Anda di halaman 1dari 36

HUBUNGAN PIJAT BAYI DENGAN INTENSITAS TIDUR

BAYI USIA 0-6 BULAN DI PMB TAHUN 2023

PROPOSAL PENELITIAN

SALSA BILLA

23611055

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

STIKES PAYUNG NEGRI

PEKANBARU

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengaruh sensorik dan motorik terhadap pertumbuhan dan perkembangan

bayi antara lain seperti peningkatan berat badan, tinggi badan, struktur tulang, gigi,

dan kepandaian belajar mengangkat kepala ketika tengkurap, kemampuan untuk

belajar duduk dan tertawa, menjerit serta melihat jika di panggil merupakan salah

satu bentuk adaptasi bayi terhadap lingkunganya (Ismael, 2010).

Tidak bisa di pungkiri bahwa anak adalah harapan di masa depan.

kelangsungan hidup anak masih menjadi masalah yang mahal, khususnya di

sebagian negara tertentu. Terdapat beberapa ancaman terhadap kelangsungan hidup

anak yaitu salah satunya pertumbuhan dan perkembangan anak. Tindakan

kesehatan yang bisa dilakukan dari anak di dalam kandungan sampai dengan usia

lima tahun pertama kehidupannya di fokuskan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai

tumbuh kembang yang baik dan maksimal baik fisik, emosional dan mental (

Hurlock, 1997 dalam utami).

Fase tumbuh kembang bayi merupakan fase keemasan dan fase kritis pada

perkembangan seseorang yaitu pada umur 0-12 bulan. Dikatakan masa keemasan

karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat di ulang Kembali.

Dikatakan masa krisis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan
dan membutuhkan asupan gizi serta stimulasi yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan (kemenkes ri, 2019).

Stimulasi atau rangsangan yang baik dapat diberikan oleh orang tua untuk

perkembangan potensinya secara maksimal. Faktor yang berhubungan dengan

tumbuh kembang anak yaitu nutrisi yang tercukupi, kualitas tidur yang baik,

lingkungan keluarga yang mendukung merupakan dasar untuk tumbuh kembang

anak. Selain itu dari segi personal anak dapat diberikan stimulasi, salah satu bentuk

stimulasi yang umum dilakukan orang tua untuk bayi adalah stimulasi taktil dalam

bentuk pijat bayi (Adriana, 2013).

Pijat bayi mempunyai banyak manfaat bagi Kesehatan, salah satunya

kualitas tidur anak, dimana hormon pertumbuhan di sekresi lebih banyak lagi tiga

kali lipat pada anak yang memiliki kualitas tidur yang baik . pijat bayi secara efektif

dapat memperkuat ikatan batin dan meningkatkan kualitas tidur bayi (hartati at. Al.

2019).

Kualitas tidur bayi sangat berperngaruh pada pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Pada saat tidur bayi mengalami perbaikan sel otak dan

produksi hormon pertumbuhan. Tidur mempunyai efek yang besar terhadap

kesehatan mental, emosi, fisik serta imunitas tubuh. Kualitas tidur bayi dapat di

lihat dari cara tidurnya, kenyamanan tidur dan pola tidur (santi, 2012).

Masalah yang dialami ibu adalah bayi yang sulit sekali untuk tidur. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu kualitas dan kuantitas tidur bayi

adalah dengan pijat. Pijat dapat merangsang keluarnya hormon endorphin yang bisa
menurunkan nyeri sehingga bayi menjadi tenang dan mengurangi frekuensi

menangis, dengan demikian pijatan juga meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur

bayi (maharani, 2009).

Menurut penelitian (Tang. 2018) yang menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan dari pemberian pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi usia

1-4 bulan dimana kualitas tidur bayi meningkat yakni kategori buruk 0%, cukup

baik 26,7%, dan baik 73,3% sedangkan sebelum di pijat kategori buruk 6,7%, cukup

baik 60%, dan baik 33,3%.

T. field dari universitas Miami AS (2008) mengatakan terapi pijat 30 menit

perhari bisa mengurangi depresi dan kecemasan, sehingga tidur bayi bertambah

tenang. Terapi pijat 15 menit selama enam minggu pada bayi meningkatkan

kesiagaan dan tangisnya berkurang. Ini akan di ikuti dengan meningkatnya lama

tidur, perbaikan kondisi pisikis, berkurangnya kadar hormon stress, dan

bertambahnya kadar serotonin (widayanti, 2008).

Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan pengetahuan ibu

tentang pijat bayi dengan kualitas tidur bayi di wilayah kerja puskesmas X.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian “ apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang pijat bayi

dengan kualitas tidur bayi di wilayah kerja puskesmas X?”


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui “bagaimana hubungan Pijat Bayi dengan Intensitas tidur

bayi usia 0-6 bulan di PMB tahun 2023”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Hubungan Pijat Bayi dengan Intensitas Tidur Bayi usia

0-6 bulan di PMB?

b. Untuk mengetahui Bagaimana intensitas tidur bayi yang baik?

c. Untuk mengetahui bagaimana cara pijat bayi?

d. Untuk mengetahui manfaat pijat bayi untuk intensitas tidur bayi?

