Anda di halaman 1dari 19

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN

ASI EKSLUSIF BERKAITAN DENGAN STATUS GIZI BAYI


USIA 0-24 BULAN DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
SONDER KECAMATAN SONDER

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

REKA LESTARI POLUAN

NIM: 1714201149

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-
bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan
menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan
fungsi traktus digestifus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi, serta
menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal. ASI tidak akan menganggu
sistem dalam tubuh bayi yang belum dapat bekerja dengan sempurna seperti
pada orang dewasa. ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan
terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi
yang dibutuhkan dan proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI
terdiri atas 87% air, 700 kalori/liter, 1,2% protein, 3,8 % lemak dan 7,0%
laktosa serta sejumlah vitamin, mineral, dan gizi. Berbagai zat kekebalan juga
terkandung didalamnya, seperti immunoglobin, lisosim, dan ASI juga
menekan pertumbuhan bakteri usus (Prita,2009). Terkait itu, ada suatu hal
yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan
masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program
pemberian ASI Ekslusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono,2009)
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak,
United Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization
(WHO) merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu (ASI)
selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan
sesudah anak berumur enam bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai
anak berumur dua tahun (WHO,2005). Pada tahun 2003, pemerintah
Indonesia mengubah rekomendasi lamanya pemberian ASI Ekslusif dari 4
bulan menjadi 6 bulan.
Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu menyusui ekslusif, menyusui sesuai predominan, dan
menyusui parsial sesuai definisi WHO.
Menyusui ekslusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, selain menyusui ( kecuali obat-obatan dan vitamin
atau mineral tets, ASI perah juga diperbolehkan ). Pada Riskesdas 2010,
menyusui ekslusif adalah komposit dari pertanyaan: bayi masih disusui,sejak
lahir tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI, selama
24 jam terakhir bayi hanya disusui (tidak diberi makanan selain ASI).
Beberapa peraturan hukum terkait ASI ekslusif yaitu diantaranya UU
Nomor 36/2009 tentang Kesehatan Pasal 128 ayat 2 dan 3 disebutkan bahwa
selama pemberian ASI, pihak keluarga, pemerintah daerah dan masyarakat
harus mendukung ibu secara penuh dengan dengan penyediaan waktu dan
fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diadakan ditempat kerja dan tempat sarana umum. Peraturan pemerintah
Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekslusif ,
pasal 6 “ Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Ekslusif kepada
bayi yang dilahirkannya “.
Pada tahun 2012 telah diterbitkan peraturan pemerintah tentang
pemberian ASI Ekslusif (PP Nomor 33 Tahun 2012). Dalam PP tersebut
diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam
pengembangan program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan
daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan pengawasan
terkait program pemberian ASI Ekslusif. Menindaklanjuti PP tersebut, telah
diterbitkan PermenKes nomor 15 tahun 2013 tanggal 18 februari 2013
tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah
ASI dan Permenkes nomor 39 tahun 2013 tanggal 17 mei 2013 tentang Susu
Formula bayi dan produk lainnya. Dalam rangka mendukung keberhasilan
menyususi, sampai tahun 2013, telah dilatih sebanyak 4.314 orang konselor
menyusui dan 415 fasilitator pelatihan konseling menyusui. Cakupan
pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bergluktuatif. Hasil survei demografi
dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan cakupan ASI ekslusif bayi
0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukkan kenaikan yang bermakna menjadi
42% pada tahun 2012.
Menurut data WHO (2016), cakupan ASI Ekslusif diseluruh dunia
hanya sekitar 36% selama periode 2007-2014. Secara nasional berdasarkan
data profil kesehatan Indonesia tahun 2017, dilaporkan bahwa cakupan bayi
mendapat ASI Ekslusif sebesar 61,33%. Angka tersebut sudah melampaui
target renstra tahun 2017 yaitu 44% presentase tertinggi cakupan pemberian
