Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi

berusia 0-6 bulan, yang fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan dan

minuman apapun. Pemberian ASI merupakan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan

anak. Bukan rahasia lagi bahwa anak yang mendapatkan ASI Eksklusif dan pola

asuh yang baik akan berkembang dan tumbuh secara optimal dan tidak mudah

sakit. Selain itu pemberian ASI mampu mempererat ikatan emosional antara ibu

dan anak sehingga diharapkan akan menjadi anak dengan ketahanan pribadi yang

mampu mandiri (Kemenkes, 2018:1).

World Health Organization (WHO) / United Nations Children's Fund

(UNICEF) telah merekomendasikan standar emas pemberian makan pada bayi

yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan

didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai umur 6

bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan teruskan menyusu hingga

anak berumur 2 tahun (Kemenkes, 2015:144).

Ibu yang memberikan makanan tambahan pendamping ASI (MPASI)

kepada bayi yang berumur kurang dari empat bulan masih banyak. Pemberian

MPASI terlalu dini mempunyai resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu

terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi

produksi ASI lantaran bayi jarang menyusui. (Prasetyo, 2014:20).

Kejadian infeksi saluran pencernaan dan pernafasan akibat pemberian

MPASI dini merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di
Indonesia. Dampak negatif dari pemberian MPASI dini tersebut sesuai dengan

riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan

tahun 2016 diketahui, bayi ASI parsial (sebagian dari keseluruhan) lebih banyak

yang terserang diare, batuk pilek, dan panas daripada bayi ASI predominan

(Heryanto, 2017:141).

Kebiasaan pemberian MPASI dini memiliki kontribusi terhadap banyak

masalah anak di kemudian hari seperti alergi, malnutrisi serta masalah

gastrointestinal. Pada bulan – bulan pertama kehidupan system saluran cerna bayi

belum berkembang sempurna sehingga pemberian makanan pendamping ASI

yang terlalu dini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena itu perlu

diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasaan pemberian MPASI dini

(Unicef, 2019).

Penelitian WHO menyatakan bahwa 60% bayi di dunia ternyata telah

mendapatkan MPASI saat usianya <6 bulan. Penelitian yang dilakukan Jane et.al

di perth, australia, menunjukan bahwa 44% bayi telah diberikan makanan padat

sebelum berusia 17 minggu. Beberapa penelitian lain menunjukan bahwa bayi

sudah diberikan makanan padat sebelum usia 4 bulan yaitu 45% di Selandia

Baru, 63% di Finlandia, dan 70% di Kanada. Bahkan dari hasil penelitian di

Skotlandia menunjukan bahwa 40% bayi telah diberikan makanan padat pada

usia 12 minggu (WHO, 2012).

Pada tahun 2018 persentase pemberian ASI eksklusif di dunia sekitar 42%.

Di Afrika Timur dan Selatan memiliki pencapaian tertinggi ASI Ekslusif sebesar

55% sedangkan Asia Timur dan Pasifik memiliki pencapaian terendah sebesar

29%. Di Asia Tenggara Myanmar memiliki pencapaian tertinggi ASI eksklusif


sebesar 51,2% sedangkan Thailand memiliki pencapaian terendah sebesar 23%

(Unicef, 2018).

Menurut laporan Nasional Riskesdas tahun 2018 proporsi pemberian ASI

di Indonesia pada bayi 0-5 bulan yaitu sebesar 74,5%, Cakupan pemberian ASI

di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 67,74%, pada tahun 2020 dari 3.196.303

sasaran bayi kurang dari 6 bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan

yang mendapatkan ASI Eksklusif atau sekitar 66,1%.

Di Indonesia terdapat 34 Provinsi dan pada 20 provinsi yang cakupan

pemberian ASI nya masih di bawah nasional yaitu salah satunya provinsi Jambi

yaitu pada tahun 2019 sebesar 64,87%, pada tahun 2020 sebesar 65,22%,

kemudian mengalami kenaikan kembali pada tahun 2021 yaitu sebesar71,37%,

capaian ini masih belum mencapai target nasional yaitu sebesar 80%. Presentase

pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di kabupaten tanjung jabung barat

selama 4 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2018 presentasi ASI

eksklusif 86,7%, tahun 2019 82,4%, tahun 2020 66,4%, dan sedikit mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 68,5%. Akan tetapi capaian

presentasi ini belum mencapai target Kabupaten yaitu sebesar 75%. Di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, terdapat beberapa puskesmas dengan data

cakupan asi yang belum mencapai target kabuppaten yaitu puskesmas Tungkal

V 59,6%, Puskesmas Rantau Badak59,6%, Puskesmas Sukarejo 59,9%,

Puskesmas Senyerang 67,1 dan Puskesmas Parit Deli 70,0%(program gizi

Dinkes Tanjab Barat 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2021 dari jumlah 130

sasaran bayi pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan yaitu 67,8% (67) bayi yang

mendapat ASI eksklusif, 32 bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan 31 bayi
lainnya tidak datang pada program gizi Puskesmas Parit Deli (program gizi

