Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN ANEMIA PADA IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Keperawatan Post Natal


Sub Pokok Bahasan : Nutrisi Pada Ibu Nifas dengan Anemia
Hari /Tanggal : Rabu, 13 September 2017
Waktu : 10.00 WIB
Lama waktu : 30 menit
Penyuluh : Kartika Dwi Ananda
Tempat : Poli Kandungan
Sasaran : Ibu Nifas dan Keluarga

1. Tujuan Intruksional Umum ( TIU )


Setelah diberikan penyuluhan, ibu nifas atau masyarakat mampu memahami
tentang nutrisi pada penderita anemia .
2. Tujuan Intruksional Khusus ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit ibu nifas dengan anemia
diharapkan dapat:
a. Menjelaskan pengertian anemia pada ibu nifas
b. Menyebutkan 4 dari 7 tanda – tanda anemia pada ibu nifas
c. Menjelaskan penyebab anemia pada ibu nifas
d. Menyebutkan penatalaksanaan anemia pada ibu nifas
e. Menyebutkan nutrisi bagi ibu nifas dengan anemia
f. Menjelaskan program pemerintah mengenai pemberian vit.A dan Fe
3. Materi Penyuluhan
a. Pengertian anemia pada ibu nifas
b. Tanda – tanda anemia pada ibu nifas
c. Penyebab anemia pada ibu nifas
d. Penatalaksanaan anemia pada ibu nifas
e. Nutrisi bagi ibu nifas dengan anemia
f. Program pemerintah mengenai pemberian vit. A dan Fe

4. Media
Laflet
5. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

6. Pelaksanaan

No. Acara Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan Media


Audience yang
Digunakan
1. Pembukaan 5 menit -Memperkenalkan -Memperhatikan -
diri penyaji

-Menjelaskan
tujuan
2. Penyampaian 15 menit -Menjelaskan -Memperhatikan Leaflet
materi materi materi dari
penyaji
-Melakukan tanya
jawab -Audience
bertanya tentang
keluhannya
3. Penutup 10 menit -Mengevaluasi -Audience -
kembali materi mengerti tentang
anemia pada ibu
nifas

7. Evaluasi
 Prosedur : Post tes
 Jenis Tes : Tertulis
 Butir soal
 Jawaban soal
LAMPIRAN

1) MATERI PENYULUHAN
2) MEDIA
3) SOAL
4) JAWABAN SOAL
MATERI PENYULUHAN
ANEMIA PADA IBU NIFAS

1. Pengertian Anemia Pada Ibu Nifas


Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto,
2010)
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008)
Anemia dalam masa nifas merupakan lanjutan dari pada anemia yang diderita
saat kehamilan, yang menyebabkan banyak keluhan bagi ibu dan mengurangi
presentasi kerja, baik dalam pekerjaan rumah sehari-hari maupun dalam merawat bayi
(Wijanarko, 2010).

2. Tanda-tanda Anemia
Gejala yang seringkali muncul pada ibu nifas dengan anemia diantaranya
(Soebroto, 2010):
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
f. Sering sakit.

