A. PENDAHULUAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah 2 tahun (balita)
akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang
tidak memadai terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin
hingga anak berusia dua tahun. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi
badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya
(Kementerian Kesehatan, Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai
faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang
hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui,
genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila
dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik),
dan pelayanan kesehatan.
Penyebab stunting menurut lkatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ada dua,
yakni faktor lingkungan dan genetik. Lingkungan adalah aspek penting yang masih
dapat diintervensi sehingga perawakan pendek atau stunting dapat diatasi. Faktor
lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi
ibu, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian
infeksi pada anak. Selain disebabkan oleh lingkungan, stunting dapat disebabkan oleh
faktor genetik dan hormonal. Namun sebagian besar stunting disebabkan oleh kekurangan
gizi.
Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan
terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.2018).
Percepatan penurunan stunting merupakan program yang paling penting karena terkait
pembangunan manusia Indonesia yang lebih berdaya saing di masa depan.
B. LATAR BELAKANG
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa masa usia anak-anak di bawah lima
tahun adalah masa-masa keemasan (golden age) bagi pertumbuhan anak. Pada masa
tersebut anak-anak akan menyerapkan informasi dari lingkungan sekitarnya dan akan
terekam lama dalam memorinya. Hal ini akan menentukan pola pikir dan perilakunya
dimasa yang akan datang. Sehingga pada masa tersebut sangat penting untuk diberikan
asupan nutrisi yang cukup serta stimulus atau rangsangan komunikasi, dan perilaku yang
benar dari lingkungannya terutama orang tua dan keluarganya. Tindakan pencegahan
stunting tentu lebih bijak dilaksanakan oleh semua orang di lingkungannya,
terutama yang terdapat anak balita dan pasangan usia muda terhadap kemungkinan
terjadinya stunting, daripada harus melakukan upaya penanganan setelah stunting
itu terjadi. Biaya pencegahan stunting tentu lebih murah dan dampaknya tentu akan
lebih terkendali, daripada apabila sudah terjadi stunting. Berikut ini beberapa langkah
yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah
stunting pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. lbu
hamil selalu disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani proses
kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri Air Susu lbu (ASI) Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat
kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap
memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey
dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan Makanan Pendamping Air Susu lbu (MPASI)
sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa memberikan
makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan makanan-makanan
yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari
ASI untuk mencegah stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau
penambahan nutrisi ke dalam makanan.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Membawa balita secara berkala ke posyandu maupun klinik khusus anak.
Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan
penanganannya.
Tata nilai yang diterapkan di Puskesmas Lipulalongo adalah CERIA yaitu Cakap,
Empati, Ramah, Ikhlas dan Amanah.
1. Cakap adalah bahwa seluruh petugas Puskesmas Lipulalongo dalam melaksanakan
pelayanan selalu bekerja sama , bertanggung jawab dan sesuai prosedur
2. Empati adalah bahwa setiap petugas bersikap peduli dan tenggang rasa baik kepada
pasien maupun rekan kerja.
3. Ramah adalah bahwa setiap petugas harus sopan, santun, rendah hati dan menjaga
etika.
4. Ikhlas adalah semua petugas tidak mudah marah dan putus asa
5. Amanah adalah bahwa dalam seluruh petugas bekerja sesuai dengan pedoman.
G. SASARAN
Semua Bayi/Balita 0-59 bulan yang sedang mengalami atau beresiko menderita gizi
kurang gizi buruk atau stunting di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Lipulalongo.
H. PERAN LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR
1. Peran Lintas Program Terkait
2023
N KEGIATA
JA FE MA AP ME JU JU AG SE OK NO DE
O N
N B R R I N L T P T V S
1 Pendamping √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
an rujukan
balita gizi
kurang/gizi
buruk dan
Stunting