Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ARTRITIS GOUT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pengampu : Asrin,. MN

Disusun Oleh :

1. Desvita Reskyah Maharani (P1337420218056)


2. Cahyo Prasetiyo (P1337420218069)
3. Meti Anindita Ramadani (P1337420218070)
4. Expri Nur Kamilia (P1337420218071)
5. Finda Krisnaeni (P1337420218073)
6. Alya Putri Anggraeni (P1337420218081)
7. Diana Maryam Anggriani (P1337420218083)
8. Ifan Purnama (P1337420218087)
9. Sahril Romadhon (P1337420218092)
10. Fatin Nabilla Azzahra (P1337420218093)
11. Nur Rivani Putri (P1337420218094)

Kelompok 2

Tingkat II B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2020

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Medikal Bedah II mengenai “Artritis Gout” ini
tanpa ada halangan suatu apapun. Makalah ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas
Keperawatan Medikal Bedah II.

Dalam penyajian makalah ini, penulis memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa.


2. Yth. Ibu Walin, SST. M.Kes selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan Purwokerto.
3. Yth. Asrin,. MN selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat .
5. Dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna seperti yang diharapkan oleh
semua pihak. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini. Walaupun demikian kami mengharapkan makalah ini bermanfaat.

Purwokerto, 27 Februari 2020

Penyusun

DAFTAR ISI

Judul..............................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1

ii
B. Rumusan Masalah.........................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................1

BAB II Pembahasan....................................................................................3
A. Definisi Artritis Gout....................................................................3
B. Etiologi Artritis Gout.....................................................................3
C. Klasifikasi Artritis Gout................................................................4
D. Manifestasi Klinis Artritis Gout....................................................4
E. Patofisiologi Artritis Gout.............................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik Artritis Gout ..........................................9
G. Pelaksanaan Medis Artritis Gout...................................................9
H. Penatalakanaan Keperawatan Artritis Gout..................................10
I. Komplikasi Artritis Gout................................................................10
J. Asuhan Keperawatan Artritis Gout................................................12
1. Diagnosa Keperawatan Artritis Gout.......................................14
2. Rencana Keperawatan Artritis Gout........................................15
3. Evaluasi ...................................................................................21

BAB III Penutup..........................................................................................22


A. Kesimpulan...................................................................................22
B. Saran .............................................................................................22

Daftar Pustaka.............................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam urat (AU) telah diidentifikasi lebih dari 2 abad yang lalu, namun
beberapa aspek patofisiologi dari hiperurisemia tetap belum dipahami dengan baik.
Selama beberapa tahun hiperurisemia telah diidentifikasi bersama-sama atau dianggap
sama dengan gout, namun sekarang AU telah diidentifikasi sebagai marker untuk
sejumlah kelainan metabolik dan hemodinamik.
Salah satu masalah kesehatan yang berkaitan dengan gizi di Indonesia adalah
penyakit asam urat. Asam Urat sering dialami oleh banyak orang sekarang ini.
Bahkan, orang yang masih tergolong muda juga sering ditimpa penyakit ini.
Sebenarnya, seperti apa penyakit ini? Apa saja definisi, etiologi, klasifikasi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaa medis, penatalaksanaan keperawatan dan komplikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan artritis gout?
2. Apa saja penyebab dari artritis gout?
3. Apa saja klasifikasi dari artritis gout?
4. Apa saja manifestasi klinis dari artritis gout?
5. Bagaimana patofisiologi dari artritis gout?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari artritis gout?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari artritis gout?
8. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan dari artritis gout?
9. Apa saja komplikasi dari artritis gout?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dari artritis gout?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian artritis gout.
2. Untuk mengetahui etiologic artritis gout.
3. Untuk mengetahui klasifikasi artritis gout.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis artritis gout.
5. Untuk mengetahui patofisiologi artritis gout.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang artritis gout.
1
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis artritis gout.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan artritis gout.
9. Untuk mengetahui komplikasi artritis gout.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan artritis gout.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme purin yang
menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg /100ml). Ini dapat
mempengaruhi sendi (kaki). Secara khas, sendi metatarsafalangeal pertama dari ibu
jari kaki besar adalah sisi primer yang terlibat. Sendi lain yang terlibat dapat meliputi
lutut dan pergelangan kaki (Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume
2).
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada
pria sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati
masa menopause (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 jilid 1).
Artritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Merupakan jenis penyakit reumatik yang penatalaksanaannya
mudah dan efektif. Sebaliknya pada pengobatan yang tidak memadai, gout dapat
menyebabkan destruksi sendi. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik
asam urat yaitu hiperurisemia (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, edisi 3).
B. ETIOLOGI
1. Gejala Artritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu dilihat dari
penyebabnya penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolit.
2. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan gout adalah :
a. Pembedahan
b. Trauma
c. Obat-obatan
d. Alkohol
e. Stress emosional
f. Diet tinggi purin
3. Pembentukan Asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.

