PENDAHULUAN
2. Tujuan khusus
a. Memberikan gambaran kegiatan pemberian Makanan Tambahan pada
balita di wilayah Puskesmas Pasar Ikan Melalui Kegiatan PMT
penyuluhan di posyandu.
b. Memberikan Gambaran kegiatan Penanganan kurang gizi pada balita di
wilayah Puskesmas Pasar Ikan Melalui Kegiatan Konseling ASI dan
MP ASI.
c. Memberikan gambaran kegiatan penanganan balita gizi kurang dan ibu
hamil KEK dengan pemberian PMT Pemulihan di wilayah puskesmas
pasar ikan
d. Memberikan gambaran kegiatan penanganan balita gizi kurang dan ibu
hamil KEK dengan kegiatan kunjungan balita yang mendapat PMT
e. Memberikan gambaran kegiatan penyuluhan tentang kesehatan
terutama masalah gizi .
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk evaluasi dalam
pelaksanaan kegiatan dan sebagai salah satu persyaratan mengikuti Tenaga
kesehatan teladan Puskesmas tingkat kota Bengkulu Tahun 2017
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Pengertian Masalah Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Masalah gizi
adalah masalah keadilan karena merupakan dampak dari kegagalan
manusia untuk memenuhi haknya.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel
(Supariasa, 2001). Status gizi balita adalah keadaan kesehatan anak balita
yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain
yang diperoleh dari makanan yang dampaknya diukur secara fisik
(Antropometri).status gizi diukur dengan cara (Depkes, 1992):
1. Antropometri, yaitu mengukur BB, TB, LLA, Lemak bawah kulit
2. Klinik, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh ahli medis
3. Laboratorium, yaitu pemeriksaan darah, urine, dan tinja.
4. Dietetik, yaitu pemeriksaan jenis, jumlah, komposisi makanan yang
dikonsumsi oleh individu.
Menurut standar WHO (1983) bila prevalensi kurus (wasting) < -
2SD diatas 10% menunjukkan suatu daerah mempunyai masalah gizi yang
sangat serius. Indeks antropometri yang sering dipakai adalah BB/U
menggambarkan ada atau tidak adanya kurang gizi, tidak bisa menjelaskan
apakah akut atau kronis. TB/U menggambarkan malnutrisi kronik. BB/TB
menggambarkan ada tidak adanya malnutrisi akut (Depkes, 2004).
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini,
selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi
4
juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,
perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan
menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan
prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014.
Penyebab Masalah Gizi di Indonesia
5
2. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan
dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan
hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama
adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup sehat
seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
3. Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di
keluarga, khususnya pangan untuk bayi 0—6 bulan (ASI Eksklusif) dan
6—23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi seimbang khususnya
bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola
asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan
kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses
informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
4. Kemiskinan dan Masalah Gizi
Dikalangan ahli ekonomi ada anggapan bahwa masalah
kemiskinan adalah akar dari masalah kekurangan gizi. Kemiskinan
menyebabkan akses terhadap pangan di rumah tangga sulit dicapai
sehingga orang akan kekurang berbagai zat gizi yang dibutuhkan badan.
Namun tidak banyak diketahui bahwa sebaliknya juga dapat terjadi.
Kekurangan gizi dapat memiskinkan orang. Anak atau orang yang
kekurangan gizi, mudah terserang penyakit, berarti sering absen sekolah
atau bekerja. Hal ini beresiko berkurangnya pendapatan. Sering sakit
berarti pengeluaran untuk berobat makin tinggi. Mereka dapat jatuh
miskin karena pengeluaran rumah sakit dan dokter yang terus menerus.
Anak yang kurang gizi dibuktikan tertinggal kelas 2—3 tahun
dari sebayanya yang sehat. Karena pendidikannya relatif rendah, dan
sering sakit, maka produktivitas mereka juga rendah. Peluang untuk
mendapatkan lapangan kerja yang baik menjadi kecil. Dengan demikian
akibat dari kekurangan gizi apabila tidak diupayakan perbaikan,
6
khususnya pada masa 1000 HPK, dapat membuat keluarga menjadi
miskin atau tambah miskin.
