Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) menyusui merukapan


salah satu metode yang sangat efektif untuk menentukan kesehatan dan
kelangsungan hidup anak, tetapi hampir 2 dari 3 bayi tidak menyusui secara
eksklusif selama 6 bulanseperti yang telah direkomendasikan dan angka ini
terus menjadi tidak membaik dalam waktu 2 dekade. WHO dan UNICEF
merekomendasikan agar anak- anak mulai menysui dalam satu jam pertama
setelah lahir dan disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
yang artinya adalah tidak dapat makanan atau minuman lain yang disedikan
termasuk air. Bayi harus disusui sesuai dengan permintaan dan sesering
mungkin ketika siang maupun malam serta pemakaian botol atau dot tidak
boleh digunakan (WHO 2020).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang sempurna karena makanan ini
terjamin bersih dan memiliki antibodi yang dapat melindungi dari berbagai
macam penyakit umum pada masa anak- anak. ASI telah menyediakan
seluruh energi dan nutrisi yang diperlukan bagi bayi dimulai saat bulan
pertama kehidupan sampai kedua tahun. ASI akan selalu ada dan terjangkau
untuk membantu menolong bayi memperoleh nutrisi yang cukup baik (WHO
2020).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lainnya dari bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan dan
dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun (WHO, 2020). Pemberian ASI
eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi mulai dari hari pertama air
susu ibu keluar yaitu kolostrum sampai bayi berusia enam bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman apapun kecuali obat dan vitamin
(Kemenkes RI, 2020) Manfaat memerah ASI dengan Teknik Marmet,
diantaranya adalah mengurangi payudara penuh bengkak dan atau
sumbatan pada aliran ASI, memberi minum bayi yang mengalami
kesulitan dalam koordinasi menyusui aman dari segi lingkungannya,
portable (mudah dibawa kemana-mana), mencegah puting dan aerola
menjadi kering dan lecet meningkatkan hygiene payudara, meningkatkan
prosuksi ASI, membantu ibu agar mempunyai pikiran dan perasaan yang
baik tentang bayinya, memperlancar ASI. Kekurangan Teknik Marmet
adalah tangan kebas, kepala pegal-pegal, nyeri jika belum terbiasa, ASI
memancar kemana-mana jika belum terbiasa, (Aprilia, 2020).
2
Teknik yang bisa untuk memperlancar ASI, yang di sebut dengan
Teknik marmet atau dikenal dengan teknik memerah ASI atau memijat ASI
secara manual dan mengutamakan ket-down reflek (LDR). Teknik marmet
adalah rangsangan LDR diawal proses memerah dapat menghasilkan ASI 2-
3 kali lipat disbanding tanpa menggunakan teknik LDR. Let-down reflek
(LDR) sama dengan rangsangan yang terjadi jika putting dihisap oleh bayi
dan setelah beberapa saat tiba-tiba payudara akan mengencang dan ASI akan
keluar deras sehingga bayi harus cepat menghisap ASI.
Pada analisa dari United National Childrens Found (UNICEF) ada 123 negara
yang menunjukan jika diseluruh dunia sebagian besar bayi pernah disusui
dalam kehidupan mereka, dengancakupan 95% bayi pernah menerima ASI,
tetapi angka ini cukup bermacam-macam antara negara yang berpenghasilan
rendah , menengah dan negara dan negara berpenghasilan tinggi. Di negara
berpenghasilan rendah dan menengah hanya 4& bayi yang tidak mendapatkan
ASI. Seperti yang direkomendasikan oleh UNICEF dan WHO, kesenjangan
terlebar berada di daerah afrika barat dan tengah, dimana sebesar 63% bayi
dikeluarga termiskin masih menerima ASI, dibandingkan dengan hanya 26%
di keluarga kaya. Kemudian kesenjangan diantara kelompok kaya dan miskin
paling kecil di Eropa timur dan Asia tengah, dimana keluarga terkaya dan
termiskin memiliki tingkat menhyusui yang rendah yaitu sebesar 23% dan
31% masing-masingnya (UNICEF 2020).
Namun di Indonesia hanya 1 dari 2 bayi berusia dibawah 6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif dan hanya 5% anak yang masih mendapatkan
ASI yang arttinya anak Indonesia tidak meneriama gizi yang mereka
butuhkan sekama awal kehidupan. Lebih dari 40% bayi diperkenalkan terlalu
dini kepada makanan pendamping ASI dan makanan yang diberikan sering
kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi (WHO 2020).