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah keilmuan sehingga

meningkatkan ilmu pengetahuan tentang pijat bayi untuk kualitas tidur bayi dan

untuk meningkatkan kemampuan serta sebagai tolak ukur untuk peneliti

berikutnya, sebagai bahan referensi di perpustakaan Ikes Payung Negri

Pekanbaru dan sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya. Selain itu

penelitian ini dapat menjadi data dasar dan menambah pengetahuan bagi peneliti

selanjutnya.
2. Manfaaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dan referensi bagi mahasiswa

dalam pelaksanaan asuhan kebidanan, dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan referensi bagi peneliti, dan sebagai acuan untuk mempertahankan

mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu

tentang Pijat Bayi.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi

1. Pengertian

Bayi dan balita anak berusia 28 hari sampai dengan 1 tahun merupakan

masa bayi, sedangkan usia 1-5 tahun merupakan masa anak (fida dan

maya,2012). Anak usia 1-3 tahun di sebut dengan balita, sedangkan 3-5 tahun

di sebut prasekolah. Keduannya merupakan istilah umum dari balita, dibawah

1 tahun disebut bayi. Saat usia bayi maupun balita sangat bergantung pada

orang tuanya (anggraeni dan sutomo, 2014).

2. Pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan bersifat kuantitatif seperti pertumbuhan

sel, pertambahan tinggi, dab berat badan. Sedangkan perkembangan bersifat

kualitatif dan kuantitatif, contohnya adalah kematangan suatu organ tubuh

(Ranuh dan Soetjiningsih, 2015). Masa bayi dan anak memiliki masa

perumbuhan dan perkembangan yang berbeda dari orang dewasa. Perumbuhan

tersebut salah satunya adalah bertumbuhnya organ menjadi besar lebih matang

dan siap digunakan pada masa dewasa.Selain itu bertambahnya sel-sel akan

memperkuat fungsi dari suatu organ.

Perkembangan sendiri akan berjalan normal saat pertumbuhan dan

kematangan berjalan sesuai umurnya. Pada tahun pertama kehidupan, tumbuh

kembang anak akan cepat, pada umur 3-4 tahun akan melambat dan

meningkatkan pada masa remaja (Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2015). Faktor-
faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak di antaranya adalah

kuturunan dan lingkungan. Keturunan akan berpengaruh pada kematangan

struktur dan fungsi yang optimal, sedangkan lingkungan akan menetukan

bagaimana potensi anak akan terpenuhi (Dodge, Gray, dan Short, 2015).

B. Tidur

1. Pengertian Tidur

Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap lingkungannya. (Gola,

2018). Tidur adalah bagian dari penyembuhan, perbaikan dan proses fisiologis

yang berputar dan bergantian dengan periode jaga yang lebih lama. (Dewi

Astriana Putri, 2015).

Tidur nyenyak sangat penting bagi pertumbuhan bayi, karena saat tidur

pertumbuhan otak bayi mencapai puncaknya. Selain itu pada saat tidur tubuh

bayi memproduksi hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan

ketika bayi terbangun (Gola, 2018).

Menurut Jodi Mindell, pakar tidur anak di Children’s Hospital of

Philadelphia, tidur memiliki peran ganda bagi bayi, yaitu memberi kesempatan

untuk mengistirahatkan tubuh dan meningkatkan proses metabolisme, yaitu

proses pengolahan pangan menjadi energi yang dibutuhkan. Salah satu ciri-ciri

bayi yang mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas adalah bayi yang

dapat tidur dengan mudah di malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel,

serta dapat melakukan aktifitas dengan ceria di siang hari. (Permata, 2017).
2. Kualitas Tidur

a. Pengertian

Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang

didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh

yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus

artinya fisiologi tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali

seperti semula saat bangun tidur.

Kualitas tidur yang baik ditunjukan dengan jumlah jam tidur bayi

yang cukup, bayi dapat tertidur dangan mudah saat malam hari, bugar 7

saat bangun tidur, dan tidak rewel. Kualitas tidur buruk dapat terjadi pada

bayi ditandai dengan bayi akan sulit tidur, mudah rewel, dan jika tidak

tidur nyenyak dan mudah terbangun. (Nurmalasari dkk, 2016).

Menurut wahyuni (2008), kualitas tidur bayi dikatakan baik jika

bayi tidak mengalami gangguan tidur seperti tidur yang cukup tanpa sering

terbangun dan akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Kualitas tidur

bayi dikatakan kurang apabila bayi mengalami gangguan tidur jika pada

malam hari tidurnya kurang dari 9 jam, terbangun lebih dari 3 kali dan

lama terbangunnya lebih dari 1 jam, selama tidur bayi terlihat selalu rewel,

menangis, dan sulit tidur kembali (wahyuni, 2008).

Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat

mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak

fisiologi meliputi, penurunan aktifitas sehari-hari, rasa capek, lemah,

koordinasi neuromuscular buruk, proses penyembuhan lambat dan daya


tahan tubuh menurun. Sedangkan dampak psikologinya meliputi emosi

lebih labil, cemas, tidak konsentrasi, kemampuan kognitif dan

menggabungkan pengalamannya lebih rendah (Sinaga, 2020).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang berbeda - beda, ada

yang dapat terpenuhi dengan baik bahkan sebaliknya. Seseorang bisa

ataupun tidak terpengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sebagai

berikut. (Asmadi, 2012)

1) Status Kesehatan Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat

memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak, sedangkan untuk

seseorang yang kondisinya kurang sehat (sakit) dan rasa nyeri, maka

kebutuhan tidurnya tidak akan nyenyak.