3. Penyebab Anemia
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadahinya asupan
makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui
(perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan oleh
ketiga faktor itu terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi peningkatan
kebutuhan Fe. Wanita usia subur (WUS) adalah salah satu kelompok resiko tinggi
terpapar anemia karena mereka tidak memiliki asupan atau cadangan Fe yang cukup
terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe. Dari kelompok WUS tersebut yang paling
tinggi beresiko menderita anemia adalah wanita hamil, wanita nifas, dan wanita yang
banyak kehilangan darah saat menstruasi. Pada wanita yang mengalami menopause
dengan defisiensi Fe, yang menjadi penyebabnya adalah perdarahan gastrointestinal
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Penyebab tersering anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk
sintesis eritrosit, terutama besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan
akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, dan penyakit kronik
(Nugraheny E, 2009).
Secara garis besar penyebab terjadinya anemia gizi dikelompokkan dalam
sebab langsung, tidak langsung dan sebab mendasar sebagai berikut:
1. Sebab langsung
a. Ketidak cukupan makanan
Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurang makan
sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun yang dimakan
biovailabilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang diserap kurang dan
makanan yang dimakan mengandung zat penghambat penyerapan besi. Inhibitor
(penghambat) utama penyerapan Fe adalah fitat dan polifenol. Fitat terutama
ditemukan pada biji-bijian sereal, kacang, dan beberapa sayuran seperti bayam.
Polifenol dijumpai dalam minuman kopi, teh, sayuran, dan kacang kacangan.
Enhancer (mepercepat penyerapan) Fe antara lain asam askorbat atau vitamin C dan
protein hewani dalam daging sapi, ayam, ikan karena mengandung asam amino
pengikat Fe untuk meningkatkan absorpsi Fe. Alkohol dan asam laktat kurang mampu
meningkatkan penyerapan Fe (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Apabila makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak cukup mengandung zat
besi atau absorpsinya rendah, maka ketersediaan zat besi untuk tubuh tidak cukup
memenuhi kebutuhan akan zat besi. Hal ini terutama dapat terjadi pada orang-orang
yang mengkonsumsi makanan kurang beragam, seperti menu makanan yang hanya
terdiri dari nasi dan kacang-kacangan. Tetapi apabila di dalam menu terdapat pula
bahan - bahan makanan yang meninggikan absorpsi zat besi seperti daging, ayam,
ikan, dan vitamin C, maka ketersediaan zat besi yang ada dalam makanan dapat
ditingkatkan sehingga kebutuhan akan zat besi dapat terpenuhi.
b. Infeksi penyakit
Beberapa infeksi penyakit memperbesar resiko menderita anemia. Infeksi itu
umumnya adalah kecacingan dan malaria. Kecacingan jarang sekali menyebabkan
kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat mengakibatkan anemia
defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia. Beberapa fakta
menunjukkan bahwa parasitemia yang persisten atau rekuren mengakibatkan anemia
defisiensi besi, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Pada malaria
fase akut terjadi penurunan absorpsi besi, kadar heptoglobin yang rendah, sebagai
akibat dari hemolisis intravaskuler, akan menurunkan pembentukan kompleks
haptoglobin hemoglobin, yang dikeluarkan dari sirkulasi oleh hepar, berakibat
penurunan availabilitas besi.
2. Sebab tidak langsung
Beberapa penyebab tidak langsung anemia diantaranya adalah kualitas dan
kuantitas diet makanan tidak adekuat, sanitasi lingkungan dan makanan yang buruk,
layanan kesehatan yang buruk dan perdarahan akibat menstruasi, kelahiran, malaria,
parasit cacing tambang dan schistosomiasis, serta trauma. Diet yang tidak berkualitas
dan ketersediaan biologis besinya rendah merupakan faktor penting yang berperan
dalam anemia defisiensi besi.
Pola menu makanan yang hanya terdiri dari sumber karbohidrat, seperti nasi
dan umbi-umbian, atau kacang-kacangan, tergolong menu rendah (penyerapan zat
besi 5%). Pola menu ini sangat jarang atau sedikit sekali mengandung daging, ikan,
dan sumber vitamin C. Terdapat lebih banyak bahan makanan yang mengandung zat
penghambat zat absorpsi besi, seperti fitat, serat, tannin, dan fostat dalam menu
makanan ini (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Adanya kepercayaan yang merugikan seperti permasalahan pemenuhan nutrisi
pada ibu nifas yang masih sering dijumpai yaitu banyaknya yang berpantang terhadap
makanan selama masa nifas, misalnya makan daging, telur, ikan, kacang-kacangan
dll, yang beranggapan bahwa dengan makan makanan tersebut dapat menghambat
proses penyembuhan luka setelah melahirkan juga dapat menimbulkan anemia.
Layanan kesehatan yang buruk dan hygiene sanitasi yang kurang akan mempermudah
terjadinya penyakit infeksi. Infeksi mengganggu masukan makanan, penyerapan,
penyimpanan serta penggunaan berbagai zat gizi, termasuk besi. Pada banyak
masyarakat pedesaan dan daerah urban yang kumuh dimana sanitasi lingkungan
buruk, angka kesakitan akibat infeksi, virus dan bakteri tinggi. Dalam masyarakat
tersebut, makanan yang dimakan mengandung sangat sedikit energy. Kalau
keseimbangan zat besi terganggu, episode infeksi yang berulang-ulang dapat
menyebabkan terjadinya anemia.
3. Sebab mendasar
a. Pendidikan yang rendah
Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan
rendah. Kelompok ini umumnya kurang memahami kaitan anemia dengan faktor
lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia dan
penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi khususnya
yang mengandung zat besi relatif tinggi dan kurang dapat menggunakan pelayanan
kesehatan yang tersedia
b. Ekonomi yang rendah
Anemia gizi juga lebih sering terjadi pada golongan ekonomi yang rendah,
karena kelompok penduduk ekonomi rendah kurang mampu untuk membeli makanan
sumber zat besi tinggi yang harganya relatif mahal. Pada keluarga-keluarga
berpenghasilan rendah tidak mampu mengusahakan bahan makanan hewani dan
hanya mengkonsumsi menu makanan dengan sumber zat besi yang rendah.

