Anda di halaman 1dari 26

TUGAS INDIVIDU 1

“Asuhan Kebidanan pada Ny. R 31 Tahun Dengan P3A0 dengan


Bendungan ASI di BPM Bidan Baity Jannati ”

Disusun dan diajukan untuk Memenuhi Mata Kuliah Asuhan Kebidanan


Komplementer

Dosen Pembimbing : Dr. Vivi Silawati, SST, SKM, MKM dan Tim

DISUSUN OLEH :
RAHMAH SEJATI
NPM : 205401446247

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
KATA PENGANTAR

           
Puji syukur Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Ny. R 31 Tahun Dengan Bendungan ASI di BPM Bidan Baity
Jannati”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komplementer.

Penulis menyadari bahwa makalah ini harus dikembangkan lebih lanjut,


untuk segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat
diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini lebih lanjut. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi gerbang awal dalam
mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

                                                                                                                              
Bogor , 23 April 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan kesehatan telah meningkat


sedemikian pesatnya, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
akan penting dan berharganya sebuah kesehatan. Begitu juga dengan
merebaknya fenomena pengobatan alternatif saat ini telah meningkat dan
berkembang,  berkembang, serta telah mendapatkan mendapatkan
kepercayaan kepercayaan masyarakat masyarakat yang tinggi untuk terapi
atau melakukan proses penyembuhan terhadap penyakit yang diderita oleh
masyarakat.
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern
(Medis) ke  pengobatan  pengobatan komplementer, komplementer,
meskipun meskipun pengobatan pengobatan modern juga sangat popular 
popular  diperbincangkan oleh kalangan masyarakat
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak
sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada
petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak
dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal
ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan
pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada
kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi bidan untuk berperan
memberikan terapi komplementer.

2. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari Asuhan Kebidanan Komplementer ?


b. Apa saja jenis Asuhan Kebidanan Komplementer ?
c. Etik legal dalam Asuhan Kebidanan Komplementer ?

d. Bagaimana menganalisa, mengkaji penyebab Ny. R melakukan terapi pijat

laktasi, proses pelaksanaannya dan manfaat yang dirasakan pasien?

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui apa itu Asuhan Kebidanan Komplementer


b. Untuk mengetahui jenis Asuhan Kebidanan Komplementer dan Etik
Legalnya.
c. Untuk menganalisa, mengkaji penyebab Ny. R melakukan terapi pijat
laktasi, proses pelaksanaannya dan manfaat yang dirasakan pasien
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Terapi Komplementer

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan pengobatan


komplementer dan alternatif atau Complementary and Alternative
Medicine (CAM) sebagai rangkaian praktik perawatan kesehatan yang
bukan bagian dari tradisi Negara itu sendiri, dan tidak teritegrasi ke dalam
sistem perawatan kesehatan dominan. Tetapi komplementer biasanya
digunakan dalam kombinasi dengan perawatan, sementara perawatan
alternatif digunakan sebagai pengganti perawatan. Jenis perawatan
komplementer dan alternatif yang umum digunakna antara lain,
akupunktur, aromaterapi, obat-obatan herbal dan homeopati, meditasi,
terapi gerakan, kiropraktik, manipulasi osteopati dan sebagainya.
Perempuan lebih banyak menggunakan pengobatan komplementer dan
alternatif, terutama selama kehamilan karena lebih sedikit efek samping
dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Mengingat meluasnya
penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif di bidang kebidanan,
organisasi medis juga perlu mempersiapkan pedoman relevan untuk
menggunakan pengobatan tersebut dalam praktik kebidanan, terutama
untuk perawatan bersalin.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal
dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya,
bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan
tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan
yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia
bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapan komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau
sebagai pilihan lain di luar pengobatan medis yang konvensional.
Keberhasilan obat alternatif komplementer telah teruji oleh penelitian yang
membuktikan bahwa terapi ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit
dan mual. Namun, tidak semua jenis terapi alternatif telah teruji melalui
penelitian.
Definisi lain menyebutkan bahwa pengobatan komplementer
merupakan sebuah cara penyembuhan nonkonvensional atau dikenal
dengan nama pengobatan tradisional tradisional yang difungsikan sebagai
pembantu atau pendukung  pengobatan modern.

