BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi memiliki masa emas yang perlu diperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi, kebutuhan
tidur menjadi salah satunya. Melalui tidur, bayi akan mendapatkan rangsangan
perkembangan otak yang maksimal. Selama tidur, terdapat sekitar 75% hormon
pertumbuhan yang akan dikeluarkan oleh tubuh. Target yang dituju oleh hormon
tersebut adalah menstimulasi sistem syaraf pusat, perkembangan tulang,
homeostatis tubuh dan jaringan. Proses perbaikan sel yang terjadi pada tubuh
juga dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan. Pada saat tidur, proses perbaikan
sel akan berlangsung dua kali lebih cepat dibandingkan saat bayi terjaga. Pada
awal usia, otak bayi akan mengalami perkembangan 3 kali dari saat awal lahir
atau diperkirakan mencapai 80% dari otak dewasa (Triananinsi et al., 2019).
Semua sel tubuh akan mengalami perkembangan maksimal guna
kebutuhan regenerasi (Sukmawati & Nur Imanah, 2020). Tidak hanya fisik yang
dipengaruhi oleh kualitas tidur, tetapi juga sikap bayi (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020). Perubahan psikis, fisik dan imunitas juga berlangsung saat tidur
(Sukmawati & Nur Imanah, 2020).
Beberapa pakar berpendapat bahwa jika tidak diperhatikan, masalah tidur
bayi dapat berlangsung terus menerus hingga usia sekolah. Hal tersebut juga
diprediksi akan mempengaruhi pola perilakunya. Masalah tidur pada anak dapat
berpengaruh terhadap perubahan kejiwaan dan sikap, memicu rasa kantuk pada
siang hari dan mengganggu konsentrasi. Selain itu anak juga akan mudah merasa
lelah, kurang beraktivitas, iritabel, impulsif, sering mengganggu, daya ingat
menurun, mudah cerewethingga tantrum. Butuh langkah dan strategi yang tepat
untuk menangani masalah masalah tersebut. Maka dari itu strategi yang paling
efektif yaitu melakukan promosi tentang cara mencapai tidur yang baik sejak
awal kehidupan. Kasus yang banyak ditemukan pada masalah tidur yaitu
sulitnya untuk memulai tidur, susah untuk jatuh tertidurhingga terjaga saat
malam dan sulit tidur kembali. Masalah tersebut tidak hanya mengganggu anak,
1
2
namun juga akan berdampak kepada orang tua (Sekartini & Adi, 2016).
Dalam studi yang pernah dilakukan ditemukan bahwa bayi lebih mudah
tertidur ketika disusui oleh ibunya (Sekartini & Adi, 2016). Namun hal tersebut
justru berbahaya karena ada risiko bayi akan terjepit atau tersedak. Jika orang
tua menginginkan bayinya tidur bersamanya, maka bayi perlu diletakkan pada
tempat tidur terpisah namun tetap berada dalam satu ruangan (Society, 2004).
Tidur bagi bayi menjadi kebutuhan yang esensial, aktivitas tersebut harus
dipenuhi agar tidak berdampak buruk bagi perkembangannya baik fisik maupun
psikologis. Upaya promotif yang bisa dilakukan untuk mendukung kebutuhan
tersebut salah satunya yaitu melalui babymassage. Pemijatan pada bayi akan
memberikan efek yang merelaksasikan sehingga bayi dapat tidur terlelap,
kemudian konsentrasinya kembali pulih saat bayi bangun tidur (Roesli, 2012).
Terhadap hormon pemicu stres, terapi pijat dapat merelaksasikan bayi
hingga menjadi lebih tenang, kolaboratif dan memiliki perhatian penuh. Masalah
tekanan hingga gangguan homeostatis tubuh, kualitas tidur bisa dikendalikan
melalui terapi pijat. Dengan demikian, anak tidak perlu mengkonsumsi obat
khusus untuk dapat tertidur (Jazuli, 2017).
Pijat terhadap bayi juga akan menstimulasi perkembangan syaraf
motorik. Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan meremas yang
diimplementasian terhadap otot-otot bayi (Sukmawati & Nur Imanah, 2020).