4. Penatalaksanaan Ibu Nifas dengan Anemia


Penanganan anemia dalam nifas adalah sebagai berikut (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2008):
a. Lakukan pemeriksaan Hb post partum, sebaiknya 3-4 hari setelah anak lahir.
Karena hemodialisis lengkap setelah perdarahan memerlukan waktu 2-3 hari.
b. Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada
waktu persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 5 gr (anemia
pasca perdarahan).
c. Anjurkan ibu makan makanan yang mengandung banyak protein dan zat besi
seperti telur, ikan, dan sayuran.

5. Nutrisi Untuk Ibu Nifas dengan Anemia


Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan
untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi (Waryana, 2010).
Semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Makanan yang dikonsumsi
berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
memproduksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi
adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas, atau berlemak, tidak
mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet atau pewarna. Tambahan zat besi
sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk kenaikan sirkulasi
darah dan sel, serta menambah sel darah merah (Hb) sehingga daya angkut oksigen
mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain kuning telur, hati, daging, kerang,
ikan, kacang-kacangan, dan sayuran hijau (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Gizi Seimbang untuk Ibu Menyusui

Kelompok Umur Energi (Kalori)

Wanita

16-18 th 2200

19-29 th 1900

30-49 th 1800

Menyusui (+an)

6 bl pertama +500

6 bl kedua +550

Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi ke-IX, tahun 2012

Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Ibu Menyusui

Zat Gizi Wanita Ibu menyusui umur :


tidak hamil

0 – 6 bulan 7 – 12 bulan

Energi (Kalori) 2200 2900 2700

Protein (g) 48 62 60
Vitamin A (RE) 500 850 800

Vitamin E (mg) 7,5 15 15

Vitamin D (mg) 5 18 18

Vitamin K (mg) 55 55 55

Riboflavin (mg) 1,1 1,6 1,6

Niasin (mg) 14 17 17

Tiamin (mg) 1,1 1,5 1,5

Vitamin B12 (mg) 2,4 2,8 2,8

Asam folat (mg) 400 500 500

Vitamin C (mg) 60 85 85

Kalsium (mg) 600 600 600

Fosfor (mg) 600 600 600

Besi (mg) 29 44 44

Seng (mg) 7,4 14,1 14,1

Iodium (mg) 110 200 200

Selenium (mg) 26 41 41

Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,LIPI,2012

Contoh Menu Ibu Menyusui (2900 Kalori)

Waktu Menu Bahan Makanan Berat Energi


(gram) (Kalori)