B. Tujuan Terapi Komplementer

Terapi komplementer bertujuan untuk meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan
kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berazaskan konvensional.
Hal tersebut memberikan angin segar dan kesempatan kepada bidan di
Indonesia untuk mengembangkan profesionalisme dalam memberikan
praktek asuhan kebidanan yang lebih komprehensif kepada klien secara
holistic dengan mengedepankan nilai, norma dan ilmu kebidanan.

C. Etik Legal Dalam Asuhan Kebidanan Komplementer.

Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur


secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer,
namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007
tentang pengobatan komplementer-alternatif.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, definisi pengobatan
komplementer dan alternatif adalah pengobatan nonkonvensional yang
ditujukan untuk meningk untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan
kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi.(Kepmenkes RI,
No.1109/Menkes/Per/IX/2007 No.1109/Menkes/Per/IX/2007).

D. Jenis Asuhan Kebidanan Komplementer


1. Pijat Oksitosin

Oksitosin merupakan suatu akan suatu hormon yang dikenal


yang dikenal mempunyai kemampuan untuk menstimulasi pengeluaran
air susu ibu (ASI) dan kontraksi uterus. Hormon oksitosin juga
berperan dalam kecemasan, pola makan, perilaku sosial, dan respon
stress. (Hashimoto, 2014) Pijat oksitosin merupakan pemijatan tulang
belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat
kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior gsang hipofise
posterior untuk mengelua untuk mengeluarkan oksitosin. (Depkes RI,
2009) Berdasarkan hasil wawancara pada bidan yang memberikan
pelayanan kebidanan komplementer, mereka melakukan pijat oksitosin
pada ibu nifas mulai hari pertama. Menurut bidan, pijat oksitosin yang
mereka implementasikan terbukti dapat memperlancar produksi ASI,
pada kira-kira 20 menit setelah pemijatan. Pemijatan dilakukan oleh
suami ibu nifas selama 15 menit minimal sehari sekali.
Penjelasan tersebut di atas didukung oleh pernyataan berikut.
Pijat oksitosin dilakukan selama 15 menit minimal sehari sekali yang
bertujuan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down
yaitu rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise
bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah.
Oksitosin ini menyebabkan sel-sel myopytel yang mengelilingi alveoli
dan duktuli berkontraksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli
menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusu baik dan
penting untuk pengosongan  payudara  payudara agar tidak terjadi
terjadi
engorgement (pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya
memperlancar pengeluaran ASI. (Astutik, 2014).
2. Pijat Nifas

Pijat nifas yang dimaksud adalah massase pada ibu nifas yang
dilakukan dari kepala hingga ke kaki. Pijat ini dilakukan dalam
rangkaian postnatal treatmen. Pijat ini umumnya dilakukan bidan pada
minggu pertama hingga minggu kedua setelah persalinan ibu nifas.
Hasil wawancara menjelaskan bahwa tujuan dari dilakukannya
perawatan nifas (spa nifas) dengan melakukan pemijatan (massase)
adalah untuk melancarkan aliran darah dan meningkatkan
kenyamanan ibu nifas. Manurut Nadya (2013), massage nifas sangat
membantu ibu masa nifas dalam  proses  proses penyembuhan
penyembuhan fisik dan psikologis yang dibutuhkan selama masa
nifas. Massage nifas akan membantu ibu dalam memulihkan semangat
dan melepaskan ketegangan emosi yang terjadi. Hormon stress akan
menurun setelah ibu nifas menjalani sesi massage nifas ini. Menjalani
terapi massage juga akan membantu ibu nifas untuk mendapatkan
relaksasi yang maksimal yang diperlukan selama masa  pemulihan.
Massage nifas dapat dilakukan dilakukan tepat setelah setelah ibu
melahirkan melahirkan secara normal. Jika ibu melahirkan secara
Cesarian, massage nifas dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran
atau berdasarkan anjuran dokter.
3. Pijat Bayi

Hampir semua bidan dalam penelitian ini yang menjalankan


praktek kebidanan komplementer, menyatakan bahwa pijat bayi yang
dilakukan pada pasien/klien awalnya dilakukan karena permintaan ibu
(klien). Beberapa bidan menerima  pemijatan bayi dalam rangkaian
perawatan baby spa. Hasil pemaparan bidan menjelaskan bahwa
dengan pijat bayi, akan membuat bayi tidak rewel dan meningkatkan
nafsu makan. Usia bayi yang dipijat bervariasi, rentang 0-12 bulan.
Temuan
ini didukung oleh penjelasan Idward (2012), bahwa pijat bayi
mempunyai  banyak keuntungan, antara lain mengurangi kebiasaan
menangis, menaikkan berat  badan, membuat bayi mudah tidur,  badan,
membuat bayi mudah tidur, melatih melatih eye contact dengan ibu,
mengurangi level stress hormon bayi, juga membantu bayi untuk
buang air besar. Pijat bayi dilakukan  pada saat bayi dalam keadaan
santai dan di tempat yang hangat. Dapat dilakukan dilakukan sampai
usia 3-4 tahun.
4. Massage Payudara / Pijat Laktasi

Massage payudara adalah pemijatan  payudara pada masa nifas.


