Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN IBU YANG MEMBERIKAN MPASI PADA

BAYI USIA 0-6 BULAN DI UPT PUSKESMAS PENDAHARA

TAHUN 2022

PROPOSAL

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH

VIVI DESTINI TIURMA


NIM. PO.62.24.2.19.235

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI DIII

KEBIDANAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Air susu ibu mengandung

nutrisi, hormon, unsur kekebalan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI

mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Puspitasari, 2016).

Menurut Pemerintah RI 2012, Air Susu Ibu (ASI) sebagai satu-satunya nutrisi bayi

sampai usia enam bulan dianggap sangat penting untuk tumbuh kembang, sehingga

mendapat rekomendasi dari pemerintah. ASI eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan, tanpa menambahkan dan mengganti dengan makanan dan minuman lain

kecuali obat, vitamin, dan mineral.

Setelah mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, bayi bisa diberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) sesuai dengan umurnya. Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI) adalah makanan dan minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi

atau anak yang berusia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI

(Wahyuni,2015).

MPASI adalah makanan dan minuman yang diberikan kepada anak usia 6–24

bulan untuk pemenuhan kebutuhan gizinya. WHO bersama dengan Kementrian Kesehatan

dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menegaskan bahwa usia hingga 6 bulan

hanya diberikan ASI eksklusif saja. Oleh karena itu, MPASI baru bisa diperkenalkan

kepada bayi ketika bayi berusia 6 bulan keatas (Riksani, 2016).

Tujuan dari pemberian MPASI adalah untuk pelengkap zat gizi pada ASI yang

kurang dibandingkan dengan usia bayi yang semakin bertambah. Dengan usia anak
bertambah maka kebutuhan zat pada gizi anak pun bertambah, sehingga sangat perlu

adanya MPASI untuk melengkapi gizi anak.

Pada tahun 2019 berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah cakupan Asi Eksklusif pada bayi usia <6 bulan di Provinsi Kalimantan Tengah

adalah 17.049 ( 51,4%) dari jumlah 33.143 bayi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Katingan pada tahun 2020 cakupan Asi Eksklusif pada bayi usia <6 bulan di

kabupaten Katingan adalah 265 ( 19,7%) dari jumlah 1.344 bayi, dan pada Kecamatan

Tewang Sangalang Garing pada tahun 2019 cakupan Asi Eksklusif pada bayi usia <6

bulan adalah 10 ( 47,61%) dari jumlah 21 bayi dan pada tahun 2020 meningkat menjadi

62 (63,25%) dari jumlah 87 bayi. ( Data UPT Puskesmas Pendahara).

Berdasarkan data tersebut cakupan ASI Eksklusif masih belum tercapai

sepenuhnya. Hasil observasi yang dilakukan puskesmas pendahara menunjukkan bahwa

salah satu faktor penyebab pemberian ASI eksklusif tidak tercapai yakni karena pemberian

MPASI pada bayi tidak tepat. Bayi usia 0-6 bulan seharusnya hanya diberikan Asi

Ekslusif saja dan tanpa makanan tambahan apapun. Karenakan bayi yang berumur kurang

dari enam bulan pada sel-sel di sekitar usus belum siap untuk proses pemecahan dan

penyerapan sari-sari makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi

imun dan terjadinya alergi. Pada beberapa kasus yang ekstrim ada juga yang perlu

tindakan bedah akibat pemberian MPASI terlalu dini (Luluk, 2016).

Dampak pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) pada bayi usia kurang

dari enam bulan mempunyai resiko lebih besar terserang penyakit, seperti bakteri

penyebab diare, terutama lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Sedangkan

dampak yang lebih besar dapat menyebabkan terjadi AKB. Sementara itu faktor yang

menyebabkan gizi buruk pada anak yaitu asupan gizi dan pemahaman tentang makanan

yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan, akses terhadap pelayanan

kesehatan dan pola asuh (Kemenkes, 2010).


Ibu adalah seorang figur yang utama dalam keputusan untuk memberikan MPASI

pada anaknya, apakah akan diberikan saat umur kurang 6 bulan atau saat setelah umur 6

bulan. Keputusan Ibu dalam pemberian MPASI tentu sangat berkaitan dengan

karakteristik ibu. Karakteristik Ibu dalam pemberian MPASI berperan penting untuk

memutuskan suatu tindakan. Karakteristik merupakan ciri yang secara alamiah melekat

pada diri seseorang yang meliputi umur, jenis kelamin, ras/suku, pengetahuan, agama/

kepercayaan dan sebagainya (Caragih, 2013). Karakteristik seseorang berpengaruh

terhadap praktik atau tindakan seseorang dalam membuat keputusan.

Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) merupakan suatu

tanggapan atau reaksi seseorang terhadap rangsangan. Menurut Soekidjo N, perilaku

merupakan bentuk dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sedangkan menurut Robert

Kwick, perilaku adalah sebagai tindakan seseorang yang dapat dipelajari dan diamati

(Donsu, 2017). Kejadian di masyarakat masih ditemui perilaku pemberian MP-ASI dini

yang dilakukan para ibu yang kurang tepat yaitu memberikan MP-ASI pada balitanya

pada usia kurang dari 6 bulan, mereka beralasan bahwa ASI saja tidak membuat kenyang,

karena anaknya akan kenyang dan tidak rewel jika sudah diberikan Makanan Pendamping

ASI seperti nasi tim, bubur maupun buah seperti pisang.

Pada puskesmas pendahara pada periode Juni- Juli 2021 terdapat jumlah bayi usia

0-6 bulan adalah 35 bayi. Dan berdasarkan survey yang di lakukan dari 35 bayi terdapat

20 bayi yang sudah diberikan MPASI sebelum usia 6 bulan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah di

atas sebagai bahan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Gambaran Ibu

Yang Memberikan MPASI pada bayi usia 0-6 bulan di UPT Puskesmas Pendahara Tahun

2022”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai Gambaran Karakteristik Ibu Yang Memberikan MPASI pada bayi

usia 0-6 bulan di UPT Puskesmas Pendahara Tahun 2022.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui bagaimana gambaran Ibu Yang Memberikan MPASI pada bayi usia 0-
6 bulan di UPT Puskesmas Pendahara Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran umur ibu menyusui yang memberikan

makanan pendamping air susu ibu.

b. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu menyusui yang memberikan

makanan makanan pendamping air susu ibu.

c. Diketahuinya gambaran pekerjaan ibu menyusui yang memberikan

makanan pendamping air susu ibu.

d. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu menyusui yang memberikan

makanan pendamping air susu ibu.

e. Diketahuinya gambaran paritas ibu menyusui yang memberikan

makanan pendamping air susu ibu.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktisi

a. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat melengkapi bahan bacaan di

perpustakaan dan juga untuk menambah informasi dalam rangka meningkatkan

pengetahuan dan wawasan.


b. Bagi tempat penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi UPT Puskesmas

Pendahara dalam meningkatkan konseling tentang MP ASI dan dalam

meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.

c. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan tentang perilaku

pemberian MP ASI serta lebih dapat memperdalam ilmu yang diperoleh pada saat

perkuliahan atau saat praktik di lapangan sehingga pada akhirnya peneliti bersama

pihak terkait dapat mewujudkan perilaku pemberian MP ASI yang tepat dan

sesuai.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah informasi bagi pembaca dan peneliti

selanjutnya tentang pentingnya pemberian MPASI tepat dan sesuai serta meningkatan

cakupan ASI eksklusif.

E. Keaslian Penelitian

Penulis menjamin proposal Laporan Tugas Akhir Ini mengenai “Gambaran Ibu

Yang Memberikan MPASI pada bayi usia 0-6 bulan di UPT Puskesmas Pendahara Tahun

2022”. merupakan penulisan laporan yang di identifikasi langsung oleh penulis di UPT

Puskesmas Pendahara Kecamatan Tewang Sangalang Garing Kabupaten Katingan, tempat

dan waktu yang terdapat pada studi kasus ini tidak ada rekayasa. Adapun sumber yang

digunakan akan dicantumkan pada daftar pustaka.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Karakteristik

Menurut bahasa, karakteristik adalah tabiat atau kebiasaan.

Sedangkan menurut ahli psikologi, karakteristik adalah sebuah sistem

keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.

Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakteristik seseorang itu dapat

diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan

bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian,

ternyata karakteristik dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang

signifikan. Keduanya di definisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi

tanpa ada lagi pemikiran, karena sudah tertanam dalam pikiran dan dengan

kata lain keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Sudarsono, 2017).

Karakteristik adalah sifat khas dan perwatakan tertentu, karakteristik

mencangkup hal-hal sebagai berikut : umur, pendidikan, pekerjaan, gaya

hidup (pola makan, pola komunikasi, kebiasaan mandi), agama ras dan

lain-lain (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2008).

