Alvia ( 022021001)
Andini (022021003)
Rabiatul Hayati (022021006)
Audi Lestari (022021012)
Puja dan puji syukur kehadirat tuhan yang maha kuasa, karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Terapi
Komplementer dan baby spa" dengan baik tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini di
susun guna memenuhi tugas Ibu selaku dosen Ibu Andi sufiani S.ST.,M.Keb. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
“Terapi Komplementer dan baby spa”.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.Demikian yang bisa kami sampaikan,
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang intens yaitu
sampai usia 12 bulan (Dewi, 2018).(Akbar and Thamrin, 2022). Periode ini dikenal
sebagai zaman keemasan. Pada saat yang sama, periode ini sangat singkat sehingga
merupakan tahap perkembangan yang penting. Termasuk dalam 1000 hari pertama
kehidupan (Kemenkes, 2017). Bayi merupakan komoditas berharga bagi pertumbuhan
ekonomi nasional dan pembangunan berkelanjutan karena bayi mewakili harapan
hidup keluarga dan bangsa (Ritcher et al. 2016). Menurut World Health Organization
(WHO), peningkatan masalah pertumbuhan dan perkembangan anak yang terkait
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak biasanya dimulai dengan kelahiran bayi
cukup bulan, tetapi dapat menyebabkan kekurangan gizi, keterlambatan sosial dan
motorik. perubahan yang menyertai pertumbuhan dan perkembangan anak Anda.
WHO (2020) juga melaporkan prevalensi tertinggi di kawasan Asia
Tenggara/Tenggara (SEAR).
penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan gangguan pertumbuhan
lebihrentan terhadap penyakit tidak menular, penyakit menular, dan
keterlambatanperkembangan dibandingkan bayi yangsehat (Heidari-Beni, 2019).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanganantaralain faktor internal
dan eksternal. Salahsatu faktor eksternal adalahfaktorstimulus (Soetjiningsih, 2017).
Sehingga perlu diketahui beberapa hal yang harus diketahui mengenai bayi.
Diantaranya seperti Bayi tidur, masa transisi, bayi terbangun, isyarat menerima,
isyarat menolak, rooting reflex, sucking reflex, reflex moro, asymmetric tonic neck
reflex, reflex mengenggam, reflex plantar dan babinski hingga stepping reflex.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan bayi tidur ( Sleep State)?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan Masa Transisi (Drowsy) ?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan bayi Terbangun (Awake State)?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Isyarat Menerima (Engangement State)?
5. Bagaimana yang dimaksud denga Isyarat menolak ( Di Sengagment Statee)?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan Rootng reflex?
7. Bagaimana yang di maksud dengan Sucking Refleks?
8. Bagaimana yang dimaksud dengan Refleks Moro?
9. Bagaimana yang dimaksud dengan Assymmetric tonic Neck Refleks?
10. Bagaimana yang dimaksud dengan Refleks Menggenggam?
11. Bagaimana yang dimaksud dengan reflex plantar dan babinski?
12. Bagaimana yang dimaksud dengan Stepping Refleks?
C. Tujuan
Untuk mengetahui hal-hal yang terjadi pada Bayi yang berkaitan dengan terapi
komplementer dan baby spa.
\
BAB II
Kajian Teori
A. Bayi Tidur ( Sleep State )
a. Definisi
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, baik untuk kebutuhan
fisik maupun untuk kebutuhan mental. Pada saat tidur terjadi proses memperbaiki
kembali organ-organ tubuh.
Menurut seorang pakar kesehatan, tidur memiliki peran ganda bagi bayi, yatu
memberikan kesempatan untuk mengistirahatkan tubuh dan meningkatkan proses
metabolisme, yakni proses pengolahan pangan menjadi energy yang dibutuhkan.
Pada fase bayi pertumbuhan sel-sel saraf belum sempurna sehingga sehingga
diperlukan waktu tidur yang berkualitas dan sehat untuk perkembangan saraf,
pembentukan sinaps serta pelepasan 75% hormone pertumbuhna pada saat bayi
tidur.
Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap lingkungannya. Kualitas
tidur bayi dilihat dari kemampuan bayi untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan ulasan lainnya bayi dikatakan
mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang dari 9 jam,
terbangun lebih dari 3 kali, dan lamanya terbangun lebih dari 1 jam. Selama tidur
bayi terlihat rewel, sering menangis, dan sulit untuk memulai tidur kembali.
World Helath Organization (WHO) yang dicantumkan dalam jurnal pediatric,
tercatat sekitar 33 bayi mengalami masalah tidur.
Dalam sebuah penelitian lainnya disampaikan, didapatka hasil 32% ibu
melaporkan terdapat kejadian berulang masalah tidur pada bayi mereka,
gangguan kualitas tidur pada bayi dapat berdampak buruk bagi perkembangan
fisik dan kognitifnya.
b. Hubungan Waktu tidur dengan pengaruhnya
Kualitas tidur bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya faktor
lingkungan, penyakit, obat-obatan, kelelahan, stress dan nutrisi. Mengatakan
bahwa kualitas tidur bayi sangat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
bayi. Dimana bayi dengan kualitas tidur yang baik maka akan memiliki
perkembangan yang baik pula, bayi yang aktif dan tumbuh normal biasanya
mempunyai waktu tidur yang baik. Membiasakan bayi yang tidur siangnya cukup
maka akan meningkatkan kecerdasan otak bayi, namun perlu diperhatikan juga
jangan membiasakan bayi untuk tidur pada sore hari karena dapat menyebabkan
bayi rewel pada malam hari.
Pada awal masa kelahiran bayi kerap menangis sepanjang malam hinga pagi
hari.Kondisi ini membuat bai yang mengalami kurang tidur akan mengakibatkan
penurunan kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan, perkembangan fisik, dan
mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang otak bayi. Masalah tidur yang
dialami bayi dan kejadian tersebut bisa menetap ataupun terulang kembali.
Beberapa bayi tidur selama 22 jam per hari, bayi lain tidur selama 12 sampai 14
jam perhari. Sekitar 20% - 30% tidur adalah tidur REM. Pertama-tama, bayi
terbangun setia[ tiga sampai empat jam, makan, dan kemudian tidur kembali. Pada
bulan keempat, sebagian besar bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola
tidur siang yang bervariasi pada setiap individu.
Adapun kebutuhan tidur bayi berdasarkan usia meliputi(kemenkes) :
Usia 0-1 bulan, umumnya membutuhkan tidur 14-18 jam setiap hari
Usia 1-18 bulan, waktu tidurnya 12-14 jam setiap hari termasuk tidur
siang. Tidur cukuo akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang
bayi dan normal
Usia 3-6 tahun, pada usia anak menjelang masuk usia sekolah ini,
mereka membutuhkan waktu unutk tifur 11-13 jam, termasuk tidur
siang. Menurut penelitian, anak usia di bawah 6 tahun yang kurang
tidur, akan cenderung obesitas di kemudian hari.
Dari beberapa ulasan diatas tentunya pentingnya kualitas tidur bayi menjadi
sebuah hal yang wajib dipenuhi. Kualitas tidur merupakan mutu atau keadaan
fisiologis tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang dapat
memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangn. Jika
kualitas tidurnya bagus artinya fisiologis tubuh saat seseorang bangun tidur
menjadi pulih kembali. Ciri-ciri bayi yang cukup tidur yaitu, ia akan dapat tertidur
dengan mudah pada malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel dan tidak
memerlukan waktu tidur siang yang lama.Tidur yang tidak adekuat dan kualitas
tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan
psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktif itas sehari-hari, rasa letih,
lemah, koordinasi neuromuscular buruk, proses penyembuhan lambat dan daya
tahan tubuh menurun. Sedangkan dampak psikologinya meliputi emosi menjadi
labil, cemas dan tidak berkonsentrasi.
B. Masa Transisi (drowsy)
1. Definisi
Masa transisi adalah masa perubahan dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan
luar rahim. Masa transisi ini terbagi tiga :
Periode rektivitas pertama
Dimulai pada saat bayi lahir dan berlangsung selama 30 menit. pada saat
tersebut jantung bayi baru lahir berdenyut cepat dan denyut tali pusat terlihat.
Warna bayi baru lahir memperlihatkan sianosis sementara atau akrosianosis.