Pijat bayi menstimulus kemampuan bayi mengenalikan lengan, jari dan kedua
kaki (Utami, 2015). Pijat bayi disusun atas gerakan-gerakan yang lebih
mendekati usapan-usapan halus atau rangsangan raba (taktil) ke permukaan
kulit. Memodifikasi gerakan terhadap semua bagian tubuh akan berdampak
positif terhadap otot dan pernafasan serta memaksimalkan aliran darah ke
seluruh tubuh. Memijat bayi juga telah menjadi bentuk budaya terapi yang
populer (Tang & Aras, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dariPMB Kamariahbulan
Januari – Desember 2021 sebanyak 60 ibu dengan bayi usia 3-6 bulan, 40% nya
mengeluh anaknya mengalami gangguan tidur. Bulan Februari 2022, PMB
Kamariah memperoleh 10 bayi yang ditangani. Selama ini di PMB Kamariah
juga belum pernah memberikan intervensi berupa pemijatan terhadap bayi
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dirumuskan masalah
penelitian yaiitu “Apakah ada efektivitas baby massage terhadap kualitas tidur
bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah Kota Pontianak Tahun 2022?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
efektivitas Baby Massage terhadap kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di
PMB Kamariah Kota Pontianak
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan sebelum dan
sesudah dilakukan Baby massage di PMB Kamariah Kota Pontianak
b. Untuk Menganalisis perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan
sesudah dilakukan Baby Massage di PMB Kamariah Kota Pontianak.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PMB Kamariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
dalam upaya peningkatan kualitas tidur bayi melalui baby massage di
PMB Kamariah Kota Pontianak.
2. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pengembangan
bagi tenaga kesehatan dalam peningkatan kualitas tidur bayi
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan menambah ilmu
pengetahuan peneliti serta dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh.
4
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Metode
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian
Pengaruh Baby Pre Ada Pengaruh Baby Subjek penelitian dalam
(Rohmawati &
Massage Eksperimental Massage Terhadap penelitian ini
Dewi, 2019)
Terhadap dengan Kualitas Tidur Bayi menggunakan bayi usia
Kualitas Tidur rancangan one Usia 3-12 bulan di maksimal 12 bulan,
Bayi Usia 3-12 group pretest- Ponkesdes Desa peneliti menggunakan
Bulan posttest design, Grogol Kecamatan bayi usia maksimal 6
subjek adalah Diwek Kabupaten bulan
bayi usia 3-12 Jombang.
bulan
(Sukmawati & Nur Efektivitas Pijat Pre Terdapat efektivitas Lokasi penelitian
Imanah, 2020) Bayi Terhadap Eksperimental pijat bayi terhadap dilaksanakan di Cilacap,
Peningkatan one group pre peningkatan kualitas sedangkan peneliti
Kualitas Tidur dan post , tidur bayi (P=0,034) melaksanakan di
Bayi subjek adalah Pontianak
bayi usia 3-6
bulan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Baby Massage
a. Pengertian baby massage
Massage adalah terapi sentuh tertua dan yang paling populer
yang dikenal manusia. Massage meliputi seni perawatan kesehatan
dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad–abad silam
(Andrews, dalam Indriyani 2016). Pijat adalah salah satu stimulasi
taktil yang memberikan efek biokimia dan efek fisiologi pada
berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan dengan benar dan juga
teratur pada bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses
tumbuh kembang bayi. Pijat pada bayi oleh orangtua dapat
meningkatkan hubungan emosional antara orangtua dan bayi, juga
diduga dapat meningkatkan berat badan bayi (Yuliana & Setyarini,
2016).
Pijat bayi atau baby massage merupakan stimulasi taktil dan
sudah menjadi tradisi kuno yang telah dikaji melalui penelitian
tentang ilmu neonatal, ahli saraf, psikologi anak, serta beberapa ilmu
kesehatan (Ariyanti et al., 2019). Dalam pelaksanaan baby massage
atau pijat bayi terdapat beberapa kontraindikasi atau hal-hal yang
harus dihindari saat akan memulai rangkaian dari baby massage
tersebut, diantaranya adalah memijat bayi saat bayi tersebut baru saja
selesai makan, membangunkan bayi hanya untuk melakukan
pemijatan, memijat bayi saat kondisi bayi sedang tidak sehat,
memaksa bayi untuk dipijat, memaksakan posisi tertentu pada bayi
(Julianti, 2017).
b. Manfaat Baby Massage
1) Membuat bayi semakin tenang
Selama pemijatan, bayi akan mengalami tekanan, peregangan,
5
6
tidur, maka saat bangun akan menjadi bugar sehingga menjadi faktor
yang mendukung konsentrasi dan kerja otak bayi (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020).
Tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik,
tapi juga sikapnya keesokan hari. Bayi yang tidur cukup tanpa sering
terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Bayi dikatakan
mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang
dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih
dari 1 jam. Selama tidur bayi terlihat selalu rewel, menangis dan sulit
tidur kembali (Sukmawati & Nur Imanah, 2020).
Tidur memegang peranan penting dalam meningkatkan daya
tahan tubuh bayi terhadap infeksi. Jika tidurnya sampai terganggu,
kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun dan efektivitas
sistem daya tahan tubuh bayi juga menurun. Sehingga bayi mudah
sakit dan pertumbuhannya akan terganggu. Bayi yang tidurnya kurang
memiliki pertumbuhan fisik yang terhambat, dibandingkan bayi yang
tidurnya cukup. Hal ini karena pada saat tidur pertumbuhan fisik bayi
akan terpacu, dan berkaitan erat dengan pertambahan berat badan,
tinggi badan, dan kesehatan fisiknya secara umum (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020).
c. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur Bayi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa factor.
Menurut kozier dkk (2010), kualitas tidur merujuk pada kemampuan
balita untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang
tepat. Factor yang mempengaruhi kualitas tidur (Minarti & Utami,
2012):
1) Penyakit
Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur.
Balita yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama
dari pada keadaan normal. Sering sekali pada balita sakit pola
tidurnya juga akan terganggu.
2) Lingkungan
15
3) Kelelahan
Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur balita. Semakin
Lelah makan balita akan semakin pendek tidurnya. Dengan
demikian otomatis akan berpengaruh terhadap pola tidurnya.
4) Stress emosi
Depresi dan kecemasan sering kali menganggu balita yang
mungkin tidak bisa rileks untuk dapat tidur. Kecemasan akan
meningkatkan kadar norepinephrine dalam darah yang akan
merangsang system saraf simpatik
5) Obat obatan
Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-
obatan yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti
depresan akan mensupresi REM pada saat balita tidur.
6) Baby Massage
Pijat dapat merangsang produksi endorfin, memungkinkan untuk
menghilangkan rasa sakit, dan dengan demikian menyebabkan
bayi menjadi tenang dan frekuensi menangisnya berkurang. Jelas,
pijat mengarah pada peningkatan kualitas dan kuantitas tidur bayi.
Pijat bayi dipercaya sebagai stimulus sentuhan yang membantu
mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Pijat selama 30 menit
sehari dapat mengurangi depresi dan kecemasan sehingga bayi
tidur lebih nyenyak , terapi pijat bayi selama 15 menit selama
enam minggu dapat meningkatkan kewaspadaan bayi dan
mengurangi tangisan bayi. Kondisi tersebut akan diikuti dengan
peningkatan durasi tidur bayi, kondisi psikologis yang lebih baik,
penurunan kadar hormon stres, dan peningkatan kadar serotonin
16
f. KebutuhanTidur Balita
Usia balita terbagi atas beberapa tahap pertumbuhan yaitu tahap
pertumbuhan pada usia bayi (0 - 12 bulan), toddler (13 - 36 bulan) dan
usia preschool (37 - 60 bulan). Kebutuhan tidur balita berbeda beda
pada setiap tahapan usia. Adapun kebutuhan tidur balita menurut
tahapan usia adalah sebagai berikut (Andriana, 2011):
a. Bayi
Bayi membutuhkan tidur selama 12 - 14 jam sehari, pernafasan
teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi 7
periode sekitar 20 - 30 % tidur REM, tidur lebih lama pa- da
malam hari dan di akhir tahun pertama biasanya tidut siang satu
sampai dua kali sehari (Andriana, 2011).
b. Batita (Toddler)
Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10 - 12 jam
sehari. Sekitar 20 - 30 % tidur anak pada usia ini adalah tidur
REM. Tetapi tidur di pertengahan pagi secara bertahap menurun
(Andriana, 2011).
c. Prasekolah (preschool)
Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi
anak usia 4 - 5 tahun mengalami kurang istirahat dan tidur dan
mudah sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi (Roesli,
2012) . Anak usia preschool biasanya mengalami kesulitan relaks
atau diamsetelah hari hari yang aktif. Selain itu ju- ga memiliki
masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari,
atau mimpi buruk (Rohmawati & Dewi, 2019).