Pagi Nasi uduk Nasi 150 600a

Kelapa 30

Telur dadar Telur 25


Ayam bumbu kuning Ayam 50

Minyak 5

Teri goring Teri 5

Lalapan Timun 25

Kemangi 10

Buah segar Jeruk 100

10.00 Croisant keju Terigu 25 262b

Keju 30

Margarin 10

Siang Nasi Nasi 200 831c

Acar ikan Ikan tongkol 50

Frikedel tahu goreng Tahu 50

Minyak goreng 2,5

Urap daun pepaya Daun pepaya 50

Kelapa muda 20

Teri kering 5

Sup jagung wortel Jagung 25

Wortel 50

Daging giling 10

Buah segar Pisang raja 150

16.00 Bolu kukus singkong Singkong 50 204d

Gula pasir 20

Santan 15
Malam Nasi Nasi 150 743e

Semur ayam Ayam 50

Tempe goreng tepung Tempe 50

Minyak 5

Cah sawi putih wortel Sawi putih 50

Wortel 25

Sayur bening Bayam 50

Jagung kuning 25

Buah segar Semangka 150

Sebelu Roti Roti tawar 60 276f


m tidur

Selai stroberi 15

Susu bubuk skim 15

Gula pasir 10

Total Energi (a+b+c+d+e+f) 2916

6. Program pemerintah mengenai pemberian Vitamin A dan Fe

1. Suplementasi Vitamin A pada Ibu Nifas


Vitamin A perlu diberikan dan penting bagi ibu selama dalam masa nifas.
Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas dapat menaikkan jumlah kandungan
vitamin A dalam ASI, sehingga pemberian Vitamin A (400.000 unit) pada ibu nifas
sangatlah penting, selain bermanfaat bagi ibu, kapsul vitamin A juga bermanfaat pada
bayi karena pada masa nifas ibu menyusui bayinya, sehingga secara tidak langsung
bayipun juga memperolehnya (Aroni, 2012).
Ibu nifas harus diberikan kapsul Vitamin A dosis tinggi karena:
1. Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan Vitamin
A dalam ASI selama 60 hari
2. Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan
Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
3. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
4. Mencegah infeksi pada ibu nifas (Depkes,2009).
Untuk mencukupi kebutuhan vitamin A pada ibu nifas, sejak tahun 1996, di
Indonesia telah dilakukan program pemberian dua kapsul vitamin A dosis tinggi
dengan takaran 200.000 IU untuk ibu nifas. Dalam laporan Riskesdas tahun 2010,
cakupan vitamin A ibu nifas disajikan krostabulasi menurut karakteristik daerah
(provinsi dan lokasi perkotaan/perdesaan), karakteristik rumah tangga (kuintil
pengeluaran, pendidikan kepala keluarga, pekerjaan kepala rumah tangga) dan
karakteristik ibu nifas (jenis kelamin dan kelompok umur). Belum ada analisis lanjut
tentang faktor yang berperan dalam cakupan vitamin A menurut karakteristik rumah
tangga dan akses terhadap pelayanan kesehatan hasil Riskesdas 2010 menunjukkan
hanya satu dari dua ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A, lebih rendah
dibanding cakupan balita (Sandjaja, 2011). Pedoman nasional yang ada saat ini
merekomendasikan bahwa 100% ibu nifas menerima satu kapsul vitamin A dosis
tinggi 200.000 SI paling lambat 30 hari setelah melahirkan saat ini, ibu nifas mungkin
mendapat kapsul vitamin A bila mereka melahirkan di puskesmas atau rumah sakit.
1) Waktu pemberian
Kapsul Vitamin A merah (200.000 SI) diberikan pada masa nifas sebanyak 2 kali
yaitu :
 1 (satu) kapsul Vitamin A diminum segera setelah saat persalinan
 1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul
pertama
Catatan :
 Jika sampai 24 jam setelah melahirkan ibu tidak mendapat vitamin A, maka
kapsul Vitamin A dapat diberikan :
 Pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau saat
pemberian imunisasi hepatitis B (HB0)
 Pada KN 2 (bayi berumur 3-7 hari) atau
 Pada KN 3 (bayi berumur 8 -28 hari)
2) Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A untuk ibu nifas
 Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll)
 Kader ( telah mendapat penjelasan terlebih dahulu dari petugas kesehatan )
(Depkes, 2009)
3) Cara Pemberian
Sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu apakah setelah
melahirkan sudah menerima kapsul Vitamin A, jika belum :
 Kapsul Vitamin A merah diberikan segera setelah melahirkan dengan cara
meminum langsung 1 (satu) kapsul
 Kemudian minum 1(satu) kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama (Depkes, 2006).
4) Tempat pemberian
 Sarana fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, pustu, poskesdes/polindes,
balai pengobatan, praktek dokter, bidan praktek swasta)
 Posyandu (Depkes, 2006).

2. Suplementasi Zat Besi (Fe) pada Ibu Nifas

1). Pengertian Tablet Fe

Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(hemoglobin). Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk
membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen (protein
yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta enzim.
Zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh.

2). Tujuan dan Manfaat Tablet Fe Bagi Ibu Post Partum

Tujuan Peningkatan sirkulasi darah dan serta menambah sel darah merah
(HB) untuk daya angkut O2 mencukupi kebutuhan. Serta untuk mencegah
terjadinya anemia pasca persalinan.

Manfaat Pemberian tablet besi sebagai suplemen merupakan upaya


untuk meningkatkan kadar besi (Fe) dalam jangka waktu singkat, hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya defisiensi Fe pada rutama ibu hamil yang diakibatkan
karena kurangnya zat besi yang diabsorbsi tubuh melalui makanan yang
mengandung besi. Karena pada masa nifas kebutuhan Fe meningkat pada saat
melahirkan perlu tambahan Fe 300 – 350 Mg, akibatnya kehilangan darah.