2. Karakteristik Ibu Dalam Pemberian Makanan Pendamping Air Susu

Ibu Pada Bayi

a. Umur ibu

Usia adalah individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup usia, tingkat kematangan


dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan

lebih dipercaya dari orang yang cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, maka

semakin tua usia seseorang makin konstruktif dalam menggunakan

logika terhadap suatu masalah (Nursalam, 2010).

Umur sangat berhubungan dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan seseorang. Ibu yang berusia muda (< 20 tahun)

mempunyai pendidikan dan pengetahuan yang rendah dibandingkan

dengan ibu yang berusia 20-35 tahun. Hal ini dapat mengakibatkan

kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai manfaat pemberian

ASI secara Eksklusif kepada bayinya. Lingkungan juga mempengaruhi

ibu muda dalam pemberian ASI Eksklusif dikarenakan rasa gengsi atau

malu apabila memberikan ASI sampai bayi berumur

6 bulan sehingga dapat mempengaruhi bentuk payudara dan cenderung

untuk memberikan susu formula sebagai penggantinya, sedangkan ibu

menyusui yang berusia > 35 tahun cenderung lebih berpengalaman

dalam hal pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI (Ridwan, 2007).

Depkes RI (1999) menyatakan bahwa pada usia kurang dari

20 tahun seorang ibu cenderung belum siap untuk mengasuh dan

membimbing seorang anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal. Sedangkan pada usia > 30 tahun dilihat dari segi usia

keterampilan mereka dalam mengasuh dan mendidik anaknya


cenderung sudah terlatih, karena sebelum menginjak pada usia 30

tahunan mereka telah lebih dulu mendapatkan pengalaman berupa

keterampilan dalam membina dan mendidik anaknya sewaktu mereka

menginjak usia antara 21-30 tahun. Usia antara 21-30 tahun merupakan

usia produktif bagi seorang ibu dalam memproduksi ASI, serta

merupakan usia yang sudah matang dan siap dalam hal jasmani juga

sosial untuk menghadapi kehamilan, persalinan, serta dalam membina

bayi yang dilahirkan, sehingga sangat menentukan terhadap kesehatan

bayi untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

b. Pendidikan ibu

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan (KBBI, 2016).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (UU RI No. 23 tentang sistem Pendidikan Nasional, 2003).

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai pengalaman

yang terjadi karena interaksi manusia dan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan

efektif. Dalam arti formal, pendidikan adalah suatu proses

penyampaian bahan atau materi pendidikan guna mencapai perubahan

tingkah laku. Sedangkan tugas pendidikan disini adalah


memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat atau individu

tentang aspek-aspek bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat

yang berkembang. Salah satu jenis pendidikan yang diperoleh di

lingkungan sekolah seperti SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi dan

lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk mensejajarkan

pengetahuan umum dan pengetahuan yang besifat khusus

(Notoatmodjo, 2016).

Pendidikan seperti halnya pekerjaan, merupakan ukuran yang

sama berharganya dengan status ekonomi. Mereka yang memiliki

tingkat pengetahuan lebih tinggi lebih berkonsentrasi pada tindakan

preventif, tahu lebih banyak tentang masalah kesehatan yang memiliki

status kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pendidikan ibu yang rendah, wawasan pengetahuan

terbatas dan tradisi turun-temurun merupakan faktor yang mendukung

timbulnya anggapan bahwa ASI saja tidak cukup sebagai makanan

bayi. Akibatnya, para ibu memberikan bentuk cairan sebagai makanan

pendamping ASI sebelum bayinya mencapai umur 4 bulan. Adapun

jenjang pendidikan :

1) Pendidikan Dasar (SD dan SMP)

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Dasar

(SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

2) Pendidikan Menengah (SMA)

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar

terdiri atas pendidikan menengah umum berbentuk SMA.


3) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

Diploma, Sarjana, Megister, Spesialis dan dokter yang

diselenggarakan dengan sistem terbuka.

(Hamid, 2017)

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan

suatu hasil yang diharapkan (KBBI, 2017).

Semakin banyak ibu yang bekerja makin banyak pula yang malas

menyusui. Selain itu ibu yang bekerja, lebih dini memberikan MP-ASI

sebelum bayi berumur 6 bulan, biasanya bayi dititipkan kepada

keluarga misalnya neneknya dan oleh neneknya diberi makanan seperti

nasi, pisang, dan sebagainya (Wiryo, 2017).