Puskesmas Parit Deli 2021).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Parit

Deli terletak di Desa Parit Deli Kecamatan Kuala Betara Kabupaten Tanjab

Barat, masih terdapat 32 bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif dan 31 bayi

lainnya yang tidak datang, kemudian dilakukan wawancara dan penelusuran

mendalam didapatlah beberapa alasan ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif

pada bayinya yaitu karna ASI nya sedikit, sehingga ibu berfikir untuk

memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dikarenakan ibu merasa

asupan nutrisi yang diberikan pada bayinya masih kurang masyarakat sekitar

masih mempercayai jika nutrisi bayi tidak akan cukup hanya diberikan ASI saja

dan bayi tidak berhenti menangis walaupun sudah diberikan ASI, oleh karena itu

ibu beranggapan bahwa bayi masih lapar. Ibu juga terpengaruh oleh pernyataan

bahwa tidak ada masalah pada bayi jika bayi diberikan MPASI sebelum

waktunya alasan tersebut menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan

kepada bayi berupa pisang, bubur tim, biskuit, dan lain-lain hal ini terjadi karena

kurangnya pengetahuan pada ibu.

Kebiasaan keluarga, seperti ibu terbiasa memberikan makanan seblum

usia 6 bulan dikarenakan pada anak sebelumnya ibu sudah terbiasa memberikan

makanan pendamping ASI dini dan mersa bahwa anak nya baik-baik saja setelah

pemberian,.

Dukungan keluarga juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

pemberian makanan pendamping ASI dini seperti ibu ataupun suami yang

menyarankan memberikan makanan pada bayinya yang berusia kurang dari 6

bulan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk

meneliti “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan

Pendamping ASI (MPASI) Dini Di Puskesmas Parit Deli Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini Pada Bayi Usia

0-6 Bulan Di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun

2022.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian

Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini pada bayi usia 1 – 6 bulan di Di

Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di

Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2022.

b. Diketahui gambaran pengetahuan dalam pemberian MP-ASI pada bayi 0-

6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2022.

c. Diketahui gambaran kebiasaan keluarga dalam pemberian MP-ASI dini

pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat 2022.
d. Diketahui gambaran dukungan keluarga dalam pemberian MP-ASI pada

bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2022

e. Diketahunya hubungan pengetahuan dengan pemeberian MP-asi pada

bayi 0-6 bulaan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2022.

f. Diketahui hubungan kebiasaan keluarga dengan pemberian MP-ASI pada

bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2022.

g. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan pemberian MP-ASI

pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan

Sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran mahasiswa dan bahan

masukan untuk Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi dalam

memberikan informasi mengenai faktor- faktor yang berhubungan dengan

pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini pada bayi usia 0-6

bulan.

2. Bagi Petugas Kesehatan Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung

Barat

Sebagai bahan masukan tentang promosi kesehatan tentang gizi pada

ibu hamil sehingga dapat mengurangi jumlah Kurang Energi Kronis (KEK)

pada ibu hamil.

3. Bagi Peneliti lain


Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian Kurang Energi kronis (KEK) pada ibu

hamil serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang

kesehatan.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif yang bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI pada

bayi 0-6 bulan di puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun

2022, dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari

– Juni. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 0-6

bulan yang berjumlah 125 orang dengan teknik purposive sampling. Adapun

variable dalam penelitian ini adalah variable independen, dan dependen. Variable

independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu, Kebiasaan Keluarga

dan dukungan keluarga. Variable dependen dalam penelitian ini adalah

pemberian MP-ASI dini.Penelitian ini menggunakan data primer dengan

membagikan kuesioner pada ibu yang memiliki bayi usia 0– 6 bulan yang

melakukan kunjungan di wilayah puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung

Jabung Barat.

Anda mungkin juga menyukai