WHO telah mendukung tergaet gelobal untuk meningkatkan gizi ibu,


bayi dan anak kecil, target tahun 2028 pemberian ASI eksklusif adalah
mencapai angka 50% di tingkat global. Lalu Global Breastfeeding Collecvive
di bawah kepemimpinan WHO dan UNICEF memberikan target minimal
70% pemberian ASI eksklusif dapat tercapai pada tahun 2030. Mernurut
WHO pemberian ASI eksklusif dapat mencegah 823.000 kematian pada anak
setiap tahunya dan mencegar 20.000 kematian ibu kaerena kanker payudara
(WHO 2020). Indonesia memberi terger perbaikan gizi untuk upaya
pembangunan kesehatan mencegah stanting tahun 2022-2027 salah satunya
3
dengan promosi ASI eksklusif agar mencapai terget 60% (Kementrian
Kesehatan RI, 2022).
Menurut laporan Nasional Riskesdas tahun 2020 promosi pemberian
ASI di Indonesia dalam 24 jam terakhir pada bayi umur 0-6 bulan yaitu
sebesar 75%, dimana dari bayi 0 bulan sampai 6 bulan persentasinya
mengalami penurunan (Kementrian Kesehatan RI, 2022). Sedangkan menurut
Profil Kesehatan Indinesia tahun 2020, secara nasional cakupan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif pada taun 2021 yaitu sebesar 67,74%. Angka
tersebut sedah melampaui terget Renstra tahun 2021 yaitu 50%. Persentasi
tertinggi cakupan ASI ekskulsif terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat
(86,26%), sedangkan persentase terendah terdapat di Papua Barat (41,12%).
Berdasarkan data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI),
presentase anak berumur di bawah 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
meningkat dalam 5 tahun terakhir., dari 42% pada SDKI 2017 menjadi 52%
pada SDKI 2022. Presentase ASI Eksklusif ini menurun seiring dengan
bertambahnya umur anak, dari 67% pada umur 0-1 bulan menjadi 55% pada
umur 2-3 bulan dan 38% pada umur 4-5 bulan. (SDKI. 2022)
Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat cakupan ASI
Eksklusif di Jawa Barat mencapai 38, 23%. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat 2021). Berdasarkan Data Dinas Kesehatan Cianjur bayi yang
mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 8,847 bayi, lebih banyak dibanding yang
tidak mendapatkan ASI Ekslusif sebesar 4,671 bayi. Cakupan ASI eksklusif
di kabupaten Cianjur mengalami kenikan dari 71,3% pada tahun 2021 71,9%
pada tahun 2022 (Dinas Kab. Cianjur, 2021).
Puseksesmas Rawat Inap Sindangbarang terletak di jalan raya
Sindangbarang KM 01 Desa Saganten Kecamatan Sindangbarang Kabupaten
Cianjur. Pemberian ASI eksklusif masih menjadi permasalahan untuk
Puskesmas rawat Inap Sindangbarang cakupan pencapaian belum mencapai
terget yang sesuai dan masih ditemukan 20% bayi yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif . Berdasarkan data tahun 2022 di wilayah kerja Puskesmas
rawat Inap Sindangbarang cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi uisa 0-
6 bulan sebanyak 68%. Berdasarkan laporan hasil program gizi Puskesmas
rawat inap Sindnagbarang, rendahnya cakupan ASI eksklusif memberikan
dampak pada bayi yaitu menimbulkan adanya stanting sebanyak 5% dan 7%
underweight (gizi kurang), lalu dampak lain dari rendahnya cakupan ASI
eksklusif yaitu timbulnya penyakit diare sebanyak 10%.

B. Urgensi Penelitian
4
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
Puskesmas Rawat Inap Sindangbarang Kecamatan Sindangbarang Kabupaten
Cianjur pada tanggal 22 Juli 2023 terhadap 10 orang ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan. Didapatkan bahwa 6 orang ibu tidak memberikan ASI
eksklusif dan 4 orang ibu memberikan ASI eksklusif . Berdasarkan hasil
wawancara kepada 10 orang ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa sfaktor yang mempengaruhi rendahnya
pemberian Asi eksklusif adalah kepercayaan, tenaga keshatan dan buku KIA.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kepercayaan, tenaga kesehatan dan buka
KIA dengan pemberian asi eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat
Inap Sindangbarang Kabupaten Cianjur tahun 2023.

2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui gambaran pemberian asi eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Rawat Inap Sindangbarang Kabupaten Cianjur
tahun 2023.

b) Untuk mengetahui hubungan kepercayaan dengan pemberian asi


eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sindangbarang
Kabupaten Cianjur tahun 2023.

c) Untuk mengetahui hubungan tenaga kesehatan dengan pemberian asi


eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sindangbarang
Kabupaten Cianjur tahun 2023.

d) Untuk mengetahui hubungan buku KIA dengan pemberian asi


eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Sindangbarang
Kabupaten Cianjur tahun 2023.