3
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit.
c. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebihan
karena penyakit.
4. Kurangnya pengeluaran asam urat
a. Gout primer renal terjadi karena gangguan ekskresi asam urat
ditubuli distal ginjal
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal.
C. KLASIFIKASI
Gout mempunyai empat peringkat yang nyata, yaitu:
1. Asimptomatik
2. Akut
3. Interkritikal
4. Kronik
Dalam peringkat pertama (Asimptomatik), aras asid uric plasma bertambah, tetapi
tanpa sebarang gejala. Serangan gout menandakan peringkat kedua (Akut). Serangan-
serangan yang tidak parah biasanya hilang dengan cepat, manakala serangan-
serangan yang pernah berlangsung beberapa hari atau juga beberapa minggu.
Selepas serangan pertama, pesakit itu masuk peringkat interkritikal atau jarak
waktu yang bebas daripada gejala. Periode ini mungkin berlangsung selama beberapa
bulan tau juga tahun. Kebanyakan pesakit gout mengalami serangan kedua dalam
enam bulan hingga 2 tahun serangan pertama.
Pada tingkat terakhir (kronis), seranagn- serangan gout menjadi sering dan
poliartikular, yaitu serangan itu melibatkan banyak sendi pada tiap waktu. Tofus-
tofus juga tersedia didalam banyak sendi. Dalam kasus gout kronis yang sudah parah,
kerusakan ginjal, hypertensi dan karang ginjal dapat juga terjadi.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan pembengkakan pada
sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang sering terkena adalah persendian
kecil pada basis dari ibu jari kaki. Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah
pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut
penderita gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya
bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan. Seiring
berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih sering dan lebih lama.
4
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu ginjal.
Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak nyeri disekitar
sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di sekitar jari tangan, di ujung siku
dan sekitar ibu jari kaki, selain itu dapat ditemukan juga pada daun telinga, tendon
achiles (daerah belakang pergelangan kaki) dan pita suara (sangat jarang terjadi).
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis,tofi dan batu ginjal. Yang penting
diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang
menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium
urat. Pengendapannya dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering
terbentuk tofi pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles
pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya. Pada telinga misalnya karena
permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup angin,kristal-kristal tersebut
mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum pedis,kalkaneus karena
sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang
dikelilingi oleh benda-benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa. Serangan
sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari sebelumnya pasien tampak segar
bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat
sekali. Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah
dalam,disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri
sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu,lalu
menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit,tapi dapat merusak tulang. Sendi
lutut juga merupakan tempat predileksi kedua untuk serangan ini. Tofi merupakan
penimbunan asm urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa
dan jaringan lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi
ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan
artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut :
1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah
tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia asimtomatik. Pasien

5
demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam uratnya karena menjadi
faktor resiko dikemudian hari dan kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.
E. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit gout sangat khas dan mempunyai 3 tahapan. Tahap
pertama disebut tahap artritis gout akut. Pada tahap ini penderita akan mengalami
serangan artritis yang khas dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan
dalam waktu 5 – 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga
kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout dan
tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Bahkan, dokter yang mengobati kadang-kadang tidak menduga penderita
terserang penyakit gout. Karena serangan pertama kali ini singkat waktunya dan
sembuh sendiri, sering penderita berobat ke tukang urut dan waktu sembuh
menyangka hal itu disebabkan hasil urutan/pijatan. Padahal, tanpa diobati atau diurut
pun serangan pertama kali ini akan hilang sendiri.
Setelah serangan pertama, penderita akan masuk pada gout interkritikal. Pada
keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu tertentu. Jangka
waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada
pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata berkisar 1 – 2 tahun. Panjangnya jangka
waktu tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan
artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada hubungannya
dengan penyakit gout.
Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten. Setelah
melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, penderita akan
memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan artritis yang khas. Selanjutnya
penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang
satu dan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama, serangan makin lama
makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak.
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap ini
terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini
akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan
kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus pada kaki bila ukurannya besar
dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.
6
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. Mekanisme
serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan.
1. Presipitasi kristal monosodium urat.
Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam
plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan
para- artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang
bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macamprotein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal.
2. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)
Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya
membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik lisosom.
4. Kerusakan lisosom
Terjadi kerusakn lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen
antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini menyebabkan robekan
membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan
sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan
jaringan.