ASI Ekslusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%), sedangkan
presentase terendah terdapat pada papua (15,32%). Ada lima provinsi yang
belum mencapai target renstra tahun 2017, salah satu diantaranya adalah
Sulawesi Utara yaitu hanya 36,93% (Profil kesehatan RI,2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, maka dirumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu
Tentang pemberian ASI Ekslusif Berkaitan dengan Status Gizi Anak Usia 0-
24 Bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder kecamatan Sonder”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan Ibu tentang pemberian
ASI Ekslusif berkaitan dengan status gizi anak usia 0-24 bulan di wilayah
kerja UPT Puskesmas Sonder kecamatan Sonder.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif
b. Untuk mengetahui gambaran Status Gizi bayi usia 0-24 bulan
c. Untuk menganalisa Gambaran Pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif
berkaitan dengan Status Gizi bayi usia 0-24 bulan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi
perpustakaan dan menjadi data awal bagi peneliti selanjutnya
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemberian
ASI Ekslusif berkaitan dengan Status Gizi Bayi 0-24 bulan. Dan sebagai
penerapan ilmu yang telah didapatkan di pendidikaan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu istilah uang pergunakan untuk
menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang
menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui
dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui.
Oleh karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subjek yang
mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang
merupakan sesuatu yang dihadapi. Jadi bisa dikatakan pengetahuan
adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu,atau segala perbuatan
manusia untuk manusia untuk memahami suatu objek tertentu
(Surajiyo,2008).
Secara umum pengetahuan dapat diartikan suatu informasi yang
telah diketahui berdasarkan atas seseorang. Pengetahuan sendiri tidak
memiliki batas baik pada segi deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip
serta prosedur.
Notoadmjo (2002), Mendefenisikan pengetahuan berupa ide atau
hasil dari sebuah aktifitas atau prilaku manusia yang telah terjadi setelah
penginderaan dari objek tertentu, teori ini pun sama halnya yang
dikatakan oleh locke.
Keraf (2001), Menuturkan bahwasanya pengetahuan merupakan
buah pikir, ide, gagasan, konsep, serta pemahaman manusia, yang
kemudian mengambil insiatif untuk berbagi pengetahuan dengan
ber4bagai metode seperti : (1) pola, dan (2) jenis yang di lukiskan dalam
beberapa uraian.
Onny S.Prijono Pengetahuan dapat di artikan yang mana di
dapatkan dari nilai karena terbiasa dari orang-orang tersubut dalam
mengembangkan rasa kengintahun.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
(Notoadmodjo,2012)
a. Tingkat Pendidikan
Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal
yang sangat pokok. Tingkat pendidikan dapat menghasilkan suatu
perubahan dalam pengetahuan.
Berdasarkan indikator kesejahteraan rakyat (2007),
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, jenjang pendidikan formal
terdiri atas:
1) SD
2) SMP
3) SMA
4) Perguruan Tinggi
b. Informasi
Dengan kurangnya informasi tentang cara mencapai hidup
sehat,cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit akan
menurunkan tingkat pengetahuan seseorang tentang hal tersebut
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasi baru akan disaring kira-kira sesuai tidak
dengan budaya yang ada dan agama yang dianut
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan tingkat
pendidikan seseorang, maksudnya pendidikan yang tinggi
pengalaman akan lebih luas sedangkan umur semakin bertambah.
3. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006), Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu :
a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar >70% dari seluruh
pertanyaan
b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 60-69% dari
seluruh pertanyaan
c. Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari
seluruh pertanyaan
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
pengetahuan atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur
dari subjek penelitian atau responden (Notoadmodjo,2012). Disini
peneliti melakukan pengukuran pengetahuan menggunakan koesioner
dengan skala Guttman, skala pengukuran dengan tipe ini,akan di dapat
jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau
tidak, positif atau negatif, dan lain-lain. Bila pertanyaan dalam bentuk
