Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam
peningkatan kesehatan termasuk masalah gizinya, hal ini terbukti dari
penetapan perbaikan status Gizi yang merupakan salah satu prioritas
pembangunan kesehatan.Tujuannya adalah untuk menurunkan prevalensi
Kurang gizi sesuai dengan deklarasi World Food Summit 1996 yang
dituangkan dalam Milenium Development Goals (MDGs)
Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai
dampak dari berkurangnya kurang gizi hal ini dapat dilihat dari dua sisi,
pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan
dissii lain akan meningkatkan produktivitas. Paling kurang manfaat ekonomi
yang diperoleh sebagai dampak dari perbaikan status gizi adalah
berkurangnya kematian bayi dan anak anak balita, berkurangnya biaya
perawatan.
Masalah gizi adalah masalah yang sering dijumpai dikalangan
masyarakat dan dapat terjadi pada seluruh kelompok umur tertentu dan akan
mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus kehidupan. Dengan
demikian permasalan gizi harus segera ditangani dengan berbagai
perencanaan program program gizi yang akan memberikan perhatian dalam
hal identifikasi dan desain penanganan untuk mengurangi masalah gizi dan
membantu dalam pembuatan keputusan memilih tindakan-tindakan yang akan
diambil. Upaya perbaikan gizi di indonesia telah dilakukan sejak tiga puluh
tahun yang lalu, upaya yang dilakukan di fokuskan untuk mengatasi masalah
gizi utama yaitu Kurang Energi Protein(KEP), Kurang Vitamin A (KVA),
anemia Gizi Besi (AGB), dan Gangguan Akibat kurang Yodium(GAKY),
Untuk meningkatkan perbaikan gizi perorangan dan masyarakat, antara
lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi
,Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan, Pemberian Makanan
1
Tambahan (PMT) pemulihan bagi balita gizi kurang / buruk, serta
memberikan informasi penyuluhan bagi ibu ibu balita dan peningkatan akses
dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.
Data Departemen Kesehatan (2010), menyebutkan bahwa pada tahun
2009 di Indonesia terdapat sekitar 19,24% anak balita kurang gizi dan 8,8%
anak dalam tingkat gizi buruk. Persentase angka tersebut mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Tingginya prevalensi gizi buruk dan kurang
pada balita, berdampak juga pada gangguan pertumbuhan pada anak usia baru
masuk sekolah. Menurut UNICEF, anak yang menderita stunted berat
mempunyai rata-rata IQ 11 point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-
anak yang tidak stunted yang akan berdampak pada kualitas sumber daya
manusia yang rendah pula.
Guna mencapai sasaran perbaikan gizi yang sedang terjadi,maka harus
menguatkan program program yang ada di Puskesmas yang harus dicapai, di
bidang perbaikan gizi telah ditetapkan 18 indikator. Berdasarkan uraian
tersebut maka kita harus bisa berfikir dan memperbaiki serta melakukan
sebuah kajian terhadap masalah-masalah gizi yang ada di Puskesmas .
1.2 Masalah
Adapun hasil kegiatan Gizi tahun 2015 didapat status gizi balita yang
didapat dari data penimbangan di posyandu ataupun di puskesmas diperoleh
balita gizi kurang sebanyak 6 balita (0,53%), Asi eklusif 48,8%, penimbangan
Balita di Posyandu (D/S) 75%, penimbangan balita di posyandu yang naik
BB nya (N/D) 87%, Fe Bumil 88,3%, BBLR orang ( 6 orang ), vitamin A
86%.

1.3 Perumusan Masalah


berdasarkan latar belakang dan uraian masalah yang telah diuraikan
diatas, maka rumusan permasalahan adalah Bagaimana upaya meningkatkan
Capain Program gizi dengan Kegiatan SIRAMI (Aksi Ramah Peduli) GIZI di
puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu Tahun 2017.
2
1.4 Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran kegiatan kegiatan SIRAMI GIZI untuk
meningkatkan capaian Program gizi di Puskesmas Pasar Ikan Tahun 2017.