7
PATHWAY Peningkatan produksi asam urat

Alkohol, diet tinggi purin Obat-obatan


(Gout primer) (Gout sekunder)

Hipersaturasi dari urat plasma  produksi asam urat  Kadar laktat


dan cairan tubuh

Pengendapan asam urat Hambatan ekskresi asam urat oleh ginjal


Penimbunan di dalam dan sekeliling sendi
Kristalisasi asam urat

Peradangan (inflamasi) Serangan Gout Hiperurisemia

Serangan berulang-ulang Nefrolitiasis

Nyeri b.d inflamasi - Atritis Gangguan citra tubuh b.d  ekskresi asam urat oleh ginjal
akut adanya trofi
- Tofi
Membentuk kristal asam urat - Proteinuria
Gangguan mobilitas fisik - Hipertensi ringan
Destruksi sendi dan jaringan lunak b.d disfungsi persendian
Batu ginjal asam urat

Kurangnya pengetahuan
Disfungsi persendian mengenai penyakit b.d tidak
terpaparnya informasi

8
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan kadar asam urat meningkat dalam darah (> 6 mg %)
b. Pemeriksaan kadar asam urat yang enzimatik.
c. Didapatkan leukositosis ringan
d. LED meninggi sedikit
e. Pemeriksaan urin
Ditemukan kadar asam urat tinggi (500 mg % / liter per 24 jam)
f. Pemeriksaan cairan tofi
g. Melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap
pemberian Cholasin. Cholasin adalah obat yang menghambat aktifitas fagositik
dari leukosit sehingga memberikan perubahan sehingga memberikan perubahan
yang dramatis dan cepat meredakan gejala-gejala.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Fase akut.
Obat yang digunakan :
1. Colchicine (0,6 mg)
Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati
serangangout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari.
Obat ini jugadapat digunakan sebagai sarana diagnosis.Pengobatan serangan akut
biasanya tablet 0,5mg setiap jam, sampai gejala-gejala serangan Akut dapat
dikurangi atau kalau ternyata dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien
mengalami rasa mual yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan
ini pemberian obat harus dihentikan.
2. Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati
artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka
kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.
3. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah komplikasi.
a. Golongan urikosurik
1) Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam urat
dalam serum.
2) Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg perhari.
9
3) Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
4) Benzbromaron.
b. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi hipoxantin
menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.
Dilakukan pembedahan
Jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi tersebut sudah
terlalu besar.
Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan seperti :
a. Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400 mg per
hari dapat menurunkan kadar asam urat serum.
b. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka
dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan
dernikian meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat
serum berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Diet rendah purin
Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing) serta banyak minum.
b. Tirah baring
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah serangan
menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
I. KOMPLIKASI
1. Radang sendi akibat asam urat (gouty arthritis)
Komplikasi hiperurisemia yang paling dikenal adalah radang sendi (gout).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung berkumpul
di cairan sendi ataupun jaringan ikat longgar. Meskipun hiperurisemia merupakan
faktor resiko timbulnya gout, namun, hubungan secara ilmiah antara hiperurisemia
dengan serangan gout akut masih belum jelas. Atritis gout akut dapat terjadi pada
keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi, banyak pasien
dengan hiperurisemia tidak mendapat serangan atritis gout.
Gejala klinis dari Gout bermacam-macam, yaitu, hiperurisemia tak bergejala,
serangan akut gout, gejala antara(intercritical), serangan gout berulang, gout
menahun disertai tofus.
10
Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat sangat
yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri tekan).
Adanya peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut
biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada mereka
yang tidak diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari. Serangan biasanya
berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri yang sedang pada persendian.
Selanjutnya nyerinya makin bertambah dan terasa terus menerus sehingga sangat
mengganggu.
Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah
merupakan persendian yang pertama kali terkena. Persendian ini merupakan
bagian yang umumnya terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh
dan kelarutan monosodium uratnya yang berkurang. Trauma pada ekstremitas
bawah juga dapat memicu serangan. Trauma pada persendian yang menerima
beban berat tubuh sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke
sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsobsi dari celah sendi dan
meninggalkan sejumlah MSU.
Serangan gout akut berikutnya biasanya makin bertambah sesuai dengan
waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam tahun pertama,
sekitar 78% mengalami serangan kedua dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien
yang tidak mengalami serangan akut kedua dalam 10 tahun.
Pada gout yang menahun dapat terjadi pembentuk tofi. Tofi adalah benjolan
dari kristal monosodium urat yang menumpuk di jaringan lunak tubuh. Tofi
merupakan komplikasi lambat dari hiperurisemia. Komplikasi dari tofi berupa
nyeri, kerusakan dan kelainan bentuk jaringan lunak, kerusakan sendi dan sindrom
penekanan saraf.
2. Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal
Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal
akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan
gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang
basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap
dan terbentuk batu.
Gout dapat merusak ginjal, sehingga pembuangan asam urat akan bertambah
buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang
berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang
11
terjadi akibat pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat
menyebabkan gagal ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada
ginjal dapat menyebabkan gangguan ginjal kronik.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Data dasar pengkajian antara lain :
a. Aktifitas / istirahat
Gejala :
1) Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya secara bilateral dan
simetris.
2) Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu
senggang.
3) Keletihan.
Tanda :
1) Malaise
2) Keterbatasan rentang gerak : atrofi otot, kulit, kontraktur / kelainan pada
sendi otot
b. Kardiovaskuler
Gejala :
fenomena Reynout jari tangan / kaki (mis: pucat intermitem, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
c. Integritas ego
Gejala :
1) Faktor stres akut/kronis, mis: finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor hubungan.
2) Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
3) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (mis:
ketergantungan pada orang lain)
d. Makanan/cairan
Gejala :
1) Ketidakmampuan untuk menghasilkan / menkonsumsi makanan / cairan
adekuat; mual.
2) Anoreksia
12
3) Kesulitan mengunyah