positif maka jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai
0,sedangkan bila pertanyaan dalam bentuk negatif maka jawaban benar
diberi nilai 0 dan salah diberi nilai 1.
B. ASI Ekslusif
1. Definisi ASI Ekslusif
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI atau air susu saja selama 6
bulan pertama kehidupan bayi. Sesuai dengan namanya yang ekslusif,
ASI diberikan kepada bayi tanpa adanya pendamping makanan lain. Bayi
benar-benar hanya mendapat asupan gizi dari ASI selama kurun waktu 6
bulan itu. Sesudahnya, hingga mencapai usia 2 tahun, bayi boleh
mendapatkan makanan tambahan lain selain ASI. Walaupun program
ASI ekslusif ini sudah digalakkan pemerintah, tetapi masih banyak Ibu
yang tidak melakukannya. Banyak ibu yang tetap memilih memberikan
susu formula karena berbagai mitos yang salah.
Berhasil tidaknya pemberian ASI ibu dapat dinilai dengan
mengamati pertumbuhan bayi. Pertumbuhan dapat diamati melalui
penimbangan bayi yang teratur,yang hasilnya dicatat melalui kartu
menuju sehat (KMS). Kenaikan berat badan sebanyak 800 gram/bulan
selama 6 bulan pertama atau kenaikan berat badan menjadi 2 kali lipat
pada akhir bulan kelima,merupakan tanda pertumbuhan yang
memuaskan. Untuk itu para ibu yang sedang menyusui bayinya supaya
produksi ASI tetap dapat dipertahankan, maka harus makan lebih banyak
dari biasanya. Selain energi, maka tambahan protein dan kalsium
dibutuhkan oleh ibu untuk menambah produksi ASI. Minum susu 1 atau
2 gelas sehari sangat dianjurkan.
2. Manfaat Asi Ekslusif
1. Aspek Gizi
ASI memiliki keunggulan-keunggulan seperti dibawah ini :
a. Kandungan gizi lengkap
b. Mudah dicerna dan diserap oleh tubuh
c. Mengandung lipase untuk mencerna lemak
d. Meningkatkan penyerapan kalsium
e. Mengandung zat kekebalan tubuh (imunitas)
f. Air susu ibu mengandung zat antibodi yang bisa melawan segala
bakteri dan virus
2. Aspek Psikologis
Pemberian ASI pada bayi, memberikan dampak positif secara
psikologis, seperti:
a. Mendekatkan hubungan ibu dan bayi
b. Bayi merasa aman dan dilindungi
c. Mengembangkan dasar kepercayaan atau basic sense of
trust,antara ibu dan bayi
3. Aspek KB
Dengan memberikan ASI Ekslusif,seorang ibu bisa menunda
kembalinya kasuburan. ASI ekslusif bisa berpengaruh kepada
kehamilan karena bisa menghambat ovulasi, Manfaat pemberian ASI
ekslusif bagi ibu adalah :
a. Mencegah terjadinya kanker leher rahim dan payudara
b. Mencegah terjadinya HPV (Human Papilo Virus) yang dapat
menyebabkan kanker serviks
c. Mempercepat Involusi uterus atau kembalinya rahim ke ukuran
normal setelah melahirkan. Hormon oksitosin dapat membantu
rahim berkontraksi, sehingga bisa mengurangi perdarahan rahim
usai persalinan. Kontraksi rahim ini bisa membentuk rahim ke
bentuk semula sama seperti sebelum hamil.
4. Aspek Kesehatan
Bayi yang mendapat ASI ekslusif memiliki resiko lebih
rendah untuk menderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), pneumonia, otitis media, infeksi saluran pencernaan,
leukimia, dan myeloid leukimia akut (AAP,2012). Dalam jangka
panjang,pemberian ASI saja selama minimal 3 bulan pertama dapat
manurunkan insidensi diabetes tipe I sebesar 30%, diabetes tipe II
sebesar 40%, penyakit seliak sebesar 52%, dan obesitas pada remaja
dan orang dewasa sebesar 30%. Selain itu, ASI ekslusif juga
dihubungkan dengan penurunan resiko terkena asma, dermatitis
atopik, eksim, inflammatory bowel disease. ASI bersifat
imunoprotektif, sehingga ASI harus tetap diberikan pada saat
pemberian MPASI hingga bayi berusia satu tahun atau lebih. Angka
yang signifikan juga ditujukkan pada sejumlah rumah sakit yang
secara reguler menawarkan susu dan makanan formula bayi kepada
ibu yang menyusui, pemberian empeng/dot, pembagian paket berisi
makanan formula komersial, tidak adanya kebijakan mengenai ASI,
dan tidak adanya kelompok pendukung ASI (AAP,2012).
3. Masalah Gizi Pada Bayi
1) Berat badan lahir rendah. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau
kurang dari 2500 gram dapat disebabkan oleh kelahiran prematur
atau retardasi pertumbuhan dalam janin.
2) Pemberian makanan prelakteal. Makanan prelakteal merupakan
makanan atau minuman yang diberikan ke bayi sebelum ASI keluar,
seperti pisang, madu, air, air kelapa, air tajin, atau bisa juga susu
formula (Depkes,2010). Alasan diberikannya makanan prelakteal
adalah karena ASI ibu belum keluar, dan bayi membutuhkan
makanan. Sebenarnya,makanan prelakteal sangat merugikan,karena
bayi akan kehilangan rasa haus dan laparnya,sehingga bayi
cenderung malas untuk menyusu.