D. Manfaat Peneitian
1. Manfaat Teoritis
Mampu memberikan kontribusi ilmiah yang dapat dijadikan landasan
dalam pengembangan pembelajaran serta dapat digunakan sebagai bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis
Mampu membantu tenaga kesehatan khusunya bidan dalam
meningkatkan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Rawat Inap Sindangbarang Kabupaten Cianjur.
5
3. Manfaat Metodologis
Mampu memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari
selama mengikuti program perkuliahan di UIMA Prodi Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan dan sarana pengembangan wawasan serta
pengalaman dalam menganalisis permasalahan khususnya dalam ruang
lingkup keluarga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. State of the art


1. Pengertian ASI
Air Susu Ibu merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. Secara alamiah payudara
mampu menghasilkan ASI, yang disiapkan untuk calon bayi saat seorang
perempuan hamil Selain itu, ASI merupakan makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi baik secara fisik, psikologi,sosial dan
spritual. ASI mengandung antialergi,antiinflamasi, serta mengandung
beberapa mikronutrien yang dapat membantu untuk memperkuat daya
tahan tubuh bayi. Selain itu pemberian ASI diberikan minimal 6 bulan
dapatmenghindari bayi dari obesitas atau kelebihan berat badan karena
ASI dapat membantu menstabilkan pertumbuhan lemak bayi (Manik et
al., 2020)
ASI banyak mengandung manfaat bagi ibu dan bayi diantaranya
adalah:
a) Dapat memulai kehidupannya dengan baik
Bagi bayi Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang
baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas.
b) Mengandung antibody
6
Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan imunoglobin (zat
kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
kadar zat tersebut dengan cepat menurun segera setelah
kelahirannya. Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri
immunoglobin secara cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada
saat kadar immunoglobin bawaan dari ibu menurun dan dibentuk
sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi , terjadilah suatu periode
kesenjangan immunoglobin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya
dialihkan dikurangi dengan pemberian ASI. Air susu ibu merupakan
cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga
dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,
virus dan jamur. Mekanisme pembentukan antibody pada bayi
adalah sebagai beriku : apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu
akan membentuk antibody yang disalurkan dengan bantuan jaringan
limfosit. Antibody dipayidara disebut mammae associated
immunocompetent lymphoid tissue ( MALT ). Kekebalan terhadap
penyakit saluran pernafasan yang di transfer disebut Bronchus
associated immunocompetent lymphoid tissue ( BALT ) dan untuk
penyakit saluran pencernaan di transfer melalui Gut Assocoited
Immunocompetent lymphoid Tissue (Nina,2020)

c) ASI mengandung komposisi yang tepat


Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi yaitu
terdiri dari proporsi yang seimbang clan cukup kuantitas semua zat
gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama
(Elisabeth,2021)
d) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara
ibu dan bayi
Hubungan antara fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi,
kontak kulit ibu kekulit bayi yang mengakibatkan perkembangan
psikomotor maupun social ynag lebih baik. Hormon yang terdapat
dalam ASI juga dapat meberikan rasa kantuk dan rasa nyaman. Hal
ini dapat emmbantu menenagkan bayi dan membuat bayi tertidur
dengan pulas. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan
meningkatkan ikatan dnegan ibu. Dapat dicontohkan jika seseorang
ibu sedang membaca atau duduk didepan komputer saat menyusui,
bayi etetap mendapat manfaat dari kahangtan dan keamanan karena
meringkuk di tubuh ibunya (Nina,2020)
7

e) Terhindar dari alergi


Pada bayi baru lahir system IgE belum sempurna. Pemberian
susu formula akan merangsang aktivasi system ini dapat
menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini.
Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan
mengurangi kemungkinan alergi (Nina,2020)
f) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung
omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak
bayi yang mendapat ASI ekslusif akan tumbuh oktimal dan
terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadikan anak lebih
ceradas dan terhindar dari kerusakan sel-sel saraf. Menyusui
juga membantu perkembangan otak. Bayi yang diberi ASI rata-
rata memiliki IQ 6 poin lebih tinggi dibandngkan dengan bayi
yang diberi susu formula(Nina,2020)
2. Jenis ASI berdasarkan faktor produksi
a) ASI berdasarkan faktor produksi
Kolestrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai
hari ketiga setelah bayi lahir. Kolesterum merupakan cairan
yang agak kental berwarna kekuning-kuningan lebih kuning
dbanding ASI mature. Bentuknya agak kasar mengandung
butiran lemak dan sel-sel epitel (Elisabeth,2020)
b) Air susu masa peralihan ( masa transisi)
Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh. Pada masa ini susu transisi mengandung lemak dan
kalori yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah dibandng
kolesterum (Elisabeth, 2020)
c) ASI mature
ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke
10 sampai seterusnya . ASI mature merupakan nutrisi bayi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembnagan bayi sampao
usia
8

