguan
penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau bayaknya zat besi
yang keluar dari tubuh, misalnya perdarah. Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran
sel darah merah lebih dari ukuran normal dan warna coklat, yang disebabkan
kekurangan ion Fe komponen Hb dan disertai dengan penurunan kuantatif pada
sintesa Hb. Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan
gejala klinis timbul karena jumlah Hb tidak adekuat untuk mengangkat oksigen ke
jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, vertigo, keletihan, sakit kepala, deprsi,
takikardi, dan amenorhe
2) Anemia Haemolitik
Anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembiatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital. Wanita dengan anema hemolitik sukar menjadi hamil, apabila
hamil maka aneminya biasanya menjadi berat
3) Anemia Megaloblastik
Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritoblas yang besar yang terjadi
akibat gangguan maturasi inti sel yang dinamakan megaloblas, anemia megaloblas
disebabkan oleh difisiensi B12, asam folat, gangguan metabolism vitamin B12 dan
asam folat, gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim congenital dan
didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu, patofisiologinya defisiesi asam folat
dan vitamin B12 jelas akan menganggu sintesis DNA higga terjadi gangguan maturasi
inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas
4) Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang tidak
mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hingga kini belum diketahui
dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-
obatan

2.3 Etiologi
Penyabab anemia pada umunya menurut Salmariantity (2012) yaitu:
1) Kurangnya gizi (malnutrisi)
2) Kurangnya zat besi besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak: persalinan yang lalu, haid, dan lain-lain
5) Penyakit-penyakit kronik: TBC, cacing usus, malaria
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan menurut Prawirohardjo dalam
Salmariantity (2012) yaitu:
1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengencera darah
2) Pertambahan darah tidak seimbang dengan pertambahan plasma
3) Kurangya zat besi dalam makanan
4) Kekurangnya zat besi, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C, dan asam folat
5) Gagguan pencernaan dan abortus
6) Perdarahan kronik
7) Kehilangan darah akibat perdarahan dalam atau siklus haid wanita
8) Terlalu sering menjadi donor darah
9) Gangguan penyerapan nutrisi (malabsorpsi)
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang
diperlukan untuk pembetukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab
terjadinya anemia Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung
dan tidak langsung. Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi
zat penghambat absorsi Fe, kurangnya mengkonsumsi promoter absorsi non Fe serta ada
infeksi parasit. Sedangkan faktor yang tak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tak
langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe
dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan
pengetahuan (Prawirohardjo dalam Asyirah, 2012)
Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh (Asyirah, 2012)
a) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b) Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
c) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi

2.4 Faktor Risiko


Menurut Nurhidayati (2013), faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada ibu hamil
yaitu:
1) Faktor Dasar
a) Sosial ekonomi
Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun
akan meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi
terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu
hamil
b) Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi pendidikan
atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah terjadinya anemia
c) Pendidikan
Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan tentang
kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat menyebabkan
keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan keluarga
2) Faktor Tidak Langsung
a) Kujungan Antenatal Care (ANC)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persa linan terutama pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Kasus anemia defisiensi gizi
umumnya selalu disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal
pada keengganan ibu untuk menjalani pengawasan antenatal
b) Umur Ibu
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan
berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda (<20 tahun)
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua diatas 30 tahun perlu energi yang
besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal maka memerlukan tambahan energy yang cukup guna mendukung
kehamilan yang sedang berlangsung
3) Faktor Langsung
a) Kecukupan konsumsi tablet besi
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi
yang diberikan kepada ibu hamil
b) Jarak Kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.
c) Paritas
Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan
apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah
melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.
d) Status Gizi
Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan
janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan
oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan.

2.5 Manifestasi Klinis


Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Keadaan
ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah, berkurangnya Hb dan
vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna
kulit bukan merupakan indeks yang dapat dipercaya untuk pucat karena dipengaruhu oleh
pigmentasi kulit, suhum kedalaman serta distribusi bantalan perifer. Bantalan kuku,
telapak tangan dan membrane mukosa mulut serta konjungtiva merupakan indicator yang
lebih baik untuk menilai pucat (Asyirah, 2012).
Penderita anemia biasanya ditandai dengan mudah lemah, letih, lesu, nafas, pendek,
muka pucat, susah berkonsentarsi serta fatigue atau rasa lelah yang berlebihan, gejala ini
disebabkan karena otak dan jantung mengalami kekurangan distribusi oksigen dari dalam
darah. Denyut jantung penderita anemia biasanya lebih cepat karena berusaha
megkompensasi kekurangan oksigen dengan memompa darah lebih cepat. Akibatnya
kemampuan kerja dan kebugaran tubuh menurun. Jika kondisi ini berlangsung lama, kerja
jantung menjadi berat dan bisa menyebabkan gagal jantung kongestif. Anemia zat besi
juga bisa menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh-tubuh mudah
terinfeksi (Salmariantity, 2012).
Menurut Sohimah dalam Asyirah (2012), tanda dan gejala anemia pada kehamilan
yaitu:
a) Lemah, letih, lesu, muda lelah dan lalai
b) Wajah tampak pucat
c) Sering pusing
d) Mata berkunang-kunang
e) Nafsu makan berkurang
f) Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa
g) Sering sakit
h) Nafas pendek (pada anemia berat)
i) Keluhan mual mutah lebih hebat pada kehamilan muda

2.6 Patofisiologi
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan
sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume
plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada
bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang atern serta kembali
normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen
plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah dalam Hutabarat, H.,
2011).
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000 mg
untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-
400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan
zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan
demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien
dengan mudah mengalami kekurangan zat besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami
anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan asupan
nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan pencernaan maka zat
besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh (Riswan dalam Hutabarat, H.,
2011).
Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat besi
yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-
tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan cadangan besi
dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah terlihat tanda dan gejala
anemia defisiensi besi (Riswan dalam Hutabarat, H., 2011).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing berkaitan
dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut dengan
kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang
dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal.
Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus
berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah dan jaringan
belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang besi lanjut yaitu besi
didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi dan jaringan belum
berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam
jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali (Kusharto dalam Hutabarat, H., 2011).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Masrizal (2007), berikut pemeriksaan penunjang :
a) Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b) Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c) Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d) Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e) sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
Menurut Masrizal (2007), Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan
kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi. Untuk menentukan
anemia gizi besi yaitu :
a) Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12 mg/dl
maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b) Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan salah
satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi menurun dan
TIBC meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka orang
tersebut defisiensi zat besi
c) Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah meningkat.
Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC.
2.8 Penatalaksanaan
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil, berikut meupakan penatalaksaan
menurut (Masrizal, 2007) :
a) Meningkatkan Konsumsi Zat Besi dari Makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya
cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan
alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.
Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan
sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50-80 % vitamin C akan
rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi
seperti: fitat, fosfat, tannin.
b) Suplementasi Zat Besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum
digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Program pemerintah saat
ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet
besi yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25
mg. program tersebut bertujuan mencegah dan menangani anemia pada ibu hamil
c) Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 4-6mg/Kg BB/hari
dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3 mg/kg BB/hari dalam 3 dosis
terbagi
d) Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga kebutuhan
makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.
e) Terapi jus jambu biji sebagai peningkatan kadar Hb
f)

2.9 Pencegahan
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah
(Masrizal 2007) :
a) Suplementasi tabet Fe
b) Fortifikasi makanan dengan besi
c) Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d) Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing. Dalam upaya mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan
kada Hemoglobin
e) Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah
darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat
meningkatkan hemoglobin.
f) Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat absorpsi besi seperti
bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat

2.10 Bahaya dan Dampak Anemia pada masa intranatal


1) Gangguan his-kekuatan mengejam
a) Kala pertma dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlatar
b) Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan
c) Kala uri dapat diikuti retensi placenta (plasenta tidak terlepas dengan spontan), dan
perdarahan postpartum (setelah melahirkan) karena atonia uteri (rahim tidak
berkontraksi)
(Salmariantity, 2012)
2) Bahaya pada Kala Nifas
a) Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum
b) Memudahkan infeksi puerperium (daerah di bawah geniatalia)
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
e) Anemia kala nifas (masa setelah melahirkan hingga 42 hari)
f) Mudah terjadi infeksi mamae (payudara)
(Salmariantity, 2012)
3) Bahaya pada Janin
a) Abortus
b) Terjadi kematian intrauterine (dalam rahim)
c) Persalinan prematuritas tinggi
d) Berat badan lahir rendah
e) Kelahiran dengan anemia
f) Dapat terjadi cacat bawaan
g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
h) Intelegensia rendah
(Salmariantity, 2012)

Anda mungkin juga menyukai