Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI LAUT

DINAS KESEHATAN PP DAN KELUARGA BERENCANA


UPTD PUSKESMAS LIPULALONGO
Jln. Siswa No. 21 Desa Lipulalongo Kec. Labobo (Kode Pos 94892)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


PROGRAM PENVEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING TAHUN 2023

A. PENDAHULUAN

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah 2 tahun (balita)
akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang
tidak memadai terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin
hingga anak berusia dua tahun. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi
badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya
(Kementerian Kesehatan, Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai
faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang
hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui,
genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila
dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik),
dan pelayanan kesehatan.

Penyebab stunting menurut lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada dua,
yakni faktor lingkungan dan genetik. Lingkungan adalah aspek penting yang masih
dapat diintervensi sehingga perawakan pendek atau stunting dapat diatasi. Faktor
lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi
ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian
infeksi pada anak. Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting dapat disebabkan oleh
faktor genetik dan hormonal. Namun sebagian besar stunting disebabkan oleh kekurangan
gizi.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan
terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.2018).
Percepatan penurunan stunting merupakan program yang paling penting karena terkait
pembangunan manusia Indonesia yang lebih berdaya saing di masa depan.

B. LATAR BELAKANG

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa masa usia anak-anak di bawah lima
tahun adalah masa-masa keemasan (golden age) bagi pertumbuhan anak. Pada masa
tersebut anak-anak akan menyerapkan informasi dari lingkungan sekitarnya dan akan
terekam lama dalam memorinya. Hal ini akan menentukan pola pikir dan perilakunya
dimasa yang akan datang. Sehingga pada masa tersebut sangat penting untuk diberikan
asupan nutrisi yang cukup serta stimulus atau rangsangan komunikasi, dan perilaku yang
benar dari lingkungannya terutama orang tua dan keluarganya. Tindakan pencegahan
stunting tentu lebih bijak dilaksanakan oleh semua orang di lingkungannya,
terutama yang terdapat anak balita dan pasangan usia muda terhadap kemungkinan
terjadinya stunting, daripada harus melakukan upaya penanganan setelah stunting
itu terjadi. Biaya pencegahan stunting tentu lebih murah dan dampaknya tentu akan
lebih terkendali, daripada apabila sudah terjadi stunting. Berikut ini beberapa langkah
yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah
stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. lbu
hamil selalu disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses
kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri Air Susu lbu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat
kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap
memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey
dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan Makanan Pendamping Air Susu lbu (MPASI)
sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan
makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan
yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari
ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau
penambahan nutrisi ke dalam makanan.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Membawa balita secara berkala ke posyandu maupun klinik khusus anak.
Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan
penanganannya.

5. Selalu jaga kebersihan lingkungan


Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan seran an penyakrt,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Factor ini pula yang sevara tidak
langsung meningkatkan resiko anak stunting

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


1. Tujuan Umum
Menurunkan prevalensi kasus stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Lipulalongo.
2. Tujuan Khusus
a. Menegah terjadinya kasus stunting baru.
b. Intervensi dan tatalaksana terhadap balita yang mengalami stunting.
c. Merubah perilaku masyarakat dalam Meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta pola asuh.
d. Menurunkan angka keadaan penyakit yang dapat memivu terjadinya stunting.
D. VISI MISI
1. Visi Puskesmas Lipulalongo
Terwujudnya Masyarakat Labobo Yang Mandiri, Sehat dan Sejahtera
2. Misi Puskesmas

a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat.


b. Melakukan konsolidasi kerja bersama lintas program.
c. Meningkatkan kerja sama lintas sektor.
d. Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan.
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat dalam melaksanakan program
kesehatan.
f. Menjadikan Puskesmas sebagai pusat edukasi kesehatan bagi masyarakat.
E. TATA NILAI

Tata nilai yang diterapkan di Puskesmas Lipulalongo adalah CERIA yaitu Cakap,
Empati, Ramah, Ikhlas dan Amanah.
1. Cakap adalah bahwa seluruh petugas Puskesmas Lipulalongo dalam melaksanakan
pelayanan selalu bekerja sama , bertanggung jawab dan sesuai prosedur
2. Empati adalah bahwa setiap petugas bersikap peduli dan tenggang rasa baik kepada
pasien maupun rekan kerja.
3. Ramah adalah bahwa setiap petugas harus sopan, santun, rendah hati dan menjaga
etika.
4. Ikhlas adalah semua petugas tidak mudah marah dan putus asa
5. Amanah adalah bahwa dalam seluruh petugas bekerja sesuai dengan pedoman.