d) Enam bulan. ASI ini berwarna ke biru-biruan dan


mengandung lebih banyak kalori daripada suus kolesterum
ataupun transisi (Nina, 2020)
3. Tanda – tanda bayi menyusui secara efektif
1. Bayi terbuka matanya lebar-lebar seperti menguap dan
lidahnya dibawah dan kedepan persis sebelum ia merapatkan
mulutnya dipayudara ibu.
2. Ia menarik puting dan sebagian besar areola besar masuk
kedalam mulutnya
3. Dagunya melekuk dan payudara ibu dan hidungnya
menyentuh susu ibu
4. Bibirnya dipinggir lidahnya dan menjulur diatas gusi
bawahnya
5. Rahangnya bergerak secara ritmis ketika bayi disusui
6. Bayi mulai disusui dengan singkat dan cepat begitu suus
mengendur,ia menyelesaikan kedalam corak yang lambat
dengan penuh susu dan jeda waktu yang singkat
7. Ibu akan merasa mendengar bayi menelan susu.

B. ASI Eksklusif
ASI ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sejak usia 30 menit
post natal ( setelah lahir ) sampai 6 bulan. Tampa tambahan cairan lain,
seperti susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh, dan tanpa tambhan
makanan padat seperti buah-buahan , biskuit, bubur, susu, bubur nasi dan
nasi tim (Elisabeth, 2020)
ASI ekslusif adalah menyusui bayi secara murni , yang dimaksud
secara murni adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan apapun seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih,
dan tampa peberian makanan tambahan lain seperti pisang, bubur susu,
biscuit, bubur atau tim. Setelah bayi 6 bulan barulah bayi diberikan
makanan pendamping ASI dengan ASI tetap diberikan sampai usia bayi 2
tahun atau lebih (Nina, 2020)
9

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif


1. Kepercayaan
Dalam teori perilaku terencana, kepercayaan atau keyakinan
berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, norma-norma
subyektif dan kontrol perilaku. Ketiga komponen ini berinteraksi dan
menjadi determinan bagi kehendak/minat yang menentukan apakah
perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak. Sikap terhadap
perilaku tertentu dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut
akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan.
Norma subyektif ditentukan oleh keyakinan mengenai perilaku apa yang
bersifat normatif (yang diharapkan oleh orang lain) dan motivasi untuk
berperilaku sesuai harapan normatif (Robbins, 2006).
Sears, dkk. (2005) menjelaskan bahwa pada Teori Tindakan
Beralasan diuraikan bahwa kehendak/minat dipengaruhi oleh sikap dan
norma subyektif. Teori ini menghubungkan keyakinan (belief), sikap
(attitude), kehendak/ niat/minat (intention) dan perilaku. Keyakinan
terhadap manfaat suatu kegiatan atau hal tertentu akan menimbulkan
sikap positip terhadap kegiatan atau hal tersebut. Sikap positif akan
mempengaruhi niat/minat seseorang untuk melakukan kegiatan tersebut.
Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku
tersebut). Di samping itu juga dipertimbangkan pentingnya konsekuensi-
konsekuensi yang akan terjadi bagi individu. Komponen berikutnya
mencerminkan dampak dari norma-norma subyektif. Norma sosial
mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang
dipikirkan orang-orang yang dianggapnya penting dan motivasi
seseorang untuk mengikuti pikiran tersebut. Komponen-komponen ini
berinteraksi dan menjadi determinan bagi minat yang menentukan
apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak
2. Tenaga Kesehatan
a) Definisi Petugas Kesehatan
Istilah motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti
dorongan atau menggerakkan. Motivasi adalah kondisi fisiologis
dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang
10

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai


suatu tujuan atau kebutuhan (Djaali, 2007). Motivasi merupakan
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.
(Hasibuan, 2005). Motivasi adalah suatu dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha memenuhi tujuan, kebutuhan,
dalam upaya untuk menciptakan keseimbangan kehidupan seseorang
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku (Syasra, 2011).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah daya dalam diri individu sebagai pendorong
maupun penggerak yang melatarbelakangi individu untuk
berperilaku dalam mencapai tujuan guna memenuhi kebutuhan
psikis maupun fisiknya. Pada dasarnya seorang bekerja karena
keinginan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dorongan keinginan
pada diri seseorang dengan orang lain yang berbeda sehingga
perilaku manusia cenderung beragam di dalam bekerja. Purwanto
(2006) menyebutkan bahwa motivasi mengandung tiga komponen
pokok, yaitu:
1) Dokter
Bertanggung jawab dan memiliki wewenang untuk melakukan
kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana
pelayanan kesehatan.
2) Perawat
Seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
3) Bidan
Wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan
lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Komitmen
yang kuat dari para petugas kesehatan dalam melakukan
meningkatkan program ASI eksklusif sangat diperlukan karena
mereka yang selalu berinteraksi langsung dengan masyarakat
dan mempunyai kesempatan yang banyak untuk memberikan
penjelasan dan penyuluhan ASI eksklusif. Bila komitmen ini
lemah bahkan nyaris tidak ada, maka sulit diharapkan
11

masyarakat untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai


bayi berumur 6 bulan (Riamilah, 2009).
Komitmen yang kuat dari para petugas kesehatan dalam
melakukan meningkatkan program ASI eksklusif sangat
diperlukan karena mereka yang selalu berinteraksi langsung
dengan masyarakat dan mempunyai kesempatan yang banyak
untuk memberikan penjelasan dan penyuluhan ASI eksklusif.
Bila komitmen ini lemah bahkan nyaris tidak ada, maka sulit
diharapkan masyarakat untuk memberikan ASI secara eksklusif
sampai bayi berumur 6 bulan (Riamilah, 2009)
b) Peran Petugas Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomer 33 tahun 2012 tentang pemberian


air susu ibu eksklusif pasal 8 ayat 3 menyebutkan bahwa dalam hal
di daerah tertentu tidak terdapat dokter, penentuan ada atau tidaknya
indikasi medis dapat dilakukan oleh bidan atau perawat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan
peraturan pemerintah tersebut dapat disimpulkan bahwa petugas
kesehatan yang berperan dalam pemberian ASI eksklusif ialah
dokter, bidan dan perawat. Adapun beberapa peran petugas
kesehatan yang tercantum dalam peraturan pemerintah nomer 33
tahun 2012, yaitu:
1) Dalam pasal 9 ayat 1 mengenai inisiasi menyusui dini
menyebutkan bahwa petugas kesehatan dan penyelenggara
fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu
dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat
selama satu jam
2) Dalam pasal 13 mengenai informasi dan edukasi menyebutkan
bahwa untuk mencapai pemanfaatan pemberian ASI Eksklusif
secara optimal, petugas kesehatan dan penyelenggara fasilitas
pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi
ASI Eksklusif kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi
yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan
periode pemberian ASI Eksklusif selesai
3) Dalam pasal 16 mengenai penggunaan susu formula bayi dan
produk bayi lainnya menyebutkan bahwa petugas kesehatan
harus memberikan peragaan dan penjelasan atas penggunaan
12

dan penyajian susu formula bayi kepada ibu dan/atau keluarga


yang memerlukan susu formula bayi.

Departemen Kesehatan RI (2020) tentang strategi Nasional dalam


meningkatkan pemberian ASI mengatakan bahwa peningkatan
pemberian ASI yang meliputi pemberian ASI eksklusif,
menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya berusia 2 tahun,
sengaja tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya
dalam peningkatan sumber daya manusia. Untuk mencapai
keberhasilan ASI eksklusif, adapun 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui dengan surat keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
450/Menkes/SK/IV/2004 tanggal 07 April 2004 adalah:
1) Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui dan
dikomunikasikan kepada semua staf pelayanan kesehatan
2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan
menerapkan kebijakan menyusui tersebut
3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat
dan manajemen menyusui
4) Membantu ibu menyusui dini dalam waktu 60 (enam puluh)
menit pertama persalinan;
5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan
menyusui meskipun ibu dipisah dari bayinya
6) Memberikan ASI saja kepada Bayi baru lahir kecuali ada
indikasi medis; melakukan kolaborasi bersama dokter, bidan,
perawat dan ibu menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya
sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam;
7) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan Bayi
8) Tidak memberi dot kepada Bayi
9) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3. Buku KIA
a) Definisi
Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari
hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak mulai dari bayi
13