2. Tujuan khusus
a. Memberikan gambaran kegiatan pemberian Makanan Tambahan pada
balita di wilayah Puskesmas Pasar Ikan Melalui Kegiatan PMT
penyuluhan di posyandu.
b. Memberikan Gambaran kegiatan Penanganan kurang gizi pada balita di
wilayah Puskesmas Pasar Ikan Melalui Kegiatan Konseling ASI dan
MP ASI.
c. Memberikan gambaran kegiatan penanganan balita gizi kurang dan ibu
hamil KEK dengan pemberian PMT Pemulihan di wilayah puskesmas
pasar ikan
d. Memberikan gambaran kegiatan penanganan balita gizi kurang dan ibu
hamil KEK dengan kegiatan kunjungan balita yang mendapat PMT
e. Memberikan gambaran kegiatan penyuluhan tentang kesehatan
terutama masalah gizi .

1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah untuk evaluasi dalam
pelaksanaan kegiatan dan sebagai salah satu persyaratan mengikuti Tenaga
kesehatan teladan Puskesmas tingkat kota Bengkulu Tahun 2017

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi
1. Pengertian Masalah Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Masalah gizi
adalah masalah keadilan karena merupakan dampak dari kegagalan
manusia untuk memenuhi haknya.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel
(Supariasa, 2001). Status gizi balita adalah keadaan kesehatan anak balita
yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain
yang diperoleh dari makanan yang dampaknya diukur secara fisik
(Antropometri).status gizi diukur dengan cara (Depkes, 1992):
1. Antropometri, yaitu mengukur BB, TB, LLA, Lemak bawah kulit
2. Klinik, yaitu pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh ahli medis
3. Laboratorium, yaitu pemeriksaan darah, urine, dan tinja.
4. Dietetik, yaitu pemeriksaan jenis, jumlah, komposisi makanan yang
dikonsumsi oleh individu.
Menurut standar WHO (1983) bila prevalensi kurus (wasting) < -
2SD diatas 10% menunjukkan suatu daerah mempunyai masalah gizi yang
sangat serius. Indeks antropometri yang sering dipakai adalah BB/U
menggambarkan ada atau tidak adanya kurang gizi, tidak bisa menjelaskan
apakah akut atau kronis. TB/U menggambarkan malnutrisi kronik. BB/TB
menggambarkan ada tidak adanya malnutrisi akut (Depkes, 2004).
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini,
selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi
4
juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius. Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014,
perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan
menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan
prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014.
Penyebab Masalah Gizi di Indonesia

Gambar 1. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi di Indonesia


Sumber : World Bank 2011, diadaptasi dari UNICEF 1990 & Ruel 2008
Masalah Gizi merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling
terkait. Pada gambar 1 dijelaskan penyebab masalah gizi anak. Terdapat
dua faktor langsung yang mempengaruhi status gizi individu, yaitu faktor
makanan dan penyakit infeksi, keduanya saling mempengaruhi. Faktor
penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang tidak
memenuhi prinsip gizi seimbang. Faktor penyebab langsung kedua adalah
penyakit infeksi yang terkait dengan tingginya kejadian penyakit menular
dan buruknya kesehatan lingkungan.
Beberapa faktor penyebab terjadinya masalah gizi di Indonesia yaitu :
1. Faktor penyebab langsung pertama adalah konsumsi makanan yang
tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat
gizi seimbang yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih, dan aman,
misalnya bayi tidak memperoleh ASI Eksklusif.

