Dosen Pembimbing : Dr. Vivi Silawati, SST, SKM, MKM dan Tim
DISUSUN OLEH :
RAHMAH SEJATI
NPM : 205401446247
Puji syukur Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada Ny. R 31 Tahun Dengan Bendungan ASI di BPM Bidan Baity
Jannati”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan Komplementer.
Bogor , 23 April 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Pijat nifas yang dimaksud adalah massase pada ibu nifas yang
dilakukan dari kepala hingga ke kaki. Pijat ini dilakukan dalam
rangkaian postnatal treatmen. Pijat ini umumnya dilakukan bidan pada
minggu pertama hingga minggu kedua setelah persalinan ibu nifas.
Hasil wawancara menjelaskan bahwa tujuan dari dilakukannya
perawatan nifas (spa nifas) dengan melakukan pemijatan (massase)
adalah untuk melancarkan aliran darah dan meningkatkan
kenyamanan ibu nifas. Manurut Nadya (2013), massage nifas sangat
membantu ibu masa nifas dalam proses proses penyembuhan
penyembuhan fisik dan psikologis yang dibutuhkan selama masa
nifas. Massage nifas akan membantu ibu dalam memulihkan semangat
dan melepaskan ketegangan emosi yang terjadi. Hormon stress akan
menurun setelah ibu nifas menjalani sesi massage nifas ini. Menjalani
terapi massage juga akan membantu ibu nifas untuk mendapatkan
relaksasi yang maksimal yang diperlukan selama masa pemulihan.
Massage nifas dapat dilakukan dilakukan tepat setelah setelah ibu
melahirkan melahirkan secara normal. Jika ibu melahirkan secara
Cesarian, massage nifas dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran
atau berdasarkan anjuran dokter.
3. Pijat Bayi
5. Massage Perineum
A. PENGKAJIAN
1. Asuhan Kebidanan Komplementer pada Ny. R Usia 31 Tahun
dengan Pijat Laktasi di BPM Bidan Baity Jannaty
Tempat Pengkajian : BPM Bidan Baity
Tanggal Pengkajian : 21 April 2021
Waktu Pengkajian : Pukul 14.00 WIB
a. Data Subjektif
1) Identitas Ibu dan suami
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. S
Usia : 31 tahun Usia : 44 tahun
Pendidikan : D3 Pendidikan : S2
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : PNS
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Bogor
2) Keluhan
Ibu mengeluh nyeri di payudara sebelah kiri. ASI keluar terasa
tidak lancar dan tidak mengeluarkan ASI dengan banyak. Payudara
terasa keras,tegang dan nyeri saat dipegang. Bayi sudah 3 hari ini
tidak mau menyusu, terutama di malam hari.
3) Riwayat Kehamilan dan Nifas Sekarang
Ibu melahirkan di RS Harapan Kita pada 30 Juli 2019.
Melahirkan secara normal, ditolong oleh dokter spesialis
kandungan subspesialis fetomaternal atas indikasi bayi kelainan
kongenital. Ibu melahirkan pada usia kehamilan 41 minggu 2 hari.
Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 15 Oktober 2018.
Taksiran Persalinan 22 Juli 2021. Riwayat robekan dijalan lahir.
Masa Nifas ibu berlangsung kurang lebih 50 hari.
b. Aktivitas sehari-hari
Ibu bekerja di fasilitas kesehatan, dan bekerja secara shift.
Yang dibagi menjadi 3 shift yaitu pagi, sore dan malam. Ibu
jarang berolahraga.
c. Pola Makan dan Minum
Ibu makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dan buah. Minum
dalam sehari lebih dari 8 gelas sehari
d. Kebiasaan Hidup Sehat
Ibu, suami dan keluarga tidak ada yang mengkonsumsi
minuman beralkohol, minum obat-obatan terlarang dan merokok.
b. Data Objektif
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 37 ⁰C
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : Tidak tampak kelainan
Leher : Tidak ada kelainan
Payudara : Payudara kiri teraba keras, dan tegang.
Tampak bengkak. ASI keluar sedikit.
Payudara kanan tampak lunak, Pengeluaran
ASI banyak.
Abdomen : Tidak ada kelainan
Ektremitas
Atas : Tidak ada kelainan
Bawah : Tidak ada kelainan
Genitalia : Tidak ada kelainan
c. Assesment
Ny. R 31 tahun dengan Bendungan ASI
d. Planning
1. Melakukan persetujuan secara lisan kepada ibu tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan
2. Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik
3. Mengkaji ketidaknyaman yang dirasakan oleh ibu
4. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu memiliki
ketidaknyaman bendungan asi (ibu mengerti)
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan pijat laktasi (ibu setuju)
6. Menjelaskan kepada ibu apa itu pijat laktasi, menjelaskan cara
pelaksanaan dan manfaatnya bagi ibu.(ibu mengerti dan
antusias)
7. Melakukan pijat laktasi kepada ibu
8. Melakukan evaluasi kepada ibu, apa yang ibu rasakan setelah
dilakukan pijat laktasi (ibu merasa nyaman, bendungan ASI
yang dirasakan ibu pun sudah tidak dirasakan ibu lagi)
B. PEMBAHASAN
1. Data Subjektif
Pada anamnesa yang didaptkan pada Ny. R didapatkan payudara
terasa keras,tegang dan nyeri saat dipegang. Ibu mengeluh nyeri di
payudara sebelah kiri. ASI keluar terasa tidak lancar dan tidak
mengeluarkan ASI dengan banyak. Bayi sudah 3 hari ini tidak mau
menyusu, terutama di malam hari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
Bayi memang memiliki kualitas tidur yang cukup lama dibandingkan
dengan balita. Akan tetapi, membiarkan bayi tertidur sepanjang malam
tentu tidaklah bagus. Pada saat malam hari pun seorang ibu seharusnya
menyusui anaknya dengan teratur. Jika tidak, maka akan menyebabkan
produksi ASI yang bermasalah yang mengganggu produksi prolactin
yang bermanfaat dalam produksi ASI (bidanku.com)
Kemudian Ny. R bekerja di fasilitas kesehatan yang sistem kerjanya
menggunakan system shift, jam tidur yang tidak teratur apalagi jika
ditambah jika ASI tidak dipompa atau dikeluarkan, menyebabkan
pengeluaran ASI menjadi terhambat dan terjadilah bendungan ASI. Hal
inilah yang menjadi penyebab Ny. R mengalami bendungan ASI dan
produksi ASI Ny.R menjadi berkurang.