Wanita yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga

disamping mereka akan rugi karena sibuk mengurus rumah tetapi

mereka akan untung karena mempunyai kesempatan untuk menyusui

bayinya secara eksklusif dan mereka juga akan mudah menerima

segala informasi termasuk informasi tentang kesehatan baik dari media

TV, Radio, dan lain-lain. Karena mereka lebih banyak memiliki waktu

luang dibandingkan dengan wanita pekerja (Hurlock, 2015).

Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan peraturan yang bisa

mendukung agar Ibu Indonesia bisa terus memberikan ASI kepada

buah hatinya. Bahkan, hak menyusui untuk wanita pekerja telah

dijamin oleh Pasal 83 Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang

ketenagakerjaan (Tasya, 2016).


Jenis pekerjaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga/IRT)

Yaitu seorang ibu yang melakukan aktifitas mengerjakan

pekerjaan rumah tangga tanpa upah seperti menyapu, memasak,

dan lain-lain.

2) Bekerja

Yaitu seorang ibu yang melakukan aktifitas diluar rumah

yang mendapatkan upah, seperti PNS, Buruh, Petani Wiraswasta,

Guru, Dosen, Dagang, dll) (KBBI, 2010).

d. Pengetahuan ibu

1) Pengertian pengetahuan

Pengetahuan ibu merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Notoatmodjo, 2016).

2) Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a) Tahu (know)

Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya

mengingat kembali (reccal) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.
b) Memahami (comprehension)

Artinya kemampuan untuk menjelaskan secara benar

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

secara benar.

c) Aplikasi (application)

Artinya kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real, yaitu penggunaan

hukum-hukum, rumus-rumus dan prinsip dalam konteks dan

situasi yang lain.

d) Analisis (analysis)

Artinya kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitan satu sama lainnya.

e) Sintesis (syntesis)

Artinya kemampuan untuk menghubungkan bagian-

bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari informasi-informasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Artinya kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian tersebut

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2013).

Tingkat pengetahuan seseorang akan sesuatu sangat penting

serta merupakan dasar dari sikap dan tindakan dalam


menerima atau memecahkan suatu hal yang baru. Apabila

penerimaan/tindakan didasarkan oleh pengetahuan, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng. Maka dari itu tingkat pengetahuan

yang dimiliki ibu dapat mempengaruhi praktek pemberian makanan

tambahan pada bayi mereka (Nartiah, 2007).

3) Alat ukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2013).

4) Pengukuran Pengetahuan

Setelah diperoleh hasilnya untuk menganalisa dari hasil

penelitian kemudian dibuat penilaian dengan mengacu kepada teori

Arikunto (2018) yaitu :

a) Kategori baik, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak >75%.

b) Kategori cukup, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak 60%-75%.

c) Kategori kurang, apabila pertanyaan dijawab dengan benar oleh

responden sebanyak <60%.

e. Paritas Ibu

Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan seorang ibu

(Nursalam, 2010).

Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin akan mengalami

masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu

cara-cara yang sebenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman

menuyusui yang kurang baik yang dialami orang lain hal ini

memunngkinkan ibu ragu untuk memberikan ASI pada bayinya


(Perinasia, 2015).

Menurut perinasia (2015), paritas dalam menyusui adalah

pengalaman pemberian ASI ekslusif, menyusui pada kelahiran anak

sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga serta pengetahuan

tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap, keputusan ibu untuk

menyusui atau tidak. Dukungan dokter, bidan atau petugas kesehatan

lainnya atau kerabat dekat sangat dibutuhkan terutama untuk ibu yang

pertama kali hamil. Dalam pemberian ASI eksklusif, ibu yang pertama

kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif belum

berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang sudah berpengalaman

menyusui anak sebelumnya.

3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

a. Pengertian Makanan Pendamping ASI


Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang

mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi

kebutuhan gizinya. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan

proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke

makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan

keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari

refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan

cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah

bagian belakang. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping

ASI (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dalam hal

kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini

(Notoatmodjo, 2008).
makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan

keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari

refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan

cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah

bagian belakang. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping

ASI (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak.

Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang cukup dalam hal

kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini

(Notoatmodjo, 2008).

b. Beberapa jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah :

Menurut Pujiarto (2016) jenis makanan tambahan yang sesuai

dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah :

1) Usia 6-8 bulan

Makanan pertama yang diberikan adalah baby rice cereal

atau beras dan produk beras secara berangsur, kemudian

perkenalkan tepung jagung (maizena) sampai 4-6 minggu,

kemudian tepung gandum atau roti. Setelah bayi dapat mentolerir

tepung beras dengan baik, berikan daging cincang kukus.

Tahap berikutnya dapat dimulai pemberian sayur dan buah

yang dihaluskan, sampai usia 7 bulan sebaiknya buah yang

diberikan dikukus terlebih dahulu, kecuali alpokat. Setelah bayi

mampu mengkoordinasi lidahnya dengan baik, secara bertahap

bubur dibuat lebih kental.


2) Usia 8-12 bulan

Di periode ini, mekanisme menelan semakin matang dan

lebih terkoordinasi, sehingga bayi siap untuk diberi makanan yang

lebih kasar teksturnya. Bayi tidak lagi mengkonsumsi makanan

sebanyak seperti sebelumnya, inilah saat yang baik untuk

memperkenalkan bayi pada makanan yang lebih bervariasi. Pada

usia 12 bulan, bayi sudah bisa mengkonsumsi makanan orang

tuanya, tapi harus dihindari pemberian garam.

Untuk melatih kemampuan mengunyah, berikan makanan

yang lebih kental dan kasar, misalnya buah dan sayuran yang

dikukus atau direbus, daging cincang atau oat meal.

Bayi semakin mahir memegang benda dengan ibu jari dan

telunjuk. Berikan makanan yang bisa dipegang, misalnya kentang

dan wortel kukus yang sudah dipotong-potong, biskuit kecil dan

potongan buah. Untuk melatih kemandirian, biarkan bayi mencoba

makan sendiri dan biasakan bayi minum dari gelas yang ringan.

3) Usia 12-24 bulan

Pada periode ini bayi mengalami banyak perubahan. Pada

usia 18 bulan, anak sudah lebih tahu kapan menggunakan sendok,

garpu dan kapan menggunakan tangan. Anak sudah dapat minum

susu sapi biasa (susu pasteurisasi) sejak usia 1 tahun.

Mendekati usia 2 tahun, pertumbuhan fisik anak

melambat, sehingga kebutuhan kalori tidak setinggi sebelumnya.


Pada masa ini lambung anak belum mampu mengakomodasi porsi

makan 3x sehari. Mereka perlu makan lebih sering, sekitar 5- 6x

sehari.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI :

1) Perhatikan dengan benar kebersihan alat makan, kerena alat makan

yang kurang bersih memungkinkan anak akan menderita penyakit,

misalnya diare.

2) Buatlah makanan secukupnya, menyimpan makanan masak dalam

jangka waktu lama, memungkinkan makanan menjadi basi atau

tercemar oleh kuman.

3) Berikan makanan dengan sebaik-baiknya, jangan memaksakan

anak makan atau membentak dan memarahi anak, misalnya karena

terburu waktu, keadaan ini dapat menyebabkan anak kehilangan

nafsu makan.

4) Anak juga memerlukan variasi makanan, supaya tidak bosan,

jangan cepat mengganti makanan baru dikarenakan anak kelihatan

tidak suka, karena anak memerlukan waktu untuk menyesuaikan

diri.

5) Ajaklah anak makan besama-sama dalam satu meja (anak besar).

6) Makanan berlemak menyebabkan rasa kenyang yang lama,

sehingga mungkin mengurangi nafsu makan.

d. Beberapa jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah :

1) Buah, terutama pisang yang cukup mengandung kalori. Buah jenis

lain yang sering diberikan pada bayi adalah pepaya, jeruk, dan

tomat sebagai sumber vitamin A dan C.


2) Makanan bayi tradisional

a) Bubur susu buatan sendiri 1-2 sendok makan tepung beras

sebagai sumber kalori dan 1 gelas susu sapi sebagai sumber

protein.

b) Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa

macam bahan makanan: 1-2 sendok beras, sepotong daging,

ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu, dan sayuran seperti

wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.

3) Makanan bayi yang diperdagangkan dan dikemas dalam bentuk

kaleng, karton, kantong (sachet) atau botol: untuk jenis makanan

seperti ini perlu dibaca dengan teliti komposisinya yang tertera

dalam labelnya.

e. Jadwal pemberian makan bayi, bayi dapat diberikan makanan dengan

jadwal sebagai berikut:

TABEL 2.2 JADWAL PEMBERIAN MAKANAN BAYI

Umur (bulan) Makanan Jumlah Sehari Jam


0-6 ASI saja Sesuka bayi ---
6-9 ASI Sesuka bayi ---
Buah 2 kali 10.00
16.00
Bubur susu 1 kali 08.00
Nasi tim saring 2 kali 13.00
18.00
9-12 ASI Sesuka bayi ---
Buah 2 kali 10.00
16.00
Nasi tim 3 kali 08.00
13.00
18.00
(Suradi, 2004)
f. Tujuan pemberian MP-ASI

1) Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI.

2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

3) Untuk melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung

kadar energi yang tinggi.

4) Sesudah produksi air susu ibu menurun, pada bayi umur 6 bulan ke

atas makanan pendamping air susu ibu merupakan makanan pokok

karena itu jumlah dan frekuensinya harus ditambah sedikit demi

sedikit.

5) Makanan pendamping air susu ibu yang cukup kualitas dan

kuantitasnya merupakan dasar dari pertumbuhan fisik dan

kecerdasan anak selanjutnya.

6) Untuk menambah energi dan zat-zat esensial.

7) untuk memberikan serat makanan sebagai pelancar defekasi untuk

bayi menderita konstipasi (Depkes, 2002).

g. Cara pemberian MP-ASI

1) Berikan secara hati-hati sedikit demi sedikit dari bentuk encer

kemudian yang lebih kental secara berangsur-angsur.

2) Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar

dapat menerimanya.

3) Makanan yang dapat menimbulkan alergi diberikan paling terakhir

dan harus dicoba sedikit demi sedikit misalnya telur, cara

pemberiannya kuningnya lebih dahulu setelah tidak ada reaksi

alergi, maka hari berikutnya adalah putihnya.


4) Pada pemberian makanan jangan dipaksa, sebaiknya diberikan

pada waktu lapar ( Notoatmodjo, 2018).

h. Risiko pemberian makanan padat sebelum umur 6 bulan

Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat

biasanya pada umur 6 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur 6

bulan adalah :

1) Risiko jangka pendek

a) Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan

menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang

akan merupakan risiko untuk terjadinya penurunan produksi

ASI.

b) Pengenalan sereal dan sayur-sayuran tertentu dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga

menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.

c) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak

sebersih ASI.

d) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer,

buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh

bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi

memberi nutrient lebih sedikit daripada ASI sehingga

kebutuhan gigi/nutrisi anak tidak terpenuhi.

e) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit,

sehingga resiko infeksi meningkat.

f) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak


g) Defluk atau kolik usus yaitu istilah yang digunakan bagi

kerewelan atau tangisan yang terus menerus bagi bayi yang

dipercaya karena adanya kram di dalam usus.

2) Risiko jangka panjang

a) Obesitas

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko

utama dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.

Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi

kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak

sehat.

b) Hipertensi

Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15

mg/100 ml). Namun, masukan dari diet bayi dapat

meningkatkan drastis jika makanan telah dikenalkan.

Konsekuensi dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan

makan yang memudahkan terjadinya gangguan/hipertensi.

c) Arteriosklerosis

Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet

yang mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol serta

lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang

rendah dapat menyebabkan terjadinya arteriosklerosis dan

penyakit jantung iskemik.

d) Alergi Makanan

Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur

yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan.


Manifestasi alergi secara klinis meliputi gangguan

gastrointestinal, dermatologis, dan gangguan pernapasan, dan sampai

terjadi syok anafilaktik.(Cox, 2006)

Pemberian makanan pendamping ASI berpengaruh pada kualitas

kesehatan bayi. Pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat,

maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk,

karena pemberian makanan pendamping ASI yang tidak benar

menyebabkan gangguan pencernaan yang selanjutnya menyebabkan

gangguan pertumbuhan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan AKB

(Khairunniyah, 2015).

Penambahan makanan selain ASI pada usia yang terlalu dini

dapat meningkatkan kesakitan (morbiditas). Bayi tersebut akan mudah

terkena infeksi saluran pencernaan maupun pernafasan (Depkes, 2017).