Bidan yang memberikan perawatan ini, melakukannya bersamaan
dengan  postnatal treatment.
Pijat laktasi merupakan istilah yang merujuk pada pijat ibu
menyusui. Pijat laktasi ini memang dikhususkan untuk ibu menyusui
karena memang menitikberatkan pada bagian payudara. Pijat laktasi
pada umumnya dilakukan oleh seorang wanita yang memiliki masalah
akan produksi ASI. Wanita yang memiliki produksi ASI tidak lancar
bahkan tidak memiliki ASI sama sekali menang sangat diwajibkan
untuk melakukan pijat laktasi. Tidak sedikit wanita yang telah
melahirkan justru tidak memiliki ASI. Selain itu, pijat laktasi juga
dilakukan pada seorang ibu yang mengalami pembengkakan payudara.
Melakukan pijat laktasi memang sangat dianjurkan untuk setiap wanita
yang terhambat akan produksi ASI tersebut.
Pemijatan payudara setelah persalinan (masa nifas) bertujuan
untuk merangsang dan meningkatkatkan volume ASI, serta mencegah
pembengkakan payudara. Pemijatan payudara bisa dimulai hari kedua
masa nifas. (Nakita, 2014).
a. Penyebab Asi Tidak Lancar
Memberikan ASI tentunya menjadi sebuah keharusan bagi
wanita yang telah melahirkan. Pasalnya, aktifitas menyusui memang
dapat memberikan kebahagiaan dan juga kebanggaan tersendiri bagi
setiap wanita terlebih bagi anak pertama. Ibu menyusui tentunya
menginginkan produksi ASI yang berlimpah bagi si kecil. Hal ini
dikarenakan ASI memiliki kandungan nutrisi dan juga gizi yang
memang sangat dibutuhkan oleh setiap bayi. Akan tetapi, terdapat
sebagian besar wanita yang mengalami produksi ASI yang tidak lancar.
Hal ini memang terjadi dikarenakan oleh beberapa sebab yang kerap
menyerang ibu hamil. Berikut ini beberapa penyebab ASI tidak lancar,
diantaranya:
1. Kurang waktu istirahat
Penyebab utama ASI tidak lancar yaitu kurangnya waktu istirahat
seorang ibu menyusui. Waktu istirahat yang tidak cukup
menjadikan seorang ibu menyusui kekurangan fokus. Hal ini
tentunya menyebabkan seorang ibu menyusui merasa kelelahan
sehingga produksi ASI menjadi sangat terhambat. Tidak dapat
dipungkiri bahwa seorang ibu menyusui beraktifitas lebih ekstra
dan juga lebih berat. Pastinya, bergadang pada malam hari untuk
memberikan ASI kepada si kecil menjadi agenda yang tidak dapat
dilewatkan oleh seorang ibu menyusui. Untuk itu, ketika pada siang
hari, jika si kecil tidur sebaiknya ibu menyusui beristirahat juga.
2. Kurangnya asupan nutrisi
Jika seorang wanita sedang menyusui, tentunya diperlukan asupan
nutrisi dan juga gizi yang memang memberikan efek yang
signifikan dalam melancarkan produksi ASI. Asupan nutrisi seperti
buah-buahan dan juga sayuran menjadi menu utama yang harus ada
untuk dikonsumsi oleh seorang wanita menyusui. Menu makanan
seperti pepaya dan daun katuk harus rutin dikonsumsi oleh setiap
ibu menyusui. Anda tentunya harus membuat daftar menu makanan
yang bervariasi untuk melancarkan produksi ASI. Untuk itu,
makanan yang bernutrisi dan juga bergizi harus rutin Anda lakukan
setiap hari.
3. Mengalami masalah hormonal
Permasalahan yang sering menyerang wanita seperti kadar tiroid
yang tinggi, hipertensi, diabetes, dan juga darah yang tinggi. Ketika
mereka sudah berhasil melahirkan tentunya produksi ASI yang
lancar menjadi suatu harapan bagi setiap wanita. Permasalahan
hormonal yang kerap menyerang wanita dapat menghambat
produksi ASI sehingga menyebabkan ASI tidak lancar.
4. Efek pemakaian alat kontrasepsi
Terdapat beberapa alat kontrasepsi yang digunakan oleh wanita
yang bersifat hormonal sehingga dapat menghambat produksi ASI.
Pemilihan alat kontrasepsi seperti pil KB tentunya dapat
mempengaruhi menurunnya produksi ASI. Untuk itu, sangat
penting jika seorang ibu hamil menggunakan pil KB ketika si kecil
sudah berusia sekitar empat bulan. Cara untuk menghentikan hal ini
tentunya sangat mudah, Anda dapat menghentikan pil kb dengan
berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter dan juga bidan
mengenai kontrasepsi apa yang sebaiknya digunakan oleh ibu
menyusui.
5. Jarang menyusui bayi saat malam hari
Bayi memang memiliki kualitas tidur yang cukup lama
dibandingkan dengan balita. Akan tetapi, membiarkan bayi tertidur
sepanjang malam tentu tidaklah bagus. Pada saat malam hari pun
seorang ibu seharusnya menyusui anaknya dengan teratur. Jika
tidak maka akan menyebabkan produksi ASI yang bermasalah.
Selain itu, bayi yang sama sekali tidak menyusu, maka akan
mengalami masalah peningkatan berat badan. Hal ini menyebabkan
berat badan pada seorang bayi menjadi terhambat. Faktanya, setiap
ibu memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyimpan ASI di
payudaranya. Jika tidak diberikan kepada bayi, maka akan
menyebabkan produksi ASI yang menurun. Kadar prolaktin yang
memberikan sinyal ke bagian payudara dalam memproduksi ASI
menjadi sedikit terhambat sehingga produksi ASI pun akan
menurun dengan sendirinya.
6. Operasi payudara
Jika seorang wanita telah mengalami operasi pada bagian payudara
tentunya hal ini dapat menjadi suatu penyebab produksi ASI yang
menurun. Bagaimana tidak, tindakan operasi pada bagian payudara
ini dapat berpengaruh pada produksi ASI. Sebagian besar wanita
yang pernah melakukan operasi dapat melukai payudara sehingga
dapat berpengaruh pada produksi ASI. Pada sebagian besar ibu
menyusui merasa kesulitan ketika memberikan ASI kepada si kecil,
namun ada juga yang tidak mengalami masalah sama sekali.
Setelah kita mengetahui beberapa penyebab ASI tidak lancar, 
tentunya diperlukan suatu cara dan juga alternatif untuk membuat
ASI kembali lancar. Dengan melakukan pijat laktasi tentunya
dipercaya dapat memperlancar produksi ASI pada ibu menyusui.  