18
B. Kerangka Teori
Faktor yang
mempengaruhi tidur
bayi :
1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Kelelahan Kualitas tidur bayi
4. Obat-obatan
5. Stres emosi
6. Baby Massage
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka
yang dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian,
kerangka konsep akan menjelaskan tentang variabel yang dapat diukur dalam
penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu
gambaran adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sikap, ukuran yang
dimiliki oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu,
misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmojo, 2012).
Variabel dalam penelitian ini adalah baby massage terhadap kualitas tidur
bayi.
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan yang diperlukan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji kesahihannya secara empiris
(Nursalam, 2013). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah baby massage
efektif meningkatkan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah
19
20
B. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendeskripsikan semua variabel yang
berkaitan dengan kerangka konsep penelitian sehingga bersifat spesifik dan
terukur. Definisi operasional untuk memudahkan dan menyamakan persepsi
tentang suatu konsep penelitian atau variable penelitian, maka perlu
dibuatkan suati definisi operasional, karena setiap variable dapat diartikan
secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan (Nursalam, 2013).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah pre experimental design
dengan menggunakan rancangan One Group Pre test-Post test design.
Variabel independent pada penelitian ini adalah baby massage dan variabel
dependent yaitu kualitas tidur bayi. Secara sederhana, desain penelitian yang
digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
01---------X---------02
Keterangan:
01 : Pre test (pengukuran kualitas tidur bayi) sebelum perlakuan
X : Pemberian baby massage
02 : Post test (pengukuran kualitas tidur bayi) sesudah perlakuan
21
22
22
23
G. Analisis Data
1. Analisi univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
responden yang meliputi jenis kelamindan umur bayi dalam bentuk
presentase masing-masing variabel dengan rumus
f
P= ×100 %
n
Keterangan:
P : Presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah responden
2. Analisis bivariat
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan interprestasi
apakah data yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak karena
pemilihan penyajian data dan uji hipotesis yang dipakai tergantung dari
normal tidaknya distribusi data. Peneliti melakukan uji normalitas
menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Hasil
analisis data berdistribusi tidak normal.
Karena data penelitian ini terdistribusi tidak normal maka
menggunakan uji Wilcoxon. Jika nilai probabilitas atau signifikan (2-
tailed) < 0,05 maka disimpulkan baby massage efektif meningkatkan
kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah.
27
I. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan dan penelusuran literatur.
b. Mengurus surat izin studi pendahuluan.
c. Melakukan studi pendahuluan
d. Menyusun proposal dengan arahan dari pembimbing I dan II.