5
2. Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi yang berkaitan
dengan tingginya kejadian penyakit menular terutama diare, cacingan
dan penyakit pernapasan akut (ISPA). Faktor ini banyak terkait mutu
pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan
hidup dan perilaku hidup sehat. Kualitas lingkungan hidup terutama
adalah ketersediaan air bersih, sarana sanitasi dan perilaku hidup sehat
seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air besar di jamban,
tidak merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya.
3. Faktor lain yang juga berpengaruh yaitu ketersediaan pangan di
keluarga, khususnya pangan untuk bayi 0—6 bulan (ASI Eksklusif) dan
6—23 bulan (MP-ASI), dan pangan yang bergizi seimbang khususnya
bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola asuh anak. Pola
asuh, sanitasi lingkungan, akses pangan keluarga, dan pelayanan
kesehatan, dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, dan akses
informasi terutama tentang gizi dan kesehatan.
4. Kemiskinan dan Masalah Gizi
Dikalangan ahli ekonomi ada anggapan bahwa masalah
kemiskinan adalah akar dari masalah kekurangan gizi. Kemiskinan
menyebabkan akses terhadap pangan di rumah tangga sulit dicapai
sehingga orang akan kekurang berbagai zat gizi yang dibutuhkan badan.
Namun tidak banyak diketahui bahwa sebaliknya juga dapat terjadi.
Kekurangan gizi dapat memiskinkan orang. Anak atau orang yang
kekurangan gizi, mudah terserang penyakit, berarti sering absen sekolah
atau bekerja. Hal ini beresiko berkurangnya pendapatan. Sering sakit
berarti pengeluaran untuk berobat makin tinggi. Mereka dapat jatuh
miskin karena pengeluaran rumah sakit dan dokter yang terus menerus.
Anak yang kurang gizi dibuktikan tertinggal kelas 2—3 tahun
dari sebayanya yang sehat. Karena pendidikannya relatif rendah, dan
sering sakit, maka produktivitas mereka juga rendah. Peluang untuk
mendapatkan lapangan kerja yang baik menjadi kecil. Dengan demikian
akibat dari kekurangan gizi apabila tidak diupayakan perbaikan,
6
khususnya pada masa 1000 HPK, dapat membuat keluarga menjadi
miskin atau tambah miskin.
Pada akhirnya, akar masalah gizi berikutnya adalah faktor yang
dapat berpengaruh pada semua faktor langsung dan tidak langsung
diatas. Sering disebut sebagai underlying factor yaitu situasi politik,
ekonomi dan sumber daya yang ada, yang meliputi sumber daya
lingkungan, perubahan iklim, bencana dan sebagainya.
2. Penanganan Masalah Gizi Di Indonesia
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan
pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan antar
upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan
pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya
pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan
perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan,
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6)
meningkatkan responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat
dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan
pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma
7
sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan
masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan; 3) sementara
itu jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya.

B. Sirami (Aksi Ramah Peduli) Gizi


1. Aksi
Aksi adalah suatu gerakkan atau tindakan berupa tingkah laku
yang dibuat untuk mendapatkan atau maksud dan tujuan tertentu
(hasil). Rencana aksi pangan dan Gizi telah disusun dalam program
berorientasi aksi yang terstruktur dan terintegratif dalam 5 pilar
rencana aksi yaitu perbaikkan gizi masyarakat, peningkatan
pengetahuan, peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan,
peningkatan prilaku hidup bersih dan sehat, serta penguatan
kelembagaan pangan dan gizi. Aksi yang dapat dilakukan di
puskesmas diharapkan dapat menjembatanai pencapaian MDGs yang
telah disepakati dalam RPJMN 2010-2014 yaitu menurunnya
prevalensi gizi kurang anak balita, prevalensi pendek dan
tercapainya konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000 Kkal/hari.

2. Ramah
Ramah adalah sebuah sikap bersahabat dan merasa senang saat
berjumpa dengan orang lain. Tanda-tandanya adalah tersenyum
ketika berjumpa, mau menyapa dan menawarkan bantuan sehingga
orang lain menjadi senang atau bahagia. Ramah perlu dibiasakan
dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi karakter pribadi terutama
dalam pekerjaan. Hal ini bisa menumbuhkan kepedulian sosial yang
8
tinggi terhadap sesama. Orang-orang yang bekerja di bidang layanan
publik (Puskesmas) harus bersikap ramah agar yang dilayani merasa
puas dan senang.
3. Peduli
Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan
bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan disekitar kita.
Peduli adalah sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri
dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.
Sikap peduli adalah sikap keterpanggilan untuk membantu mereka
yang miskin, menderita, dan kesulitan.Sebagai pelayan kesehatan
masyarakat yang berperan membantu masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan, maka mengutamakan yang
paling darurat adalah hal yang menjadi prioritas utama. Dalam
konteks tingkat kualitas yang sama diantara sejumlah orang yang
memerlukan bantuan.
C. Kegiatan SIRAMI Gizi
Untuk mencapai program-program gizi yang dilaksanakan di
puskesmas dilakukan kegiatan SIRAMI Gizi, adapun kegiatan yang
dilakukan sebagai berikut:
a. Meningkatkan capaian Asi Eksklusif
Asi Eksklusif adalah prilaku dimana hanya memberikan air susu
ibu saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau
minuman tambahan lain terkecuali syrup obat. Asi sebagai
makanaan bayi mempunyai kebaikkan sebagai berikut.
1. Asi merupakan makanan alamiah yang baik, praktis, ekonomis
dan mudah dicerna.
2. Asi mengandung laktosa yang lebih tinggi dibanding susu
buatan.
3. Proses pemberian asi dapat menjalin hubungan psikologis anatar
ibu dan bayi.