Pada akhirnya, akar masalah gizi berikutnya adalah faktor yang
dapat berpengaruh pada semua faktor langsung dan tidak langsung
diatas. Sering disebut sebagai underlying factor yaitu situasi politik,
ekonomi dan sumber daya yang ada, yang meliputi sumber daya
lingkungan, perubahan iklim, bencana dan sebagainya.
2. Penanganan Masalah Gizi Di Indonesia
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya
pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan,
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6)
meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan
pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma
7
sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara
itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.
2. Ramah
Ramah adalah sebuah sikap bersahabat dan merasa senang saat
berjumpa dengan orang lain. Tanda-tandanya adalah tersenyum
ketika berjumpa, mau menyapa dan menawarkan bantuan sehingga
orang lain menjadi senang atau bahagia. Ramah perlu dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi karakter pribadi terutama
dalam pekerjaan. Hal ini bisa menumbuhkan kepedulian sosial yang
8
tinggi terhadap sesama. Orang-orang yang bekerja di bidang layanan
publik (Puskesmas) harus bersikap ramah agar yang dilayani merasa
puas dan senang.
3. Peduli
Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan
bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan disekitar kita.
Peduli adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri
dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.
Sikap peduli adalah sikap keterpanggilan untuk membantu mereka
yang miskin, menderita, dan kesulitan.Sebagai pelayan kesehatan
masyarakat yang berperan membantu masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan, maka mengutamakan yang
paling darurat adalah hal yang menjadi prioritas utama. Dalam
konteks tingkat kualitas yang sama diantara sejumlah orang yang
memerlukan bantuan.
C. Kegiatan SIRAMI Gizi
Untuk mencapai program-program gizi yang dilaksanakan di
puskesmas dilakukan kegiatan SIRAMI Gizi, adapun kegiatan yang
dilakukan sebagai berikut:
a. Meningkatkan capaian Asi Eksklusif
Asi Eksklusif adalah prilaku dimana hanya memberikan air susu
ibu saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau
minuman tambahan lain terkecuali syrup obat. Asi sebagai
makanaan bayi mempunyai kebaikkan sebagai berikut.
1. Asi merupakan makanan alamiah yang baik, praktis, ekonomis
dan mudah dicerna.
2. Asi mengandung laktosa yang lebih tinggi dibanding susu
buatan.
3. Proses pemberian asi dapat menjalin hubungan psikologis anatar
ibu dan bayi.
9
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT adalah program intervensi bagi balita dan ibu hamil yang
mendrita kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk
meningktkan status gizi serta mencukupi kebutuhan zat gizi
agar tercpai status gizi yang baik. Salah satu sasaran PMT
adalah balita yang mengalami Gizi kurang dan ibu hamil yang
lila < 23,5 cm dari keluarga miskin.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang
dilakukan mengenai pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif
diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematik, terencana dengan memperhatikan faktor sosial
ekonomi budaya masyarakat setempat. Penyuluhan Gizi adalah
suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu
atau masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan gizi yang
baik. Metode penyuluhan digolongkan tiga golongan yaitu:
1. Golongan metode pendekatan perorangan
Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan.
2. Golongan metode pndekatan kelompok
Dalam metode ini penyuluh berhubungan dengan sasaran
secra kelompok.
3. Golongan metode pendekatan masa
Dalam metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah
banyak.
d. Upaya Kesehatan
Upaya ksehatan terdiri dari pelayanan kesehatan promotif,
preventif, dan kuratif.
a. Pealayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan
bersifat promosi kesehatan.
10
b. Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan (pemeriksaan kesehatan berkala melalui
posyandu, pemberian vit A,)
c. Kuratif adalah suatu kegiatan pengobatan yang ditujukan
untuk menyembuhkan penyakit, mengendalikan penyakit agar
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin (pemberian PMT
penyuluhan, pemerian PMT pemulihan).
d. Rehabilitatif adalah kegiatan untuk mengendalikan bekas
penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berguna
kembali utnuk dirinya atau masyarakat (kunjungan rumah
balita Gizi Kurang atau Gizi Buruk).
11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHSAN
2. Luas wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan mencakup 1 wilayah Pasar
Ikan dengan jumlah 9 kelurahan, yaitu kelurahan Kebun Keling, Pondok
Besi, Kebun Roos, Jitra, Pasar Baru, Malabro, Pasar Melintang, dan Sumur
Meleleh, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.910 jiwa.