F. KEGIATAN DAN METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan Pokok Metode Pelaksanaan Kegiatan


1 Pendampingan Rujukan balita 1. Pengkajian gizi
gizi kurang/gizi buruk/ 2. Penentuan diagnosa gizi
stunting 3. Perencanaan Intervensi gizi
4. Monitoring dan evaluasi asuhan gizi

G. SASARAN
Semua Bayi/Balita 0-59 bulan yang sedang mengalami atau beresiko menderita gizi
kurang gizi buruk atau stunting di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lipulalongo.
H. PERAN LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR
1. Peran Lintas Program Terkait

No Lintas Program Peran


1 - KIA Berkoordinasi dengan Bidan Desa tentang riwayat
kesehatan bayi balita yang mengalami gizi kurang gizi
buruk atau stunting
2. Peran Lintas Sektor Terkait

No Lintas Sektor Peran


1 - Kader Posyandu Berkoordinasi dalam memantau perkembangan balita
setelah pendampingan

I. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

2023
N KEGIATA
JA FE MA AP ME JU JU AG SE OK NO DE
O N
N B R R I N L T P T V S
1 Pendamping √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
an rujukan
balita gizi
kurang/gizi
buruk dan
Stunting

J. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


1. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh pelaksana kegiatan dengan
melihat dan membandingkan acpaian kegiatan dengan target yang ditetapkan serta
dengan melihat progres Peningkatan status gizi bayi/balita. Evaluasi dilakukan setiap
bulan sekali yang dibuat dan disepakati oleh petugas gizi untuk kemudian diketahui
dan ditandatangai oleh Kepala Puskesmas.
2. PELAPORAN
Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibuat setelah semua pelaksanaan
kegiatan selesai pada minggu ke-3 setiap bulan, dibuat oleh petugas pelaksana gizi
dalam bentuk buku laporan evaluasi kegiatan program gizi, mulai jenis kegiatan, hasil
kegiatan, menjelaskan masalah, prioritas masalah dan penyebab masalah yang ada,
selanjutnya untuk dibuat rencana tindak lanjut sebagai bahan rencana pelaksanaan
kegiatan dibulan berikutnya. Buku laporan evaluasi kegiatan program gizi disampaikan
kepada Kepala Puskesmas untuk diketahui dan ditandatangani serta dijadikan sebagai
bahan yang akan dibahas pada lokakarya mini bulanan Puskesmas.
K. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
1. PENCATATAN PELAPORAN
Pencatatan kegiatan program dilakukan selama kegiatan berlangsung, meliputi
jumlah sasaran, jumlah cakupan yang telah dicapai, atau keterangan lainnya sesuai
yang dibutuhkan sebagai data penunjang dan dicatat dalam buku register masing-
masing kegiatan untuk digunakan dalam pembuatan laporan kegiatan. Pelaporan dibuat
dalam format laporan yang telah disepakati/ditetapkan oleh Seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten, berdasarkan hasil rekap cakupan kegiatan yang diperoleh baik
langsung maupun rekap cakupan kegiatan dari tiap-tiap Binwil, laporan disampaikan
kepada Kepala Puskesmas untuk diketahui dan ditandatangani, dan kemudian
disampaikan Ke Bagian Seksi Gizi Dinas Kasehatan Kabupaten pada awal bulan
berikutnya (tiap-tiap tanggal 25 setiap bulannya). Laporan hasil kegiatan juga disajikan
dalam bentuk PWS-Gizi, yang berfungsi sebagai bahan informasi dasar penentuan
tindakan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi.
2. EVALUASI KEGIATAN
Evalusi kegiatan dilakukan diakhir bulan kegiatan, setelah pelaksanaan
kegiatan selesai terlaksana dengan mengacu pada 18 indikator kinerja dan target
kegiatan, apakah pelaksanaan program kegiatan telah sesuai target ataukah belum,
untuk kemudian dilakukan rencana tindak lanjut untuk kegiatan dibulan berikutnya.
L. PEMBIAYAAN
Kegiatan ini dibiayai melalui dana DAK Non Fisik (BOK) UPTD Puskesmas LIpulalongo
T.A 2023.

Koordinator Program Gizi


UPTD Puskesmas Lipulalongo

Armansyah Farid, A.Md.Gizi

Anda mungkin juga menyukai