e. Melakukan seminar proposal
f. Mengurus surat penelitian
2. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Maret 2022. Setiap responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan terlebih dahulu dan mengisi kuesioner
sebelum dilakuan pijat bayi atau sesuai dengan metode pelaksanaan
penelitian yang sudah direncanakan. Pengumpulan data dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pada tanggal 6 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
b. Pada tanggal 20 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
c. Pada tanggal 23 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 5
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
d. Pada tanggal 25 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
29
J. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitin ini peneliti tidak melakukan pengendalian
terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur bayi
30
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan terhadap bayi usia
3-6 bulan di PMB Kamariah dengan jumlah sampel sebanyak 37 bayi
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Karakteristik
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin
dan usia. Adapun distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Bayi
Keterangan N (37) (%)
Jenis Kelamin Bayi
Laki-laki 18 49%
Perempuan 19 51%
Usia
3 bulan 10 27%
4 bulan 13 35%
5 bulan 6 16%
6 bulan 8 21%
2. Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis bivariate terlebih dahulu peneliti
melakukan uji normalitas data agar menemukan jenis uji yang tepat. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro wilk karena
jumlah sampel < 50. Adapun hasil uji sebagai berikut:
Tabel 5.2 Normalitas data
Kelompok n Shapiro-Wilk
Kualitas tidur Pre-Test 37 0,021
Kualitas tidur Post-Test 37 0,000
30
31
B. Pembahasan
1. Karakteristik
Berdasarkan karakteristik usia bayi sebagian besar usia 4 bulan yaitu
13 bayi (35%) dan paling kecil usia 5 bulan 6 orang (16%). Bayi berusia
kurang dari 3 bulan membutuhkan waktu untuk tidur sekitar 18 jam/ hari
sedangkan pada usia diatas 3 bulan membutuhkan waktu sekitar 16,5 jam
perhari. Bayi usia 3 bulan ke atas, sudah mulai banyak beraktivitas
seperti mulai meningkatnya perkembangan motorik yang akan
menyebabkan bayi sering terbangun dan akan beberapa kali terjaga
ketika malam hari. Bayi yang tidak bisa menenangkan dirinya untuk
32
tubuh bayi yaitu kortisol dan dopamin. Hormon kortisol menjadi pemicu
stres. Hormon kortisol bayi yang diberikan pemijatan akan lebih
terkontrol. Hal tersebut kemudian akan membuat bayi menjadi lebih
sedang dan jarang menangis. Selain itu hormon dopamine akan
memberikan rasa nyaman pada bayi. Kenyamanan yang dirasakan bayi
akan meningkatkan ikatan kasih sayang antara psikologis ibu dan bayi
(Permata, 2017).
Hasil uji beda Wilcoxon didapatkan p-value 0,000 sehingga
disimpulkan bahwa baby massage efektif meningkatkan kualitas tidur
bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan perbedaan bermakna pada kualitas tidur setelah diberikan
terapi pijat bayi. Pemijatan yang dilakukan pada bayi dapat meningkatkan
penyesuaian ritme sirkadian dalam tidur bayi ke periode nokturnal
(Figueiredo, 2016). Melalui pijat bayi akan merasakan sentuhan disertai
dengan penekanan lembut yang akan menyebabkan ujung-ujung saraf
yang terdapat di permukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan. Selanjutnya
saraf tersebut mengirimkan pesan-pesan ke otak melalui jaringan saraf
yang berada di medula spinalis. Proses tersebut dapat menyebabkan
perangsangan pada reseptor saraf sensorik perifer terutama reseptor
tekanan. Rangsangan ini mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang
paling utama terlibat dalam proses tidur . Pemijatan akan meningkatkan
tonus vagal sehingga merangsang saraf vagus yang mengatur fungsi organ
tubuh termasuk dibagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus
(saraf parasimpatis) akan merangsang sel enterochromaffin dalam saluran
gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin sebagai
neurotransmiter. Serotonin ini dapat menginduksi rasa kantuk dan
memberikan ketenangan (antidepressan).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ifalahma (2016) bahwa ada pengaruh signifikan durasi waktu pijat
terhadap kualitas tidur bayi dan ada pengaruh signifikan frekuensii pijat
terhadap kualitas tidur bayi di Kelurahan Kadipiro Banjarsari Surakarta.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
35
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan kualitas tidur bayi antara sebelum dan sesudah
dilakukan pijat bayi dengan selisih nilai median 2
2. Terdapat perbedaan bermakna antara hasil kualitas tidur pre test dan post
test dengan nilai signifikasi p=0.00 (p < 0,05). Dengan demikian
pemijatan bayi efektif meningkatkan kualitas tidur bayi.
B. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan dikaitkan dengan
manfaat penelitian , maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
a. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi tentang peningkatan
kualitas tidur bayi melalui baby massage
b. Bagi Praktik Mandiri Bidan
Bidan agar dapat mengajarkan kepada ibu tentang teknik pijat bayi.
Dengan demikian maka kualitas tidur bayi menjadi lebih baik yang akan
berdampak pada optimalnya tumbuh kembang bayi.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan dalam meneliti lebih lanjut.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan terapi lain yang dapat
meningkatkan kualitas tidur bayi seperti pemberian aromaterapi dan musik
klasik
36
37