3. Kependudukan
Berdasarkan data dari Puskesmas Pasar Ikan pada tahun 2016,
jumlah penduduk adalah 16.752 jiwa, dengan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki sebesar 8.334 jiwa dan perempuan sebesar 8.418 jiwa.
Jumlah keluarga di wilayah kerja PKM Pasar Ikan tahun 2016
sebanyak 5.946 kepala keluarga. Selama 2 (dua) tahun jumlah kepala
keluarga di wilayah kerja PKM Pasar Ikan terlihat seperti tabel berikut.
Sedangkan kepadatan penduduk Wilayah kerja PKM Pasar Ikan sampai
dengan pertengahan tahun 2017 sebesar 969 per km².
Tabel. 1. Jumlah Keluarga Tahun 2015 – 2016
TAHUN JUMLAH KK
2015 4.134
2016 5.946
12
Sumber : Laporan Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Pasar Ikan Tahun
2015-2016
4. Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Status sosial ekonomi penduduk di wilayah UPTD Puskesmas Pasar
Ikan, sebagian sudah cukup baik. Tapi pada umumnya masih dalam
kategori menengah hampir sepertiga penduduk dalam kategori miskin.
Mengenai pendidikan, pada umumnya penduduk dalam wilayah
UPTD Puskesmas Pasar Ikan telah mengenyam pendidikan mulai dari
tingkat terendah sampai dengan tingkat yang lebih tinggi, namun masih
ada beberapa orang yang buta huruf.
14
Tabel 2. Data Pencapaian Target Program Gizi di Puskesmas Pasar Ikan
No Jenis Data Data / Cakupan Target Trend
(2015-2016)
INPUT
2015 = 2,83%
Bayi BBLR Turun
8 2016 = 1,42%
Sumber :Data Sekunder Puskesmas Pasar Ikan :Data Hasil Laporan Tahunan
Gizi Tahun 2015-2016
Dari data pencapaian program khususnya yang berkenaan dengan
pengelolaan program gizi yang ada di puskesmas Pasar Ikan, didapatkan
beberapa program yang belum mencapai target dan mengalami penurunan
dari tahun 2015-2016 seperti Cakupan Asi Eksklusif mengalami
15
penurunan hingga 8,8%, , BBLR mengalami penurunan hingga
1,41%,akan tetapi ini merupakan penurunan yang baik. Sementara itu
program yang Gizi yang stabil dan persentasenya mengalami kenaikkan
yaitu Balita yang mendapat vitamin A mengalami kenaikkan 0,5%, bayi
baru lahir yang mendapat IMD mengalami kenaikan 7%. bumil KEK dari
tahun 2015-2016 stabil, balita Gizi kurang yang mendapat PMT stabil,
Balita yang datang ke psyandu mengalami kenaikkan 2% pada tahun 2016.
C. Pembahasan
1. Asi Eksklusif
SIRAMI Gizi yang sudah dilakukan dalam penanggulangan Asi
Eksklusif yaitu Penyuluhan di setiap posyandu, penyuluhan pada
kelompok nelayan, penyuluhan pada kelas Ibu hamil, penyuluhan pada
Wanita Usia Subur. Akan tetapi capaian Asi Eksklusif masih rendah. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor kebudayaan secara turun temurun. Seperti
yang biasa dilakukan pada anak yang baru lahir biasanya diberikan cairan
madu alami yang dipercayai dapat membersihkan organ dalam bayi baru
lahir. Padahal setiap penyuluhan sudah dijelaskan bahwa hal tersebut tidak
di anjurkan. Selain faktor budaya, peran serta keluarga juga ikut berperan
dalam mendukung tercapainya ASI Eklusif antara lain memberikan
penyuluhan dengan cara pendekatan kepada pihak keluarga( suami dan
nenek dari bayi) serta memberikan penyuluhan kepada Kader Kader
Posyandu melalui Arisan Kader setiap bulannya.