B. Kerangka Teori

1. Faktor Pendorong:
- Pengetahuan
- Motivasi
- Sikap

- Karakteristik:
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan
d. Pengetahuan
e. Paritas

2. Faktor Kemungkinan
- Jarak Ke
Pelayanan
Kesehatan PEMBERIAN MP ASI
- Keterpaparan
Media

3. Faktor Penguat
- Dukungan Petugas
Kesehatan
- Dukungan
Keluarga dan
Masyarakat
- Kebiasaan atau
adat istiadat
C. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Karakteristik : Pemberian Makanan


- Umur Pendamping ASI pada bayi
- Pendidikan usia kurang dari enam bulan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Paritas

Keterangan :

= Variabel yang diteliti


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu

penelitian ini hanya bersifat gambaran karakteristik ibu menyusui yaitu umur,

pendidikan, pekerjaan dan pengetahuan. Metode penelitian dengan tujuan

utama untuk membuat gambaran atau deskripsi suatu keadaan atau objektif

(Notoatmodjo, 2010).

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ibu

yang memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) pada bayi usia

0-6 bulan di UPT Puskesmas Pendahara.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di UPT Puskesmas Pendahara Kabupaten Katingan.


Waktu Penelitian, penelitian dilakukan pada bulan Januari- Februari 2022.

C. Subyek Penelitian

Mendeskripsikan subjek penelitian sebagai informasi yang artinya orang pada latar
penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian ( Moleong, 2017 ).

Subyek penelitian yang diambil berdasarkan gambaran ibu yang memberikan


MPASI pada bayi usia 0-6 bulan di UPT Puskesmas Pendahara adalah: umur,
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan paritas. Dalam hal ini subyek penelitian
tersebut adalah orang-orang yang telah ditentukan menjadi sampel dalam populasinya.
1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Notoatmodjo, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang mempunyai bayi

Usia 0-6 Bulan di Puskesmas Pendahara periode Januari- Februari tahun

2022 sebanyak 35 orang.

2. Sampel

- Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian (Notoatmodjo, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki bayi usia 0-6 bulan yang sudah diberi MP-ASI dini, yaitu sebanyak 35 orang.

Kriteria Inklusi:

 Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan serta sudah diberikan MP ASI dini

 Bersedia menjadi responden

- Kriteria Eksklusi;

 Ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan dan tidak diberikan MP ASI dini

 Tidak bersedia menjadi responden

Sampel dalam penelitian ini diambil secara non random sampling dengan teknik

accidental sampling yang dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang

kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat yang sesuai dengan konteks penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Pengambilan sampel ini dilakukan setiap hari dimulai tanggal 01

Februari-01 Maret 2021, dan didapatkan 35 sampel ibu yang yang memiliki bayi usia 0-6

bulan yang sudah diberi MP ASI dini.


D. Variabel dan DO

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah inti yang dicari dalam penelitian yang

spesifik. Spesifik artinya mempunyai ukuran tertentu dan harus jelas

batasnya dengan yang bukan untuk diteliti (Sugiyono, 2016). Penelitian ini

menggunakan satu variabel yaitu karakteristik ibu menyusui yang

memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan sub

variabel umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan paritas

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu batasan yang digunakan untuk

membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang diamati (Notoatmodjo,

2015).

N Variabe Definisi Alat Skal Hasil Ukur

o l Operasi ukur a

onal

1 Umur Usia Wawa Rasi 1. <20

. individu ncara o Tahun

dihitung 2. 20-35

dari Tahun

dilahirk 3. >35

an Tahun

sampai

dilakuk

annya
peneliti

an

2 Pendidi Jenjang Wawa Ordi 1. Tidak

. kan pendidi ncara nal tamat

dkan SD/

formal Tamat

yang SD

pernah 2. Tamat

dicapai SMP

respond 3. Tamat

en SMA

berdasar 4. Tamat

kan Akade

kepemil mik/Sar

ikan jana

ijazah

terakhir

sampai

dilakuk

annya

wawanc

ara.