Adanya mukus biasanya akibat keluarnya cairan paru yang tertahan. Mukus
ini encer, jernih dan mungkin memiliki gelembunggelembung kecil. Selama
periode reaktivitas pertama lahir, mata bayi baru lahir terbuka dan bayi
memperlihatkan perilaku terjaga. Bayi mungkin menangis, terkejut atau
mencari puting ibu. Bayi menunjukkan peningkatan tonus otot dengan
ekstremitas atas fleksi dan ekstremitas bawah ekstensi. Bayi seringkali
mengeluarkan fases segera setelah lahir dan bising usus biasanya muncul 30
menit setelah bayi lahir, bising usus menunjukkan sistem pencernaan mampu
berfungsi.
Periode tidur
Tahap kedua transisi berlangsung dari sekitar 30 menit setelah kelahiran bayi
sampai 2 jam. Frekuensi jantung bayi baru lahir menurun selama periode ini
hingga kurang dari 140 kali/menit. Murmur dapat terdengar; ini semata-mata
merupakan indikasi bahwa duktus arteriousus tidak sepenuhnya tertutup dan
tidak dipertimbangkan sebagai temuan abnormal Frekuensi pernapasan bayi
menjadi lebih lambat dan tenang. Bayi berada dalam tahap tidur nyenyak.
Bising usus ada namun kemudian berkurang. Tidur nyanyak yang pertama
memungkinkan bayi baru lahir pulih dari tuntutan kelahiran dan transisi
segera ke kehidupan ekstrauteri. (Varney, 2008; hal.890)
Periode reaktifitas kedua
Selama periode reativitas kedua (tahap ketiga transisi), dari usia sekitar 2
jam sampai 6 jam, frekuensi jantung bayi labil dan perubahan warna menjadi
dengan cepat, yang dikaitkan dengan stimulus lingkungan. Frekuensi
pernafasan berfariasi dan bergantung aktivitas. Frekuensi nafas harus tetap
dibawah 60 kali/menit dan seharusnya tidak ada lagi reles atau ronki. Bayi
baru lahir mungkin tertarik untuk makan dan harus didorong untun menyusu.
Pemberian makanan segera sangat penting untuk mencegah hipoglikemia
dan dengan menstimulasi pengeluaran fases, pencegahan ikterus. (Varney,
2008; hal.890)
C. Bayi Terbangun
1. Definisi
Normalnya, bayi akan tertidur lebih lama pada malam hari dan akan terbangun
pada pagi hari. Namun, sebagian bayi memiliki kendala unutk mendapatkan tidur
yang nyenyak sepanjang malam dan sering terbangun di malam hari. Hal ini biasa
dinamakan dengan Sleep reression. Sleep regression bisa terjadi pada masa
perkembangan otak bayi yang pesat. Tahapan ini akan menganggu kadar hormone
yang mengatur siklus tidur di otak bayi, sehingga menyebbakan sleep regression.
Walau tidak selalu menangis, bayi yang terbangun di malam hari tetap
mebutuhkan perhatian.
2. Penyebab bayi terbangun
a. Lapar
Salah satu tanda bayi lapar adalah terbangun ketika ia sedang tidur. Malahan,
menangis sebenarnya adalah tanda bahwa ia sudah sangat lapar. Agar tidak
serig terbangun pada malam hari perlu di perhatikan waktu menyusu
khususnya malam hari.
b. Popok Penuh
Tentunya popok yang sudah penuh menimbulkan rasa tidak nyaman bagi si
bayi sehingga ia aka terbangun dan menangis. Oleh karena itu penting untuk
mengecek popoknya secara berkala khususnya jika ia sering menyusu tiap 2-3
jam sekali.
c. Siklus tidur yang belum teratur
Tidak semua bayi memiliki siklus tidur yang teratur, terutama bayi baru lahir.
Bayi yang baru lahir umumnya belum bisa mengenal perbedaan pagi dan
malam, sehingga mereka bisa saja terbangun pada malam hari dan terlelap lagi
di pagi hari tanpa alasan. Oleh karena itu penting untuk mengenalkan
perbedaan waktu padanya dengan melakukan beberapa aktivitas rutin sebelum
tidur, misalnya mematikan lampu, meyusui, attau menyanyikan lagu.
d. Sakit
Ketika meras tidak nyaman dengan kondisi tubunya misalnya karena sedang
sakit, tumbuh gigi atau demam setelah imunisasi, bayi bisa saja terbangun di
malam hari dan menjadi rewel. Ini adalah hal yang normal terjadi pada bayi.
Dan sangat penting untuk mengetahui penyebab sakit pada si kecil.
Bayi dari usia sekitar enam bulan dapat mulai mempelajari tanda-tanda dasar,
yang mencakup objek dan seperti haus, susu, air, lapar, mengantuk, dot, lebih, panas,
dingin, bermain, mandi, dan boneka beruang. Orang tua mengatakan bahwa isyarat itu
bermanfaat dan membantu ikatan karena kebutuhan untuk melakukan lebih banyak
kontak dan sentuhan.
D. Isyarat menolak (Di Sengagment statee)
Bayi biasanya akan melakukan komunikasi dengan menggunakan anggota tubuh
dan juga mimic wajah, tetapi orang tua kadang tidak menyadari hal tersebut. Salah
satu hal yang membuat orang tua frustasi adalah mereka tidak dapat mengenali
keiginan dan kebutuhan sang bayi, seperti apakah ia merasa lapar, suasana tidak
nyaman atau merasa sakit. Untuk memahami isyarat yang diberikan bayi adalah
sebagai berikut :
1. Tatapan menolak
Bayi terkadang melakukan istirahat dari aktivitas kontak mata sehingga
memalingkan mukanya. Sekitar usia dua bulan, bayi kadang memutar kepalanya
kesamping. Bermain dengan jari tangan dan kakinya tau bahkan menangis. Hal
ini biasanya dilakukan untuk memutuskan dengan orang dewasa.
2. Peniru wajah
Pada usia 3-4, kebanyakan bayiakan belajar untuk meniru ekspresi wajah seperti
takut, ekspresif dan sedih. Kemudian saat usia Sembilan bulan jika melihat orang
asing maka ia akan melihat ekspresi ibunya. Jika ibunya tertawa maka ia pun
akan tertawa, tapi jika ibunya menunjukkan ekspresi tertekan maka ia akan
menagis dan menempelpadaibunya. Untuk itu jika orang tua merasa stress atau
tertekan, sebaiknya tidak menujukan wajah tersebut didepan sang bayi. Karena
bayi biasanya akan jauh merasa stress dibandingkan dengan ibunya. Usahakan
untuk tersenyum atau memberikan sentuhan halus pada sang bayi agar ia tetap
merasa senang.
3. Bayi tidak mau menyusu
Jika tiba-tiba bayi menolak untuk menyusu, bisa jadi ia sedang mengalami
nursing strike atau tidak mau menyusu, sebagai ibu memberikan asi eskulsif,
mogok menyusu bisa sangat menguras emosi dan fikiran.
Penyebab bayi tidak mau menyusu :
a) Merasa sakit atau tidak nyaman
Perasaan sakit atau tidak nyaman juga menjadi salah satu penyebab bayi
tidak mau menyusu. Hal ini disebabkan oleh gigi yang tumbuh, sariawan,
atau herpes simpleks yang menyebabkan mulut terasa sakit saat menyusu.
Refleks ini mungkin normal pada anak-anak hingga usia 2 tahun.kadang-kadang bisah
berakhir setelah 12 bulan.jika tanda Babinski masih terlihat diluar itu,kemungkinan
itu menunjukkan masalah neurologis.Refleks Babinski tidak pernah menjadi temuan
normal pada orang dewasa.
3. Kondisi yang mempengaruhi reflex babinski
Pada anak di bawah 2 tahun yang lahir dengan cacat intelektual atau kondisi
mental lainnya,refleks Babinski dapat ditahan untuk jangka waktu yang lama dan
tidak normal.pada anak di bawah 1-2 tahun,jika refleks Babinski atau tanda
Babinski positif terjadi pada anak diatas usia 2 tahun,ini dapat menunjukkan
kondisi neurologis yang mendasarinnya,misalnya gangguan system saraf,atau
gangguan otak.hal ini termasuk:
Lesi neuron motoric atas
Cerebral palsy
Stroke
Cedera otak atau tumor otak
Tumor atau cedera sumsusm tulang belakang
Multiple sclerosis(MS)
Meningitis
4. Kontraindikasi
Satu-satunya kontraindikasi untuk melakukan refleks Babinski adalah lesi(seperti
infeksi) di area kaki yang terkena yang menghalangi kinerja refleks yang
efekif.dalam situasi seperti itu salah satu metode alternative untuk memunculkan
respins dapat dilakukan.
K. Stepping Refleks
1. Definisi
Stepping refleks dikenal dengan istilah walking atau dance reflex,karna
gerakannya menyerupai orang yang sedang berjalan atau menari.refleks ini terjadi
ketika tubuh bayi diangkat dan kakinya menyentuh permukaan padat,seperti tanah
atau lantai. Stepping refleks adalah salah satu dari sekian banyak gerakan refleks
yang dilakukan bayi ketika belajar menyesuaikan diri dengan dunia baru mereka
diluar Rahim. Stepping refleks atau refleks adalah gerakan refleks bayi baru lahir
ketika digendong menghadap kedepan dan kakinya menyentuh permukaan datar,ia
akan menggambil langkah seolah-oah berjalan.
Stepping refleks dimulai sejak bayi baru lahir.biasannya dokter ataau bidan
dirumah sakit akan mengujinya pada pemeriksaan pertama bayi yang baru
lahir.Refleks ini biasanya tidak berlangsung lama.ketika bayi menginjak usia 2
bulan,biasannya refleks ini akan menghilang.refleks ini menghilang karna dari
usia 2 bulan hingga 8 bulan,bayi mendapatkan lebih banyak lemak dari pada
otot,sehingga membuatnya lebih sulit untuk mengangkat kakinya.Begitu otot-
ototnya semakin kuat seiring bertambahnya usia,stepping refleks akan muncul
kembali saat sikecil memeliki kekuatan untuk mengangkat kakinya saat dia berdiri
dan siap untuk belajar jalan.
2. Manfaat Stepping reflex pada Bayi
Sama seperti rooting refleks dan sucking refleks,stepping refleks merupakan
bentuk upaya bayi untuk mendapatkan sumber makanan.refleks ini membantu
bayi merangkak ke payudara mama ketika diletakkan diperut mama setelah
lahir.oleh karna itu,refleks ini memainkan peran penting dalam inisiasi
menyusui.tetapi,selaian sebagai bentuk upaya bayi untuk mendapatkan sumber
makanan,refleks ini juga berfungsi sebagai persiapan sikecil untuk langkah
pertamanya saat belajar berjalan dikemudian hari.
Gerakan refleks pada bayi baru lahir adalah salah satu cara dokter mengetahui
apakah otak dan system saraf bayi bekerja dengan baik atau tidak.Jika sikecil
tidak menunjukkan refleks melangkah,mungkin ia sedang rewel atau
kelelahan.bisah juga sikecil memiliki refleks melangkah,tetapi sulit untuk terlihat
karna gerakannya sangat kecil.Jika sikecil menunjukkan refleks
melangkah,cobalah untuk mengguji refleksnya lagi dalam beberapa hari,jika bayi
menunjukkan refleks elangkah yang lemah atau tidak ada sama
sekali,konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih
lanjut.Tidak adanya refleks melangkah atau refleks lainnya pada bayi bisah
menjadi pertanda adanya masalah dasar dengan system saraf pusat (SPP).risiko ini
mungkin lebih tinggi dalam kasus bayi premature. Namun jika bayi menunjukkan
pencapaian yang sehat dari tahapan perkembangan kognitif,fisik,dan
sosialnya,tidak adanya refleks melangkah mungkin tidak terjadi masalah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi adalah manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat disertai
dengan perubahan dalam kebutuhan gizi. Bayi juga merupakan individu yang
lemah dan memerlukan proses adaptasi. Bayi harus dapat melakukan 4
penyesuaian agar dapat tetap hidup yaitu penyesuaian perubahan suhu,
menghisap dan menelan, bernafas dan pembuangan kotoran. Kesulitan
penyesuaian atau adaptasi akan menyebabkan bayi mengalami penurunan
berat badan, keterlambatan perkembangan bahkan bisa sampai meniggal dunia