3) Kegagalan ASI ekslusif. Berdasarkan Buckley dan Charles (2006),
faktor-faktor yang berkontribusi pada kegagalan pemberian ASI
antara lain:
a. Suplai ASI yang tidak adekuat
b. Kerentanan dan rasa kurang percaya diri ibu
c. Perilaku menyusui bayi
d. Kurangnya Komitmen dan keinginan untuk menyusui
e. Pilihan ibu
f. Penggunaan dot yang dirasa lebih nyaman
g. Pengaruh dari ayah atau anggota keluarga yang lain
h. Penghindaraan rasa malu untuk menyusui ditempat umum
i. Kemudahan untuk memompa dan menyimpan ASI
j. Kurangntya dukungan informasi dan emosi
4. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber
daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan agar terjadi
perbaikan status gizi masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002,95 Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat (Almatsier,2001.3). sedangkan menurut suharjo, dkk (3003:256)
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan pengunaan makanan.
Status gizi dapat dipengaruhi oleh berbagkai macam faktor,
Bachyar Bakri dkk (2002:1) mngatakan bahwa meskipun sering
berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak
selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus
tertentu, seperti dalam keadaan krisis masalah gizi muncul akibat
masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampan
rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Karenanya peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan
yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan
yang cukup jumlah dan mutunya, dalam konteks itu masalah gizi tidak
lagi semata-mata masalah kesehatan tapi juga masalah kemiskinan,
pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.
Konsep terjadnya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat
kompeks, Daly davis dan Robertson (1997) membuat model faktor-faktor
yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu, Konsumsi makanan dan tingkat
kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan,
dan tersediannya bahan makanan.
a. Masalah gizi
Masalah gizi pada anak adalah masalah yang amat serius bagi
bangsa ini. Salah satu hal yang cukup signifikan dari permasalahan
itu adalah gizi yang tak seimbang pada anak. Gizi yang tidak
seimbang ini rupanya telah menjadi hal yang cukup pelik ditangani
oleh bangsa ini. Beberapa hal yang pelik itu diantaranya adalah
kurang energy protein, kurang Vitamin A, gangguan akibat
kekurangan yodium, serta anemia gizi besi.
Padahal jika kita melihat penyebabnya dari masalah
ketidakseimbangan gizi ini merupakan hal yang cukup sederhana,
yaitu kurangnya asupan atau konsumsi maakanan yang mengandung
zat gizi tertentu. Dan yang paling mengherankan adalah, banyak
masalah gizi buruk pada anak terjadi di daerah-daerah yang telah
melakukan swasembada pangan, atau telah dikenai program raskin.
Inilah yang terkadang amat membingungkan, maka kita diharuskan
memahami apa permasalahan sebenarnya.
Masalah sebenarnya adalah masyarakat atau keluarga balita
belum mengetahui cara menilai status berat badan anak (status gizi
anak). Selain itu, kebanyakan dari masyarakat juga belum
mengetahui pola pertumbuhan berat badan anak. Banyak dari
masyarakat atau keluarga si anak yang hanya mengetahui bahwa
anak harus diberikan makan (tanpa memedulikan apa saja zat gizi
yang terkandung di dalam makanan itu). Para orang tua si anak,
kebanyakan memberi makanan kepada anaknya sama seperti halnya
memberikan makanan kepada orang dewasa setiap harinya.
b. Status gizi
Penilaian status gizi pada anak ini popular dilakukan dengan
metode antropometri. Untuk melakukan penilaian status gizi
terhadap anak, antropometri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel atau parameter lain. Variabel atau
parameter tersebut adalah sebagai berikut :
1) Umur
Dalam penentuan status gizi anak, umur memegang
peranan. Jika kita salah menentukan umur, maka kita juga bisa
salah melakukan interpretasi terhadap status gizi. Hasil
penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tidak tepat.
2) Berat Badan
Dengan mengetahui berat badan anak, maka kita bisa
mendapatkan massa jaringan, termasuk cairan tubuh anak. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (berat badan
menurut umur) atau melakukan penilaian dengan melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang
dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini.
Pengamatan berat badan ini juga harus dilakukan secara konstan
dan teratur, agar kondisi kesehatan si anak dapat dilihat secara
menyeluruh.
3) Tinggi Badan