Tanda :
1) Penurunan berat badan
2) Kekeringan pada membran mukosa
e. Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
f. Neurosensori
Gejala :
1) Kesemutan pada tangan dan kaki, hilannya sensasi pada jari tangan.
2) Pembengkakan sendi simetris
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
1) Fase akut dan nyeri (mungkin / tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi)
2) Rasa nyeri kronis dan kekuatan (terutama pada pagi hari)
h. Keamanan
Gejala :
1) Kulit mengkilap, tegang, modul subkutanus, lesi kulit, ulkus kulit.
2) Kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga.
3) Demam ringan menetap.
4) Kekeringan mata dan membran mukosa.
i. Interaksi social
Gejala :
Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan peran, isolasi.
j. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :
1) Riwayat awitan remaja pada keluarga
2) Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan” atritis tanpa
pengujian.
3) Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal

13
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b.d adanya proses inflamasi
b. Gangguan citra tubuh b.d adanya tofi
c. Gangguan mobolitas fisik b.d disfungsi persendian
d. Kurangnya pengetahuan mengenal penyakit b.d tidak terpaparnya informasi

14
3. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria

1. Nyeri b.d adanya Setelah diberikan **MANDIRI**


proses inflamasi tindakan  Berikan matras  Matras yang lembut / empuk,
keperawatan, / kasur keras, bantal kecil. bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
diharapkan Tinggikan linen tempat tidur sesuai kesejajaran tubuh, yang tepat menempatkan stress
pertahanan tubuh dengan kebutuhan. pada sendi yang sakit.
klien menjadi  Biarkan pasien  Pada penyakit berat /
lebih kuat mengambil posisi nyaman saat tidur eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk
/ duduk di kursi. membatasi nyeri / cidera sendi.
 Tempatkan /  Mengistirahatkan seni-sendi
pantau penggunaan bantal, karung yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
pasir, gulungan trokhanter, bebat,
brace.  Mencegah terjadinya kelelahan
 Dorong pasien umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
untuk sering merubah posisi. mengurangi gerakan / rasa sakit pada sendi.
 Panas meningkatkan relaksasi
 Anjurkan otot dan mobilitas menurunkan rasa sakit dan
pasien untuk mandi air hangat atau melepaskan kekakuan di pagi hari.
mandi pancuran pada waktu bangun  Meningkatkan relaksasi /