3). Dosis Minum dan Cara Minum dari Tablet Fe


 Dosis minum
Pada ibu Post Partum meminum tablet fe sehari 1 tablet
( 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat) selama masa
nifas ( 40 hari ).
 Cara minum
Tablet besi baik dikonsumsi jika bersamaan dengan
vitamin C untuk membantu penyerapan dari zat besi ini dan di
minum pada malam hari sebelum tidur. Tablet besi sebaiknya
tidak dikonsumsi dengan teh atau kopi karena dapat
menghambat penyerapannya.
4). Efek Samping Tablet Fe
Tablet besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung,
muntah, kadang diare dan sulit buang air besar atau sembelit. Agar tidak
terjadi efek samping dianjurkan untuk minum tablet besi atau sirup besi pada
malam hari setelah makan sebelum tidur. Setelah minum tablet besi atau sirup
zat besi biasanya kotoran (feses) berwarna kehitaman. Hal ini merupakan hal
yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan. 5.

5). Bahan Makanan yang Mengandung Fe


Sumber makanan yang banyak mengandung zat besi terdapat dalam
bahan makanan hewani, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau tua
misalnya daging, unggas, ikan, kerang, telur, sereal, bayam dan lain-lain.
Soal

1. Anemia post partum didefinisikan sebagai kadar hemoglobin yang kurang dari...
a. 8 g/dl
b. 9 g/dl
c. 10 g/dl
d. 11 g/dl
e. 12 g/dl
2. Yang bukan merupakan gejala anemia pada ibu nifas adalah....
a. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.
b. Wajah tampak pucat.
c. Mata berkunang-kunang.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Memiliki banyak tenaga
3. Yang bukan merupakan penyebab anemia adalah...
a. Kurang memadainya asupan makanan sumber Fe
b. Meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologi)
c. Kehilangan banyak darah
d. Jumlah zat besi yang memadai
e. Kurangnya zat besi
4. Penatalaksanaan ibu nifas dengan anemia melalui transfusi darah dilakukan apabila....
a. Banyak terjadi perdarahan pada waktu persalinan sehingga menimbulkan
penurunan kadar Hb < 5 gr
b. Kadar Hb > 12 gr
c. Tidak terjadi perdarahan
d. Terjadi perdarahan sedikit
e. Kadar Hb=12 gr
5. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat sebesar....
a. 17 %
b. 25 %
c. 15 %
d. 35 %
e. 20 %

6. Kebutuhan kalori untuk ibu menyusui umur 0-6 bulan sebesar....


a. 2800
b. 2600
c. 2400
d. 2900
e. 2500
7. Yang bukan merupakan alasan ibu nifas diberikan vitamin A dengan dosis tinggi
adalah ...
a. Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan kandungan
Vitamin A dalam ASI selama 60 hari
b. Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah kandungan
Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
c. Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
d. Mencegah infeksi pada ibu nifas
e. Untuk meningkatkan kadar Hb
8. Dibawah ini merupakan tempat pemberian suplementasi vitamin A, kecuali...
a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. Balai pengobatan
d. Praktek dokter
e. Apotek
9. Yang bukan merupakan fungsi Fe adalah....
a. Menaikkan jumlah kandungan vitamin A dalam ASI
b. Membentuk sel darah merah (hemoglobin)
c. Membentuk kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan
jaringan penyambung)
d. Membentuk enzim
e. Berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh
10. Di bawah ini merupakan efek samping dari tablet Fe, kecuali...
a. Mual
b. Nyeri lambung
c. Muntah
d. Sulit buang air besar atau sembelit
e. Kadar Hb meningkat

KUNCI JAWABAN

1. E
2. E
3. D
4. A
5. B
6. D
7. E
8. E
9. A
10. E
Sumber :
DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN.
(2009). PANDUAN MANAJEMEN SUPLEMENTASI VITAMIN A. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Fija, Juninda.(2017). Suplementasi Vitamin A dan fe pada Ibu Nifas. Diakses : 15
September 2017 dari https://www.scribd.com/document/357306347/Suplementasi-Vitamin-
A-dan-fe-pada-Ibu-Nifas-docx

Hikmah, Nurul dan Dian Puspita Yani.(2015). Gambaran Hemoragic Post Partum
Pada Ibu Bersalin Dengan Kejadian Anemia Di Ruang Ponek RSUD Kabupaten Jombang. Jurnal
Edu Health, Vol.5, No. 2, hlm. 82-157
Soekirman; Susana,H; Giarno, M.H;& Lestari, Y. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang
dalam Siklus Kehidupan Manusia. Jakarta : PT Primamedia Pustaka.
DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN.
(2009). PANDUAN MANAJEMEN SUPLEMENTASI VITAMIN A. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai