Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH ASI EKSKLUSIF TERHADAP

KEJADIAN BALITA STUNTING USIA 6-59 BULAN


DI DESA JAMBEKUMBU

PROPOSAL

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Oleh :
Romlah Nur Asih
NIM. 15201.02.21114

PROGRAM STUDI S-1 KEBIDANAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG
PROBOLINGGO
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang

berada dalam rentan usia 0-59 bulan yang ditandai dengan proses

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia balita merupakan periode

kehidupan yang sangat penting dan perlu perhatian yang serius karena pada

usia ini balita tumbuh dan berkembang dengan cepat dan tidak dapat

terulang yang biasa disebut dengan masa keemasan atau Golden period

(Adriani dan Bambang, 2014).

Masalah kesehatan balita yang sering ditemukan akhir-akhir ini dan

menjadi perhatian adalah stunting. Stunting merupakan keadaan dimana

tubuh yang pendek melampaui defisit 2 SD dibawah median tinggi atau

panjang badan populasi manusia pada umumnya (Sakti, 2020). Stunting

atau yang lebih dikenal dengan pendek merupakan masalah kekurangan gizi

kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang

cukup lama sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada balita.

Balita stunting dapat diketahui dengan melihat status gizi berdasarkan

panjang badan atau tinggi badan menurut umur ketika dibandingkan dengan

standar baku antropometri yang mengacu pada WHO Child Growth

Standarts hasil z-score <-3 SD (sangat pendek) dan z-score -3 SD sampai <-

2 SD (pendek) (Kemenkes RI, 2020). Balita stunting ditandai dengan

terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam

mencapai tinggi badan yang normal sesuai dengan umur anak.


Menurut WHO, Indonesia termasuk negara ketiga dengan data prevalensi

balita stunting tertinggi di Asia Tenggara. Rata – rata prevalensi balita

stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 35.4%. Prevalensi balita

stunting di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 37.2% dan mengalami

penurunan pada tahun 2018 sebanyak 6.4 % menjadi 30.8% . Dari hasil

Riskesdas tahun 2018, data stunting di Provinsi Jawa Timur sebanyak

32.81% dan data stunting untuk Kabupaten Lumajang sebanyak 34.01%.

Menurut UNICEF Framework salah satu faktor yang menyebabkan balita

stunting adalah asupan makanan yang tidak seimbang. Asupan makanan

tersebut meliputi tidak diberikannya Asi eksklusif pada bayi (Racmawati,

Reza dan Valencia, 2021).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Desa

Jambekumbu Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang pada bulan

Februari 2022 dari 10 ibu balita yang di wawancara terdapat 6 balita yang

tidak asi eksklusif. Diantara 6 balita yang tidak ASI eksklusif tersebut

terdapat 3 balita yang stunting.

ASI merupakan cairan hidup karena mengandung sel darah putih, zat

kekebalan, enzim, hormon dan protein yang cocok bagi bayi untuk

pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidupnya. ASI merupakan

makanan tunggal untuk memenuhi seluruh kebutuhan pertumbuhan bayi

sampai usia 6 bulan (KEMENKES RI,2013). ASI ekslusif adalah pemberian

ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi tanpa diberikan

makanan/minuman lain, termasuk air putih (kecuali obat-obatan dan vitamin

atau mineral tetes serta ASI perah) (KEMENKES RI, 2017). ASI merupakan

makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat memenuhi semua zat gizi
yang dibutuhkan bayi sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya,

murah dan bersih (KEMENKES RI, 2015).

Capaian bayi yang mendapatkan ASI eksklusif secara nasional pada

tahun 2019 sebesar 67,74%. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Timur capaian

ASI eksklusif sebesar 69.81% (Profil Kesehatan Indonesia, 2019). Pada

tahun 2020, capaian ASI eksklusif Provinsi Jawa Timur mengalami

Penurunan sebesar 8.81 % menjadi 61.0 % ( Profil kesehatan Jawa Timur,

2020).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pengaruh ASI eksklusif terhadap kejadian

balita stunting usia 6-59 bulan di Desa Jambekumbu Kecamatan

Pasrujambe Kabupaten Lumajang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh asi eksklusif terhadap kejadian balita stunting usia

6 – 59 bulan di Desa Jambekumbu Kecamatan Pasrujambe Kabupaten

Lumajang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis Pengaruh ASI eksklusif terhadap kejadian balita

stunting usia 6-59 bulan di Desa Jambekumbu Kecamatan

Pasrujambe Kabupaten Lumajang.


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi jumlah balita usia 6-59 bulan dengan ASI

eksklusif di Desa Jambekumbu Kecamatan Pasrujambe

Kabupaten Lumajang.

2. Mengidentifikasi jumlah balita stunting usia 6-59 bulan di Desa

Jambekumbu Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang.

3. Menganalis pengaruh ASI eksklusif terhadap kejadian balita

stunting usia 6-59 bulan di Desa Jambekumbu Kecamatan

Pasrujambe Kabupaten Lumajang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan institusi pendidikan

sebagai tambahan referensi dan pengembangan penelitian

tentang stunting pada balita.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman tentang stunting bagi peneliti serta menambah

pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan informasi dalam

menanggulangi masalah stunting pada balita.


2. Bagi profesi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam menentukan

program penanggulangan stunting sehingga dapat mengurangi

kejadian stunting pada balita yang ada di wilayah kerja masing-

masing.

3. Bagi responden

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

responden tentang ASI eksklusif dan stunting sehingga dapat

mengurangi angka kejadian stunting pada balita.

Anda mungkin juga menyukai