Anda di halaman 1dari 12

SDGs dan Masa Depan Pangan

M. Toha Tulus Dharmawan - TPHP | 17 Agustus 2016


Optimalisasi Potensi Pangan Lokal dalam Mendukung Sustainable Development
Goals (SDGs)

Hari ini. Dunia sedang bergandengan tangan demi membangun dunia menjadi lebih baik.
Di tengah peradaban yang semakin maju, setiap belahan bumi selalu menghadapi berbagai
ancaman, mulai dari krisis ekonomi, kesenjangan sosial, konflik, kelaparan, kondisi kesehatan
dan sanitasi yang buruk, kehancuran moral generasi penerus, dan lain-lain.

Untuk itu, negara di seluruh dunia bersatu dan merumuskan penyelesaian terhadap
berbagai masalah yang menjadi fokus dunia saat ini. Melalui PBB, suatu badan badan persatuan
dunia, pada agustus 2015 berbagai negara menyepakati suatu proposal berisi 17 tujuan
pembangunan berkelanjutan atau lebih dikenal dengan Sustainable Development Goals (SGDs)
sebagai pengganti Millenium Development Goals (MDGs) yang akan berakhir di tahun 2015.

Beberapa tujuan tersebut diantaranya adalah:

1. Pemberantasan kemiskinan
2. Pengentasan kelaparan dan ketahanan pangan
3. Peningkatan kesehatan dan gaya hidup yang baik
4. Pendidikan yang berkualitas
5. Kesetaraan gender
6. Air bersih dan sanitasi yang baik
7. Energi yang bersih dan murah
8. Pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi
9. Industri, inovasi dan infrastrukstur
10. Mengurangi kesenjangan
11. Kota-kota dan komunitas berkelanjutan
12. Konsumsi dan produksi ytang bertanggung jawab
13. Beraksi untuk iklim
14. Pelestarian kehidupan bawah laut
15. Pelestarian kehidupan dan ekosistem darat
16. Pedamaian dan keadilan
17. Kemitraan untuk mencapai tujuan

Salah satu hal yang paling krusial adalah tentang pengentasan kelaparan, ketahanan
pangan, dan kedaulatan pangan untuk memenuhi kebutuhan bangsa maupun sekaligus menopang
kebutuhan dunia. Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya alam paling melimpah
dan variatif. Indonesia juga menempati posisi 18 (World bank) dan 16 (IMF) dalam peringkat
PDB dunia, itu artinya Indonesia ikut menentukan arah pertumbuhan ekonomi global melalui
organisasi G20. Indonesia juga merupakan negara dengan sumber daya manusia terbanyak ke 4
dengan hampir 216 juta jiwa lebih, namun angka tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan
produksi pangan.

PAGE 1
Hal itu membuat Indonesia dihadapi masalah besar, untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional, Indonesia masih mengalami ketergantungan pangan dalam pelaksanaannya. Ini artinya
Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan pangan bangsanya sendiri secara mandiri,
padahal Indonesia dikenal sebagai negara yang mampu menumbuhkan apapun di tanahnya,
lautnya yang melimpah, dan keunggulan-keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Lalu mengapa ini bisa terjadi?, apa yang membuat Indonesia masih ketergantungan impor
pangan saat dunia mengimpor berbagai bahan pangan dari Indonesia?. Dan bagaimana upaya
kita mengatasi masalah yang membuat Indonesia makin terpuruk?. Apakah para petani tidak
mampu memproduksi pangan lagi?, atau justru konsumsi masyarakat yang menjadi masalah?,
atau pemerintah yang terlanjur terjebak dengan pusaran perdagangan yang merugikan rakyatnya
sendiri?

Hal pertama yang perlu kita ketahui mengenai masalah ini bahwa kelaparan disebabkan
karena kerawanan pangan, kerawanan pangan disebabkan karena negara tidak mampu memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan pangan rakyatnya. Ketidakmampuan tersebut disebabkan
karena negara belum mencapai ketahanan pangan. Ketahanan pangan sendiri dapat diartikan
dengan berbagai definisi, diantaranya ketahanan merupakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pangan anggota rumah tangga dalam jumlah, mutu dan ragam sesuai budaya setempat
dari waktu ke waktu agar hidup sehat.