15
dan atau tidur. mengurangi tegangan otot.
 Berikan  Meningkatkan relaksasi,
masase yang lembut. memberikan rasa kontrol dan mungkin
 Dorong meningkatkan kemampuan koping.
penggunaan teknik manajemen  Memfokuskan kembali
stress perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan
 Libatkan rasa percaya diri dan perasaan hebat.
dalam aktivitas hiburan yang sesuai  Meningkatkan relaksasi,
untuk situasi individu. mengurangi teganganotot / spasme, memudahkan
 Beri obat ikut serta dalam terapi
sebelum aktivitas yang  Istirahat sistemik dianjurkan
direncanakan sesuai petunjuk. selama eksaserbasi akut seluruh fase penyakit yang
 Pertahankan penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan
istirahat tirah baring / duduk untuk kekuatan.
memberikan periode istirahat dan
tidur malam hari yang tidak  Menghilangkan tekanan
terganggu. jaringan, meningkatkan sirkulasi. Mempermudah
 Ubah posisi perawatan diri dan kemandirian pasien.
dengan sering dengan jumlah  Mempertahankan /
personel cukup. meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot, dan
 Bantu dengan stamina otot.

16
rentang gerak aktif / pasif.  Menegah fleksi leher.
 Gunakan  Menghindari cidera akibat
bantal kecil di bawah leher. kecelakaan / jatuh.
 Berikan
lingkungan yang aman, mis :
menaikkan kursi / kloset
menggunakan pegangan tangga
pada bak / pancuran dan toilet.  ASA bekerja sebagai anti
**KOLABORASI** inflamasi dan efek analgeik ringan dalam
2. Gangguan citra  Berikan obat- mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
tubuh b.d adanya obatan sesuai dengan petunjuk,  Memberikan dukungan panas
tofi. mis : Asetilsalisilat (Aspirin) sendi yang sakit.
.  Rasa dingin dapat
 Bantu dengan menghilangkan nyeri dan bengkak pada periode
terapi fisik. akut.
 Berikan es /  Rangsang elektrik tingkat
kompres dingin jika diperlukan. rendah yang konstan dapat menghambat transmisi
 Pertahankan sensasi nyeri.
unit TENS jika digunakan.  Berguna dalam
 Konsul dengan memformulasikan program latihan / ktivitas yang
ahli terapi fisik / okupasi dan berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam

17
spesialis vokasional. mengidentifikasikan alat / bantuan mobilitas.

**MANDIRI**  Berikan kesempatan untuk


 Dorong mengidentifikasikan rasa takut / kesalahan konsep
pengungkapan mengenai masalah dan menghadapinya secara langsung.
tentang proses penyakit, harapan
masa depan.  Isyarat verbal / non verbal
3. Gangguan Setelah dilakukan  Diskusikan orang terdekat dapat berpengaruh mayor pada
mobilitas fisik asuhan persepsi pasien mengenai bagaimana pasien memandang dirinya sediri.
b.d disfungsi keperawatan, bagaimana orang terdekat  Dapat menunjukkan emosional
persendian. klien diharapkan menerima keterbatasan. ataupun metode koping maldaptif, membutuhkan
dapat melakukan  Perhatikan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.
mobilitas seperti perilaku menarik diri, penggunaan  Meningkatkan persaan
semula. menyangkal atau terlalu kompetisi / harga diri, mendorong kemandirian dan
memperhatikan tubuh. mendorong partisipasi dalam terapi
 Ikutsertakan
pasien dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal  Pasien / orang terdekat,
aktivitas. mungkin membutuhkan dukungan selama
**KOLABORASI** berhadapan dengan proses jangka panjang /

18
4. Kurangnya Setelah  Rujuk pada ketidakmampuan.
pengetahuan dilakukan konseling psikiater.  Mungkin dibutuhkan pada saat
mengenai penyuluhan, munculnya depresi hebat sampai pasien
penyakit b.d diharapkan klien mengembangkan kemampuan koping yang lebih
tidak terpaparnya dapat mengerti  Berikan obat- efektif.
informasi informasi tentang obatan sesuai petunjuk.
penyakitnya
 Mendukung kemandirian fisik
emosional.
**MANDIRI**  Menyiapkan untuk
 Pertahankan meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan
mobilitas. harga diri.
 Kaji hambatan
terhadap partisipasi dalam  Berguna untuk menentukan alat
perawatan diri. bantu untuk memenuhi kebutuhan individual.
**KOLABORASI**  Mengidentifikasikan masalah-
 Konsul dengan masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
ahli terapi okupasi. kemampuan aktual.