9
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT adalah program intervensi bagi balita dan ibu hamil yang
mendrita kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk
meningktkan status gizi serta mencukupi kebutuhan zat gizi
agar tercpai status gizi yang baik. Salah satu sasaran PMT
adalah balita yang mengalami Gizi kurang dan ibu hamil yang
lila < 23,5 cm dari keluarga miskin.
c. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang
dilakukan mengenai pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif
diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara
sistematik, terencana dengan memperhatikan faktor sosial
ekonomi budaya masyarakat setempat. Penyuluhan Gizi adalah
suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu
atau masyarakat yang diperlukan dalam meningkatkan gizi yang
baik. Metode penyuluhan digolongkan tiga golongan yaitu:
1. Golongan metode pendekatan perorangan
Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan.
2. Golongan metode pndekatan kelompok
Dalam metode ini penyuluh berhubungan dengan sasaran
secra kelompok.
3. Golongan metode pendekatan masa
Dalam metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah
banyak.
d. Upaya Kesehatan
Upaya ksehatan terdiri dari pelayanan kesehatan promotif,
preventif, dan kuratif.
a. Pealayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan
bersifat promosi kesehatan.
10
b. Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan (pemeriksaan kesehatan berkala melalui
posyandu, pemberian vit A,)
c. Kuratif adalah suatu kegiatan pengobatan yang ditujukan
untuk menyembuhkan penyakit, mengendalikan penyakit agar
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin (pemberian PMT
penyuluhan, pemerian PMT pemulihan).
d. Rehabilitatif adalah kegiatan untuk mengendalikan bekas
penderita kedalam masyarakat sehingga dapat berguna
kembali utnuk dirinya atau masyarakat (kunjungan rumah
balita Gizi Kurang atau Gizi Buruk).

11
BAB III
HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Gambaran Umum Lokasi Puskesmas


1. Letak
Letak Puskesmas Pasar Ikan berada di Jalan Pasar Ikan, No. 254 Kel.
Malabero, Kec. Teluk Segara, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu Kode
Pos : 38119. Secara geografi luas tanah 600m² dengan luas bangunan 400
m² dan luas wilayah 1.553 Km²/172,63 Ha.

2. Luas wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Pasar Ikan mencakup 1 wilayah Pasar
Ikan dengan jumlah 9 kelurahan, yaitu kelurahan Kebun Keling, Pondok
Besi, Kebun Roos, Jitra, Pasar Baru, Malabro, Pasar Melintang, dan Sumur
Meleleh, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.910 jiwa.

3. Kependudukan
Berdasarkan data dari Puskesmas Pasar Ikan pada tahun 2016,
jumlah penduduk adalah 16.752 jiwa, dengan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki sebesar 8.334 jiwa dan perempuan sebesar 8.418 jiwa.
Jumlah keluarga di wilayah kerja PKM Pasar Ikan tahun 2016
sebanyak 5.946 kepala keluarga. Selama 2 (dua) tahun jumlah kepala
keluarga di wilayah kerja PKM Pasar Ikan terlihat seperti tabel berikut.
Sedangkan kepadatan penduduk Wilayah kerja PKM Pasar Ikan sampai
dengan pertengahan tahun 2017 sebesar 969 per km².
Tabel. 1. Jumlah Keluarga Tahun 2015 – 2016
TAHUN JUMLAH KK
2015 4.134
2016 5.946

12
Sumber : Laporan Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Pasar Ikan Tahun
2015-2016
4. Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan
Status sosial ekonomi penduduk di wilayah UPTD Puskesmas Pasar
Ikan, sebagian sudah cukup baik. Tapi pada umumnya masih dalam
kategori menengah hampir sepertiga penduduk dalam kategori miskin.
Mengenai pendidikan, pada umumnya penduduk dalam wilayah
UPTD Puskesmas Pasar Ikan telah mengenyam pendidikan mulai dari
tingkat terendah sampai dengan tingkat yang lebih tinggi, namun masih
ada beberapa orang yang buta huruf.