b. Manfaat Pijat Laktasi


Seperti yang kita tahu bahwa melakukan pijat tentunya
memiliki manfaat yang diperoleh untuk ibu hamil. Salah satu cara yang
sering digunakan oleh ibu menyusui untuk memperlancar ASI yaitu
dengan teknik pijat dan juga relaksasi. Kedua cara tersebut merupakan
solusi untuk membuat seorang ibu menyusui memiliki produksi ASI
yang lebih berlimpah. Berikut kami sajikan beberapa manfaat pijat
laktasi yang umum didapatkan oleh ibu menyusui, diantaranya:
1. Memperlancar produksi asi
Manfaat pertama yang diperoleh oleh ibu menyusui dengan
teknik pijat laktasi, tidak lain ialah untuk meningkatkan
produksi ASI. Jika seorang wanita menyusui memiliki produksi
ASI yang tidak lancar, maka dapat dilakukan teknik pijat laktasi.
Teknik pijat untuk memperlancar ASI yaitu dengan melakukan
pemijatan pada area payudara. Pada umumnya, wanita yang
telah melahirkan belum memiliki produksi ASI yang cukup
berlimpah. Hal ini dikarenakan masih belum stabilnya produksi
ASI di dalam payudara ibu hamil. Untuk itu, manfaat pijat
laktasi memang sangat diperlukan untuk seorang wanita
menyusui yang mempunyai masalah dengan produksi ASI.