2. Pemberian Vitamin A
Program gizi yang kedua yaitu pemberian cakupan vitamin A pada
balita. Berdasarkan data laporan tahunan gizi di Puskesmas Pasar Ikan dari
tahun 2155 86% yang mendapatkan pemberian vitamin A dibulan Febuari
dan bulan Agustus, sedangkan pada tahun 2016 mengalami kenaikan
menjadi (87,5%) yang mendapatkan pemberian kapsul vitamin A dibulan
Febuari dan pada bulan agustus. Berdasarkan data tersebut dapat
16
disimpulkan bawah terjadinya kenaikan dari tahun 2015 dan 2016, akan
tetapi belum mencapai target nasional.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian Vitamin
A adalah :
1. pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian cakupan kapsul
vitamin A pada balita yang dikarenakan orang tua balita sebagian
masyarakat sekitar Puskesmas Pasar Ikan masih banyak memiliki
pendidikan yang rendah.
1. Jumlah anak dalam keluarga, semakin banyak anak dalam keluarga
maka semakin kurang juga perhatian orang tua dalam mengasuh
anaknya.
2. Pola asuh orang tua terhadap anaknya, kurangnya perhatian keluarga
terhadap pertumbuhan anak seperti pasangan suami istri yang bekerja
dan perceraian.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka SIRAMI Gizi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Memberikan penyuluhan pada ibu balita di puskesmas atau posyandu
dengan menggunakan metode (konsultasi, wawancara, dll).
2. Melakukan pencarian KVA (Sweeping KVA) disetiap kelurahan
dengan memperdayakan kader posyandu pada bulan maret dan
September
3. Memberikan vitamin A di sekolah TK/ Paud Yang ada di sekitar
wilayah UPTD Puskesmas Pasar Ikan .
4. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan kegiatan tentang pentingnya pemberian vitamin A
bagi kesehatan balita yaitu melalui acara arisan kader posyandu .
4. Cakupan Balita Kurus dan Ibu Hamil KEK yang Mendapat PMT
Program gizi yang selanjutnya yaitu bumil yang mendapatkan PMT dan
Balita Yang mendapatkan PMT Pemulihan. Berdasarkan data laporan tahunan gizi
di Puskesmas Pasar Ikan dari tahun 2015 dapat disimpulkan bawah terjadi
kestabilan dari tahun 2015 dan 2016. Adapun Kegiatan kegiatan SIRAMI gizi
yang dilakukannya yaitu
1. Memberikan penyuluhan pada ibu hamil dan wanita usiaubur yang
sudah menikah dan ibu ibu balita yang kurus di puskesmas atau posyandu
dengan menggunakan metode( (konsultasi, wawancara, dll).
2. Edukasi pentingnya mengetahui bahwa ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan makanan bergizi agar lila menjadi baik serta ibu
ibu balita memahami makan makanan bergizi.
3. Melakukan kunjungan / monitoring PMT gizi kurang dan bumil
KEK yang mendapat bantuan PMT pemulihan sertiap bulannya selama
masa pemberian PMT.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan kegiatan SIRAMI Gizi di UPTD Puskesmas Pasar
Ikan maka dapat disimpulkan:
1. Setelah dilakukan analisis data tahun 2015 dan 2016 yang ada di
Puskesmas Pasar Ikan maka dari beberapa program Gizi hanya ada satu
program yang mengalami penurunan yaitu Cakupan ASI Eklusif.
Sedangkan program yang lainnya mengalami kenaikan dan kestabilan
2. Kegiatan SIRAMI yang dilakukan berupa penyuluhan , pendekatan secara
konsultatif, wawancara disetiap kelurahan atau posyandu di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pasar Ikan
3. Kegiatan SIRAMI gizi juga melibatkan kader kader posyandu untuk
menjadi salah satu ketersediaan Akses terhadap informasi kesehatan bagi
masyarakat.
B. Saran
Perlu adanya pemantauan yaitu monitoring dan evaluasi secara berkala
tentang program-program gizi yang sudah dilaksanakan dan diaharapkan
tetatp terjalinnya kerja sama dengan lintas sektor terkait.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Hadju et al. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di
Kabupaten Maros,Sulawesi Selatan. Makara,Kesehatan. 2011;Vol. 15(1):
31-36
Ningrum.. Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Anemia. 2009.
Http://Ningrumwahyuni.Wordpress.Com/2009/09/04/PemberianTablet-Fe-
Pada-Ibu‐Hamil-Untuk-Mencegah-Anemia.
21