Tinggi badan adalah variabel yang dapat memberikan


gambaran tentang apakah mekanisme pertumbuhan dalam diri si
anak benar-benar tercapai. Salah satu indikator dari berjalannya
fungsi pertumbuhan anak adalah bagaimana kondisi tubuh atau
fisik si anak. Kondisi tubuh anak dapat dilihat dari keadaan
tubuh mereka, apakah kurus kering atau kecil pendek. Dengan
menggunakan variabel tinggi badan ini, kita bisa melihat
keadaan gizi masa lalu anak, khususnya yang berkaitan dengan
berat badan yang mengalami kelahiran rendah, serta kurang gizi
pada masa bayi. Dalam penentuan status gizi ini, tinggi badan
dinyatakan dalam bentuk indeks TB/U (tinggi badan menurut
umur), atau juga indeks BB/TB (berat badan menurut tinggi
badan).
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, dan DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi bayi 0-24


ASI Ekslusif bulan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep gambaran pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif berkaitan

dengan Status Gizi bayi 0-24 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder

kecamatan Sonder.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu tanggapan, dugaan, jawaban sementara, atau

asumsi yang harus dibuktikan kebenarannya melalui data yang terkumpul.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah Adanya hubungan antara Tingkat

pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi bayi usia

0-24 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder kecamatan Sonder.

C. Definisi operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur

Operasional Ukur
1. Pengetahuan Segala Kuesioner Ordinal Baik: >70%

Ibu tentang sesuatu Cukup: 60-

pemberian yang 69%

ASI Ekslusif diketahui Kurang:

atau <50%

dijawab
oleh

responden

tentang

pemberian

ASI

Ekslusif
2. Status gizi Status gizi Kuesioner

bayi 0-24 adalah

bulan keadaan

tubuh

sebagai

akibat

konsumsi

makanan

dan

penggunaan

zat-zat

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu suatu penelitian diamana pencatatan dilakukan secara
bersamaan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui gambaran
pengetahuan ibu tentang pemberian asi ekslusif berkaitan dengan status gizi
bayi usia 0-24 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April tahun 2020
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah kerja UPT Puskesmas
Sonder kecamatan Sonder
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang mempunyai
Bayi berusia 0-24 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder
kecamatan Sonder yang berjumlah 90 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai Bayi
berusia 0-24 bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder kecamatan
Sonder. Untuk menentukan jumlah sampel, saya menggunakan rumus
slovin.