baru lahir hingga balita, serta berbagai informasi cara merawat


kesehatan ibu dan anak.2 Buku KIA merupakan buku catatan
terpadu yang digunakan keluarga dengan tujuan meningkatkan
praktek keluarga dan masyarakat dalam pemeliharaan atau
perawatan kesehatan ibu dan anak serta meningkatkan pelayanan
KIA. Pencatatan buku KIA dapat dilakukan oleh bidan desa dan
dapat dibantu kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
b) Isi Buku KIA
Menurut Depkes RI (2015), pada dasarnya isi Buku KIA terdiri dari
2 bagian yaitu bagian pertama untuk ibu dan selanjutnya bagian
untuk anak. Bagian untuk ibu berisi tentang identitas keluarga,
catatan pelayanan kesehatan ibu hamil, penyuluhan pemeriksaan
kehamilan secara teratur, penyuluhan perawatan kehamilan sehari-
hari dan makanan ibu hamil, tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan
melahirkan, tanda kelahiran bayi dan proses melahirkan, cara
menyusui dan perawatan ibu nifas, tanda bahaya pada ibu nifas,
cara ber-KB, catatan kesehatan ibu bersalin dan bayi baru lahir, dan
yang terakhir blangko surat keterangan lahir. 2 Bagian untuk anak
berisi tentang identitas anak, tanda bayi lahir sehat dan perawatan
bayi baru lahir, tanda bahaya pada bayi baru lahir, perawatan bayi
sehari-hari, tanda bayi dan anak sehat serta perawatan anak sehari-
hari, perawatan anak sakit, cara pemberian makan pada anak, cara
merangsang perkembangan anak, cara membuat Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), catatan pelayanan kesehatan
anak, catatan imunisasi mencakup Hepatitis B, BCG, DPT, Polio
dan Campak 7. Termasuk catatan pemberian vitamin A, serta di
bagian belakang buku juga terdapat Kartu Menuju Sehat (KMS)
c) Tujuan Buku KIA
Buku KIA bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA
sehingga dapat menekan AKI dan AKB di Indonesia. Selain itu,
beberapa tujuan Buku KIA adalah untuk memudahkan keluarga
dalam memahami informasi kesehatan tentang ibu dan anak yang
tercantum dalam Buku KIA, memudahkan tugas ibu untuk dapat
memahami kondisi kesehatannya sendiri dan bayinya secara
mandiri, serta untuk meningkatkan praktik keluarga dan masyarakat
dalam memelihara/merawat kesehatan ibu dan anak.
14

d) Manfaat Buku KIA


Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu manfaat umum
dan khusus. Manfaat secara umum yaitu ibu dan anak
mempunyai catatan kesehatan yang lengkap. Manfaat secara khusus
yaitu pertama untuk mencatat dan memantau kesehatan ibu dan
anak, yang kedua adalah alat komunikasi dan penyuluhan yang
dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan
masyarakat tentang paket (standar) pelayanan KIA. Ketiga
merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau
masalah kesehatan ibu dan anak. Keempat yaitu sebagai catatan
pelayanan gizi dan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya.
e) Sasaran Dan Pemamfaatan Buku KIA
Menurut Depkes RI dan JICA (2015), dibagi menjadi dua kelompok
sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran
langsung dari adalah ibu dan anak dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Ketentuan pertama yaitu setiap ibu hamil mendapat
Buku KIA. Ibu akan menggunakan buku ini hingga masa nifas dan
bayi menggunakan buku ini sejak lahir sampai berumur 6 tahun.6
Ketentuan kedua yaitu jika bayi lahir kembar ibu akan mendapatkan
tambahan buku sesuai dengan jumlah bayi. Ketentuan ketiga, ibu
yang hamil lagi akan mendapatkan buku baru. Keempat yaitu jika
Buku KIA hilang, selama masih ada persediaan buku sebaiknya ibu
dan anak mendapat ganti buku baru. Sasaran tidak langsungnya
adalah suami dan anggota keluarga yang lain, kader Posyandu, dan
petugas kesehatan terutama ketika memberi pelayanan kepada ibu
dan anak serta supervisor dan pengelola program yang bertanggung
jawab dalam pengembangan Buku KIA.
Pemanfaatan buku KIA oleh ibu dapat dinilai dengan ibu
selalu membawa buku KIA saat melakukan kunjungan ke fasilitas
kesehatan, membaca buku KIA, memahami pesan di dalam buku
KIA, dan menerapkan pesan-pesan tersebut.14 Indikator
keberhasilan pemanfaatan buku KIA pada ibu balita dapat diukur
dari kesehatan anaknya. Penilaiannya dapat dilihat dari Kunjungan
Neonatal Pertama (KN1), Kunjungan Neonatal Lengkap (KN
Lengkap), penanganan neonatus komplikasi, cakupan pelayanan
kesehatan bayi, cakupan pelayanan kesehatan anak balita, kematian
15