2. Membuat ibu menyusui lebih rileks


Setelah melahirkan tentunya seorang wanita akan mengalami
kelelahan yang memang tidak ada bandingannya sama sekali.
Untuk itu, seorang ibu menyusui memerlukan suatu relaksasi
yang dapat membuat tubuhnya lebih rileks dan juga lebih
nyaman. Pijat laktasi memang dipercaya dapat membuat tubuh
ibu menyusui lebih nyaman.
3. Mengencangkan payudara
Tidak dapat dipungkiri bahwa seorang wanita yang sudah
pernah hamil dan juga melahirkan memiliki perubahan yang
cukup signifikan baik dari postur tubuh dan juga payudara,
terlebih pasca menyusui. Untuk itu, pijit laktasi tidak hanya
bermanfaat untuk memperlancar produksi ASI, juga dapat
menjaga payudara tetap kencang dan bentuk yang sempurna.
4. Merawat payudara
Payudara memang perlu kita jaga dan juga rawat karena
berhubungan dengan ASI yang akan kita berikan kepada si
kecil. Menjaga dan juga merawat payudara tetap bersih dan juga
sehat memang menjadi sebuah keharusan bagi Anda. Untuk itu,
merawat dan juga menjaga payudara tetap bersih dengan teknik
pijat laktasi memang sangat dianjurkan.
 
c. Teknik Pijat Laktasi
Pijat laktasi yang menjadi pilihan utama wanita menyusui untuk
memperlancar ASI tentunya memiliki teknik-teknik tersendiri. Teknik
tersebut tentunya dapat dilakukan dengan cara yang tepat dan juga
sesuai dengan aturan. Beberapa terapis sangat dimungkinkan
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam melakukan teknik pijatan,
namun secara umum teknik pijat laktasi melalui beberapa langkah,
diantaranya:
LANGKAH 1
Pada langkah pertama ini, tentunya seorang ibu menyusui harus dalam
keadaan rileks dan juga nyaman. Hal ini tentunya akan berpengaruh
pada hasil yang akan didapatkan nantinya. Persiapkan segala sesuatu
yang memang digunakan selama melakukan pemijatan. Teknik pijat
laktasi tentunya dapat dilakukan dalam posisi duduk dan juga
berbaring.
LANGKAH 2
Jika ibu hamil sudah berada pada posisi nyaman, saatnya kita
melakukan teknik pijat laktasi dengan cara menyiapkan air hangat.
Lalu, celupkan kain yang memiliki tekstur lembut ke dalam air hangat,
kemudian kompreskan pada kedua payudara Anda. Tentunya, Anda
jangan menggunakan air yang terlalu dingin dan juga terlalu hangat
karena akan mempengaruhi hasil yang akan kita dapatkan.
LANGKAH 3
Setelah kita melakukan kompres pada payudara, langkah selanjutnya
yang harus kita lakukan ialah dengan membersihkan payudara kita dari
kotoran yang mungkin menempel di payudara. Untuk
membersihkannya, kita dapat menggunakan kasa yang sudah
dicelupkan terlebih dahulu pada minyak esensial atau baby oil. Setelah
itu, lakukan pemijatan pada area puting dan juga areola dengan
perlahan ke kiri, ke kanan, ke bawah dan juga ke atas selama 5 menit.
LANGKAH 4
Langkah selanjutnya kita akan melakukan pijat pada bagian payudara
dengan meletakkan kedua telapak tangan diantara payudara. Lalu, urut
ke samping dan juga ke bawah secara melintang hingga tangan
menyangga payudara Anda. Kemudian, Anda dapat melepaskan
payudara sambil mendorong ke atas. Tentunya, Anda dapat langkah ini
setidaknya 5-20 kali putaran.
LANGKAH 5
Langkah selanjutnya, Anda dapat memijat kedua payudara dan
melakukannya secara bergiliran. Anda dapat menopang payudara
sebelah kanan dengan menggunakan jari tangan. Pada sisi tangan
kanan, lakukan sejajar dengan kelingking. Kemudian, Anda dapat
mengurut ke arah puting dari arah pangkal. Anda dapat melakukan
gerakan tersebut pada payudara sebelah kiri secara bergantian.
LANGKAH 6
Langkah terakhir yang dapat Anda lakukan yaitu melakukan pemijatan
dengan cara menopang payudara menggunakan telapak tangan kanan.
Jari tangan kiri kemudian dikepalkan pada buku-buku jari tangan kiri.
Lakukan pengurutan dari pangkal sampai ke arah puting. Itulah
beberapa langkah yang dapat Anda lakukan dalam melakukan pijat
laktasi. Anda juga harus melakukan teknik pijat tersebut secara lembut
dan juga perlahan. Hal ini dikarenakan payudara sangat sensitif ketika
mengalami sentuhan.