5. Sarana dan Prasarana Kesehatan


Puskesmas di dalam pelaksanaan tugasnya dibantu dengan adanya
Puskesmas pembantu dan Posyandu dimana jumlah di wilayah kerja
puskesmas Pasar Ikan sebagai berikut :
- Pustu : 5 Pustu
- Posyandu : 15 Posyandu
- Posyandu Lansia : 9 Posyandu Lansia

6. Visi dan Misi


1. Visi
“Visi UPTD Puskesmas Pasar Ikan adalah mewujudkan masyarakat
Kota Bengkulu yang sehat, yang mandiri dan berkeadilan, khususnya
masyarakat dalam wilayah UPTD. Puskesmas Pasar Ikan.”
2. Misi
1) Mengoptimalkan mutu pelayanan
2) Melindungi kesehatan masyarakat, dan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna merata, bermutu, dan berkeadilan.
3) Meningkatkan derajat kesehatan, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani
4) Mengidentifikasikan sarana dan prasarana yang ada.
13
5) Menjadi puskesmas sehat dan bersih lingkungan.
6) Meningkatkan peran serta masyarakat.
7) Menjalinkan hubungan lintas sektor yang baik dalam suasana
kekeluargaan.

7. MOTTO UPTD Puskesmas Pasar Ikan


CERDAS : Cepat
Energik
Ramah
Disiplin
Aktif
Simpatik

8. Program Pembangunan Kesehatan Khususnya Gizi Di Puskesmas


Pasar Ikan Tahun 2016
1. Pemberian PMT pada balita Gizi Kurang
2. Pendamping Pasien Gizi
3. Pemberian PMT Penyuluhan di Posyandu
4. Pemberian Vitamin A
5. Sweeping Vit. A
6. Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri
7. Pemberian PMT Pada Bumil KEK
8. Penyuluhan Gizi
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
1. Pelaksanaan Kegiatan
Hasil pelaksanaan kegiatan SIRAMI GIZI di Puskesmas Pasar Ikan
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

14
Tabel 2. Data Pencapaian Target Program Gizi di Puskesmas Pasar Ikan
No Jenis Data Data / Cakupan Target Trend

(2015-2016)

INPUT

1 Balita 6-59 bulan 2015 = 86 % 90 % Naik


mendapat kapsul
2016 = 87,5 %
vitamin A
2 Ibu hamil mendapat 2015 = 88,3 % 90% Naik
TTD min.90 tablet
2016 = 97%

3 Bumil KEK 2015 = 100% 65% Stabil


mendapat makanan
2016 = 100%
tambahan
4 Bayi baru lahir 2015 = 89% 44% Naik
mendapat IMD
2016 = 96%

5 Cakupan ASI 2015 = 48,8 % 44 % Turun


Eksklusif
2016 = 40 %

6 Balita kurus 2015 = 100 % 80% Stabil


mendapatkan PMT
2016 = 100 %

7 Balita yang datang 2015 = 75 % 80 % Naik


ke posyandu
2016 = 77 %
ditimbang

2015 = 2,83%
Bayi BBLR Turun
8 2016 = 1,42%

Sumber :Data Sekunder Puskesmas Pasar Ikan :Data Hasil Laporan Tahunan
Gizi Tahun 2015-2016
Dari data pencapaian program khususnya yang berkenaan dengan
pengelolaan program gizi yang ada di puskesmas Pasar Ikan, didapatkan
beberapa program yang belum mencapai target dan mengalami penurunan
dari tahun 2015-2016 seperti Cakupan Asi Eksklusif mengalami
15
penurunan hingga 8,8%, , BBLR mengalami penurunan hingga
1,41%,akan tetapi ini merupakan penurunan yang baik. Sementara itu
program yang Gizi yang stabil dan persentasenya mengalami kenaikkan
yaitu Balita yang mendapat vitamin A mengalami kenaikkan 0,5%, bayi
baru lahir yang mendapat IMD mengalami kenaikan 7%. bumil KEK dari
tahun 2015-2016 stabil, balita Gizi kurang yang mendapat PMT stabil,
Balita yang datang ke psyandu mengalami kenaikkan 2% pada tahun 2016.

C. Pembahasan
1. Asi Eksklusif
SIRAMI Gizi yang sudah dilakukan dalam penanggulangan Asi
Eksklusif yaitu Penyuluhan di setiap posyandu, penyuluhan pada
kelompok nelayan, penyuluhan pada kelas Ibu hamil, penyuluhan pada
Wanita Usia Subur. Akan tetapi capaian Asi Eksklusif masih rendah. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor kebudayaan secara turun temurun. Seperti
yang biasa dilakukan pada anak yang baru lahir biasanya diberikan cairan
madu alami yang dipercayai dapat membersihkan organ dalam bayi baru
lahir. Padahal setiap penyuluhan sudah dijelaskan bahwa hal tersebut tidak
di anjurkan. Selain faktor budaya, peran serta keluarga juga ikut berperan
dalam mendukung tercapainya ASI Eklusif antara lain memberikan
penyuluhan dengan cara pendekatan kepada pihak keluarga( suami dan
nenek dari bayi) serta memberikan penyuluhan kepada Kader Kader
Posyandu melalui Arisan Kader setiap bulannya.
2. Pemberian Vitamin A
Program gizi yang kedua yaitu pemberian cakupan vitamin A pada
balita. Berdasarkan data laporan tahunan gizi di Puskesmas Pasar Ikan dari
tahun 2155 86% yang mendapatkan pemberian vitamin A dibulan Febuari
dan bulan Agustus, sedangkan pada tahun 2016 mengalami kenaikan
menjadi (87,5%) yang mendapatkan pemberian kapsul vitamin A dibulan
Febuari dan pada bulan agustus. Berdasarkan data tersebut dapat

16
disimpulkan bawah terjadinya kenaikan dari tahun 2015 dan 2016, akan
tetapi belum mencapai target nasional.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian Vitamin
A adalah :
1. pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian cakupan kapsul
vitamin A pada balita yang dikarenakan orang tua balita sebagian
masyarakat sekitar Puskesmas Pasar Ikan masih banyak memiliki
pendidikan yang rendah.
1. Jumlah anak dalam keluarga, semakin banyak anak dalam keluarga
maka semakin kurang juga perhatian orang tua dalam mengasuh
anaknya.
2. Pola asuh orang tua terhadap anaknya, kurangnya perhatian keluarga
terhadap pertumbuhan anak seperti pasangan suami istri yang bekerja
dan perceraian.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka SIRAMI Gizi yang dapat
dilakukan adalah :
1. Memberikan penyuluhan pada ibu balita di puskesmas atau posyandu
dengan menggunakan metode (konsultasi, wawancara, dll).
2. Melakukan pencarian KVA (Sweeping KVA) disetiap kelurahan
dengan memperdayakan kader posyandu pada bulan maret dan
September
3. Memberikan vitamin A di sekolah TK/ Paud Yang ada di sekitar
wilayah UPTD Puskesmas Pasar Ikan .
4. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan kegiatan tentang pentingnya pemberian vitamin A
bagi kesehatan balita yaitu melalui acara arisan kader posyandu .

Rencana Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilihat yaitu jumlah balita yang
mendapatkan Vitamin A sebanding dengan jumlah balita yang ada
diwilayah kerja Puskesmas pasar Ikan dan juga pada akhir tahun dilakukan
17
perhitungan persentase untuk melihat apakah ada kenaikan tren dari tahun
sebelumnya. Selanjutnya memonitor sikap dan pengetahuan ibu dengan
cara melihat kesadaran ibu yang datang pada saat pemberian vitamin A
yang dilakukan pada bulan Februari dan Agustus sehingga kegiatan
sweeping dapat diberhentikan dikarenakan sudah adanya peningkatan
pemberian vitamin A dan tercapainya target yang diharapkan.

3. Cakupan Bumil mendapat penambahan darah kapsul Fe 90 tablet


Program gizi yang ketiga yaitu bumil yang mendapatkan
penambahan darah kapsul Fe 90 tablet. Berdasarkan data laporan tahunan
gizi di Puskesmas Pasar Ikan dari tahun 2015 dapat disimpulkan bawah
terjadinya kenaikan dari tahun 2015 dan 2016
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian
penambahan darah 90 tablet Fe yaitu:
1. Rendahnya pengetahuan ibu mengenai anemia yang dikarenakan
sebagian mayarakat sekitar Puskesmas Pasar Ikan masih banyak
memiliki pendidikan yang rendah.
2. Faktor psikologis (ibu merasa mual) sehingga tidak mau
mengkonsumsi tablet Fe.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka langkah SIRAMI Gizi
selanjutnya yaitu menentukan intervensi yang tepat untuk mengatasi
masalah pemberian penambahan darah 90 tablet fe pada ibu hamil
tersebut. Beberapa alternative yang dapat dilakukan adalah :
1. Memberikan penyuluhan pada ibu hamil dan wanita usia subur yang
sudah menikah di puskesmas atau posyandu dengan menggunakan
metode (konsultasi, wawancara, dll).
2. Edukasi pentingnya mengetahui bahwa ibu hamil harus mengkonsumsi
penambahan darah tablet Fe 90 tablet bagi kesehatan ibu dan janin (
pendidikan di keluarga, di lingkungan, wanita usia subur).
3. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan kegiatan tentang pentingnya mengkonsusmi
18
penambahan darah tablet Fe 90 bagi kesehatan ibu hamil pada saat
Arisan Kader Posyandu.

4. Cakupan Balita Kurus dan Ibu Hamil KEK yang Mendapat PMT
Program gizi yang selanjutnya yaitu bumil yang mendapatkan PMT dan
Balita Yang mendapatkan PMT Pemulihan. Berdasarkan data laporan tahunan gizi
di Puskesmas Pasar Ikan dari tahun 2015 dapat disimpulkan bawah terjadi
kestabilan dari tahun 2015 dan 2016. Adapun Kegiatan kegiatan SIRAMI gizi
yang dilakukannya yaitu
1. Memberikan penyuluhan pada ibu hamil dan wanita usiaubur yang
sudah menikah dan ibu ibu balita yang kurus di puskesmas atau posyandu
dengan menggunakan metode( (konsultasi, wawancara, dll).
2. Edukasi pentingnya mengetahui bahwa ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan makanan bergizi agar lila menjadi baik serta ibu
ibu balita memahami makan makanan bergizi.
3. Melakukan kunjungan / monitoring PMT gizi kurang dan bumil
KEK yang mendapat bantuan PMT pemulihan sertiap bulannya selama
masa pemberian PMT.

19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan kegiatan SIRAMI Gizi di UPTD Puskesmas Pasar
Ikan maka dapat disimpulkan:
1. Setelah dilakukan analisis data tahun 2015 dan 2016 yang ada di
Puskesmas Pasar Ikan maka dari beberapa program Gizi hanya ada satu
program yang mengalami penurunan yaitu Cakupan ASI Eklusif.
Sedangkan program yang lainnya mengalami kenaikan dan kestabilan
2. Kegiatan SIRAMI yang dilakukan berupa penyuluhan , pendekatan secara
konsultatif, wawancara disetiap kelurahan atau posyandu di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Pasar Ikan
3. Kegiatan SIRAMI gizi juga melibatkan kader kader posyandu untuk
menjadi salah satu ketersediaan Akses terhadap informasi kesehatan bagi
masyarakat.
B. Saran
Perlu adanya pemantauan yaitu monitoring dan evaluasi secara berkala
tentang program-program gizi yang sudah dilaksanakan dan diaharapkan
tetatp terjalinnya kerja sama dengan lintas sektor terkait.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bank Dunia. 2015 “Beban Ganda Malnutrisi bagi


Indonesia”, http://gizi.RI/Beban.Ganda.MalnutrisibagiIndonesia.html diakse
s pada 02 September 2015 pada pukul 22.00 WIB

Depkes RI. 2006. Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas. Jakarta: Direktorat


Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Depkes RI. 2000. Pedoman Pemberian Kapsul Vitamin A. Jakarta. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Dinas Kesehatan. 2007. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa


Datang. Jakarta.

Fatimah, Hadju et al. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Di
Kabupaten Maros,Sulawesi Selatan. Makara,Kesehatan. 2011;Vol. 15(1):
31-36

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan


Tahun 2015-2019. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Ningrum.. Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Anemia. 2009.
Http://Ningrumwahyuni.Wordpress.Com/2009/09/04/PemberianTablet-Fe-
Pada-Ibu‐Hamil-Untuk-Mencegah-Anemia.

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 19 Oktober 2014, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
20 2013.pdf.

21

Anda mungkin juga menyukai