neonatus, kematian bayi, dan kematian balita. Data indikator


kesehatan anak tersebut dipantau setiap bulannya oleh petugas
kesehatan dan ibu bayi, sehingga keberhasilan pemanfaatan Buku
KIA dapat dilihat dari pencapaian indikator tersebut.
Pemanfaatan Buku KIA pada ibu bayi akan maksimal jika ibu telah
membaca dan menerapkan isi Buku KIA, serta mengerti cara
pengisiannya. Petugas kesehatan wajib menjelaskan cara membaca
Buku KIA secara bertahap, sesuai dengan keadaan yang dihadapi
ibu.

D. Roadmap Penelitian

No Peneliti/ Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian


Tahun/ Link
1 Nana Hubungan Jenis Penelitian Uji normalitas
Yuliana antara yaitu Mix menggunakan Shapiro
kepercayaan ibu Method. Tehnik wilk p value 0,93 > 0,05
2021
dengan pengambilan artinya data terdistribusi
pemberian asi sampel yaitu normal sehingga
eksklusif di total penelitian ini
wilayah kerja sampling.Untuk menggunakan Paired t
puskesmas pengumpulan Test. Kecemasan akseptor
bonto cani data primer yaitu KB implan sebelum
kabupaten bone dengan pemberian aromaterapi
tahun 2021 wawancara dan lavender mempunyai
data sekunder median 32,5 sementara
yaitu data profil setelah pemberian
Puskesmas Bonto aromaterapi lavender
cani median menjadi 14,50. P
value 0,00 < 0,05.
Y Sehingga dalam penelitian
Uini, H0 ditolak Ha
LIditerima yang berarti ada
pengaruh pemberian
Aaromaterapi lavender
Nterhadap kecemasan
akseptor KB implan di
AWilayah Puskesmas
Kambangan Kabupaten
Tegal.
2 Ajeng Dwi Hubungan peran Jenis penelitian quasi Kecemasan sebelum
Retnan petugas experiment dengan diberikan kombinasi
kesehatan pretest and posttest aromaterapi lavender dan
2021
dengan with control group relaksasi nafas dalam
pemberian ASI design. Sampel sebesar 7,13 dan sesudah
eksklusif di desa adalah calon akseptor diketahui sebesar 1,53.
16

wonorejo KB implan di Kecemasan sebelum


kecamatan Puskesmas diberikan distraksi dengan
kencong Warungasem nilai rata-rata sebesar 7,4
kabupaten Kabupaten Batang dan sesudah sebesar 4,95.
jember 2021 sebanyak 30 orang. Ada pengaruh kombinasi
Teknik pengambilan aromaterapi lavender dan
sampel menggunakan relaksasi nafas dalam
purposive sampling. terhadap kecemasan calon
Instrumen penelitian akseptor KB implan
adalah kuesioner dengan ρ value 0,001.
kecemasan, Ada pengaruh distraksi
aromaterapi lavender, terhadap kecemasan calon
video dan SOP. akseptor KB implan
dengan ρ value 0,001.
Ada perbedaan efektivitas
antara kombinasi
aromaterapi lavender dan
relaksasi nafas dalam
dengan distraksi terhadap
kecemasan calon akseptor
KB implan dengan ρ
value 0,000 < 0,05.
3 Rahayu Penerapan Kegiatan pengabdian Hasil: Jumlah akseptor
Widaryanti, Terapi masyarakat ini implan yang mengikuti
Herliana Komplementer termasuk dalam kegiatan ini sebanyak 28
Riska, Ester Untuk rangkaian acara ibu, dengan rata-rata usia
Ratnaningsi Mengurangi memperingati Hari reproduksi sehat (85,7%),
h, Istri Kecemasan Dan Kontrasepsi Sedunia rata-rata tingkat
Yuliani Nyeri Pada dan turut pendidikan SMP (85,7%),
Akseptor Kb menyukseskan dan memiliki anak lebih
2021
Implant program 250.000 dari 1 (64,3%). %) hanya
https:// MKJP yang 32,1% akseptor yang
dharmabakti dicanangkan oleh belum pernah
.respati.ac.id BKKBN. Kegiatan menggunakan KB
/index.php/ dilaksanakan pada sebelumnya, selebihnya
dharmabakti tanggal 19 dan 24 pernah menggunakan
/article/ Agustus 2020 di berbagai metode
view/133 PMB Istri Yuliani kontrasepsi. Penggunaan
dan diikuti oleh 28 terapi komplementer yang
akseptor implan. efektif dapat menurunkan
tingkat kecemasan ibu
sebesar 9,50 poin. Selain
itu penggunaan terapi
komplementer juga efektif
untuk mengurangi nyeri
yang dirasakan oleh
akseptor implan.
Kesimpulan: Terapi
pelengkap virtual reality,
slow deep breathing, dan
lavender essential oil
dapat menurunkan tingkat
kecemasan dan nyeri pada
akseptor KB implan.
17