5. Massage Perineum

Dari (14.4%) bidan yang bidan yang memberikan pelayanan


kebidanan komplementer, (4.8%) /1 orang bidan melakukan praktek
massage perineum pada ibu hamil trimester  3. Pijat perineum yang
dilakukan bermanfaat untuk mengurangi kejadian robekan perineum
pada saat persalinan, terutama pada primigravida.  primigravida. Pijat
perineum perineum dilakukan dilakukan sendiri sendiri oleh ibu hamil
di rumah, dan peran  bidan adalah memberikan edukasi  bidan adalah
memberikan edukasi saat pemeriksaan asi saat pemeriksaan kehamilan.
Massage perineum merupakan pijatan atau penguluran ( stretching )
lembut yang dilakukan pada area perineum (kulit di antara anus dan
vagina). Pijat perineum  bertujuan untuk  bertujuan untuk meningkatkan
elastisitas perineum. Peningkatan perineum. Peningkatan elastisitas
perineum akan mencegah kejadian robekan perineum pada saat
persalinan normal maupun pada episiotomi. Bukti telah didapatkan dari
beberapa penelitian bahwa dengan melakukan massage atau pijat pada
daerah perineum memberikan manfaat dalam hal mengur manfaat
dalam hal mengurangi kejadian laserasi dan episiotomi. Pemijatan
perineum sebaiknya dilakukan sejak  enam minggu sebelum hari-H
persalinan, sebanyak 5-6 kali d yak 5-6 kali dalam seminggu secara
rutin. Selanjutnya selama 2 minggu menjelang persalinan, pemijatan
dilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit. (Admin, 2014).
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
1. Asuhan Kebidanan Komplementer pada Ny. R Usia 31 Tahun
dengan Pijat Laktasi di BPM Bidan Baity Jannaty
Tempat Pengkajian : BPM Bidan Baity
Tanggal Pengkajian : 21 April 2021
Waktu Pengkajian : Pukul 14.00 WIB
a. Data Subjektif
1) Identitas Ibu dan suami
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. S
Usia : 31 tahun Usia : 44 tahun
Pendidikan : D3 Pendidikan : S2
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : PNS
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Bogor
2) Keluhan
Ibu mengeluh nyeri di payudara sebelah kiri. ASI keluar terasa
tidak lancar dan tidak mengeluarkan ASI dengan banyak. Payudara
terasa keras,tegang dan nyeri saat dipegang. Bayi sudah 3 hari ini
tidak mau menyusu, terutama di malam hari.
3) Riwayat Kehamilan dan Nifas Sekarang
Ibu melahirkan di RS Harapan Kita pada 30 Juli 2019.
Melahirkan secara normal, ditolong oleh dokter spesialis
kandungan subspesialis fetomaternal atas indikasi bayi kelainan
kongenital. Ibu melahirkan pada usia kehamilan 41 minggu 2 hari.
Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 15 Oktober 2018.
Taksiran Persalinan 22 Juli 2021. Riwayat robekan dijalan lahir.
Masa Nifas ibu berlangsung kurang lebih 50 hari.

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu


No Riw. Usia Keadaan Tempat Ket.
Persalinan Anak Anak Bersalin
1 Spontan 9 th Hidup RSUD Ai. KPD
BB: 3,4 kg Ciawi
Jk. Laki-
laki
2 Spontan 7 th Hidup RSUD Anemia
BB: 3,8 kg Ciawi Riw.Tranfusi
Jk. Laki- darah
laki
3 Spontan 1 th Hidup RS Ai bayi
BB: 3,7 kg Harapan kelainan
Jk. Laki- Kita kongenital
laki

5) Riwayat Penyakit Ibu dan Keluarga


Ibu tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes, jantung, asma,
kencing manis, hipertensi, Riwayat pengobatan TB. Tidak memiliki
Riwayat operasi. riwayat alergi obat ceftriaxone. Riwayat alergi
makanan yaitu udang. Bapak kandung memiliki penyakit gula dan
pengobatan jantung.
6) Riwayat KB
Ibu akseptor KB IUD selama 1 tahun. Menstruasi setiap bulan
lancar, tidak ada keluhan.
7) Pola Hidup Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Ibu tidur kurang lebih 5-6 jam sehari. Karena memiliki bayi
yang masih menyusu, ibu tidur tidak efektif dan sering terbangun
unuk menyusui.

b. Aktivitas sehari-hari
Ibu bekerja di fasilitas kesehatan, dan bekerja secara shift.
Yang dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Ibu
jarang berolahraga.
c. Pola Makan dan Minum
Ibu makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dan buah. Minum
dalam sehari lebih dari 8 gelas sehari
d. Kebiasaan Hidup Sehat
Ibu, suami dan keluarga tidak ada yang mengkonsumsi
minuman beralkohol, minum obat-obatan terlarang dan merokok.

b. Data Objektif
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37 ⁰C
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : Tidak tampak kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Payudara : Payudara kiri teraba keras, dan tegang.
Tampak bengkak. ASI keluar sedikit.
Payudara kanan tampak lunak, Pengeluaran
ASI banyak.
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ektremitas
Atas : Tidak ada kelainan
Bawah : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak ada kelainan

c. Assesment
Ny. R 31 tahun dengan Bendungan ASI

d. Planning
1. Melakukan persetujuan secara lisan kepada ibu tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
3. Mengkaji ketidaknyaman yang dirasakan oleh ibu
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu memiliki
ketidaknyaman bendungan asi (ibu mengerti)
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan pijat laktasi (ibu setuju)
6. Menjelaskan kepada ibu apa itu pijat laktasi, menjelaskan cara
pelaksanaan dan manfaatnya bagi ibu.(ibu mengerti dan
antusias)
7. Melakukan pijat laktasi kepada ibu
8. Melakukan evaluasi kepada ibu, apa yang ibu rasakan setelah
dilakukan pijat laktasi (ibu merasa nyaman, bendungan ASI
yang dirasakan ibu pun sudah tidak dirasakan ibu lagi)

B. PEMBAHASAN
1. Data Subjektif
Pada anamnesa yang didaptkan pada Ny. R didapatkan payudara
terasa keras,tegang dan nyeri saat dipegang. Ibu mengeluh nyeri di
payudara sebelah kiri. ASI keluar terasa tidak lancar dan tidak
mengeluarkan ASI dengan banyak. Bayi sudah 3 hari ini tidak mau
menyusu, terutama di malam hari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
Bayi memang memiliki kualitas tidur yang cukup lama dibandingkan
dengan balita. Akan tetapi, membiarkan bayi tertidur sepanjang malam
tentu tidaklah bagus. Pada saat malam hari pun seorang ibu seharusnya
menyusui anaknya dengan teratur. Jika tidak, maka akan menyebabkan
produksi ASI yang bermasalah yang mengganggu produksi prolactin
yang bermanfaat dalam produksi ASI (bidanku.com)
Kemudian Ny. R bekerja di fasilitas kesehatan yang sistem kerjanya
menggunakan system shift, jam tidur yang tidak teratur apalagi jika
ditambah jika ASI tidak dipompa atau dikeluarkan, menyebabkan
pengeluaran ASI menjadi terhambat dan terjadilah bendungan ASI. Hal
inilah yang menjadi penyebab Ny. R mengalami bendungan ASI dan
produksi ASI Ny.R menjadi berkurang.
Menurut (Sarwono, 2008) bendungan ASI disebabkan oleh
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan
bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan
waktu menyusui.
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang
unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti-infeksi yang
terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit.
Namun, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal. Tidak
sedikit ibu akan mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat
penumpukan ASI karena pengeluaran yang tidak lancar atau pengisapan
oleh bayi. Oleh karena itu, untuk menghindari agar kondisi semacam ini
tidak terjadi maka diperlukan tindakan pijat laktasi (Maryunani, 2015).

2. Data Objektif
Dalam pemeriksaan fisik didapatkan di daerah payudara kiri teraba
keras, dan tegang. Payudara tampak bengkak. ASI keluar sedikit.
Payudara kanan tampak lunak, Pengeluaran ASI banyak. Dalam hal ini
sesuai dengan teori bahwa gejala bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa
nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak
terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2008).
Pada pemeriksaan suhu tubuh Ny. R didapatkan normal yaitu 37 ⁰C.
Suhu tubuh normal orang dewasa yaitu berkisar 36,5 – 37,5⁰C. Tidak
pula dalam pemeriksaan didapatkan tanda payudara kemerahan. Hanya
terlihat bengkak, tegang dan teraba keras saja.

3. Assesment
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada Ny. R maka
didapatkan assessment “ Ny. R 31 tahun dengan Bendungan ASI”

4. Planning
Maka perencanaan Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ketidaknyaman yang dirasakan ibu maka bidan melakukan asuhan
kebidanan komplementer berupa Pijat Laktasi.
Menurut (Sarwono, 2008) penanganan bendungan air susu dilakukan
dengan pemakaian kutang untuk penyangga payudara dan pemberian
analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres
hangat, air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan
(masase) serta perawatan payudara. Kalau perlu diberi supresi laktasi
untuk sementara (2 – 3 hari ) agar bendungan terkurangi dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan. Keadaan ini pada
umumnya akan menurun dalam berapa hari dan bayi dapat menyusu
dengan normal.
Pemijatan laktasi ini menghasilkan ASI yang lebih meningkat.
Pengeluaran ASI ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi
dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan
sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon
oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke putting susu melalui isapan
mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan
dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan
ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehigga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Hormon oksitosin sangat berperan dalam proses pengeluaran ASI.
Beberapa ibu post pertum sering kali mengalami ketidklancaran
pengeluaran Asi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI
yaitu perilaku menyusui, psikologis ibu, fisiologis ibu, sosial kultural ibu
dan bayi, berat badan lahir bayi. Salah satu cara meningkatkan produksi
ASI, salah satunya adalah dengan melakukan pemijatan laktasi.
Penelitian yang dilakukan Malta, 2016. Dimana ia menjelaskan bahwa
pijat laktasi adalah salah satu cara untuk mengurangi ketegangan dan
memberikan rasa rileks yang dapat berdampak positif pada pada
kelancaran produksi ASI karena refleks let down berjalan dengan baik
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan


untuk  menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga
dikenal sebagai pengobatan alternatif. Bidan batan alternatif. Bidan yang
menerapka yang menerapkan terapi komplementer  dalam pelayanan
merupakan bidan yang mampu untuk bersaing karena inovasi yang
berbeda diantara bidan dengan pelayanan konvensional. Dalam hal Dalam
hal ini, kedepannya diharapkan ada seminar tentang terapi komplementer
dalam praktik  kebidanan, karena kebanyakan bidan yang tidak
menerapkan terapi komplementer adalah tidak adanya pengetahuan
tentnag hal tersebut.
B. Saran

Perlu adanya upaya sosialisasi dan promosi kepada masyarakat


tentang manfaat penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai
pelengkap pemberian layanan medis, dan memberdayakan bidan sebagai
fasilitator bagi masyarakat untuk meningkatkan upaya promotif dan
preventif melalui terapi komplementer.
DAFTAR PUSTAKA

1. Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999).
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania:
Springhouse.

2. Ika Fitria Ayuningtyas, “Kebidanan komplementer : terapi komplementer


dalam kebidanan”, Yogyakarta : Pustaka Baru Press, 2019.

3. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


HK.01.07/MENKES/187/2017

4. Astutik., R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika, pp. 12-3.
5. Catur Setyaningrum, Agustina. (2018). Pengaruh Pijat terhadap Produksi ASI
pada Ibu Postpartum Primipara Di Kota Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol.
8.No.1.p-ISSN. 2089- 7669, e-ISSN 2621-2870.
6. Hartono. (2016). Massase Endorphine Terhadap Volume ASI Pada Ibu Post
Partum. Jurnal Kebidanan , 209-215.
7. Malta, L. (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, VII, 173-175.
8. Maryunani, A. (2015). IMD, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. CV.Trans
Info Media, Jakarta.
9. Nasiroh, Umy. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Kelancaran ASI pada
Ibu Primipara. Skripsi. Jombang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat
terutama bagi wanita hamil dan melahirkam. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan
tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatan seperti bidan. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada
kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi bidan untuk berperan memberikan
terapi komplementer. Budaya dan tradisi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
dalam pelayanan kesehatan pada ibu dan anak. Di Indonesia, pijat bayi, penggunaan
tanaman herbal yang dijadikan ramuan tradisional dan diletakkan di kepala maupun
seluruh tubuh bayi merupakan beberapa asuhan kebidanan komplementer yang sering
digunakan pada perawatan bayi baru lahir. Asuhan ini dilakukan, bertujuan untuk
menggali alasan ibu menggunakan asuhan komplementer pada perawatan bayi baru
lahir.

1.2 TUJUAN
1.3

Anda mungkin juga menyukai