Namun dalam pelaksanaannya, prinsip ketahanan pangan hanya sekedar terpenuhinya


kebutuhan pangan, baik bersumber dari produksi dalam negeri maupun luar negeri (impor). Hal
ini yang menyebabkan berbagai negara, Indonesia khususnya, masih dibayangi kerawanan
pangan. Maka demi mewujudkan pengentasan kelaparan, Indonesia perlu meningkatkan
kemampuan agar mejadi negara yang berdaulat pangan.

Kedaulatan pangan merupakan hak suatu bangsa untuk memenuhi kebutuhan pangan
berdasarkan kebijakan yang ditentukan sendiri dan dari usaha bangsa itu sendiri, tidak tergantung
sumber lain. Indonesia sebagai nagara agraris memiliki modal yang cukup untuk mencapai
kedaulatan pangan. Menurut data FAO 2010 bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 5 dunia
dalam hal produsen pangan terbesar di dunia, sekaligus peringkat ke 5 konsumen pangan terbesar
di dunia dengan peringkat produksi berbagai komoditas pangan tertinggi di dunia.

Nyatanya, data tersebut tidak terlihat sebagaimana mestinya, Indonesia masih mengimpor
beras padahal produksi beras nasional peringkat 3 dunia. Apa yang salah dari data-data tersebut?,
bila ditinjau dari tingkat perkapita, tingkat konsumsi pangan Indonesia cukup tinggi, terutama
pada komoditas padi-padian (beras). Hal ini menyebabkan beberapa komoditas berkurang
peminatnya. Bahkan di daerah dimana beras awalnya bukan makanan pokok utama seperti
daerah timur Indonesia, sekarang mulai mengkonsumsi nasi (beras) sebagai makanan pokok.

PAGE 2
PAGE 3
PAGE 4
Kurang beragamnya pangan tersebut juga dapat memicu kelangkaan bahan pangan yang
berujung pada kerawanan pangan. Lalu apa yang harus diperbuat untuk menghindar dari bahaya
rawan pangan?

Salah satunya ialah diversifikasi pangan, yaitu upaya untuk mendorong masyarakat agar
memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsi sehingga tidak terfokus pada satu jenis saja.
Konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, sehingga diversifikasi konsumsi pangan
diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi
bahan pangan non beras (Pakpahan dan Suhartini, 1989).

Lalu alternatif seperti apa yang akan diambbil setelah mengurangi konsumsi beras?.
Pilihannya hanya ada dua, mewujudkan kedaulatan pangan dengan mengambil kebijakan
kemandirian dalam memproduksi pangan atau menambah pasokan pangan melalui jalan impor
komoditas pangan.

Diverifikasi pangan juga bermanfaat untuk memperoleh nutrisi dari sumber gizi yang
lebih beragam dan seimbang. Diversifikasi pangan yang dilakukan masyarakat kawasan ASEAN
umumnya, dan Indonesia khususnya yaitu berupa nasi, karena mayoritas wilayah Asia Tenggara
mengkonsumsi nasi (beras) sebagai makanan pokoknya. Indonesia juga menegaskan
komitmennya dalam melaksanakan program tersebut dengan menjelaskan definisi diversifikasi
pangan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
demi mewujudkan swasembada beras dengan meminimalkan konsumsi beras agar tidak melebihi
produksinya.
Selain masalah diversifikasi pangan, faktor lain yang menyebabkan kerawanan pangan
adalah kemandirian dalam memproduksi pangan sendiri. Indonesia lebih terpaku pada usaha
impor komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsanya dibanding
meningkatkan intensifikasi pertanian dan kesejahteraan petani, hal ini yang menyebabkan
keberadaan petani di Indonesia. Industri pertanian Indonesia berkembang cukup pesat tapi di satu
sisi Indonesia mulai kehilangan para petani yang banyak beralih profesi, bahkan tidak terjadi
regenerasi. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap komoditas pangan
lokal, serta harga yang cenderung fluktuatif menyebabkan profesi petani kurang diminati.

Dampaknya produksi pangan nasional ikut turun seiring menurunnya jumlah petani,
meningkatnya angka impor pangan dan konsumsi nasional. Kemandirian pangan Indonesia
masih terhitung kurang, namun masih lebih baik dibanding negara – negara di kawasan ASEAN.

PAGE 5
PAGE 6
PAGE 7
\

PAGE 8
Demi mewujudkan cita-cita dunia yang tertuang dalam Sustainable Development Goals
(SDGs), diperlukan usaha bersama-sama dalam mewujudkannya. Salah satu masalah yang terjadi
di berbagai negara adalah kelaparan dan ketahanan pangan. Indonesia sebagai negara dengan
sumber daya alam yang melimpah pun tak dapat menghindari masalah ini.