5 Eka Efektivitas Jenis penelitian Untuk menguji


Falentina Aroma Terapi penelitian quasi keefektivan aroma terapi
Tarigan Lavender Untuk eksperimen lavender dilakukan uji
Mengurangi kuantitatif dengan paired sample t test
2022
Kecemasan Saat rancangan posttest didapatkan hasil untuk P
https:// Pemasangan nonequivalent control Value = 0,000 artinya p <
inhis.pubme IUD Pada group yaitu suatu 0,05, menyatakan bahwa
dia.id/ Akseptor KB penelitian yang Aroma Terapi Lavender
index.php/ IUD dilakukan dengan Efektiv Untuk
inhis/ memberikan sebuah Mengurangi Kecemasan
article/ perlakuan untuk Pemasangan IUD Pada
view/17 mengetahui gejala Akseptor KB IUD di
atau pengaruh yang Rumah Bersalin Kasih
timbul akibat Ibu Sejati Kota Medan
perlakuan yang Tahun 2021.Kesimpulan:
diberikan untuk Disarankan bagi petugas
membandingkan hasil kesehatan untuk
aromaterapi lavender memberikan aromaterapi
dengan suatu lavender saat pemasangan
kelompok kontrol IUD untuk mengurangi
yang serupa dalam kecemasan akseptor KB
mempengaruhi IUD.
kecemasan akseptor
KB IUD. Pada
penelitian ini akan
dilakukan post-test
dengan menggunakan
pengukuran
kecemasan untuk
membandingkan
yang diberi perlakuan
dan tidak diberi
perlakuan
18

E. Kerangka Teori Faktor Penguat


 Lingkungan
 Keluarga
 Teman
 Fasilitas Kesehatan
Faktor Predisposisi
 Kepercayaan Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif
 Dukungan Petugas Kesehatan
Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif
 Buku KIA Terhadap pemberian
ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif

 Ketersediaan sumberdaya kesehatan mencakup fasilitas kesehatan


 Keterjangkauan sumberdaya kesehatan mencakup jarak, biaya,
ketersediaan transportasi dll
 Prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap
kesehatan mencakup ada atau tiadanya UU yang mendukung
pemberian ASI eksklusif
 Keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan mencakup
npenolong persalinan konselor ASI eksklusif
19

F. Kerangka Konesp
Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui

penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2018).

Variabel Independen Variabel Dependen

KEPERCAYAAN

PETUGAS KESEHATAN ASI EKSKLUSIF

BUKU KIA
20

G. Tabel Oprasional
Alat Ukur Hasil Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur
Ukur Ukur
Dependen
Pemberian Perasaan atau kondisi Kuisioner Observasi Skor Rasio
ASI psikologi ibu yang (Pengamatan HRS-A
Eksklusif tidak menyenangkan langsung
dikarenakan kawatir secara
saat akan di lakukan inspeksi dan
pemasangan implan palpasi)
menggunakan
daftar
petanyaan
Hamilton
Rating Scale
for Anxiety
(HRS-A)
Independen
Aromaterapi Salah satu metode non Lembar Mengisi - -
lavender farmakologi observasi lembar
bermanfaat untuk dan SOP observasi
mengurangi rasa nyeri, dengan ceklist
merelaksasi pikiran, dan membuat
menurunkan sayur sesuai
ketegangan dan SOP
kecemasan serta
memberi ketenangan.

H. M m

I.
21
22
10)
23
4. Buku KIA
1. Hkvh
2.
J.
K.
L.
M.
N.

O.

a)

4. KNK
5. NK
6. JJ
7.
P. Roadmap Penelitian
Q. Kerangka Teori
R. Kerangka Konsep/ Kerangka Berfikir
S. Definisi Operasional/Istilah
T. HipoSCLR

BAB II
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian :
1. Desain
2. Lokasi + waktu
3. Populasi dan Sampel / Informan
4. Tempat Penelitian
5. Teknik Sampling
6. Inklusi Ekslusi
7. Metode Pengumpulan Data
B. Prosedur Penelitian dan Tahapan Penelitian Setiap Prosedur
terdiri dari beberapa tahapan penelitian (terlampir)

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai