PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi, khususnya bayi
berusia 0-6 bulan, yang fungsinya tidak dapat tergantikan oleh makanan dan
minuman apapun. Pemberian ASI merupakan pemenuhan hak bagi setiap ibu dan
anak. Bukan rahasia lagi bahwa anak yang mendapatkan ASI Eksklusif dan pola
asuh yang baik akan berkembang dan tumbuh secara optimal dan tidak mudah
sakit. Selain itu pemberian ASI mampu mempererat ikatan emosional antara ibu
dan anak sehingga diharapkan akan menjadi anak dengan ketahanan pribadi yang
yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan
didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, mulai umur 6
bulan berikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan teruskan menyusu hingga
kepada bayi yang berumur kurang dari empat bulan masih banyak. Pemberian
MPASI terlalu dini mempunyai resiko kontaminasi yang sangat tinggi, yaitu
terjadinya gastroenteritis yang sangat berbahaya bagi bayi dan dapat mengurangi
MPASI dini merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi di
Indonesia. Dampak negatif dari pemberian MPASI dini tersebut sesuai dengan
riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan
tahun 2016 diketahui, bayi ASI parsial (sebagian dari keseluruhan) lebih banyak
yang terserang diare, batuk pilek, dan panas daripada bayi ASI predominan
(Heryanto, 2017:141).
gastrointestinal. Pada bulan – bulan pertama kehidupan system saluran cerna bayi
yang terlalu dini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan karena itu perlu
(Unicef, 2019).
mendapatkan MPASI saat usianya <6 bulan. Penelitian yang dilakukan Jane et.al
di perth, australia, menunjukan bahwa 44% bayi telah diberikan makanan padat
sudah diberikan makanan padat sebelum usia 4 bulan yaitu 45% di Selandia
Baru, 63% di Finlandia, dan 70% di Kanada. Bahkan dari hasil penelitian di
Skotlandia menunjukan bahwa 40% bayi telah diberikan makanan padat pada
Pada tahun 2018 persentase pemberian ASI eksklusif di dunia sekitar 42%.
Di Afrika Timur dan Selatan memiliki pencapaian tertinggi ASI Ekslusif sebesar
55% sedangkan Asia Timur dan Pasifik memiliki pencapaian terendah sebesar
(Unicef, 2018).
di Indonesia pada bayi 0-5 bulan yaitu sebesar 74,5%, Cakupan pemberian ASI
di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 67,74%, pada tahun 2020 dari 3.196.303
sasaran bayi kurang dari 6 bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan
pemberian ASI nya masih di bawah nasional yaitu salah satunya provinsi Jambi
yaitu pada tahun 2019 sebesar 64,87%, pada tahun 2020 sebesar 65,22%,
capaian ini masih belum mencapai target nasional yaitu sebesar 80%. Presentase
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di kabupaten tanjung jabung barat
selama 4 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2018 presentasi ASI
eksklusif 86,7%, tahun 2019 82,4%, tahun 2020 66,4%, dan sedikit mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 68,5%. Akan tetapi capaian
cakupan asi yang belum mencapai target kabuppaten yaitu puskesmas Tungkal
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2021 dari jumlah 130
sasaran bayi pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan yaitu 67,8% (67) bayi yang
mendapat ASI eksklusif, 32 bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, dan 31 bayi
lainnya tidak datang pada program gizi Puskesmas Parit Deli (program gizi
Deli terletak di Desa Parit Deli Kecamatan Kuala Betara Kabupaten Tanjab
Barat, masih terdapat 32 bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif dan 31 bayi
mendalam didapatlah beberapa alasan ibu yang tidak memberikan ASI ekslusif
pada bayinya yaitu karna ASI nya sedikit, sehingga ibu berfikir untuk
asupan nutrisi yang diberikan pada bayinya masih kurang masyarakat sekitar
masih mempercayai jika nutrisi bayi tidak akan cukup hanya diberikan ASI saja
dan bayi tidak berhenti menangis walaupun sudah diberikan ASI, oleh karena itu
ibu beranggapan bahwa bayi masih lapar. Ibu juga terpengaruh oleh pernyataan
bahwa tidak ada masalah pada bayi jika bayi diberikan MPASI sebelum
kepada bayi berupa pisang, bubur tim, biskuit, dan lain-lain hal ini terjadi karena
usia 6 bulan dikarenakan pada anak sebelumnya ibu sudah terbiasa memberikan
makanan pendamping ASI dini dan mersa bahwa anak nya baik-baik saja setelah
pemberian,.
pemberian makanan pendamping ASI dini seperti ibu ataupun suami yang
bulan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
ini adalah Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) Dini Pada Bayi Usia
0-6 Bulan Di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun
2022.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung
Barat 2022.
d. Diketahui gambaran dukungan keluarga dalam pemberian MP-ASI pada
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2022
bayi 0-6 bulaan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2022.
bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat
2022.
pada bayi 0-6 bulan di Puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung
Barat 2022.
D. Manfaat Penelitian
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini pada bayi usia 0-6
bulan.
Barat
ibu hamil sehingga dapat mengurangi jumlah Kurang Energi Kronis (KEK)
yang berhubungan dengan kejadian Kurang Energi kronis (KEK) pada ibu
kesehatan.
E. Ruang Lingkup
bayi 0-6 bulan di puskesmas Parit Deli Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun
2022, dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari
– Juni. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia 0-6
bulan yang berjumlah 125 orang dengan teknik purposive sampling. Adapun
variable dalam penelitian ini adalah variable independen, dan dependen. Variable
membagikan kuesioner pada ibu yang memiliki bayi usia 0– 6 bulan yang
Jabung Barat.