Menurut (Sarwono, 2008) bendungan ASI disebabkan oleh
pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering
menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan
bayi (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan
waktu menyusui.
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang
unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti-infeksi yang
terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit.
Namun, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal. Tidak
sedikit ibu akan mengeluh seperti adanya pembengkakan payudara akibat
penumpukan ASI karena pengeluaran yang tidak lancar atau pengisapan
oleh bayi. Oleh karena itu, untuk menghindari agar kondisi semacam ini
tidak terjadi maka diperlukan tindakan pijat laktasi (Maryunani, 2015).
2. Data Objektif
Dalam pemeriksaan fisik didapatkan di daerah payudara kiri teraba
keras, dan tegang. Payudara tampak bengkak. ASI keluar sedikit.
Payudara kanan tampak lunak, Pengeluaran ASI banyak. Dalam hal ini
sesuai dengan teori bahwa gejala bendungan air susu adalah terjadinya
pembengkakan payudara dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa
nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak
terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. (Sarwono, 2008).
Pada pemeriksaan suhu tubuh Ny. R didapatkan normal yaitu 37 ⁰C.
Suhu tubuh normal orang dewasa yaitu berkisar 36,5 – 37,5⁰C. Tidak
pula dalam pemeriksaan didapatkan tanda payudara kemerahan. Hanya
terlihat bengkak, tegang dan teraba keras saja.
3. Assesment
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik pada Ny. R maka
didapatkan assessment “ Ny. R 31 tahun dengan Bendungan ASI”
4. Planning
Maka perencanaan Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ketidaknyaman yang dirasakan ibu maka bidan melakukan asuhan
kebidanan komplementer berupa Pijat Laktasi.
Menurut (Sarwono, 2008) penanganan bendungan air susu dilakukan
dengan pemakaian kutang untuk penyangga payudara dan pemberian
analgetika, dianjurkan menyusui segera dan lebih sering, kompres
hangat, air susu dikeluarkan dengan pompa dan dilakukan pemijatan
(masase) serta perawatan payudara. Kalau perlu diberi supresi laktasi
untuk sementara (2 – 3 hari ) agar bendungan terkurangi dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan. Keadaan ini pada
umumnya akan menurun dalam berapa hari dan bayi dapat menyusu
dengan normal.
Pemijatan laktasi ini menghasilkan ASI yang lebih meningkat.
Pengeluaran ASI ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi
dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan
sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon
oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke putting susu melalui isapan
mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan
dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan
ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehigga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.
Hormon oksitosin sangat berperan dalam proses pengeluaran ASI.
Beberapa ibu post pertum sering kali mengalami ketidklancaran
pengeluaran Asi. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI
yaitu perilaku menyusui, psikologis ibu, fisiologis ibu, sosial kultural ibu
dan bayi, berat badan lahir bayi. Salah satu cara meningkatkan produksi
ASI, salah satunya adalah dengan melakukan pemijatan laktasi.
Penelitian yang dilakukan Malta, 2016. Dimana ia menjelaskan bahwa
pijat laktasi adalah salah satu cara untuk mengurangi ketegangan dan
memberikan rasa rileks yang dapat berdampak positif pada pada
kelancaran produksi ASI karena refleks let down berjalan dengan baik
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999).
Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania:
Springhouse.
4. Astutik., R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika, pp. 12-3.
5. Catur Setyaningrum, Agustina. (2018). Pengaruh Pijat terhadap Produksi ASI
pada Ibu Postpartum Primipara Di Kota Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol.
8.No.1.p-ISSN. 2089- 7669, e-ISSN 2621-2870.
6. Hartono. (2016). Massase Endorphine Terhadap Volume ASI Pada Ibu Post
Partum. Jurnal Kebidanan , 209-215.
7. Malta, L. (2016). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, VII, 173-175.
8. Maryunani, A. (2015). IMD, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. CV.Trans
Info Media, Jakarta.
9. Nasiroh, Umy. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Kelancaran ASI pada
Ibu Primipara. Skripsi. Jombang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat
terutama bagi wanita hamil dan melahirkam. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan
tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas
kesehatan seperti bidan. Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada
kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi bidan untuk berperan memberikan
terapi komplementer. Budaya dan tradisi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan
dalam pelayanan kesehatan pada ibu dan anak. Di Indonesia, pijat bayi, penggunaan
tanaman herbal yang dijadikan ramuan tradisional dan diletakkan di kepala maupun
seluruh tubuh bayi merupakan beberapa asuhan kebidanan komplementer yang sering
digunakan pada perawatan bayi baru lahir. Asuhan ini dilakukan, bertujuan untuk
menggali alasan ibu menggunakan asuhan komplementer pada perawatan bayi baru
lahir.
1.2 TUJUAN
1.3