Faktor yang memicu terjadinya kelaparan adalah karena negara tidak mampu memenuhi
kebutuhan pangan bangsanya dalam hal jumlah, mutu dan ragam. Ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan pangan dikarenakan tingkat konsumsi yang tinggi dibanding produksinya
yang menyebabkan defisit cadangan pangan, lalu karena cadanagn pangan defisit, pemerintah
memutuskan untuk mengambil kebijakan impor pangan ketimbang memperhatikan kesejahteraan
petani dan mengembangkan intensifikasi pertanian untuk mengembangkan produksi pangan
nasional.

Tantangan yang akan dihadapi dalam mewujudkan pengentasan kelaparan dan ketahanan pangan
diantaranya:

1. Krisis air global


2. Degradasi lahan
3. Perubahan iklim
4. Penyakit pertanian
5. Kediktatoran dalam pengambilan kebijakan
6. Kedaulatan pangan
7. Ketergantungan bahan bakar fosil
8. Homogenitas dalam pasokan pangan global
9. Pertumbuhan penduduk
10. Pengaturan harga
11. Alih guna lahan pertanian
12. Resiko bencana global

Beberapa solusi dalam menghadapi peristiwa rawan pangan tersebut diantaranya dengan
diversifikasi pangan, mengendalikan impor, intensifikasi pertanian, mengembangkan program
kesejahteraan petani, meningkatkan dan mensosialisasikan produksi pangan lokal, pemerataan
distribusi pangan, meningkatkan kesadaran gizi di masyarakat

Menurut Rakorpop Kemenkes RI (2015), target gizi masyarakat, yaitu:

1. Pada tahun 2030, mengakhiri kelaparan dan menjamin akses pangan yang aman, bergizi,
dan mencukupi bagi semua orang, khususnya masyarakat miskin dan rentan termasuk
bayi, di sepanjang tahun.
2. Pada tahun 2030, mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target
internasional 2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi
kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia.
3. Pada tahun 2030, menduakalilipatkan produktivitas dan pendapatan pertanian pada
produsen berskala kecil, terutama wanita, bangsa pribumi, petani keluarga, peternak dan

PAGE 9
nelayan, termasuk melalui akses yang aman dan merata kepada tanah, input dan sumber
daya produktif lainnya, pengetahuan, layanan keuangan, pasar dan peluang untuk
pekerjaan pertambahan nilai maupun non-pertanian.
4. Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan
mengimplementasikan praktik pertanian yang berketahanan yang meningkatkan
produktivitas dan produksi, yang membantu mempertahankan ekosistem, yang
memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrem, kekeringan,
banjir dan bencana lainnya serta yang secara progresif meningkatkan kualitas daratan dan
tanah.
5. Pada tahun 2020, mempertahankan keanekaragaman genetik pada bibit, tanaman
budidaya serta hewan ternak dan jinak beserta spesies liar terkaitnya, termasuk secara
bijaksana mengelola dan melakukan diversifikasi bank bibit dan tanamandi tingkat
nasional, regional, dan internasional, serta memastikan akses kepada bagi hasil, dan bagi
hasil yang adil dan merata melalui penggunaan sumber daya genetik dan asosiasi
pengetahuan tradisional, sebagaimana disetujui secara internasional.

Daftar Pustaka

 http://wikipedia.com/Sustainable_Development_Goals, diunduh Jum’at, 12 Agustus 2016


pukul 14.27
 http://wikipedia.co.id/Ketahanan_Pangan, diunduh Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 14.28
 Pakpahan, A. dan S.H. Suhartini. 1989. Permintaan Rumah Tangga Kota di Indonesia
Terhadap Keanekaragaman. Jurnal Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor
 Godfrey, HCJ. dan Garnett T. 2014. Food Security and Sustainable Development,
diunduh dari http://rstb.royalsocietypublisher.org/ Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 15.07
 Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian. 2016. Laporan Tahunan. Diunduh
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 15.12
 http://www.kompasiana.com/vembrijaya/perkembangan-pangan-di-indonesia, diunduh
Jum’at, 12 Agustus 2016 pukul 15 15
 FAO Statistical Yearbook 2010
 FAO Statistical Yearbook 2012
 FAO Statistical Yearbook 2013
 Badan Pusat Statistik, Susesnas 2015
 Rakorpop Kemenkes RI 2015

PAGE 10
PAGE 11

Anda mungkin juga menyukai