Anda di halaman 1dari 58

CEGAH STUNTING, MENUJU

GENERASI EMAS, BATAM


KOTA BARU

Batam, 8 Juli 2023


PERMASALAHAN GIZI
REPUBLIK
INDONESI
PERMASALAHAN GIZI
A

Setiap Negara Di Dunia Mengalami


Permasalahan Gizi Indonesia merupakan salah satu negara
dengan triple ganda permasalahan
gizi.
Status Gizi Balita, 2013-2018

37,2
30,8

12,1 10,2 11,9


8,0

Stunting Wasting Overweight


single burden double burden triple burden
2013
2018
22,2% balita di dunia
Obesitas Penduduk Usia 18+ tahun
(150,8 juta)
7,5% 5,6%
(50,5 juta) (38,3 juta) 2013 2018

Stunting Wasting Overweight 14,8% 21,8%

Sumber: Global Nutrition Report, 2018 Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018
3
PERMASALAHAN GIZI

TARGET RPJMN 2020-2024


REPUBLIK
INDONESI
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT INDONESIA
A

Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh


Pola makan merupakan faktor risiko nomor 1 yang
padi-padian. Konsumsi bahan pangan hewani dan sayur dan
buah masih rendah. berkontribusi pada kematian dan kecacatan di Indonesia

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Faktor Risiko Kematian dan Kecacatan di Indonesia,
Tahun 2017 mencapai 83,04%. 2007-2017

25%
Padi-padian

21,74% 2017
Sayur
dan Buah
15,49%
Pangan
9,81%
Kacang- Hewani
kacangan

Sumber: Kementerian Pertanian

Penduduk usia ≥ 5 tahun kurang


konsumsi sayur dan buah Sumber: IHME Data Visualization
Sumber: Riskesdas, 2018

7
STUNTIN
ADALA
G
H
Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan
gizi kronis dan stimulasi psikososial
serta paparan infeksi berulang terutama
dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) -
biasa disebut perawakan pendek
12
Stunting adalah keadaan dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan
umur sebayanya

Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang


lebih dari minus dua standar deviasi median standar
pertumbuhan anak dari WHO.
12
KERANGKA KONSEP MALNUTRISI
Strategi Penanganan Stunting

Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari

1 Intervensi gizi
Spesifik
Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam
waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan

2 Intervensi gizi Sensitif pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya


adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000
HPK.
INTERVENSI GIZI
SPESIFIK
FOKUS KELOMPOK
SASARAN 1.000 HPK

UMUMNYA DILAKUKAN
SEKTOR KESEHATAN

KONTRIBUSI 30 %
ANC, IMD, ASI Eksklusif, MP-ASI, imunisasi, pemberian vitamin A,
As. Folat, Tablet besi, Calsium
INTERVENSI GIZI
1. Menyediakan dan Memastikan AKSES pada AIR BERSIH.
SENSITIF
2. Menyediakan dan Memastikan AKSES pada SANITASI.
3. Melakukan FORTIFIKASI Bahan Pangan.
4. Menyediakan AKSES kepada YANKES dan KB. FOKUS KELOMPOK
5. Menyediakan JKN. UMUM
6. Menyediakan JAMPERSAL
7. Memberikan PENDIDIKAN PENGASUHAN pada Orang tua.
8. Memberikan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Universal. DILAKUKAN
LINTAS SEKTOR
9.Memberikan PENDIDIKAN GIZI Masyarakat.
10.Memberikan EDUKASI KESPRO serta GIZI pada REMAJA.
11.Menyediakan BANTUAN dan JAMINAN SOSIAL bagi
KELUARGA MISKIN. KONTRIBUSI 70 %
12.Meningkatkan KETAHANAN PANGAN dan GIZI.
Pembacaan hasil yang belum valid 
Pembacaan tidak sejajar dengan hasil
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
Kurangnya edukasi ke ibu hamil pentingnya
PMT bumil KeK, TTD, dan kelas ibu hamil. MANUSIA DANA SARANA

 
Kurangnya edukasi ke ibu pentingnya IMD,
ASI Eksklusif dan MP-ASI Jenis alat ukur masih
Beberapa desa belum ada
ada yang belum standar
Kurangnya edukasi ke ibu pentingnya ikut pengadaan alat ukur yang
posyandu sesuai standar
Tidak dilakukan
kalibrasi sebelum
pengukuran
TINGGINYA ANGKA
STUNTING DI WILAYAH
KEC. SAGULUNG
Ada bantuan alat ukur dari
Kemenkes namun belum
mencukupi kebutuhan

Masih ditemukan
pengukuran tinggi
badan dan panjang
balita yang belum METODE MATERIAL
tepat
CARA PENGUKURAN PANJANG BADAN
POSISI BENAR TAMPAK
POSISI SALAH
ANGKA 0
KESALAHAN YANG SERING TERJADI
1. Masih terdapat ibu hamil yang tidak
mengikuti kelas ibu hamil/ ANC
2. Masih terdapat ibu yang tidak
Kurangnya mengikuti posyandu
edukasi dan 3. Masih terdapat ibu yang tidak
memberikan ASI ekslusif
sosialisai 4. Masih terdapat ibu hamil yang tidak
mengonsumsi tablet penambah
darah dan PMT (Ibu KEK)
PERAN PKK DAN KADER DALAM PENCEGAHAN STUNTING

• Penyuluhan kepada masyarakat untuk peningkatan


Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran keluarga akan pentingnya
kesadaran KIA
masyarakat • Gerakan sadar KIA
melalui • Mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
penggerakan • Mensosialisasikan pentingnya perilaku hidup bersih dan
peran kader sehat

Pengembangan/ • Penguatan pengelolaan UKBM


pengorganisasian • Peningkatan kapasitas kader
masyarakat
Beberapa Penelitian
HASIL FAKTOR RUMAH TANGGA DAN
KELUARGA
• Beberapa studi di Indonesia
menemukan hubungan yang moderat
hingga kuat antara IBU YANG
PENDEK dengan kejadian stunting
pada anak
• Sebanyak 3 studi potong lintang
menunjukkan hubungan yang cukup
erat antara IBU YANG BERUSIA LEBIH Prevalence of maternal short stature (<145 cm)
MUDA dan stunting pada anak

• IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE


sangat berhubungan dengan stunting
pada anak di Indonesia
HASIL FAKTOR LINGKUNGAN
• Rumah tangga yang mempunyai fasilitas JAMBAN
yang lebih bersih memiliki kemungkinan lebih kecil
mengalami stunting baik di pedesaan maupun
perkotaan
• PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH—
diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan dengan
peningkatan stunting
Household with
• Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH
TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting
• Secara umum kemungkinan anak mengalami stunting
lebih tinggi apabila PENDIDIKAN ORANG TUA Percentage Household of children under 5 with unimproved drinking water
RENDAH
• Kemampuan DAYA BELI YANG KURANG dan beberapa
indikator kesejahteraan rumah tangga lainnya sangat
berhubungan dengan stunting
• AYAH PEROKOK sedikit berkaitan dengan stunting
pada satu penelitian
HASIL FAKTOR MP ASI DAN
INFEKSI
• Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa
anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN
mempunyai kemungkinan kejadian stunting yang
lebih tinggi
• Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK
PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN,
berhubungan dengan penurunan kemungkinan
kejadian stunting pada anak-anak miskin di
perkotaan
• RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN highest quintile food expenditure

MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK


MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN
FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan
dengan peningkatan kejadian stunting pada anak
usia 6-23 bulan
• Satu studi menemukan hubungan yang cukup
kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH
HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada
anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
HASIL FAKTOR MASYARAKAT DAN
SOSIAL
• Studi di Indonesia sudah membahas
semua determinan kesehatan dan
pelayanan kesehatan kecuali
ketersediaan

• Dua studi menunjukkan hubungan


antara PENYEDIA PELAYANAN
KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI
dengan kejadian stunting
Significant OR of Stunting by District

• Dalam sub elemen : air, sanitasi dan


lingkungan, satu-satunya komponen
yang ditemukan berhubungan dengan
stunting adalah URBANISASI
KESIMPULAN (1)
1. Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia :
a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama,
b. status ekonomi keluarga yang rendah,
c. kelahiran prematur d.
e. panjang badan baru lahir yang pendek,
f. ibu yang pendek
g. tingkat pendidikan orang tua rendah
anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah pedesaan
2. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari pada anak perempuan
3. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM TIDAK LAYAK
meningkatkan risiko terjadinya stunting.
4. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN dan
tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak
KESIMPULAN (2)
6. HAMPIR SELURUH PENYEBAB LANGSUNG terhadap kejadian stunting
telah ditangani oleh kebijakan program di Indonesia
TIM TPK TERLATIH
6 KELURAHAN
17 TIM
SEI BINTI

SEI LEKOP 17 TIM

SAGULUNG KOTA 19 TIM


8 TIM

SEI LANGKAI 25 TIM

20 TIM
SEI PELUNGGUT

22 TIIM
TEMBESI
SASARAN INTERVENSI PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING

REMAJA
BALITA (USIA 0-59 BULAN) 1
APLIKASI : EPPGBM
6 2
CALON PENGANTIN
APLIKASI : ELSIMIL.
STUNTING

IBU MENYUSUI IBU HAMIL


5 3
4
IBU PASCA BERSALIN
DATA SASARAN TPK KEC. SAGULUNG
Sei Lekop Sei Binti Sagulung Kota Sei Langkai Sei Pelunggut Tembesi
Kelurahan
Sasaran TW 1 Sasaran TW 1 Sasaran TW 1 Sasaran TW 1 Sasaran TW 1 Sasaran TW 1

Remaja Putri 1167 292 1005 251 1323 331 1317   329  5024 1256  7139  1784

Calon Penganten 169 30 170 16 163 49 214 54 146 36 210 53

Ibu Hamil 792 198 917 229 971 243   1578  394  1095  274  1557  389

Ibu Bersalin 756 60 875 92 927 106 128  32   106 26  210  52 

Ibu Pasca Salin 756 189 927 232 875 219  1507 377   1045 261   1487  372

Ibu Menyusui 2053 513 2519 630 2519 630 117   29 106   26 210  52 

Balita (0-59 bln) 3364 841 3896 974 4025 1006  6706 1676  4652  1163  6617  1654
AUDIT STUNTING
KASUS YANG TELAH DI AUDIT
SEI LEKOP Dari 55 Ibu hamil yang diaudit, tidak terdapat permasalahan baik KEK dan anemia dan
Dari 45 Ibu pasca bersalin yang diaudit, tidak ditemukan permasalahan
Caten tidak ditemukan permasalahan
Dari 45 bayi yang diaudit, ditemukan 1 bayi dengan masalah gizi dan tidak mendapat
ASI eksklusif.
Balita tidak ditemukan permasalahan

SAGULUNG KOTA Dari 27 Ibu hamil yang diaudit, tidak terdapat permasalahan baik KEK dan anemia dan
Dari 46 Ibu pasca bersalin yang diaudit, tidak ditemukan permasalahan
Dari 3 Caten yang diaudit, tidak ditemukan permasalahan
Dari 46 bayi yang diaudit, tidak ditemukan permasalahan
Dari 10 Balita yang diaudit, ditemukan 1 balita dengan meningitis (radang otak)
dengan gagal tumbuh

SEI BINTI Dari 176 Ibu hamil yang diaudit, terdapat 2 orang ibu hamil demgan hipertensi
Dari 76 Ibu pasca bersalin yang diaudit, tidak ditemukan permasalahan
Caten tidak ditemukan permasalahan
Dari 167 bayi yang diaudit, ditemukan 2 bayi dengan berat bayi rendah
Dari 257 Balita yang diaudit, ditemukan 2 balita dengan TB kelenjar
AUDIT STUNTING
KASUS YANG TELAH DI AUDIT
SEI LANGKAI 1 ibu hamil KEK (18 tahun)
1 ibu hamil dengan anemia
SEI PELUNGGUT Belum ditemukan masalah untuk dilakukan audit

TEMBESI Belum ditemukan masalah untuk dilakukan audit


PERSENTASI REMATRI
8000
7139
7000

6000

5024
5000

4000

3000

2000 1784
1167 1323 1256 1317
1005
1000
292 251 331 331
1
0
SUNGAI SUNGAI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP BINTI PELUNGUT LANGKAI
PERSENTASI CATIN
250
214 210
200
169 170
163
150 146

100

49 54 53
50 36
30
16
0
SUNGAI SUNGAI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP BINTI PELUNGUT LANGKAI

SASARAN TW 1
PERSENTASI IBU HAMIL
1800

1600 1578 1557

1400

1200
1095
1000 971
917
792
800

600
394 389
400
243 274
198 229
200
1
0
SUNGAI SUNGAI BINTI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP PELUNGUT LANGKAI

SASARAN TW 1
PERSENTASI IBU BERSALIN
1000
927
900 875

800 756

700

600

500

400

300
210
200
128
92 106 106
100 60 52
26 32
1
0
SUNGAI SUNGAI BINTI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP PELUNGUT LANGKAI

SASARAN TW 1
PERSENTASI PASCA BERSALIN
1000
927
900 875

800 756
700

600

500

400

300
210
200
106 106 128
92
100 60 52
26 32
0
SUNGAI SUNGAI BINTI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP PELUNGUT LANGKAI

SASARAN TW 1
PERSENTASI IBU MENYUSUI
1600 1507 1487
1400

1200
1045
1000 927
875
800 756

600

400 377 372


232 261
189 219
200

0
SUNGAI SUNGAI BINTI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP PELUNGUT LANGKAI

SASARAN TW 1
PERSENTASI BALITA 0 – 59 BULAN
8000

7000 6706 6617

6000

5000 4652
3896 4025
4000
3364
3000

2000 1676 1654


974 1006 1163
1000 841

0
SUNGAI SUNGAI BINTI SAG. KOTA SUNGAI SUNGAI TEMBESI
LEKOP PELUNGUT LANGKAI

SASARAN TW 1
JUMLAH BALITA STUNTING
2023
25
23
22

20
18
17
16
15

10
7

0
SUNGAI LEKOP SUNGAI BINTI SAG. KOTA SUNGAI LANGKAI SUNGAI TEMBESI
PELUNGGUT

FEBRUARI
ANALISA KEBERHASILAN STATUS
STUNTING
PERMASALAHAN ANALISIS
Dari Kelurahan Sei Lekop terjadi Dari 7 kasus stunting berubah menjadi tidak stunting sebanyak 1
penurunan kasus stunting dari 7 anak balita karena sudah lewat umur.
menjadi 6 balita
Dari kelurahan Sei Binti terjadi Dari 10 kasus stunting berubah menjadi tidak stunting sebanyak 2
penurunan kasus stunting dari 10 balita , 1 anak karena pendampingan dan 1 anak karena sudah lewat
anak menjadi 8 balita. umur
Dari kelurahan Sagulung Kota terjadi Dari 23 kasus stunting berubah menjadi tidak stunting sebanyak 2
penurunan kasus stunting dari 23 balita karena 1 anak karena pindah domisili, 1 anak sudah lewat
balita menjadi 21 balita. umur.
Dari Kelurahan Sei Langkai terjadi Dari 22 kasus stunting, sembuh sebanyak 14 balita kemudian umur
penurunan stunting dari 22 kasus sudah lewat 59 bulan sebanyak 6 balita, dan 2 balita pindah.
menjadi 0 balita.
Ada kasus baru sebanyak 8 balita
ANALISA KEBERHASILAN STATUS
STUNTING
PERMASALAHAN ANALISIS
Dari Kelurahan Sei Pelunggut terjadi Dari 18 kasus stunting, sembuh sebanyak 13 balita kemudian umur
penurunan kasus stunting dari 18 sudah lewat 59 bulan sebanyak 3 balita, dan 2 balita pindah.
anak menjadi 0 anak. Adanya kasus
baru sebanyak 2 balita
Dari kelurahan Tembesi terjadi Dari 16 kasus stunting, sembuh sebanyak 10 balita kemudian umur
penurunan kasus stunting dari 16 sudah lewat 59 bulan sebanyak 4 balita, dan 2 balita pindah.
anak menjadi 0 balita. Adanya kasus
baru sebanyak 7 balita.
PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT
PERAN DINAS
PERMASALAHAN PERAN LINTAS SEKTOR
KESEHATAN
Sei Binti : Pemantauan tumbuh
Dari 176 Ibu hamil yang diaudit, terdapat 2 orang kembang anak oleh
ibu hamil demgan hipertensi
Dari 76 Ibu pasca bersalin yang diaudit, tidak Puskesmas dan di rujuk ke
ditemukan permasalahan RS
Caten tidak ditemukan permasalahan
Dari 167 bayi yang diaudit, ditemukan 2 bayi
dengan berat bayi rendah
Dari 257 Balita yang diaudit, ditemukan 2 balita
dengan TB kelenjar
Sagulung Kota : Pemantauan tumbuh
Dari 27 Ibu hamil yang diaudit, tidak terdapat kembang anak oleh
permasalahan baik KEK dan anemia dan
Dari 46 Ibu pasca bersalin yang diaudit, tidak Puskesmas dan di rujuk ke
ditemukan permasalahan RS
Dari 3 Caten yang diaudit, tidak ditemukan
permasalahan
Dari 46 bayi yang diaudit, tidak ditemukan
permasalahan
Dari 10 Balita yang diaudit, ditemukan 1 balita
dengan meningitis (radang otak) dengan gagal
tumbuh
PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT
PERAN DINAS
PERMASALAHAN PERAN LINTAS SEKTOR
KESEHATAN
Sei Lekop : Pemantauan tumbuh
Dari 55 Ibu hamil yang diaudit, tidak terdapat kembang anak, pemberian
permasalahan baik KEK dan anemia dan
Dari 45 Ibu pasca bersalin yang diaudit, tidak edukasi dan konseling
ditemukan permasalahan menyusui dan gizi.
Caten tidak ditemukan permasalahan
Dari 45 bayi yang diaudit, ditemukan 1 bayi dengan
masalah gizi dan tidak mendapat ASI eksklusif.
Balita tidak ditemukan permasalahan

Sei Langkai : Pemberian tablet tambah


darah selama 90 hari, ANC
1 ibu hamil dengan anemia
teratur
PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT
PERAN DINAS
PERMASALAHAN PERAN LINTAS SEKTOR
KESEHATAN
Sei Pelunggut : Belum dilakukan Intervensi
Belum ditemukan masalah untuk dilakukan audit karena tidak ditemukan
permasalahan

Tembesi : Belum dilakukan Intervensi


Belum ditemukan masalah untuk dilakukan audit karena tidak ditemukan
permasalahan
MEMASTIKAN SEMUA SASARAN MENDAPATKAN
PELAYANAN
SUNGAI
LEKOP

SUNGAI BINTI
MEMASTIKAN SEMUA SASARAN
MEMANFAATKAN INTERVENSI DARI
PELAYANAN
SUNGAI PELUNGGUT

SAG. KOTA
MEMASTIKAN SEMUA SASARAN
MEMANFAATKAN INTERVENSI DARI
PELAYANAN
TEMBESI

SUNGAI LANGKAI
MEMASTIKAN SEMUA SASARAN
MENDAPATKAN PELAYANAN
KELAS IBU BALITA
PEMBERIAN TTD PADA REMAJA

KELAS IBU HAMIL POSYANDU REMAJA KESPRO CATIN

Anda mungkin juga menyukai