2) Lingkungan Lingkungan dapat menimbulkan atau menghalangi

seseorang untuk tidur. Pada lingkungan bersih, bersuhu dingin, suasana

yang tidak gaduh (tenang), dan penerangan yang tidak terlalu terang

akan membuat seseorang tersebut tertidur dengan nyenyak. Begitupun

sebaliknya, Jika lingkungan kotor, bersuhu panas, suasana yang ramai

dan penerangan yang sangat terang, dapat mempengaruhi kualitas

tidurnya.

3) Stres Psikologis Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada

frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena kondisi cemas akan

meningkatkan neropineprin darah melalui saraf simpatis.


4) Obat – obatan yang di konsumsi seseorang ada yang berefek
menyebabkan tidur, adapula yang sebaliknya mengganggu tidur.

(Asmadi, 2012).

3. Lama Tidur

Secara umum, bayi memiliki waktu tidur yang bervarasi seperti bayi

1 minggu dengan jumlah tidur 16 ½ jam per hari yang dibagi pada siang

hari 8 jam dan malam hari 8 ½ jam, pada bayi 1 bulan jumlah tidurnya yaitu

15 ½ jam per hari yang dibagi tidur siang 7 jam dan tidur malam 8 ½ jam,

sedangkan pada bayi usia 3 bulan jumlah tidurnya 15 jam per hari yang

dibagi atas tidur siang 5 jam dan tidur malam 10 jam. (Putri, 2016).

Bayi usia 0-5 bulan akan menjalani hidup barunya dengan 80-90%

dengan tidur. Bayi baru lahir biasanya tidur selama 16-20 jam sehari yang

dibagi menjadi 4-5 periode. Usia 2 bulan bayi lebih sering tidur malam

dibanding tidur siang. Usia 3 bulan bayi akan menghabiskan waktu tidurnya

sekitar 15-17 jam sehari, dengan pembagian waktu 8 jam untuk tidur siang

dan 9 jam untuk tidur malam. Semakin usia bayi bertambah jam tidurnya

juga semakin berkurang. Pada usia 3-6 bulan jumlah tidur siang semakin

berkurang. Total jumlah waktu tidur berkisar antara 13-15 9 jam/hari. Pada

bayi usia 6 bulan pola tidurnya mulai tampak seperti orang dewasa (Gola,

2009).
Lama tidur setiap golongan usia secara umum berbeda – beda.

Golongan usia dibagi menjadi tujuh kategori berdasarkan rata – rata lama

tidur yang dibutuhkan.

Tabel 1. Kebutuhan Tidur Manusia

Kelompok Usia Lama Tidur

0-12 bulan 18 jam

3-12 bulan 15 jam

1-3 tahun 14 jam

3-5 tahun 13 jam

5-12 tahun 11 jam

12-18 tahun 10 jam

>18 tahun 7,5 jam

C. Pijat Bayi
1. Pengertian

Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan lebih mendekati usapan-usapan

halus atau rangsangan raba (taktil) yang dilakukan dipermukaan kulit,

manipulasi terhadap jaringan atau organ tubuh bertujuan untuk menghasilkan

efek terhadap syaraf otot, dan sistem pernafasan serta memperlancar sirkulasi

darah. (Roesli, 2018). Pijat bayi adalah kegiatan memberikan stimulasi atau

urutan kepada bayi dengan sentuhan, gerak, ditambah dengan stimulasi

pendengaran dan juga stimulasi visual. (Doska dan Niken, 2019).


Secara ilmiah, pijatan memberi stimulus pada hormon di dalam tubuh, satu

substansi yang mengatur fungsi-fungsi seperti nafsu makan, tidur, ingatan dan

belajar, pengatur temperatur, mood, perilaku, fungsi pembuluh darah, kontraksi

otot, pengatur sistem endokrin (pengatur metabolism, pertumbuhan, dan

pubertas) dan depresi. Pijat bayi juga dapat meningkatkan berat badan bayi,

membantu bayi yang tidak bisa tidur dengan nyenyak, kurang nafsu makan,dan

kurang bisa konsentrasi. (Prasetyono, 2017) Sesuai dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369 / Departemen Kesehatan / SK / III /

2007 tentang Standar Bidan Profesional. Terapi pijat adalah salah satu saran

stimulasi bagi orang dalam merangsang pertumbuhan dan perkembangan.

(Prasetyo, 2017).

2. Mekanisme Pijat Bayi

Pijat bayi memberikan dampak bagi pertumbuhan karena saat dipijat terjadi

rangsangan terhadap hormon-hormon beta endorphin, aktivitas nervus vagus,

peningkatan produksi serotonin, dan terjadi perubahan gelombang otak.

Meningkatanya pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan

rangsangan dari hormon beta endorphin. Penyerapan makanan pada bayi yang

diiringi oleh peningkatan asupan ASI dipengaruhi oleh aktivitas nervus

vagus. Timbulnya rasa lapar pada bayi sehingga nafsu makan bayi meningkat

yang membuat bayi lebih sering menyusu pada ibunya merupakan dampak

dari aktivitas nervus vagus. Dampak produksi serotonin pada bayi yaitu

meningkatkan daya tahan tubuh bayi dan perubahan gelombang otak bayi
menyebakan bayi menjadi tidur lebih lelap, meningkatkan kesiagaan dan

konsentrasi. (Putri dan Ningsih, 2016).

