Anda di halaman 1dari 22

Promosi keperawatan

Penyuluhan dan pencegahan stunting

Disusun

NAMA: 1. NESSA FAZZA DILLAH

2. INTAN SUNDARI

3. YUNIS FITA DEWI

4. RIAN ADIKUSUMA SAPUTRA

Dosen pengampu : Ns. DINI QURRATA AYUNI. Skm,M.Kep

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

Ta 2021

Prodi DIII Keperawatan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga makalah penyuluhan dan pencegahan stunting ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada

dosen mata kuliah promosi keperawatan serta berbagai pihak yang telah memberikan

bimbingan serta arahan dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan

makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan sebagai saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi

kelompok kami sendiri.

Pariaman, 17 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................

C. Tujuan Penulisan .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................

A. Definisi Balita pendek (Stunting) .............................................................................................

B. Tanda dan gejala stunting .......................................................................................................

...........................................................................................................................................

C. Patofisiologi Stunting ............................................................................................................

D. Penyebab  Stunting..............................................................................................................

E. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting......................................................................

F. Penilaian  Stunting secara Antropometri.................................................................................

G. Dampak Stunting...............................................................................................................

H. Cara Mencegah Stunting .....................................................................................................

I. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi...............................................................

J. Penatalaksaan ......................................................................................................................

...........................................................................................................................................

K. Peran perawat pada anak stunting ............................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Balita pendek (stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat

pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.

Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur

yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan

dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.

Stunting  merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik

sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial

dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang  stunting 

memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya

peningkatan penyakit. Stunting  akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan

fungsi mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga

didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa

stunting  berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko

kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting , data ini

berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia

masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting  tinggi

(UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada

anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat

pendek dan 20 % pendek.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian stunting ?

2. Apa tanda dan gejala stunting ?

3. Bagaimana patofisiologi pada stunting ?

4. Apa saja penyebab stunting ?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya  stunting ?

6. Bagaimana penilaian Stunting secara Antropometri

7. Apa dampak stunting ?

8. Bagaimana cara mencegah stunting ?

9. Apa penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi ?

10. Apa saja pengobatan pada stunting ?

11. Apa saja peran perawat dalam stunting?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk menjelaskan pengertian sunting.

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.

3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada stunting.

4. Untuk mengetahui penyebab stunting.

5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting.

6. Untuk mengetahui bagaimana penilaian pada stunting secara Atropometri.

7. Untuk mengetahui dampak stunting.

8. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah stunting.

9. Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting pada bayi.

10. Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.

11. Untuk mengetahui peran perawat dalam stunting.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi Balita pendek (Stunting)

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat

pendek hingga melampaui defisit  -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.

Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi  badan menurut umur

yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai  pada pra dan pasca persalinan

dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.

Stunting  merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik

sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada

kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa

individu yang  stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai  penyebab

dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting 

 akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan

terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder

(2004) yang menyatakan bahwa stunting  berhubungan dengan gangguan fungsi

kekebalan dan meningkatkan risiko kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8  juta

anak mengalami stunting , data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh

UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah

anak yang mengalami  stunting 

 tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan

pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat

pendek dan 20 % pendek.

B. Tanda dan gejala stunting


1. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi lahir rendah)

pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kelenjarnya tidak

sempurna.

2. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun desimal.

3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan

hormonal.

4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.

5. Pertumbuhan tanda tanda pubertas terlambat.

C. Patofisiologi Stunting

Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru

terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis  pada balita

disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang

tua/keluarga tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai

dengan kebutuhan gizi anaknya. Riskesdas 2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita

usia 2-4 tahun yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang

mengonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam

waktu lama, maka akan mengganggu pertumbuhan berat dan tinggi badan.

Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan

minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein di  bawah kebutuhan

minimal yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan  janin yang dikandungnya.

Selain asupan yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya

gangguan pertumbuhan. Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak

melalui peningkatan kerawanan anak terhadap penyakit infeksi. Anak yang sering

sakit akibat rendahnya perilaku


hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan

berdampak anak menjadi pendek.

Dari hasil Riskesdas, 2010 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki

akses sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat yang terakses

dengan sanitasi, di perkotaan 71,4% dan pedesaan 38,5%. Penanganan sampah di

masyarakat 52% dibakar dan penggunaan bahan bakar arang dan kayu bakar 40,0%.

Selain itu juga ternyata Dua dari 3 perokok kita (76,7%) merokok di rumah dan

dampak dari semua ini berpotensi menyebabkan penyakit diare dan gangguan

pernapasan pada balita.

D. Penyebab  Stunting

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses

kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus

kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted  pada anak dan

peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak

langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan  perkembangan

janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine

growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya

asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan

meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga

meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya  berpeluang terjadinya stunted

(Allen and Gillespie, 2001).

Gizi buruk kronis (stunting ) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti

yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor dimana faktor-

faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama

penyebab stunting yaitu sebagai berikut :

1.Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan

yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air)

2.Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)

3.Riwayat penyakit.

E. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting

  Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan

energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek  pemberian makan

yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan

bertambahnya usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun  pertama kehidupan, proses

pertumbuhan anak masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan. Menurut

laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan  pengaruhnya antara lain

sebagai berikut :

1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam  bulan,

akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah

pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan

mental sehingga tidak mampu untuk  belajar secara optimal di sekolah,

dibandingkan anak- anak dengan tinggi  badan normal. Anak-anak dengan stunted

cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi

terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.

2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor

dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah,

ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang,

dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan

stunted mengkonsumsi makanan yang  berada di bawah ketentuan rekomendasi

kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak,

bertempat tinggal di wilayah  pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu

pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia

lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia

dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa

yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan

produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.

Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung

menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat

melahirkan.

F. Penilaian  Stunting secara Antropometri

Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran.

Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.

Antropometri merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis

pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan
tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan

energi.

Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan  berat badan

(Gibson, 2005).

1. Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS

dan WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan

median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama

pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan

antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi

yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa

keuntungan penggunaan Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat

dalam distribusi perbedaan indeks dan  perbedaan usia, juga memberikan manfaat

untuk menarik kesimpulan secara statistik dari pengukuran antropometri.

2. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting

dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak  pada wilayah dengan

banyak masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted

sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak

balita berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS

berikut (Sumber WHO 2006)

G. Dampak Stunting

Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga  prestasi

belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,

peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan

yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (


economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan  pangan.

Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada

fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan  prestasinya

kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek

estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang

tubuhnya pendek.

Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya

angka kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta

fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh

yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada

kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.

Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu  panjang,

yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

H. Cara Mencegah Stunting

1. Mencegah Stunting pada Balita

  Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah

gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus  bekerja keras untuk

menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar

target MD’s tahun 2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi

gizi kurang pada balita kita.

Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan  bertambahnya

umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi

dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan  pertumbuhan tinggi badan pada balita,

maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan,
sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka

peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah

faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil

maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang dengantinggi dan berat badan

rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap  balita yang telah stunting agar

tidak semakin berat.

 Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam

kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,

artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan

suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi

baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur

6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan

kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi

zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian

 stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila

pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau

pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk

mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan

pencegahan terjadinya balita stunting.

Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan

penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta

pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya  beli

pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan

peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan

kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada

dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap

informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah

dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif

dalam mencegah terjadinya balita stunting.

I. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi

1. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi Penanggulangan stunting

yang paling efektif dilakukan pada seribu hari  pertama kehidupan, yaitu:

a. Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam

mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik,

sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah

mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan

makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu

mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.

Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

b. Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir

melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6

bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun


Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-

ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau

lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, im

2. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi

a. Kebutuhan gizi masa hamil

Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya

dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme

tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses

dalam tubuh. Di samping  proses yang rutin juga diperlukan energi

dan gizi tambahan untuk  pembentukan jaringan baru, yaitu janin,

plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan

secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam

zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk

pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat  pertumbuhan

atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan

vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.

b. Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui

Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar

dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama.

Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang

bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu

sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang.


Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika

kekurangan unsur ini maka terjadi  pembongkaran dari jaringan

(deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami

kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang

sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2- 2,5 liter (8-

10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum

air buah.

1) Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan

  Pada usia 0 –  6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI

adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.

Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini

sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara

hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi

waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800

ml  bahkan hingga 1,5 –  2 liter perhari.

2) Kebutuhan Gizi Anak 1  –  2 tahun

 Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi

perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar

dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini

anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit

infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang

agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini

berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi

makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap,


bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang

terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping.

J. Penatalaksaan

Pengobatan pada stunting antara lain :

1. Kalsium

 Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi,  pembekuan darah dan

kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,

susu, keju, kacang-kacangan.

2. Yodium

 Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur

metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk

mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang,

dan kerang.

3. Zink

Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan

dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati,

kerang, telur dan kacang-kacangan.

4. Zat Besi

Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan

metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,

sayuran hijau dan buah-buahan.

5. Asam Folat

Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,

memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :

bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.


K. Peran perawat pada anak stunting

1. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan

kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang

terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh

peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi

kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

2. Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien

dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai  pemberi pelayanan

dan informasi yang diperlukan untuk mengambil  persetujuan (inform concent) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate

keluarga dapat ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan

pengukuran pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan

indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.

3. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu

keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek

pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari

pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang

penanganan stunting (bayi  pendek) merupakan salah satu contoh peran perawat

sebagai pendidik ( health educator)

4. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien

terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan

dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,

keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa

lalu. Pemecahan masalah difokuskan  pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku

hidup sehat (perubahan  pola interaksi).

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau

keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak  – anak lain

seusianya (MCN, 2009).

Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai

dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam

mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan

kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan

sebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang  pada anak.

Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut

umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca

persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak

memadai dan atau kesehatan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak

langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan  perkembangan

janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan

mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan

energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis,  praktek pemberian makan

yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak

dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan

pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh,

sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan

komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui

ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang menderita stunting  berdampak

tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,

produktivitas dan prestasinya kelak setelah

B. SARAN

Stunting harus dicegah sedini mungkin dengan meningkatkan  pelayanan

kesehatan kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil,

imunisasi TT, dan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI

sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberikan makan pendamping

ASI(M-ASI). Anak harus di bawa ke posyandu secara rutin untuk mendapat

pelayanan secara lengkap. Bagi balita stunting segera di berikan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf  

http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html https:/

/catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/ 

Anda mungkin juga menyukai