3 Pekerja Aktifita Wawa No 1. Tidak

. an s yang ncara min bekerja

dijalani al (IRT)

ibu 2. Bekerja

sehari- diruma
hari h

baik di (Salon,

dalam menjahi

atau t dll)

luar 3. Bekerja

rumah diluar

rumah

(PNS,

swasta,

petani

dll)

4 Pengeta Kemam Kuisio Ordi 1. Kurang

. huan puan ner nal (<60%)

ibu 2. Cukup(

dalam 60-

mengeta 75%)

hui 3. Baik

tentang (>75%0

pemberi

an ASI

yang

tepat,

tentang

pemberi

an

MPASI

yang
tepat

5 Paritas Jumlah Wawa Ordi 1. 1

. anak ncara nal (primip

hidup ara)

yang 2. 2-4

dilahirk (multip

an ibu ara)

3. >4

(grande

multipa

ra)
E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah


kuisioner. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2017). Kuisioner dalam peneliatan ini merupakakan kuisioner yang dari referensi Rahmah Fitri
dengan judul “ Hubungan Perilaku Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MPASI)
Dini di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Sumatera Utara 2016”. Uji coba
instrumen dilakukan oleh Rahmah Fitri dengan menggunakan program komputer. Uji coba
dilakukan terhadap 60 ibu yang mempunyai kriteria responden yaitu memiliki bayi usia 0-6 bulan.
Uji coba dilakukan di Desa Bunuraya Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
pada tanggal 11 Agustus 2016, karena penelitian Rahmah Fitri memiliki karakteristik yang sama
yaitu tingkat MPASI Dini yang tinggi.

Hasil uji validitas dan rehabilitas yang telah dilakukan yaitu, dari 55 pertanyaan
tentang pengetahuan ibu mengenai MPASI DINI hanya 51 soal yang valid dan rehabilitas 0,86.
Sehingga peneliti menggunakan instrumen yang sama dengan kuisioner yang digunakan oleh
Rahmah Fitri.

F. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu

data yang langsung diperoleh dari objek penelitian yang dilakukan dengan cara

membagikan kuesioner kepada responden di Puskesmas Pendahara tahun 2022.

Prosedur yang dilakukan peneliti melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Membuat surat izin penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Katingan

2. Menyerahkan surat izin penelitian yang didapatkan dari dinas kesehatan

Kabupaten Katingan kepada Puskesmas yang akan diteliti

3. Peneliti melakukan pengumpukan data dengan:

a. Responden diminta kesediaanya untuk berpartisipasi dalam penelitian

dengan menandatangani informed consent (pernyataan kesediaan

menjadi responden).
b. Memberikan kuesioner kepada ibu yang yang memberikan MPASI dini

pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 35 responden.

c. Melakukan pencatatan dan pengumpulan data

d. Melakukan pengolahan dan analisis data menggunakan SPSS serta

penyusunan laporan hasil penelitian setelah seluruh data yang

diperlukan dari seluruh subyek terkumpul.

G. Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Pemeriksaan Data (Editing data)

Dimaksudakan untuk meneliti setiap pertanyaan yang telah terisi

yaitu tentang kelengkapan pengisian serta kesalahan pengisian. Jika

jawaban ada yang kosong, petugas pengumpulan data bertanggung jawab

untuk melengkapi dengan melakukan kunjungan ulang kerumah

responden.

b. Pemberian kode (Coding)

Dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengolahan data

kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kode dengan angka yang

telah ditetapkan.

c. Pemasukan Data (Entry data)

Setelah editing dan koding data selesai dan jawaban dilembar

jawaban sudah rapih dan memadai untuk mendapatkan data yang baik

selanjutnya dilakukan entry data dengan menggunakan komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning data)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di

entry apakah ada kesalahan atau tidak. Cara yang bisa dilakukan adalah
dengan melihat distribusi frekuensi dari variabel-variabel yang

diteliti dan melihat kelogisannya, bila ternyata terdapat kesalahan

dalam memasukan data, maka harus dilakukan pembetulan dengan

menggunakan komputer.

2. Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat,

yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer untuk

mendapatkan distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel. Analisis dilakukan

untuk mengetahui distribusi frekuensi umur, paritas, pendidikan, dan

pekerjaan ibu yang anemia, dengan perhitungan analisis menurut

Notoatmodjo (2003) yaitu sebagai berikut :


f
P  x100%
n

Keterangan :

P : Persentase f

: Frekuensi

n : Jumlah Sampel

Sedangkan untuk pengukuran pengetahuan menggunakan rumus

sebagai berikut :
n
P x100%
N

Keterangan :

P : Persentase

n : Jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar

N : Jumlah seluruh pertanyaan

Menurut Arikunto (2006) pengetahuan dapat dikategorikan sebagai

berikut :
a. Baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden > 75%.

b. Cukup apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 60%-75%.

c. Kurang baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 60%.

d. Baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden > 75%.

e. Cukup apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 60%-75%.

f. Kurang baik apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 60%.

Anda mungkin juga menyukai