Rumus : n = N
1 + (N.e²)
Keterangan : N : Jumlah Populasi
n : Jumlah Sampel
e : Standar Erosi 10% (0.1)
n= 90
1 + (90 . 0,1²)
n= 90
1 + (90 . 0,01)

n= 90
1 + 1.9

n = 90 = 31 Ibu
2.9
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus slovin, maka
didapatlah jumlah sampel sebanyak 31 Ibu. Selanjutnya sampel ini
diambil menggunakan proporsional random sampling. Dalam
pengambilan sampel semua populasi memiliki kesempatan yang sama
menjadi responden. Tetapi dalam penelitian ini sampel yang di ambil
hanyak sebanyak 31 ibu yang lebih dahulu hadir di puskesmas untuk
melakukan posyandu. Mengapa hanya 31 Ibu? karena mengingat waktu
yang terbatas dan tidak memungkinkan untuk mengumpulkan semua
populasi dalam suatu wilayah untuk menentukan responden.
D. Kriteria sampel
Dalam penelitian, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampel tersebut
digunakan.
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah menentukan subyek-subyek yang boleh
dimasukkan ke dalam sampel penelitian
a) Ibu yang memiliki bayi berusia 0-24 bulan
b) Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menentukan subyek-subyek yang harus digusur
keluar sampel, kriteria eksklusi dalam penelitian adalah
a) Ibu yang memiliki bayi berusia 0-24 bulan yang tidak berada di
wilayah kerja UPT Puskesmas Sonder
b) Tidak bersedia menjadi responden dan tidak bisa
membaca/memahami
E. Sumber data
Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk
mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2009),
dalam penelitian ini pengumpulan data ada 2 jenis yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah dirancang berdasarkan kebutuhan
peneliti. Data primer ini meliputi hasil jawaban responden dari hasil
menjawab kuesioner tentang gambaran pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI Ekslusif berkaitan dengan status gizi bayi usia 0-24 bulan
di wilaya kerja UPT Puskesmas Sonder.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara mempelajari

dokumen atau catatan yang ada untuk mengetahui gambaran umum lokasi

penelitian. Data sekunder penelitian ini terdiri dari profil dan jumlah bayi

berusia 0-24 bulan yang diperoleh dari Lokasi penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad F.Ilhami,2015. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif dengan tindakan pemberian ASI eksklusif di puskesmas kartasura
Lestari, D., Zuraida, R. Larasati, T,. 2013. Relate Mother’s knowledge level on
breast milk and work in the provision of exclusive breastfeeding fajar
bulan village lambar regency. Medical jurnal of lampung university
Notoadmodjo, S., 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilakau.Rineka cipta edisi
1. Hal 138-149
Setiyowati. W., Khilmiana, R., 2010. Hubungan pengetahuang tentang ASI
eksklusif pada ibu bekerja dengaan pemberian ASI eksklusif. Jurnal
kebidanan
Wiwik Nur Widayati, Ana Puji Astuti, Eka Adimayanti, Gambaran pengetahuan
ibu tentang cara peberian asi ekslusif,2014.
Adityas, S. Ningrum 2014. Hubungan pemberian asi eksklusif dengan status gizi
balita usia 12-59 bulan di p[osyandu dewi sartika candran sidoarum
sleman tahun 2014
Profil kesehatan Indonesia tahun 2017 www.depkes.go.id
Pengukuran pengetahuan, www.repository.usu.ac.id
Pengertian,definisi,jenis,faktor pengetahuan, 2018
https://www.ruangguru.co.id
Winarsih, S.Si.T,M.Kes, Pengantar Ilmu Gizi dalam Kebidanan,2018
Bunga Astria Paramashanti, s.Gz.,M.PH, Gizi bagi ibu dan anak,2019
Roesli, U. 2005. Mengenal ASI eksklusif, jakarta trubus agriwidya

Anda mungkin juga menyukai