Penelitian tentang pijat bayi sampai saat ini terus berkembang, ada beberapa

teori yang menerangkan mekanisme tentang pijat bayi, antara lain :

a) Betha Endorphins

Beta Endorphin adalah teknik pemijatan yang dapat meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Schanberg dari

Duke University Medical School melakukan penelitian pada bayi-bayi

tikus dan ditemukan bahwa jika hubungan taktil (jilat) ibu tikus kepada

bayinya terganggu akan menyebabkan penurunan enzim ODC (ornithine

decarboxylase) dimana enzim ini menjadi petunjuk peka bagi

pertumbuhan sel dan jaringan. Hal lain yang akan terjadi adalah

penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan. Pengurangan sensasi

taktil akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical betha-

endorphine, yang akan mengurangi pembentukan hormone pertumbuhan

karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC jaringan (Julianti, 2017).

b) Aktivitas Nervus Vagus

Aktifitas ini akan mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan.

Penelitian Field dan Schanberg (1989) menunjukkan bahwa pada bayi

yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus yang

menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin.

Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik.


Dengan rutin dilakukan pemijatan maka berat badan bayi akan

meningkat lebih banyak dari pada yang tidak dipijat (Julianti, 2017).

c) Teori Perubahan Gelombang Otak

Pijat bayi yang baik akan membuat bayi tidur lebih lelap serta

meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Pijatan ini dapat

mengubah gelombang otak, pengubahan ini terjadi dengan cara

menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta

tetha, perubahan gelombang ini dapat dibuktikan dengan penggunaan

EEG (electro encephalogram) (Julianti, 2017).

d) Teori Immunitas

Aktivitas pemijatan akan meningkatkan aktivitas Neurotransmiter

Serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat

glucocorticoid (adrenalin suatu hormone stress). Proses ini sangat

membantu dalam penurunan kadar hormone stress yang efeknya dapat

meningkatkan daya tahan tubuh terutama Ig M dan Ig G (Julianti,

2017).

3. Manfaat Pijat Bayi

a) Membuat bayi semakin tenang

Umumnya bayi yang mendapatkan pijatan secara teratur akan lebih

rileks dan tenang. Dengan sirkulasi darah dan oksigen yang lancar dan

otomatis membuat imunitas tubuh bayi lebih baik. Bukan hanya secara

fisik, pijat bayi juga sangat mempengaruhi emosional, karena aktivitas

pijat akan menjalin bonding antara anak dan orang tua. Unsur utama
pijat bayi adalah sentuhan (touch), bukan tekanan (pressure). Oleh

sebab itu selain oleh terapis spesialis pijat bayi sangat baik dilakukan

oleh ibu dan ayah.

b) Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi

Terapi pijat memberikan efek positif secara fisik, antara lain

kenaikan berat badan bayi dan peningkatan produksi ASI. Ini

disebabkan bayi yang dipijat mengalami peningkatan kadar enzim

penyerapan dan insulin sehingga penyerapan terhadap sari makanan

pun menjadi lebih baik. Alhasil bayi menjadi cepat lapar dan karena itu

lebih sering menyusu sehingga meningkatkan produksi ASI.

c) Meningkatkan efektivitas istirahat (tidur) bayi

Bayi yang otot-ototnya di stimulus atau pemijatan aman dan nyaman

membuat bayi mengantuk. Kebanyakan bayi tidur dengan lama begitu

pemijatan usai dilakukan kepadanya. Selain lama, bayi Nampak tertidur

lelap dan tidak rewel seperti sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa

bayi merasa tenang setelah di pijat. Ibu - ibu selalu merasa senang bila

melihat bayinya tertidur lelap. Kebanyakan untuk alasan inilah mereka

lakukan pemijatan bayi.

d) Meningkatkan konsentrasi bayi

Pemijatan dapat memperlancar peredaran darah yang mengalir ke

seluruh tubuh manusia termasuk ke otaknya, terutama untuk

memperlancar sirkulasi dan peredaran oksigen. Ketika suplai oksigen

untuk bayi tidak lancar maka fungsi otak untuk berfikir dan
konsentrasinya akan terganggu. Semakin baik aliran darah ke otak,

semakin berkecukupan kebutuhan oksigen ke otak secara cukup

membuat konsentrasi dan kesiagaan bayi semakin membaik..

e) Meningkatkan daya tahan tubuh

Meningkatnya aktifitas neurotransmitter serotonin ini akan

meningkatkan kapasitas sel reseptor yang mengikat glucocorticoid

(adrenalin). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar

hormon adrenalin (hormon stress) dan selanjutnya akan meningkatkan

daya tahan tubuh.

f) Meningkatkan produksi ASI

Pijat bayi menyebabkan bayi lebih rileks dan dapat beristirahat

dengan efektif. Bayi yang tidur dengan efektif ketika bangun akan

membawa energi cukup beraktivitas. Dengan aktivitas yang sering

optimal, bayi akan cepat lapar sehingga nafsu makannya meningkat.

Peningkatan nafsu makan ini juga menambah peningkatan aktifitas

nervus vagus / saraf pengembara sistem saraf otak yang bekerja untuk

daerah leher ke bawah sampa dada dan rongga perut. Bayi yang nafsu

makannya baik memerlukan ASI yang cukup banyak setiap hari .

Semakin banyak dihisap, ASI pun semakin terstimulasi (terangsang)

untuk berproduksi.

g) Meningkatkan gerakan peristaltik untuk pencernaan


Gerakan peristaltik adalah semacam gelombang dan kontraksi

teratur saluran menuju lambung yang menggerakkan bahan makanan

agar dapat diproses dalam saluran pencernaan.

h) Menstimulasi aktifitas nervus vagus untuk perbaikan pernafasan

Aktivitas serat-serat nervus vagus berpengaruh pada paru-paru.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Torch Research Institute

menunjukkan bahwa perlu pemijatan selama 20 menit yang dilakukan

setiap malam pada anak-anak penderita asma sehingga dapat

menyebabkan mereka bernafas lebih baik.

i) Mengembangkan Komunikasi

Sentuhan adalah bentuk komunikasi pertama dengan bayi. Sentuhan

bayi berarti berbicara. Pijat bayi menggabungkan aspek kedekatan yaitu

kontak mata, saling tersenyum, dan ekspresi wajah.

j) Mengurangi rasa sakit

Memijat juga membantu menghilangkan gejala kembung, kolik,

serta membuat tidur lebih nyenyak. Tidak hanya itu, Pijatan juga

memperlancar sirkulasi darah di perut, sehingga membantu

mengeluarkan gas.

k) Mengurangi nyeri

Pijatan yang lembut membantu tubuh melepaskan oksitosin dan

endorphin. Kedua hormon ini dapat membantu mengatasi

ketidaknyamanan yang dirasakan akibat nyeri tumbuh gigi dan hidung

tersumbat.
l) Meningkatkan percaya diri

Dengan melakukan pijat bayi, orang tua lebih mengenal bayinya.

Pijat bayi mampu mengurangi rasa gelisah soal perawatan anak.

Ketenangan ini membuat orang tua mampu menguasai keadaan dan

lebih percaya diri untuk merawat bayi.

m) Memahami kebutuhan bayi

Bayi mengeluarkan bahasa tubuh selama dipijat. Orang tua yang

melakukan pijat secara rutin lebih mengenal kondisi fisik bayi karena

dilakukan berulang-ulang. Orang tua lebih paham cara menghadapi

bayinya saat gelisah. (Heryani Reni, 2019)

4. Waktu yang tepat untuk pijat bayi

Waktu yang paling tepat dilakukan pijat bayi adalah pada saat bayi

menunjukkan respon siap untuk dipijat. Pijat bayi dapat dilakukan segera

setelah lahir sesuai dengan keinginan orang tua. Pemijatan dapat dilakukan

pada waktu-waktu berikut ini:

a) Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru

b) Malam hari, sebelum tidur. Waktu ini sangat baik untuk membantu bayi

tidur lebih nyenyak. (Akhiriyanti,EN dan Hainun Nisa, 2020).

5. Tindakan yang tidak di anjurakan

a) Memijat bayi langsung setelah makan

b) Memijat bayi khusus untuk pemijatan

c) Memijat bayi saat tidak sehat

d) Memijat bayi saat tidak mau dipijat


e) Memaksa posisi pijat tertentu pada bayi. (Heryani, Reni, 2019)
6. Persiapan Sebelum Pemijatan

a) Ruangan

Dibutuhkan ruangan yang nyaman, hangat, tidak ada lampu di atas

bagian kepala bayi, dan tidak bising.

b) Alat

1) Alas yang empuk dan lembut

2) Handuk atau lap, popok, dan baju ganti

3) Minyak untuk memijat (baby oil)

4) Air hangat, washlap, dan tisu.

c) Pemijat

1) Pemijat mencuci tangan sebelum memijat bayi dan pastikan kuku

pemijat harus pendek

2) Cincin, jam tangan, atau barang yang berpotensi melukai bayi

harus dilepas

3) Alat komunikasi sebaiknya diposisikan dalam mode silent atau

dimatikan

4) Usahakan terapis dalam kondisi fit. (Akhiriyanti,EN dan Hainun


Nisa, 2020).

7. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Pijat Bayi

a) Sebelum memijat, terapis harus melakukan pemeriksaan fisik terlebih

dahulu dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki, hal ini dilakukan

untuk memastikan bayi tidak memar ataupun luka.


b) Memandang mata bayi, disertai dengan pancaran kasih sayang

c) Pada saat melakukan treatment, usahakan terapis mengiringi dengan

menyanyikan lagu atau memutarkan lagu-lagu yang tenang/lembut.

d) Awali pemijatan dengan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap

menambahkan tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya

apabila terapis sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan

pemijatan yang sedang dilakukan.

e) Sebelum dilakukan pemijatan, lumurkan minyak yang lembut sesering

mungkin.

f) Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki bayi karena pada umumnya bayi

lebih menerima apabila dipijat pada saerah kaki.

g) Tanggap pada isyarat yang diberikan oleh bayi, bila bayi menangis

cobalah menenangkan bayi sebelum melakukan atau melanjutkan

pemijatan. Bila bayi menangis lebih kuat hentikan pemijatan sementara

karena mungkin bayi atau berharap untuk digendong, disusui atau

sudah sangat ingin tidur.

h) Hindarkan mata bayi dari oil massage.

i) Libatkan orang tua dalam proses pemijatan agar bayi lebih tenang dan

terjalin hubungan yang baik antara orang tua, bayi serta terapis.

j) Pijat bayi sebaiknya dilakukan oleh orang tua bayi sendiri, untuk

mempererat bounding.

k) Hindari memijat bayi setelah selesai menyusu atau setelah makan.

(Akhiriyanti,EN dan Hainun Nisa, 2020)


8. Prinsip Pemijatan Bayi

Prinsip pemijatan bayi disesuaikan dengan usia bayi, berikut ini hal

yang harus diperhatikan pada cara pemijatan sesuai dengan usia bayi :

1) Pada bayi usia 0 – 1 bulan, disarankan gerakan pemijatan lebih mendekati

usapan-usapan halus.

2) Pada bayi usia 1 – 3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan

tekanan ringan dalam waktu yang singkat. Dalam buku Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA), pada umur 3 bulan bayi bisa mengangkat kepala tegak ketika

tengkurap, tertawa, menggerakkan kepala ke kiri dan kanan, membalas

tersenyum ketika diajak bicara, mengoceh spontan atau bereaksi dengan

mengoceh, serta kenaikan berat badan bayi umur 3 bulan sebanyak 800

gram.

3) Pada bayi usia 3 bulan – 3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan

dengan tekanan dan waktu yang semakin meningkat.

Sebelum memulai tindakan pijat bayi (baby massage) penting bagi

orang tua atau terapis yang akan melakukan pijat bayi untuk memahami

dan melakukannya sesuai dengan prosedur. Berikut ini diuraikan teknik

pijat bayi:

a) Memohon izin dengan bayi

b) Melepaskan emosi

c) Doa bersama dengan bayi

d) Meletakkan bayi di perlak pada tempat yang rata 19

e) Mengatur posisi bayi dalam keadaan terlentang


f) Melepaskan baju bayi

g) Ambil minyak secukupnya kemudian gosok-gosokan di depan bayi

atau disamping telinga

1) Sentuhan awal. (Akhiriyanti,EN dan Hainun Nisa, 2020).

9. Langkah-langkah Pijat Bayi

a. Kepala

Pijat mengusap bagian kepala bayi ke arah belakang, mulai dari dahi sampai

ke puncak kepala. Selanjutnya tetap menggunakan ibu jari buatlah pijatan

lembut bergantian dari atas sampai ke belakang.

b. Dahi
Pijat dahi di lakukan dengan meletakkan kedua tangan pada pertengahan

dahi, usapkan dengan lembut mulai dari tengah ke arah samping kiri dan

kanan mengurut bagian dahi.

c. Alis

Letakkan kedua ibu jari sekitar alis mata dengan menggunakan ibu jari

bagian dalam sesuai arah ototnya. 20 Selanjutnya tetap menggunakan ibu

jari buatlah pijatan lembut bagian Kanan dan kiri.

d. Hidung
Letakkan kedua ibu jari pada pangkal hidung, pijat secara lembut melalui

tepi hidung ke arah pipi kiri dan kanan.

e. Bagian di atas mulut

Letakkan kedua ibu jari di atas mulut, tepat di bawah sekat hidung pijat

secara lembut kearah atas


f. Bagian di bawah mulut (Dagu)

Letakkan kedua ibu jari pada pertengahan dagu, pijat dengan lembut

ke arah samping kiri dan kanan

g. Rahang

Letakkan jari telunjuk di bagian rahang bayi, pijat dengan lembut dengan

gerakan membuat lingkar-lingkar kecil.

h. Telinga

Letakkan ibu jari di bagian atas daun telinga, dan jari telunjuk di bagian

bawah daun telinga, buat gerakan seolah-olah membersihkan daun telinga

(seperti saat berwudhu.

i. Dada

Letakkan kedua telapak tangan pada bagian dada bayi, gerakan kearah luar

tubuh bayi, sehingga telapak tangan yang terkatup secara perlahan terbuka

menghadap ke bawah, dan telapak tangan akhirnya menempa dan berjalan

di atas dadanya

j. Perut

Dengan teknik I love U, lakukan pijatan di perut sebelah kiri bayi

membentuk huruf I dari atas ke bawah, kemudian membentuk huruf L

dari bagian kanan atas ke bagian kiri. Lanjutkan ke bawah, lalu membentuk

huruf U dari perut Kanan bawah ke atas kemudian perut kiri atas ke bawah.

k. Tangan

Ambil salah satu lengannya dan lakukan gerakan terhadap lengan, gerakan

seperti memerah susu, mulai dari ketiaknya, terus hungga ke pergelangan


tangan. Kemudian pegang telapak tangannya, dan putar-putar secara

perlahan beberapa kali, ke arah kanan dan kiri, pindah ke lengan

satunyadan lakukan hal yang sama.

l. Kaki

Bagian ini merupakan bagian yang terbaik untuk memulai pijatan, karena

merupakan bagian yang paling tidak sensitif di antara bagian tubuh

bayi yang lain. Colek sedikit minyak, mulai pijat dengan kedua tangan

secara perlahan, mulai dari daerah paha, terua kebawah. Buatlah pijatan

secara bergantian antara tangan kanan meniru gerakan memerah susu,

pindah ke kaki sebelahnya dengan melakukan gerqkan yang sama.

m. Punggung

Tengkurapkan bayi, letakkan kedua telapak tangan di bawah leher bayi, pijat

dengan lembut dari arah punggung ke arah bokong bayi dengan kedua

tangan secara bergantian, kemudian lakukan secara terbalik, dari arah

bokong ke arah punggung bayi (Heryani, Reni, 2019).

D. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut

1. Kepmenkes No. 28 Tahun 2017 Pasal 20

1) Pelayanan Kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b

diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
2) Dalam memberikan pelayanan Kesehatan anak sebagaimana dimaksud

ayat (1), bidan berwenang melakukan :

a. Pelayanan neonatal esensial

b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah

d. Konseling dan penyuluhan

3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

meliputi inisiasi menyusui dini, pemotingan dan perawatan tali pusat,

pemberian suntikan vitamin K1, pemantauan tanda bahaya, pemberian

tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam

kondisi stabil dan tepat waktu ke fasilitas pelayanan kesehatannyang lebih

mampu.

4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :

a) Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan

nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi tekanan jantung.

b) Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi drngan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan menggunakan metode kangguru.

c) Menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering, dan

d) Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan

infeksi gonoroe (GO).


5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah

sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c meliputi kegiatan penimbangan

berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran tinggi badan,

stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang

balita dengan Kusioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP).

6) Konseling penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d

meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan

keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI Ekslusif tanda bahaya

pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang,

PHBS, dan tumbuh kembang. Salah satu stimulasi tumbung kembang yang

dapat diberikan adalah dengan stimulasi pijat bayi.

2. Standar pelayanan kebidanan

Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernapasan

spontan mencegah hipoksia skunder. Menemukan kelainan, dan melakukan

Tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah

dan melayani hipoksia.

Standar 15 : pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah

pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk

membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang

benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin

terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang Kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,

pemberian ASI, imunisasai dan KB.

E. Kerangka Teori

Keranka teori penelitian pada dasarnya merupakan ringkasan dari tinjauan

Pustaka untuk mengembangkan variable yang akan diteliti dalam konteks ilmu

pengetahuan yang akan diteliti (Notoadmojo, 2018). Berdasarkan tinjauan Pustaka

yang menggabungkan beberapa teori maka kerangka teori penelitian ini seperti

digambarkan pada diagram berikut :

Gambar 2. Kerangka Teori


sumber : Asmadi (2009), Fatimah Siti, L (2014), Hermanto & Subroto (2014), Ubaya
(2010)

Faktor yang mempengaruhi


waktu tidur:

1. Lingkungan
2. Aktivitas Fisik
3. Nutrisi
4. Penyakit
5. Stress pisikologis
6. Diet
7. Gaya hidup
8. Obat-obatan

Bayi yang mengalami 1. Farmakologis :


gangguan tidur: a. Obat tidur

1. Tidur malam ≤ 9 jam b. Obat penenang Lama waktu


2. Non farmakologis : tidur 13-15 jam
2. Frekuensi terbangun ≥ 3x
3. Lama terbangun ≥ 1 kali a. Pijat bayi

4. Tidur siang ≤ 4 jam b. Terapi relaksasi


F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu formulasi atau simplikasi dari kerangka teori

atau teori – teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh karena itu kerangka

konsep ini terdiri dari variabel – variabel serta hubungan variabel satu dengan yang

lain sehingga dapat mengarahkan peneliti menganalisis hasil penelitian

(Notoadmojo, 2018). Berdasarkan tinjauan Pustaka maka dibuat kerangka konsep

sebagai berikut:

Pijat bayi Intensitas tidur bayi

Gambar 3
Kerangka konsep

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah pernyataan tentang suatu yang diduga atau

hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara

empiris (Notoadmodjo, 2018). Hipotesis penelitian ini adalah ada peningkatan lama

waktu tidur bayi setelah dilakukan pijat bayi pada bayi usia 0-6 bulan di PMB.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

yakni mengumpulkan, Menyusun, mengolah, serta menganalisis data dalam

bentuk angka yang dalam praktiknya diberikan perlakuan tertentu yang diteliti

didalamnya.

Menurut (sugiyono, 2010) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai

metode yang berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, Teknik pengambilan sampel pada

umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan

untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Menurut (Sugiyono, 2010),

jenis penelitian digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu:

a. Penelitian menurut tingkat penjelasannya digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

dengan variabel lain.


2) Penelitian Komperatif

Penelitian komperatif adalah suatu penelitian yang bersifat

membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan variabel

mandiri tetapi untuk sampel lebih dari satu dalam kurun waktu berbeda.

3) Penelitian Asosiatif

Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh ataupun hubungan dua variabel atau lebih.

b. Penelitian menurut jenis data dan analisis digolongkan menjadi dua yaitu :

1) Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan maksud memperoleh

data yang berupa angka atau data kualitatif yang diangkakan.

2) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berbentuk kata, skema dan

gambaran atau dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandasan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai kunci

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara pureposive dan

snowball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasu (gabungan).

Berdasarkan pernyataan diatas pada penelitian ini menggunakan jenis

penelitian kuantitatif asosiatif. Karena data yang diperoleh dari angka yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu hubungan pijat

bayi dengan intensitas tidur bayi usia 0-6 bulan di PMB.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah studi komperatif. Menurut (sugiyono,2010)

komperatif merupakan suatu desain penelitian yang sifatnya membandingkan,


dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah lamanya tidur bayi, untuk

mengetahui intensitas tidur bayi.

Menurut (sugiyono, 2010) yang termasuk dalam metode kuantatif adalah

metode eksperimen dan survey. Oleh sebab itu metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode survey. Dimana menurut (sugiyono,2010) metode

survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah

(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan dalam pengumpulan data, misalnya

dengan mengedar kusioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya.

B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di PMB

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitiannya adalah bulan Februari 2024

C. Populasi, sampel dan sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di PMB berjumlah

30 bayi.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Sampel dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan yang sudah melakukan
kunjungan di PMB tahun 2024. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah teknik Total Sampling yaitu berjumlah 30 bayi. Pengambilan sampel

penelitian ini menggunakan keriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu yang bersedia menjadi responden

2) Bayi dalam keadaan sehat dan tidak demam

3) Bayi lahir normal

b. Kriteria ekslusi

1) Ibu yang tidak koperatif

2) Bayi yang sedang sakit

D. Definisi operasional

Tabel 2
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala ukur

1 Pijat Touch therapy atau wawancara kusioner 0 = Tidak Nominal

Bayi pemijatan adalah di pijat

salah satu tekhnik 1 = dipijat

yang

mengkombinasikan

manfaat fisik

sentuhan manusia

dengan manfaat

emosional seperti

ikatan batin
2 Lama Durasi tidur bayi wawancara kusioner 0 = lama Nominal

waktu yang dihitung pada tidur ≤9

tidur malam hari jam

1 = lama

tidur

≥9jam

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar

kusioner yang telah disediakan dan juga menggunakan data sekunder, yaitu data

yang diperoleh dari register bayi di PMB.

F. Etika Penelitian

Unsur penelitian yang tidak kalah penting adalah etika penelitian

(Nursalam, 2013). Ketika manusia digunakan sebagai peserta studi, perhatian harus

dilakukan untuk memastikan bahwa hak mereka dilindungi. Etik adalah system

nilai moral yang berkaitan dengan sejauh mana prosedur penelitian mematuhi

kewajiban professional, hukum, dan sosial kepada peserta studi. Tiga perinsip

umum mengenai standar prilaku etis dalam penelitian berbasis :beneficience

(berbuat baik), respect for human dignity (penghargaan terhadap martabat

manusia), dan justice (keadilan) (Polit & Beck, 2012).


Masalah etika yang harus di perhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan sebelum

penelitian dilakukan. Tujuan Informed Consent adalah agar subyek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek

penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Astriliya (2013). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 1-3 Hari
Diruang Neonatus RSIA Kirana Sidoharjo
Bidan, K., Mandiri, P., & Banjarbaru, B. P. M. U. (2016). 1 , 2 , * 1 2, 7(1), 39–45
Cahyaningrum (2013). Hubungan Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur
0-3 Bulan Di RB suko Asih Sukaharjo
D. I. S., & Setiawan, A. (2015). Pemberian Terapi Pijat Bayi Terhadap Kualitas
Tidur Bayi Pada Asuhan Keperawatan An. N Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut DI Ruang Melati RSUD Karanganyar
Dessy Lutfiasari, 2018. Efektivitas Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia
3-6 Bulan Di Posyandu Teratai
Keperawatan, J., Kesehatan, F. I., Keolahragaan, D. A. N., & Gorontalo, U. N.
(2015). Jurnal Yang Berjudul “Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas
Tidur Bayi Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo”
1, 1–18 Lamongan, K. (2014). No Title, 2(Xviii), 109–115
Lilik Mardiana, dkk(2014). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi
Usia3-6 Bulan Di Desa Munungrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Lamongan
Notoatmodjo. 2012.MetodologiPenelitian Kesehatan.Jakarta: RinekaCipta
Oleh, Ns Nie Made Aries Minarti (2012. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas
Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan DI Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar
Timur
Pijat, D., Minggu, B., Di, S., & Baby, F. (2017). No Title
Pijat, E., Terhadap, B., Tidur, K., Di, B., & Surakarta, K. B. (2016). INFOKES ,
VOL 6 NO 2 , November 2016 ISSN : 2086 - 2628, 6(2), 1–4
Riksani, Ria. 2012.CaraMudah dan Aman Pijat Bayi.Jakarta: Dunia Sehat
Roesli, Utami. 2010.Pedoman Pijat Bayi.Jakarta: PT. Trubus Agriwidya
Soedjatmiko.2006.PijatBayi,seberapapenting?http//www.republika.com.
Wahyuni, A. 2008. BAB II Tinjauan Pustaka (http://diglib.unimus.ac.id/files/disk1
/III/jtptunimus-gdl-liariadian-5513-3-)

Anda mungkin juga menyukai