Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi memiliki masa emas yang perlu diperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi, kebutuhan
tidur menjadi salah satunya. Melalui tidur, bayi akan mendapatkan rangsangan
perkembangan otak yang maksimal. Selama tidur, terdapat sekitar 75% hormon
pertumbuhan yang akan dikeluarkan oleh tubuh. Target yang dituju oleh hormon
tersebut adalah menstimulasi sistem syaraf pusat, perkembangan tulang,
homeostatis tubuh dan jaringan. Proses perbaikan sel yang terjadi pada tubuh
juga dipengaruhi oleh hormon pertumbuhan. Pada saat tidur, proses perbaikan
sel akan berlangsung dua kali lebih cepat dibandingkan saat bayi terjaga. Pada
awal usia, otak bayi akan mengalami perkembangan 3 kali dari saat awal lahir
atau diperkirakan mencapai 80% dari otak dewasa (Triananinsi et al., 2019).
Semua sel tubuh akan mengalami perkembangan maksimal guna
kebutuhan regenerasi (Sukmawati & Nur Imanah, 2020). Tidak hanya fisik yang
dipengaruhi oleh kualitas tidur, tetapi juga sikap bayi (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020). Perubahan psikis, fisik dan imunitas juga berlangsung saat tidur
(Sukmawati & Nur Imanah, 2020).
Beberapa pakar berpendapat bahwa jika tidak diperhatikan, masalah tidur
bayi dapat berlangsung terus menerus hingga usia sekolah. Hal tersebut juga
diprediksi akan mempengaruhi pola perilakunya. Masalah tidur pada anak dapat
berpengaruh terhadap perubahan kejiwaan dan sikap, memicu rasa kantuk pada
siang hari dan mengganggu konsentrasi. Selain itu anak juga akan mudah merasa
lelah, kurang beraktivitas, iritabel, impulsif, sering mengganggu, daya ingat
menurun, mudah cerewethingga tantrum. Butuh langkah dan strategi yang tepat
untuk menangani masalah masalah tersebut. Maka dari itu strategi yang paling
efektif yaitu melakukan promosi tentang cara mencapai tidur yang baik sejak
awal kehidupan. Kasus yang banyak ditemukan pada masalah tidur yaitu
sulitnya untuk memulai tidur, susah untuk jatuh tertidurhingga terjaga saat
malam dan sulit tidur kembali. Masalah tersebut tidak hanya mengganggu anak,

1
2

namun juga akan berdampak kepada orang tua (Sekartini & Adi, 2016).
Dalam studi yang pernah dilakukan ditemukan bahwa bayi lebih mudah
tertidur ketika disusui oleh ibunya (Sekartini & Adi, 2016). Namun hal tersebut
justru berbahaya karena ada risiko bayi akan terjepit atau tersedak. Jika orang
tua menginginkan bayinya tidur bersamanya, maka bayi perlu diletakkan pada
tempat tidur terpisah namun tetap berada dalam satu ruangan (Society, 2004).
Tidur bagi bayi menjadi kebutuhan yang esensial, aktivitas tersebut harus
dipenuhi agar tidak berdampak buruk bagi perkembangannya baik fisik maupun
psikologis. Upaya promotif yang bisa dilakukan untuk mendukung kebutuhan
tersebut salah satunya yaitu melalui babymassage. Pemijatan pada bayi akan
memberikan efek yang merelaksasikan sehingga bayi dapat tidur terlelap,
kemudian konsentrasinya kembali pulih saat bayi bangun tidur (Roesli, 2012).
Terhadap hormon pemicu stres, terapi pijat dapat merelaksasikan bayi
hingga menjadi lebih tenang, kolaboratif dan memiliki perhatian penuh. Masalah
tekanan hingga gangguan homeostatis tubuh, kualitas tidur bisa dikendalikan
melalui terapi pijat. Dengan demikian, anak tidak perlu mengkonsumsi obat
khusus untuk dapat tertidur (Jazuli, 2017).
Pijat terhadap bayi juga akan menstimulasi perkembangan syaraf
motorik. Hal tersebut dikarenakan adanya gerakan meremas yang
diimplementasian terhadap otot-otot bayi (Sukmawati & Nur Imanah, 2020).
Pijat bayi menstimulus kemampuan bayi mengenalikan lengan, jari dan kedua
kaki (Utami, 2015). Pijat bayi disusun atas gerakan-gerakan yang lebih
mendekati usapan-usapan halus atau rangsangan raba (taktil) ke permukaan
kulit. Memodifikasi gerakan terhadap semua bagian tubuh akan berdampak
positif terhadap otot dan pernafasan serta memaksimalkan aliran darah ke
seluruh tubuh. Memijat bayi juga telah menjadi bentuk budaya terapi yang
populer (Tang & Aras, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dariPMB Kamariahbulan
Januari – Desember 2021 sebanyak 60 ibu dengan bayi usia 3-6 bulan, 40% nya
mengeluh anaknya mengalami gangguan tidur. Bulan Februari 2022, PMB
Kamariah memperoleh 10 bayi yang ditangani. Selama ini di PMB Kamariah
juga belum pernah memberikan intervensi berupa pemijatan terhadap bayi
3

padahal bidan penanggung jawab sudah memiliki sertifikasi pelatihan baby


massage. Oleh sebab itu, hal ini yang mendasari peneliti ingin melakukan
penelitian mengenai Efektivitas Baby Massage Terhadap Kualitas Tidur Bayi
Usia 3-6 Bulan di PMB Kamariah Kota Pontianak Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dirumuskan masalah
penelitian yaiitu “Apakah ada efektivitas baby massage terhadap kualitas tidur
bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah Kota Pontianak Tahun 2022?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
efektivitas Baby Massage terhadap kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di
PMB Kamariah Kota Pontianak
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan sebelum dan
sesudah dilakukan Baby massage di PMB Kamariah Kota Pontianak
b. Untuk Menganalisis perbedaan kualitas tidur bayi sebelum dan
sesudah dilakukan Baby Massage di PMB Kamariah Kota Pontianak.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi PMB Kamariah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
dalam upaya peningkatan kualitas tidur bayi melalui baby massage di
PMB Kamariah Kota Pontianak.
2. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan pengembangan
bagi tenaga kesehatan dalam peningkatan kualitas tidur bayi
3. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan menambah ilmu
pengetahuan peneliti serta dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh.
4

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Metode
Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan
Penelitian
Pengaruh Baby Pre Ada Pengaruh Baby Subjek penelitian dalam
(Rohmawati &
Massage Eksperimental Massage Terhadap penelitian ini
Dewi, 2019)
Terhadap dengan Kualitas Tidur Bayi menggunakan bayi usia
Kualitas Tidur rancangan one Usia 3-12 bulan di maksimal 12 bulan,
Bayi Usia 3-12 group pretest- Ponkesdes Desa peneliti menggunakan
Bulan posttest design, Grogol Kecamatan bayi usia maksimal 6
subjek adalah Diwek Kabupaten bulan
bayi usia 3-12 Jombang.
bulan

(Ifalahma, 2016) Efektivitas Pijat Kuasi Ada pengaruh Subjek penelitian


Bayi Terhadap Eksperimental, signifikan durasi waktu dikelompokkan menjadi
Kualitas Tidur subjek adalah pijat terhadap kualitas 3 grup berbeda lalu
Bayi di bayi usia 3-6 tidur bayi di Kelurahan dilakukan uji statistik
Kelurahan bulan. Kadipiro Banjarsari data menggunakan
Kadipiro Surakarta (p-value = Annova, sementara
Banjarsari 0,041 < 0,05). Ada peneliti menggunakan 1
Surakarta pengaruh signifikan kelompok pre dan post
frekuensii pijat dengan uji T
terhadap kualitas tidur berpasangan
bayi di Kelurahan
Kadipiro Banjarsari
Surakarta (p-value =
0,005 < 0,05). Ada
interaksi yang
bermakna (signifikan)
antara durasi waktu
dengan frekuesni pijat
bayi terhadap kualitas
tidur bayi di Kelurahan
Kadipiro Banjarsari
Surakarta (p-value =
0,001 < 0,05)

Pre Ada pengaruh pijat Lokasi penelitian berada


(Minarti & Utami, Pengaruh Pijat Eksperimental bayi terhadap kualitas di Wilayah Denpasar,
2012) Bayi Terhadap one group pre tidur bayi usia 3-6 sedangkan peneliti
Kualitas Tidur dan post , bulan (p=0,000) melaksanakan penelitian
Bayi Usia 3-6 subjek adalah di wilayah Pontianak
Bulan di bayi usia 3-6
Wilayah Kerja bulan
Puskesmas II
Denpasar Timur
2012
(Nurhudariani et al., Efektivitas Quasi Terdapat pengaruh Dalam penelitian ini
2021) Baby Massage eksperimen, baby massage terhadap menambahkan baby gym
dan Baby Gym subjek adalah kualitas tidur bayi usia untuk intervensi,
terhadap bayi usia 3-6 3-6 bulan dengan p sedangkan peneliti tidak
Kualitas Tidur bulan value 0.000. Terdapat
Bayi Usia 3-6 pengaruh baby gym
Bulan terhadap kualitas tidur
bayi usia 3-6 bulan
dengan p value 0,001.

(Sukmawati & Nur Efektivitas Pijat Pre Terdapat efektivitas Lokasi penelitian
Imanah, 2020) Bayi Terhadap Eksperimental pijat bayi terhadap dilaksanakan di Cilacap,
Peningkatan one group pre peningkatan kualitas sedangkan peneliti
Kualitas Tidur dan post , tidur bayi (P=0,034) melaksanakan di
Bayi subjek adalah Pontianak
bayi usia 3-6
bulan
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Baby Massage
a. Pengertian baby massage
Massage adalah terapi sentuh tertua dan yang paling populer
yang dikenal manusia. Massage meliputi seni perawatan kesehatan
dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak berabad–abad silam
(Andrews, dalam Indriyani 2016). Pijat adalah salah satu stimulasi
taktil yang memberikan efek biokimia dan efek fisiologi pada
berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan dengan benar dan juga
teratur pada bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses
tumbuh kembang bayi. Pijat pada bayi oleh orangtua dapat
meningkatkan hubungan emosional antara orangtua dan bayi, juga
diduga dapat meningkatkan berat badan bayi (Yuliana & Setyarini,
2016).
Pijat bayi atau baby massage merupakan stimulasi taktil dan
sudah menjadi tradisi kuno yang telah dikaji melalui penelitian
tentang ilmu neonatal, ahli saraf, psikologi anak, serta beberapa ilmu
kesehatan (Ariyanti et al., 2019). Dalam pelaksanaan baby massage
atau pijat bayi terdapat beberapa kontraindikasi atau hal-hal yang
harus dihindari saat akan memulai rangkaian dari baby massage
tersebut, diantaranya adalah memijat bayi saat bayi tersebut baru saja
selesai makan, membangunkan bayi hanya untuk melakukan
pemijatan, memijat bayi saat kondisi bayi sedang tidak sehat,
memaksa bayi untuk dipijat, memaksakan posisi tertentu pada bayi
(Julianti, 2017).
b. Manfaat Baby Massage
1) Membuat bayi semakin tenang
Selama pemijatan, bayi akan mengalami tekanan, peregangan,

5
6

dan relaksasi. Sirkulasi darah yang semakin meningkat, perbaikan


sirkulasi udara di kulit dan stimulasi kocokan atau goncangan
merupakan perlakuan yang berpotensi memberikan tekanan pada
bayi yang baru lahir. Karenanya, pemijatan harus dilakukan
dengan hati-hati dengan suara lembut dan sentuhan kasih sayang.
2) Meningkatkan kualitas istirahat (tidur) bayi
Bayi yang otot-ototnya distimulus dengan urut atau pemijatan
akan nyaman dan mengantuk. Kebanyakan bayi akan tidur
dengan waktu yang lama begitu pemijatan usai dilakukan
kepadanya. Selain lama, bayi nampak tidur terlelap dan tidak
rewel seperti sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa bayi
merasa tenang tidur lelap.
3) Memperbaiki konsentrasi bayi
Pemijatan berarti memperlancar peredaran darah. Darah pada
tubuh manusia mengalir ke seluruh manusia mengalir ke seluruh
tubuh, termasuk ke otaknya. Salah satu zat penting yang di bawah
oleh darah adalah oksigen. Ketika suplai oksigen untuk otak bayi
tidak lancar maka fungsi otak untuk berpikir dan konsentrasi akan
terganggu.
4) Meningkatkan produksi ASI
Pijat bayi menyebabkan bayi lebih rileks dan dapat beristirahat
dengan efektif. Bayi yang tidur dengan efektif ketika bangun akan
membawa energi cukup untuk berkatifitas. Dengan aktivitas yang
optimal, bayi akan cepat lapar sehingga nafsu makannya
meningkat.
5) Membantu meringankan ketidaknyaman dalam pencernaan dan
tekanan emosi
Pijat bayi berguna untuk meringankan ketidaknyamanan atau
ketidaklancaran dalam pencernaan, gangguan perut, tekanan
emosi, dan meningkatkan nafsu makan bayi. Tentunya, bila pijat
bayi dilakukan dengan baik dan benar.
6) Memacu perkembangan otak dan system saraf
7

Rangsangan yang diberikan pada kulit bayi akan memacu proses


penyempurnaan otak dan system saraf sehingga dapat
meningkatkan komunikasi otak ke tubuh bayi dan keaktifan
neuron.
7) Meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan
Pemijatan dapat meningkatkan gerak peristaltic yaitu semacam
gelombang dan kontraksi teratur saluran menuju lambung
yang menggerakkan bahan makanan agar dapat berproses dalam
saluran pencernaan. Jadi, jelas sudah bahwa pijat bayi membantu
proses pencernaan.
8) Menstimulasi aktivitas nervus vagus untuk perbaikan pernapasan
Aktivitas serat-serat nervus vagus berpengaruh pada paru-paru.
9) Memperkuat system kekebalan tubuh
Bagi para bayi yang sehat, penguatan system imunitas ini tentu
saja akan membuatnya lebih bertahan dalam berbagai keadaan
ketika kuman siap mengancam
10) Mengajari bayi sejak dini tentang bagian tubuh
Memijat bayi harus disertai dengan komunikasi. Caranya dengan
tersenyum dan seolah berbicara. Seorang ibu juga dapat
mengajarkan bayi tdengan cara menggerak-gerakkan bagian
tubuh yang dipegangnya menirukan gerakan organ yang
seharusnya.
11) Meningkatkan aliran oksigen dan nutrisi menuju sel
Pemijatan dapat memperlancar proses pengangkutan oksigen ke
sel-sel yang akan dituju. Pengangkutan oksigen ini penting agar
sel-sel dapat menjalankan fungsinya dengan normal
12) Meningkatkan kepercayaan diri ibu
Perlu diketahui bahwa tidak semua ibu ketika melahirkan bayi
akan langsung percaya diri untuk merawatnya.
13) Memudahkan orangtua mengenali bayinya
Pemijatan oleh ibu terhadap bayinya memungkinkan tangan ibu
meraba dan menyentuh seluruh tubuh bayi. Mata ibu pun akan
8

melihat seluruh bagian tubuh bayinya (Syaukani, 2015).


c. Saat Yang Tepat Untuk Memijat
Setelah bayi dilahirkan, bayi dapat segera dipijat, keinginan
sesuai kemauan ibu. Diawali dengan pemijatan lebih cepat maka
keuntungan lebih bnyak untuk bayi yang di dapat, setiap hari
dilakukan atau bayi lahir sampai dengan usia 6-7 bulan pijat
dilakukan. Lama pemijatan balita untuk waktu 15 menit (Roesli,
2012). Waktu terbaik yang tepat untuk melakukan pijat bayi adalah
sebagai berikut (Roesli, 2012):
1) Saat anak dan orang tua memulai aktifitas (pagi hari).
2) Agar bayi dapat tidur nyenyak adalah malam hari yaitu dilakukan
pada sore hari.
d. Persiapan Peralatan Pijat Bayi
Sebelum memijat, sebaiknya siapkan peralatan yang dibutuhkan
antara lain :
1) Alas yang empuk dan lembut
Misalnya kasur atau busa yang dilapisi dengan kain lembut. Luas
alas ini sebesar ukuran bayi agar ibu dapat bergerak dengan
bebas. Alas ini sebaiknya dalam posisi datar.
2) Handuk atau lap lembut untuk kulit bayi
Handuk atau lap digunakan untuk membersihkan sisa-sisa
minyak yang menempel di kulit bayi.
3) Popok untuk menutup bagian tubuh bayi setelah dipijat
Menyiapkan popok hendaknya tidak terlambat (setelah dipijat
baru disiapkan popok). Sebab, bayi harus menunggu waktu
sehingga kedinginan.
4) Baju ganti untuk mengganti baju lama usai pemijatan
Minyak untuk memijat (baby oil, lotion dan minyak
zaitun) Baby oil biasanya terbuat dari minyak alami yang
terkandung dalam biji-bijian sehingga aman digunakan untuk
memijat, jika menggunakan lotion, pilih yang aman dan tidak
mengandung bahan kimia berbahaya. Minyak lainnya yaitu
9

minyak zaitun yang sangat baik dalam perawatan kulit, termasuk


kulit bayi. Hal ini karena sifatnya yang lembut dan
melembabkan.
5) Air dan waslap (kain untuk mengelap/menyeka) Sediakan air
hangat beserta handuk kecil dan waslap untuk menyeka bayi dari
bekas minyak usai pemijatan (Anggraini, 2011).
e. Tangan yang Aman untuk Memijat
1) Dalam keadaan bersih Yaitu dengan mencuci tangan
(menggunakan sabun dan antiseptik) sebelum pemijatan, tangan
yang kurang bersih dapat menjadi penular kuman, terutama
penyakit kulit.
2) Dalam keadaan kering air (diusap dengan lap setelah cuci tangan)
Tangan yang basah menyebabkan bayi kedinginan dan tidak
nyaman.
3) Hangat Kulit bayi sangat peka dengan suhu tangan ibu dan tidak
nyaman bila tangan yang menyentuhnya itu dingin.
4) Kuku terawat dan aman Agar tangan aman, potonglah kuku dan
lembutkan (dikikir). Kuku yang panjang atau mencuat (meskipun
sedikit) dapat menyebabkan goresan pada kulit bayi yang sangat
tipis dan sensitif.
5) Tanpa perhiasan (baik cincin maupun gelang) Keberadaan cincin,
gelang dan aksesoris lain yang terbuat dari logam atau plastik
dapat melukai kulit bayi (Syaukani, 2015).
f. Memijat Sesuai Umur
Cara pemijatan untuk berbagai kelompok umur :
i. Bayi umur 0 – 1 bulan
Untuk bayi berumur 0 – 1 bulan, disarankan hanya diberi
gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Perlu
diingat bahwa sebelum tali pusat bayi lepas sebaiknya tidak
dilakukan pemijatan di daerah perut.
ii. Bayi umur 1 – 3 bulan
Untuk bayi umur 1 – 3 bulan, disarankan diberi gerakan halus
10

disertai tekanan ringan dalam waktu yang lebih singkat.


iii. Bayi umur 3 – 6 bulan
Pemijatan pada usia 3-6 bulan adalah setelah bayi melewati usia
tiga bulan ketika fisik bayi tidak lagi terlalu lemah untuk dipijat.
Bayi pada bulan ke 3 dan ke 4 mudah diatur jadwal minum dan
tidurnya, sementara setelah 6 bulan maka teknik sentuhan halus
yang dilakukan sudah berbeda (Syaukani, 2015).
iv. Bayi umur 6 bulan sampai 3 tahun
Untuk bayi umur 6 bulan – 3 tahun, disarankan agar seluruh
gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang lebih
meningkat. Total waktu pemijatan disarankan sekitar 15 menit
(Syaukani, 2015).
g. Kapan tidak boleh memijat
1) Jangan memijat jika bayi sedang tidak sehat.
2) Jangan pernah memijat bayi jika ia tidak ingin dipijat.
3) Jangan pijat bayi dengan minyak jika kulitnya terkena eksim
karena akan memperburuk keadaan kulitnya.
4) Jika bayi baru diimunisasi tunggu hingga 48 jam untuk melihat
apakah ada efek samping.
5) Hindari daerah yang memar, bengkak, meradang atau sensitif
akut
h. Urutan Teknik Baby Massage
1) 0-1 bulan, disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-
usapan halus. Sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan
pemijatan di daerah perut
2) 1-3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan
ringan dalam waktu yang singkat
3) 3 bulan-3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan
tekanan dan waktu yang semakin meningkat.
11

i. Gerakan dasar pemijatan (Roesli, 2012):


1) Gerakan usapan
Berkhasiat untuk menenangkan anak. Ahli fisioterapi
menganjurkan agar usapan dilakukan sedikit lebih bertenaga
dengan usapan mengarah ke jantung, terutama pijat bagian
periphal (lengan, bahu, tangan, kaki, betis, paha). Gerakan usapan
merangsang aliran darah getah bening. Lancarnya aliran darah
dan getah bening menyebabkan metabolisme tubuh bayi lebih
baik sehingga membuatnya tenang dan nyaman.
2) Gerakan Remasan
Gerakan remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat
sekaligus melancarkan peredaran darah. Remasan ini juga
ditujukan untuk memperlancar peredaran darah dan kelenjar.
Dengan remasan, oto bayi terlatih untuk berkontraksi dan
relaksasi bila disertai dengan peregangan

Gambar 2.2 Gerakan Remasan


3) Gerakan kocokan
Gerakan kocokan bermanfaat untuk mengendurkan jaringan otot.
Sebab, bayi masih jarang berlatih dan bergerak seperti orang
dewasa. Ketika sekali atau dua kali bergerak, ototnya akan cepat
tegang sehingga perlu dikendurkan kembali.
12

Gambar2.3 Gerakan Kocokan


4) Gerakan Urut Lingkar
Gerakan ini memberikan stimulus pada permukaan jaringan otot
dan jaringan otot yang lebih dalam. Dengan tekhnik ini aliran
darah akan meningkat dan pembuluh darah akan lebih lebar.
Gerakan urut dan lingkar bermanfaat untuk stimulus bagi otot dan
saraf untuk lebih aktif.

Gambar 2.4 Gerakan urut lingkar


Hal yang perlu ditambahkan selama pemijatan berlangsung untuk
menciptakan suasana pemijatan tenang dan nyaman.
Menurut Roesli (2012) hal-hal yang dianjurkan dalam
pemijatan bayi :
1. Menyediakan waktu khusus yang tidak mengganggu oleh hal lain
minimum 15 menit untuk melakukan seluruh tahapan pemijatan.
2. Duduklah dengan posisi nyaman dan tenang.
3. Minta izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara
membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajak bicara.
4. Pandang mata bayi selama pemijatan berlangsung.
5. Bernyanyilah atau putarkan lagu-lagu yang tenang atau lembut
untuk menciptakan suasana tenang selama pemijatan.
6. Awali pemijatan dengan sentuhan ringan, kemudian secara
bertahap tambahkan tekanan pada sentuhan tersebut, terutama
13

bila sudah yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pemijatan


yang sedang dilakukan.
7. Jika suatu saat bayi tampak merasa tidak nyaman segera hentikan
pemijatan. Dalam memijat kita harus membangun toleransi
dengan mulai beberapa gerakan, sedikit demi sedikit dengan
durasi waktu yang bertahap dari 2 – 3 menit 5 – 10 menit.
8. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi. Bila bayi
menangis cobalah untuk menenangkan sebelum pemijatan. Bila
bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan, karena mungkin
bayi minta digendong, disusui, atau sudah mengantuk atau ingin
tidur.

2. Konsep Kualitas Tidur Bayi


a. Pengertian Kualitas Tidur
Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan
periodik. Pada saat tidur aktivitas saraf parasimpatik akan bertambah
dengan efek perlambatan pernapasan dan turunnya kegiatan jantung
serta stimulasi aktivitas saluran pencernaan (peristaltik dan sekresi
getah-getah lambung diperkuat), sehingga proses pengumpulan energi
dan pemulihan tenaga dalam tubuh dipercepat. Dengan demikian,
tidur dapat memberikan kesegaran fisik dan psikis (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020; Triananinsi et al., 2019).
Kualitas dan kuantitas tidur bayi berpengaruh tidakk hanya
perkembangan fisik, juga terhadap perkembangan emosionalnya. Bayi
yang tidur cukup tanpa terbangun lebih bugar dan tidak gampang
rewel keesokan harinya (Sekartini)
b. Manfaat Tidur Bagi Bayi
Bayi yang otot-ototnya distimulus dengan urut atau pemijatan
akan nyaman dan mengantuk. Kebanyakan bayi akan tidur dengan
waktu yang lama begitu pemijatan usai dilakukan. Selain lama, bayi
nampak tidur terlelap dan tidak rewel seperti sebelumnya, hal ini
menunjukkan bahwa bayi merasa tenang setelah dipijat. Ketika bayi
14

tidur, maka saat bangun akan menjadi bugar sehingga menjadi faktor
yang mendukung konsentrasi dan kerja otak bayi (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020).
Tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik,
tapi juga sikapnya keesokan hari. Bayi yang tidur cukup tanpa sering
terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Bayi dikatakan
mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang
dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih
dari 1 jam. Selama tidur bayi terlihat selalu rewel, menangis dan sulit
tidur kembali (Sukmawati & Nur Imanah, 2020).
Tidur memegang peranan penting dalam meningkatkan daya
tahan tubuh bayi terhadap infeksi. Jika tidurnya sampai terganggu,
kadar sel darah putih dalam tubuh akan menurun dan efektivitas
sistem daya tahan tubuh bayi juga menurun. Sehingga bayi mudah
sakit dan pertumbuhannya akan terganggu. Bayi yang tidurnya kurang
memiliki pertumbuhan fisik yang terhambat, dibandingkan bayi yang
tidurnya cukup. Hal ini karena pada saat tidur pertumbuhan fisik bayi
akan terpacu, dan berkaitan erat dengan pertambahan berat badan,
tinggi badan, dan kesehatan fisiknya secara umum (Sukmawati & Nur
Imanah, 2020).
c. Faktor Yang Mempengaruhi Tidur Bayi
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa factor.
Menurut kozier dkk (2010), kualitas tidur merujuk pada kemampuan
balita untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang
tepat. Factor yang mempengaruhi kualitas tidur (Minarti & Utami,
2012):
1) Penyakit
Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur.
Balita yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih lama
dari pada keadaan normal. Sering sekali pada balita sakit pola
tidurnya juga akan terganggu.
2) Lingkungan
15

Lingkungan sekitar dapat mendukung atau menghambat terhadap


kelancaran tidur. Temperature, ventilasi, penerangan ruangan dan
kondisi lingkungan yang tenang sangat mendukung untuk
kenyamanan tidur, sebaliknya lingkungan yang bising akan
mengganggu kenyamanan saat balita tidur

3) Kelelahan
Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur balita. Semakin
Lelah makan balita akan semakin pendek tidurnya. Dengan
demikian otomatis akan berpengaruh terhadap pola tidurnya.
4) Stress emosi
Depresi dan kecemasan sering kali menganggu balita yang
mungkin tidak bisa rileks untuk dapat tidur. Kecemasan akan
meningkatkan kadar norepinephrine dalam darah yang akan
merangsang system saraf simpatik
5) Obat obatan
Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur. Obat-
obatan yang mengandung diuretic menyebabkan insomnia, anti
depresan akan mensupresi REM pada saat balita tidur.
6) Baby Massage
Pijat dapat merangsang produksi endorfin, memungkinkan untuk
menghilangkan rasa sakit, dan dengan demikian menyebabkan
bayi menjadi tenang dan frekuensi menangisnya berkurang. Jelas,
pijat mengarah pada peningkatan kualitas dan kuantitas tidur bayi.
Pijat bayi dipercaya sebagai stimulus sentuhan yang membantu
mengoptimalkan tumbuh kembang bayi. Pijat selama 30 menit
sehari dapat mengurangi depresi dan kecemasan sehingga bayi
tidur lebih nyenyak , terapi pijat bayi selama 15 menit selama
enam minggu dapat meningkatkan kewaspadaan bayi dan
mengurangi tangisan bayi. Kondisi tersebut akan diikuti dengan
peningkatan durasi tidur bayi, kondisi psikologis yang lebih baik,
penurunan kadar hormon stres, dan peningkatan kadar serotonin
16

(Rohmawati & Dewi, 2019). Waktu yang direkomendasikan


untuk dilakukan Baby Massage adalah pada pagi dan sore hari
(Roesli, 2012).
d. Mengukur Kualitas Tidur Bayi
Daftar check list mengenai pemenuhan kebutuhan tidur bayi tersaji
dalam bentuk pertanyaan tertutup model check list sebanyak 6
pertanyaan dan 1 pertanyaan daftar check list untuk mengukur kualitas
tidur bayi. Berikut cara pengukuran penilain (Syaukani, 2015):
1) Penilaian 1 yaitu total tidur malam
2) Jika nilai selisih jawaban ≥ 9 jam maka skor = 1 , jika nilai selisih
jawaban < 9 maka skor = 0
3) Penilaian 2 yaitu frekuensi terbangun malam Jika jawaban ≤ 3
kali maka skor = 1,jika jawaban > 3 kali maka skor = 0
4) Penilaian 3 yaitu durasi setiap terbangun malam Jika jawaban ≥
30 menit skor = 1 , jika jawaban > 30 menit maka skor = 0
5) Penilaian 4 yaitu total waktu tidur malam dan siang hari
6) Jika hasil jawaban ≥ 14 jam maka skor = 1 , jika hasil jawaban <
14 jam maka skor = 0
7) Penilaian 5 yaitu kondisi saat terbangun Jika jawaban a nilai (1) , jika
jawaban b nilai (0)
e. Lama Tidur Bayi
Lama tidur setiap golongan usia secara umum berbeda-beda.
Golongan usia dibagi menjadi tujuh kategori berdasarkan rata-rata
lama tidur yang dibutuhkan.
Tabel 2.1. Kebutuhan Tidur Manusia
Kelompok Usia Lama Tidur
0 – 2 bulan 18 jam
3 – 12 bulan 15 jam
1 – 3 tahun 14 jam
3 – 5 tahun 13 jam
5 – 12 tahun 11 jam
12 – 18 tahun 10 jam
17

> 18 tahun 7,5 jam

f. KebutuhanTidur Balita
Usia balita terbagi atas beberapa tahap pertumbuhan yaitu tahap
pertumbuhan pada usia bayi (0 - 12 bulan), toddler (13 - 36 bulan) dan
usia preschool (37 - 60 bulan). Kebutuhan tidur balita berbeda beda
pada setiap tahapan usia. Adapun kebutuhan tidur balita menurut
tahapan usia adalah sebagai berikut (Andriana, 2011):
a. Bayi
Bayi membutuhkan tidur selama 12 - 14 jam sehari, pernafasan
teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi 7
periode sekitar 20 - 30 % tidur REM, tidur lebih lama pa- da
malam hari dan di akhir tahun pertama biasanya tidut siang satu
sampai dua kali sehari (Andriana, 2011).
b. Batita (Toddler)
Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10 - 12 jam
sehari. Sekitar 20 - 30 % tidur anak pada usia ini adalah tidur
REM. Tetapi tidur di pertengahan pagi secara bertahap menurun
(Andriana, 2011).
c. Prasekolah (preschool)
Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi
anak usia 4 - 5 tahun mengalami kurang istirahat dan tidur dan
mudah sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi (Roesli,
2012) . Anak usia preschool biasanya mengalami kesulitan relaks
atau diamsetelah hari hari yang aktif. Selain itu ju- ga memiliki
masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari,
atau mimpi buruk (Rohmawati & Dewi, 2019).
18

B. Kerangka Teori

Faktor yang
mempengaruhi tidur
bayi :
1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Kelelahan Kualitas tidur bayi
4. Obat-obatan
5. Stres emosi
6. Baby Massage

Gambar 2.5 Kerangka Teori (Minarti & Utami, 2012)

Ket: Cetak tebal faktor yang diteliti


19

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini disusun berdasarkan tinjauan pustaka
yang dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian,
kerangka konsep akan menjelaskan tentang variabel yang dapat diukur dalam
penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu
gambaran adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sikap, ukuran yang
dimiliki oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu,
misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan,
pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmojo, 2012).
Variabel dalam penelitian ini adalah baby massage terhadap kualitas tidur
bayi.

Variabel bebas Variabel Terikat


Baby Massage Kualitas Tidur Bayi

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan yang diperlukan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji kesahihannya secara empiris
(Nursalam, 2013). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah baby massage
efektif meningkatkan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah

19
20

B. Definisi Operasional
Definisi operasional yaitu mendeskripsikan semua variabel yang
berkaitan dengan kerangka konsep penelitian sehingga bersifat spesifik dan
terukur. Definisi operasional untuk memudahkan dan menyamakan persepsi
tentang suatu konsep penelitian atau variable penelitian, maka perlu
dibuatkan suati definisi operasional, karena setiap variable dapat diartikan
secara berbeda-beda oleh orang yang berlainan (Nursalam, 2013).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

1 Baby Pemberian stimulasi taktil - - -


Massage dengan pemijatan pada bayi
usia 3-6 bulan yang
dilakukan dengan durasi 30
dan frekuesni 3 kali dalam
seminggu selama 2 minggu

2 Kualitas Kondisi dimana bayi tidur Kuesioner Total Skor Rasio


Tidur dengan jumlah jam yang dari 7
Bayi cukup, bangun tidur dalam pertanyaan
kondisi yang baik dinilai
dengan kuesioner
21

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah pre experimental design
dengan menggunakan rancangan One Group Pre test-Post test design.
Variabel independent pada penelitian ini adalah baby massage dan variabel
dependent yaitu kualitas tidur bayi. Secara sederhana, desain penelitian yang
digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
01---------X---------02
Keterangan:
01 : Pre test (pengukuran kualitas tidur bayi) sebelum perlakuan
X : Pemberian baby massage
02 : Post test (pengukuran kualitas tidur bayi) sesudah perlakuan

B. Populasi dan Sampel


1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi di PMB Kamariah
yang berusia 3-6 bulan.
2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 3-6 bulan di di PMB
Kamariah yang berusia 3-6 bulan di PMB Kamariah
a. Besar Sampel
Perhitungan jumlah sampel digunakan rumus Isaac dan Michael
(Sari, 2017) :
2
α . N . P .Q
S= 2 2
d ( N−1 ) +α . P .Q
Keterangan :
2
α dengan dk = 1, taraf kesalahan 1
N : jumlah populasi bayi usia 3-6 bulan dari Januari –
Desember 2021 6: 60 orang
P : Peluang benar (0,5)

21
22

Q : Peluang salah (0,5)


d : Perbedaan antara sampel dengan rata-rata populasi 0,05
S : Jumlah sampel
1.60. 0,5 . 0,5
S= 2 ❑
0,05 ( 60−1 )+1 .0,5 .0,5
15
¿
0,1475+0,25
15
¿
0,3975
¿ 37
Dengan demikian, maka sampel yang akan digunakan adalah
sebanyak 37 bayi berusia 3-6 bulan.
b. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel purposive sampling. Dalam penelitian ini peneliti mengambil
semua sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
c. Kriteria Sampel
Kriteria sampel dalam penelitian ini terbagi menjadi kriteria inklusi
dan ekslusi sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi
a) Bayi berusia 3-6 bulan
b) Mempunyai buku KIA
c) Tidak ada Riwayat alergi pada kulit
2) Kriteria Ekslusi
a) Bayi yang memiliki kelainan sejak lahir
b) Bayi yang sedang tidak dalam kondisi sehat

C. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan1 Februari –1 Maret 2022.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PMB Kamariah Kota Pontianak

22
23

D. Jenis Data Penelitian


Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan lembar
observasi dan lembar kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin, usia bayi serta kualitas tidur.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang dilakukan dalam penelitian. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari
kunjungan ibu di PMB Kamariah.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengukur,
mengobservasi atau menilai suatu fenomena yang digunakan oleh peneliti
(Dharma, 2015). Instrumen pengumpul data pada penelitian ini ada dua
yaitu:
a. Pedoman Standar Operasional Prosedur Pijat Bayi
Penelitian ini menggunakan lembar SOP Baby Massage yang
berisi pengertian, tujuan, tahap persiapan (alat dan bahan, serta
persiapan responden), tahap pemijatan (terdiri dari 10 tahap sesuai
dengan bagian). Peneliti melakukan pemberian pemijatan sesuai
dengan yang tertulis di lembar tata cara pemijatan demi kelancaran
intervensi. Pemijatan bayi dilaksanakan 1 kali sehari pada sore
sebelum mandi dengan waktu 30 menit selama 2 minggu dengan
frekuensi 3 kali seminggu (Ifalahma, 2016; Nurhudariani et al., 2021).
b. Lembar Pengukuran Kualitas Tidur Bayi
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Pertanyaan yang disusun dalam lembar
pengukuran kualitas tidur bayi disusun menggunakan skala Guttman
yaitu jika pertanyaan positif maka dijawab YA maka nilainya 1 dan
jika TIDAK nilainya 0. Namun jika tidak maka nilainya 0. Sedangkan
24

untuk pertanyaan negatif jika dijawab YA nilainya 0 dan jika TIDAK


maka nilainya 1. Pertanyaan dalam lembar pengkajian terlampir pada
Tabel 4.1 (Sari, 2017) :
Tabel 4.2. Pertanyaan Lembar Pengukuran Kualitas Tidur Bayi
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah bayi tidur malam > 9 jam 1 0
2 Apakah bayi tidur malam terbangun < 3 1 0
kali
3 Apakah bayi terbangun lamanya < 30 1 0
menit pada malam hari
4 Apakah total tidur malam dan siang hari 0 1
bayi < 14 jam ?
5 Apakah bayi terlihat bugar dan ceria saat 1 0
bangun pagi
6 Apakah bayi Anda tidur di atas jam 8 0 1
malam
7 Apakah bayi terlihat selalu rewel, 0 1
menangis dan sulit tidur kembali

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data


1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti adalah
mengolah data. Tujuan dari pengolahan data adalah menyiapkan data
agar mudah ditangani dalam analisisnya (Nursalam, 2013). Adapun
langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi :
a. Editing
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di
peroleh atau dikumpulkan pada tahap pengumpulan data atau setelah
data terkumpul. Dilakukan dengan memeriksa kembali perlengkapan
data yang di peroleh (Nursalam, 2013). Melakukan pengecekan isian
formulir atau kuesioner yang telah terkumpul apakah sudah lengkap.
Apakah ada hal yang kurang lengkap atau tidak jelas dapat
dilengkapi atau diperbaiki oleh responden.
b. Coding
Merupakan kegiatan mengklasifikasikan data menurut masing-
masing kriteria, setiap kriteria jawaban dari soal variabel penelitian
25

diberi kode yang berbeda. Coding dalam penelitian ini sebagai


berikut:
Jenis kelamin : Laki-laki (kode 1)
Perempuan (kode 2)
Usia bayi : 1 bulan (kode 1) 3 bulan (kode3)
2 bulan (kode 2) 4 bulan (kode4)
c. Entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
master tabel atay database komputer (Notoatmojo, 2012). Setelah
semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses agar data
yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemprosesan akan dilakukan
peneliti dengan cara mengentry data dari kuesioner ke program
software computer
d. Cleaning Data
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden
telah selesai dientry, perlu diperiksa kembali untuk melihat
kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini dilihat dari
missing data pada program komputer, jika jumlah semua responden
30 (100%) berarti tidak ada missing atau tidak ada data yang hilang,
begitu juga dengan jumlah masing-masing kategori dijumlahkan
hasilnya sama dengan jumlah total responden, ini menunjukkkan
data sudah benar masuk di master tabel
2. Teknik Penyajian Data
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk
menyajikan data sebaik-baiknya agar dapat dipahami. Penyajian hasil
penelitian harus dapat disajikan dalam tiga cara, diantaranya melalui
penyajian verbal, matematis dan visual (Nursalam, 2013).
Penyajian merupakan cara untuk mengkomunikasikan hasil
penelitian dalam bentuk uraian kalimat yang mudah dipahami. Setelah
26

data dianalisis, kemudian diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk


tabel dan untuk memudahkan pembacaannya juga disajikan dalam
bentuk narasi. Pada penelitian ini data hasil penelitian disajikan dan
diinterpretasikan dengan bentuk tabel dan narasi pada tabel distribusi
frekuensi. Tabel distribusi frekuensi merupakan bentuk tabel yang
sederhana, terdiri dari satu variabel disertai dengan frekuensi
masingmasing kategori dari variabel tersebut (Notoatmojo, 2012).

G. Analisis Data
1. Analisi univariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
responden yang meliputi jenis kelamindan umur bayi dalam bentuk
presentase masing-masing variabel dengan rumus
f
P= ×100 %
n

Keterangan:
P : Presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah responden

2. Analisis bivariat
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan interprestasi
apakah data yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak karena
pemilihan penyajian data dan uji hipotesis yang dipakai tergantung dari
normal tidaknya distribusi data. Peneliti melakukan uji normalitas
menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Hasil
analisis data berdistribusi tidak normal.
Karena data penelitian ini terdistribusi tidak normal maka
menggunakan uji Wilcoxon. Jika nilai probabilitas atau signifikan (2-
tailed) < 0,05 maka disimpulkan baby massage efektif meningkatkan
kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah.
27

H. Implikasi Etika Penelitian


Peneliti menjunjung tinggi dan memperhatikan etika penelitian selama
melakukan penelitian. Penelitian ini terlebih dahulu diajukan untuk
mendapatkan persetujuan ethical cleareance dari komisi etik penelitian
Poltekkes Kemenkes Pontianak No. 80/KEPK-PK.PKP/IV/2022. Ada empat
prinsip utama dalam etik penelitian, yaitu :
1. Menghormati hakikat dan martabat manusia (respect for human
dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak responden dalam
mendapatkan informasi. Peneliti memberikan kebebasan kepada
responden untuk menentukan ikut atau menolaknya responden dalam
penelitian (autonomy). Peneliti memberikan informasi yang terbuka dan
lengkap tentang pelaksanaan penelitian. Peneliti menghormati dan
menghargai harkat dan martabat responden dan memberikan lembar
persetujuan (inform consent). Penjelasan inform consent ini mencakup
penjelasan tentang judul penelitian tujuan, manfaat penelitian, prosedur
penelitian, keuntungan yang didapat dan kerahasiaan informasi.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and


confidentiality)
Peneliti merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut
privasi responden. Prinsip ini diterapkan dengan meniadakan identitas
seperti nama dan alamat responden yang kemudian diganti dengan kode.
3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice
inclusiveness)
Penelitian ini dilakukan dengan jujur, tepat, cermat, hati-hati dan
dilakukan secara professional serta akan memberikan keuntungan bagi
responden. Dalam penelitian ini peneliti tidak membeda-bedakan
responden dari segi suku, budaya dan status ekonomi..
4. Memperhatikan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits)
Responden diberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur
penelitian (pada lembar informasi penelitian). Responden juga
28

mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan


atau tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan. Jika responden
merasa tidak nyaman pada saat penelitian, maka responden bisa langsung
mengundurkan diri menjadi subjek penelitian.

I. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
a. Melakukan studi pendahuluan dan penelusuran literatur.
b. Mengurus surat izin studi pendahuluan.
c. Melakukan studi pendahuluan
d. Menyusun proposal dengan arahan dari pembimbing I dan II.
e. Melakukan seminar proposal
f. Mengurus surat penelitian
2. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Maret 2022. Setiap responden diminta
untuk mengisi lembar persetujuan terlebih dahulu dan mengisi kuesioner
sebelum dilakuan pijat bayi atau sesuai dengan metode pelaksanaan
penelitian yang sudah direncanakan. Pengumpulan data dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pada tanggal 6 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
b. Pada tanggal 20 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
c. Pada tanggal 23 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 5
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
d. Pada tanggal 25 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
29

formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak


menggunakan kuesioner.
e. Pada tanggal 26 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
f. Pada tanggal 28 Maret 2022, peneliti mengumpulkan responden 5
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
g. Pada tanggal 8 April 2022, peneliti mengumpulkan responden 3
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
h. Pada tanggal 10 April 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
i. Pada tanggal 13 April 2022, peneliti mengumpulkan responden 4
orang ibu yang membawa bayi. Responden diminta untuk mengisi
formulir persetujuan dan dikaji dahulu kualitas tidur anak
menggunakan kuesioner.
3. Tahap akhir
a. Menyimpulkan hasil penelitian.
b. Membuat laporan hasil penelitian.
c. Melakukan seminar hasil penelitian.

J. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitin ini peneliti tidak melakukan pengendalian
terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur bayi
30

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan terhadap bayi usia
3-6 bulan di PMB Kamariah dengan jumlah sampel sebanyak 37 bayi
diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
1. Karakteristik
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin
dan usia. Adapun distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Bayi
Keterangan N (37) (%)
Jenis Kelamin Bayi
Laki-laki 18 49%
Perempuan 19 51%
Usia
3 bulan 10 27%
4 bulan 13 35%
5 bulan 6 16%
6 bulan 8 21%

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa karakteristik jenis kelamin


laki-laki sebanyak 18 bayi (49%) dan 19 bayi (51%) perempuan. Untuk
karakteristik usia bayi sebagian besar 13 bayi (35%) usia 4 bulan dan
paling kecil usia 5 bulan 6 orang (16%).

2. Normalitas Data
Sebelum dilakukan analisis bivariate terlebih dahulu peneliti
melakukan uji normalitas data agar menemukan jenis uji yang tepat. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro wilk karena
jumlah sampel < 50. Adapun hasil uji sebagai berikut:
Tabel 5.2 Normalitas data
Kelompok n Shapiro-Wilk
Kualitas tidur Pre-Test 37 0,021
Kualitas tidur Post-Test 37 0,000

30
31

Hasil uji normalitas menggunakan Shapiro wilk didapatkan p value


pre test 0,021 dan post test 0,000 karena p-value < 0,05 maka dapat
disimpulkan data berdistribusi tidak normal. Dengan demikian maka
untuk melihat perbedaan antara hasil uji pre dan post digunakan uji
statistik menggunakan metode Wilcoxon.

3. Efektivitas Baby Massage terhadap Kualitas Tidur Bayi


Analisis bivariat dilakukan untuk menilai efektivitas variabel baby
massage terhadap kualitas tidur bayi. Adapun uji Wilcoxon diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 5.3 Uji wilcoxon
Variabel Median SD Min-Max Selisih p-value
Median
Pre_test 5 1,52 1-7 3 0,000
Post_test 7 0,16 6-7

Berdasarkan Tabel 5.3 hasil analisis data diketahui bahwa nilai


median pada pre test adalah 5 dan post test 7 dengan selisih median 3.
Nilai minimal pada pre test adalah 1 sedangkan pada post test adalah 7.
Hasil uji beda dengan wilcoxon diperoleh nilai p= 0,00 (p < 0,05).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baby massage efektif
meningkatkan kualitas tidur bayi usia 3-6 bulan di PMB Kamariah.

B. Pembahasan
1. Karakteristik
Berdasarkan karakteristik usia bayi sebagian besar usia 4 bulan yaitu
13 bayi (35%) dan paling kecil usia 5 bulan 6 orang (16%). Bayi berusia
kurang dari 3 bulan membutuhkan waktu untuk tidur sekitar 18 jam/ hari
sedangkan pada usia diatas 3 bulan membutuhkan waktu sekitar 16,5 jam
perhari. Bayi usia 3 bulan ke atas, sudah mulai banyak beraktivitas
seperti mulai meningkatnya perkembangan motorik yang akan
menyebabkan bayi sering terbangun dan akan beberapa kali terjaga
ketika malam hari. Bayi yang tidak bisa menenangkan dirinya untuk
32

kembali tidur cenderung akan terjaga dan rewel sehingga diperlukan


penanganan yang sesuai untuk membantu bayi kembali tidur.
Menurut peneliti bayi yang berumur 6 bulan lebih mudah diatur
jadwal tidurnya, sehingga bayi kualitas tidurnya dan tergolong
dikategorikan memiliki kualitas tidur baik. Oleh karena itu kebutuhan
tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga
agar nantinya bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal. Jenis tidur yang diharapkan adalah kepulasan, rileks maksimal,
tidak adanya tonus otot yang muncul pasca pemijatan. Ciri yang paling
mudah diamati yaitu tidur nyenyak tanpa mimpi dan tidak mudah untuk
dibangunkan. Jika dibangungkan maka akan butuh waktu beberapa menit
untuk merespon, pola napas dan denyut jantung teratur. Selain itu juga
muncul keringat banyak pada bayi (Tang & Aras, 2018). Beberapa
literatur menyebutkan bahwa waktu tidur bayi sangatlah penting untuk
pertumbuhan dan pematangan sel-sel terutama sel-sel saraf otak.
Matricciani et al., menyampaikan bahwa neonatus dan bayi menghabiskan
waktunya untuk tidur. Tidur merupakan suatu aktivitas yang sangat
penting dan menjadi bagian dari waktu belajar bayi mengenai
lingkunganya. Kualitas tidur dari seorang bayi menjadi faktor yang
penting yang mendukung pembelajaran bayi nantinya.
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin laki-laki sebanyak 18 bayi
(49%) dan 19 bayi (51%) perempuan. Kualitas tidur antara bayi laki-laki
dan perempuan tidak berbeda. Kualitas tidur yang baik pada anak dapat
memberikan dampak positif, baik pada aspek pertumbuhan fisik maupun
perkembangan kognitif, emosi, sosial dan perilaku anak. Menurut
Yuniarti, jenis kelamin adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
tumbuh kembang bayi. Pada umur tertentu laki-laki dan perempuan
sangat berbeda dalam ukuran pertumbuhan, kecepatan tumbuh, proporsi
jasmani dan lainnya. Pertumbuhan fisik dan motorik berbeda antara laki-
laki dan perempuan. Anak laki-laki lebih aktif dibandingkan anak
perempuan. Dalam penelitian Conellan mengemukakan bahwa bayi laki-
laki lebih cenderung untuk bergerak (berpindahpindah) dibandingkan
33

dengan bayi perempuan. Lebih cepatnya perkembangan motorik bayi laki-


laki disebabkan oleh hormon testosteron yang lebih tinggi pada bayi laki-
laki dibandingkan dengan bayi perempuan sehingga anak balita
perempuan lebih senang pada kegiatan yang tenang dan nyaman.

2. Efektivitas Baby Massage terhadap Kualitas Tidur Bayi


Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan antara kualitas
tidur pre dan post test. Nilai median pada pre test adalah 5 dan pada post
test meningkat menjadi 7. Nilai minimal pada pre test adalah 1
sedangkan nilai minimal pada post test adalah 7. Gerakan yang dilakukan
pada pijat bayi akan memberikan banyak manfaat bagi bayi. Gerakan
mengsap berkhasiat untuk menenangkan anak. Gerakan usapan
merangsang aliran kelenjar getah bening hal ini akan menyebabkan
metabolisme tubuh bayi lebih baik sehingga membuatnya tenang dan
nyaman. Gerakan remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat
sekaligus melancarkan peredaran darah. Remasan ini juga ditujukan untuk
memperlancar peredaran darah dan kelenjar. Dengan remasan, oto bayi
terlatih untuk berkontraksi dan relaksasi bila disertai dengan peregangan.
Gerakan kocokan bermanfaat untuk mengendurkan jaringan otot. Ketika
sekali atau dua kali bergerak, ototnya akan cepat tegang sehingga perlu
dikendurkan kembali. Gerakan urut lingkar gerakan ini memberikan
stimulus pada permukaan jaringan otot dan jaringan otot yang lebih
dalam. Dengan tekhnik ini aliran darah akan meningkat dan pembuluh
darah akan lebih lebar. Gerakan urut dan lingkar bermanfaat untuk
stimulus bagi otot dan saraf untuk lebih aktif.
Secara fisiologis, pijat bayi dapat membuat otot bayi menjadi kuat
serta melancarkan peredaran darah. Selain itu melalui pijat bayi, hormon
serotonin juga akan dilepaskan sehingga dapat meningkatkan kapasitas sel
reseptor untuk mengikat gluko kortikoid yang akan mengurangi
penurunan hormon adrenalin. Dengan demikian bayi akan merasakan
lebih nyaman dan tenang saat tidur (Rismawati et al., 2019). Pijat bayi
juga dapat membantu merangsang serta menyeimbangkan hormon pada
34

tubuh bayi yaitu kortisol dan dopamin. Hormon kortisol menjadi pemicu
stres. Hormon kortisol bayi yang diberikan pemijatan akan lebih
terkontrol. Hal tersebut kemudian akan membuat bayi menjadi lebih
sedang dan jarang menangis. Selain itu hormon dopamine akan
memberikan rasa nyaman pada bayi. Kenyamanan yang dirasakan bayi
akan meningkatkan ikatan kasih sayang antara psikologis ibu dan bayi
(Permata, 2017).
Hasil uji beda Wilcoxon didapatkan p-value 0,000 sehingga
disimpulkan bahwa baby massage efektif meningkatkan kualitas tidur
bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
menunjukkan perbedaan bermakna pada kualitas tidur setelah diberikan
terapi pijat bayi. Pemijatan yang dilakukan pada bayi dapat meningkatkan
penyesuaian ritme sirkadian dalam tidur bayi ke periode nokturnal
(Figueiredo, 2016). Melalui pijat bayi akan merasakan sentuhan disertai
dengan penekanan lembut yang akan menyebabkan ujung-ujung saraf
yang terdapat di permukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan. Selanjutnya
saraf tersebut mengirimkan pesan-pesan ke otak melalui jaringan saraf
yang berada di medula spinalis. Proses tersebut dapat menyebabkan
perangsangan pada reseptor saraf sensorik perifer terutama reseptor
tekanan. Rangsangan ini mengaktifkan sistem saraf parasimpatis yang
paling utama terlibat dalam proses tidur . Pemijatan akan meningkatkan
tonus vagal sehingga merangsang saraf vagus yang mengatur fungsi organ
tubuh termasuk dibagian dada dan perut. Rangsangan pada saraf vagus
(saraf parasimpatis) akan merangsang sel enterochromaffin dalam saluran
gastrointestinal untuk mengeluarkan hormon serotonin sebagai
neurotransmiter. Serotonin ini dapat menginduksi rasa kantuk dan
memberikan ketenangan (antidepressan).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ifalahma (2016) bahwa ada pengaruh signifikan durasi waktu pijat
terhadap kualitas tidur bayi dan ada pengaruh signifikan frekuensii pijat
terhadap kualitas tidur bayi di Kelurahan Kadipiro Banjarsari Surakarta.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
35

Rohmawati (2019) bahwa ada pengaruh baby massage terhadap kualitas


tidur bayi usia 3-12 bulan di Ponkesdes Desa Grogol Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang.
Penelitian yang dilakukan oleh Beider & Moyer (2017)
menunjukkan bahwa pijat bayi yang dilakukan pada bayi premature dapat
memperbaiki pola tidur. Bayi premature yang mendapatkan intervensi
pijat bayi sebelum tidur menunjukkan pola tidurnya lebih baik
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan pijat bayi. Dengan
pola tidur yang lebih baik bayi ini menunjukkan kenaikkan berat badan.
Penelitian di atas diperkuat oleh teori dari Pengamat T.Field yang dikutip
dr. J. David Hull, ahli virologi molekuler dari Inggris, dalam makalah
berjudul Touch Therapy : Science Confirms Instinct, menyebutkan terapi
pijat 30 menit per hari bisa mengurangi depresi dan kecemasan serta
meingkatkan kualitas tidur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi lebih lama tertidur
setelah diberikan intervensi pijatan. Durasi bangun pada malam hari
relatif lebih pendek dibandingkan sebelum diberikan pijatan. Pada
penelitian ini terdapat beberapa faktor yang ikut berpengaruh terhadap
kualitas tidur bayi. Faktor-faktor tersebut mencakup faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan.
Lingkungan yang ramai dan tidak kondusif akan mempengaruhi kuantitas
tidur bayi tersebut. Pada penelitian ini faktor lingkungan tidak
dikendalikan secara ketat, sehingga menimbulkan pengaruh pula terhadap
kualitas tidurnya. Sedangkan faktor internal diantaranya adalah kondisi
kesehatan bayi dimana bayi yang kurang sehat akan cenderung rewel dan
mempengaruhi kualitas tidur.
36

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan kualitas tidur bayi antara sebelum dan sesudah
dilakukan pijat bayi dengan selisih nilai median 2
2. Terdapat perbedaan bermakna antara hasil kualitas tidur pre test dan post
test dengan nilai signifikasi p=0.00 (p < 0,05). Dengan demikian
pemijatan bayi efektif meningkatkan kualitas tidur bayi.

B. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan dikaitkan dengan
manfaat penelitian , maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
a. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi tentang peningkatan
kualitas tidur bayi melalui baby massage
b. Bagi Praktik Mandiri Bidan
Bidan agar dapat mengajarkan kepada ibu tentang teknik pijat bayi.
Dengan demikian maka kualitas tidur bayi menjadi lebih baik yang akan
berdampak pada optimalnya tumbuh kembang bayi.
c. Bagi Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan rujukan dalam meneliti lebih lanjut.
Penelitian selanjutnya dapat menggunakan terapi lain yang dapat
meningkatkan kualitas tidur bayi seperti pemberian aromaterapi dan musik
klasik

36
37

Anda mungkin juga menyukai