 Atur evaluasi
kesehatan di rumah sebelum

19
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.

 Mengidentifikasi tingkat
bantuan / dukungan yang diperlukan
 Menetukan kemungkinan
**MANDIRI** sususnan yang ada / perubahan sususnan rumah
 Kaji tingkat untuk memenuhi kebutuhan individu.
fungsi fisik.  Memberikan kesempatan untuk
mendapatkan peralatan sebelum pulang.
 Evaluasi  Preparat bersalut / dibufer
lingkukngan untuk mengkaji dicerna dengan makanan, meminimalkan iritasi
kemampuan perawatan diri sendiri. gaster, mengurangi resiko pendarahan.
 Identifikasi  Membatasi iritasi gaster.
peralatan yang diperlukan.
 Memperpanjang dan
 Rekomendasik memaksimalkan dosisi aspirin dapat mengakibatkan
an penggunaan aspirin bersalut / takar lajak.
dibufer enterik atau saliasilat
nonasetik.
 Anjurkan  Meningkatkan perasaan sehat

20
mencerna obat dengan makanan, umum dan perbaikan / regerasi jaringan.
susu, antasida waktu tidur.
 Identifikasi  Penurunan BB akan
efek samping obat-obatan yang mengurangi tekanan pada sendi.
merugikan, mis : tinitus, lambung
tidak toleran, pendarahan
gastrointestinal dan ruam purpurik.  Mencegah kepenatan,
 Tinjau memberikan kemudahan perawatan diri dan
pentingnya diet seimbang dengan kemandirian.
makanan banyak mengandung
vitamin, protein dan zat besi.  Mekanika tubuh yang baik
 Dorong pasien harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk
obesitas untuk menurunkan BB dan mengurangi nyeri dan tekanan sendi.
berikan informasi penurunan BB  Mengurangi resiko iritasi /
sesui kebutuhan. kerusakan kulit.
 Diskusikan
teknik menghemat energi, mis :
duduk daripada berdiri, untuk  Terapi obat-obatan
mempersiapkan makanan dan membutuhkan pengkajian / perbaikan terus menerus
mandi. untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar
 Dorong lajak.

21
pertahankan posisi tubuh yang  Informasi mengenai posisi-
benar , baik pada saat istirahat / posisi yang berbeda dan teknik dan atau pilihan lain
waktu beraktivitas. untuk pemeniuahn seksual mungkin dapat
 Tinjau meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga
perlunya inspeksi sering pada kulit diri.
dan perawatan kulit lainnya di  Bantuan / dukungan dari orang
bawah bebat, gips, alat penyokong. lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.
 Diskusikan
pentingnya obat-obatan lanjutan /  Bermanfaat untuk
pemeriksaan lab, mis : LED, kadar mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk
salisilat, PT. mengubah tugas-tugas untuk mepertahankan
 Berikan kemandirian.
konseling seksual.

 Identifikasi
sumber-sumber komunitas, mis :
yayasan artritis (bila ada).
**KOLABORASI**
 Koordinasikan

22
evaluasi di rumah dengan ahli terapi
okupasi.

4. EVALUASI
a. Tidak terjadi komplikasi
b. Nyeri terkontrol
c. Tidak terjadi efek samping akibat obat-obatan yang digunakan
d. Memahami jadwal pengobatan dan perawatan di rumah

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Gout adalah gangguan yang menyebabkan kesalahan metabolisme purin yang
menimbulkan hipersemia (kadar asam urat serum > 7,0 mg /100ml). Gout
mempunyai empat peringkat yang nyata, yaitu : Asimptomatik, Akut, Interkritikal,
dan Kronik. Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Sedangkan penatalaksanaan
medis diet rendah purin dan tirah baring. Komplikasi artritis gout adalah radang
sendi akibat asam urat (gouty arthritis), dan komplikasi Hiperurisemia pada
Ginjal.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus artritis gout yaitu :
a. Nyeri b.d adanya proses inflamasi
b. Gangguan citra tubuh b.d adanya tofi
c. Gangguan mobolitas fisik b.d disfungsi persendian
d. Kurangnya pengetahuan mengenal penyakit b.d tidak terpaparnya informasi
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

24
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi
III. Jakarta: Balai Penerbit.

Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media
Aescul

25

Anda mungkin juga menyukai