Materi Penyuluhan
1. Pengertian anemia
2. Tanda dan gejala anemia
3. Pencegahan anemia
4. Dampak yang ditimbulkan dari ibu hamil dengan anemia
5. Cara Penanggulangan dan anemia pada kehamilan
B. Kepanitiaan :
1. Pelaksana : Puji Wulandari
C. Metode
1. Ceramah/Konseling
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
D. Media
Leaflet
E. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran Waktu
1 Kegiatan Pembukaan
- Memberi salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri - Saling mengenal 10 menit
- Menjelaskan tujuan kegiatan - Mendengarkan dan
- Melakukan kontrak waktu memperhatikan
- Melakukan pretest - Menjawab pretest dengan
pertanyaan umum yang diajukan
ke ibu hamil oleh bidan
1. Pengertian
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan
jenis anemia yang pengobatannya relative mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan
masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia
kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan
anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang dapat
timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama
akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan
karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin
maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (< 4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr %
pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan
perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada
trimester 2 (Proverawati, 2011). Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah
anemia akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan.
Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat
besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita 8 hamil butuh zat besi sekitar
40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat
berpengaruh terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu
singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal
dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima janin
Ibu hamil memerlukan lebih banyak sel darah untuk mendukung perkembangan
janin. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kebutuhan ini tidak mencukupi, sehingga
oksigen yang disalurkan pada jaringan tubuh dan janin menjadi terbatas. Yang perlu
dicermati adalah, kadang-kadang gejala anemia pada ibu hamil juga tampak mirip dengan
gejala kehamilan yang umumnya dialami. Apalagi anemia ringan mungkin tidak
menimbulkan gejala yang jelas. Jika anemia semakin parah, kemungkinan ibu hamil akan
d. Sesak napas.
c. Rambut rontok.
d. Telinga berdenging.
Untuk memastikan diagnosis anemia pada ibu hamil, maka perlu dilakukan tes darah.
Nutrisi yang baik ada|ah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil atau
mencoba menjadi hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun
hijau, daging merah. sereal, telur, dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh
menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan
setidaknya 27 mg zat besi setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat
diobati dengan mengambil supIemen zat besi. Pastikan bahawa wanita hamil dicek pada kunjungan
Ibu hamil yang mengalami anemia beresiko lebih tinggi mengalami persalinan premature, kematian
janin atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Dampak jangka panjang yang bisa terjadi adalah
perubahan fungsi otak akibat kekurangan zat besi selama di dalam kandungan.
Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi besi ibu hamil yaitu terfokus pada pemberian
tablet tambahan darah (Fe) pada ibu hamil. Menurut Permenkes No 88 Tahun 2012 tentang standar
tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil, bahwa untuk melindungi wanita usia subur
dan ibu hamil dari kekurangan gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi besi maka perlu mengonsumsi
Sumber makanan kaya zat besi dan asam folat umumnya terdapat pada sumber protein hewani seperti
hati, ikan dan daging yang harganya relatif mahal dan belum sepenuhnya terjangkau oleh kebanyakan
masyarakat di Indonesia. Pemberian tablet tambah darah sebagai salah satu upaya penting dalam
pencegahan dan penanggulangan anemia yang merupakan cara yang efektif karena dapat mencegah dan
menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi dan atau asam folat. Tablet tambah darah
merupakan tablet yang diberikan kepada wanita usia subur dan ibu hamil. Bagi wanita usia subur
diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1 (satu) kali sehari selama haid dan untuk ibu hamil
diberikan setiap hari selama masa kehamilannya atau minimal 90 (sembilan puluh) tablet (Permenkes,
2014).
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. (2012). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
Rakyat.
Manuaba, I.B (2012). Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga. Jakarta;EGC
Sipahutar, Helena. 2013. Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Trimester Pertama Dan
Pola Makan Dalam Pemenuhan Gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan Kabupaten
Toba Samosir. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Medan
Winknjosastro, 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo