Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik,

mental, dan social yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau

kelemahan saja (Mansjoer, 1999).

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Disamping itu

kesehatan yang merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, kesehatan

perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman

yang merugikan (Nursalam, 2003).

Hampir sepertiga waktu dari kita, kita gunakan untuk tidur. Hal

tersebut di dasarkan pada keyakinan bahwa tidur dapat memulihkan atau

mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas, mengurangi stres dan

kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat

hendak melakukan aktivitas sehari-hari (Hidayat, 2006).

Menurut Stuart & Sundeen dalam Yosep (2009), Gangguan tidur

biasa terjadi pada masyarakat umum dan seseorang dengan kelainan psikiatri,

insomnia merupakan gangguan yang sering terjadi. Perilaku lain termasuk

rasa mengantuk yang berlebihan pada siang hari, sulit tidur pada waktu tidur

yang diinginkan, dan biasanya pada malam hari mengalami mimpi buruk.

1
2

Tidur merupakan suatu keadaan yang berulang – ulang, perubahan

status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh

tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih (Potter & Perry,

2005). Namun bagi bayi, tidur memiliki manfaat yang sangat besar untuk

tumbuh kembangnya. Pertama untuk memberi kesempatan mengistirahatkan

tubuh. Kedua, untuk memberi kesempatan meningkatkan proses metabolisme,

yakni proses pengolahan pangan menjadi energi yang dibutuhkan. Saat tidur

pertumbuhan fisik bayi akan terpacu. Dengan begitu, lama tidaknya tidur bayi

berkait erat dengan pertambahan berat badan, tinggi badan, dan kesehatan

fisiknya secara umum. Bayi yang tidurnya kurang biasanya pertumbuhan

fisiknya tak sebagus bayi yang tidurnya cukup.

Manfaat lain dari tidur juga bisa disimak dari sebuah penelitian yang

dilansir di London tahun 1998. Penelitian tersebut mengungkap bahwa bayi

yang banyak tidur, perkembangan otaknya akan optimal. Mengapa demikian?

Aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh kembang

otak. Hal ini bisa dimengerti karena 75% hormon pertumbuhan dikeluarkan

saat anak tidur. Khususnya pada stage ketiga dan keempat tahapan tidur.

Hormon pertumbuhan inilah yang bertugas merangsang pertumbuhan tulang

dan jaringan. Selain itu hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh

memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit,

sel darah sampai sel saraf otak. Nah, proses pembaruan sel ini akan
3

berlangsung lebih cepat kalau si bayi sering terlelap (dr. Jo. Edy Siswanto,

Sp.A.(2009) diambil hari selasa 14 desember 2010).

Dari survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Januari

2011, didapatkan sebanyak 7 orang ibu di RT. 01 Karang Asam Ilir yang

memiliki bayi yang berusia 0 – 12 bulan mengatakan kurang mengerti tentang

jumlah kebutuhan tidur bayinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat di

rumuskan masalah “ Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Kebutuhan Tidur Bayi Usia 0 – 12 Bulan di RT 01 Kelurahan Karang Asam

Ilir ”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kebutuhan tidur

bayi usia 0 – 12 bulan di RT 01 Kelurahan Karang Asam Ilir.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu akan

kebutuhan tidur bayi usia 0 – 12 bulan di RT 01 Kelurahan Karang

Asam Ilir.
4

b. Mengidentifikasi tentang kebutuhan tidur bayi usia

0 – 12 bulan di RT 01 Kelurahan Karang Asam Ilir.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan sumbangsih landasan keilmuan bagi profesi

keperawatan khususnya wawasan dan pengetahuan terhadap tingkat

pengetahuan ibu tentang kebutuhan tidur bayi usia 0 – 12 bulan.

2. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dan penambah wawasan serta pemahaman

peneliti terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang kebutuhan tidur bayi

usia 0 – 12 bulan.

3. Bagi Responden Penelitian

Meningkatkan pengetahuan responden tentang kebutuhan tidur

bayi usia 0 – 12 bulan.

Anda mungkin juga menyukai