Dosen Pengampu:
1.Rian Adikusuma(2010120401129)
2.Yunis Fita Dewi(2010120401128)
3.Nessa Fazza Dillah(2010120401130)
4.Intan Sundari(2010120401131)
UNISBAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan
Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dosen mata kuliah promosi keperawatan serta berbagai pihak yang telah memberikan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan sebagai saran dan kritik yang
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................................4
Latar belakang..........................................................................................................................................4
Rumusan Masalah....................................................................................................................................5
Tujuan penulisan......................................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................6
C.Patofisiologi Stunting............................................................................................................................7
D.Penyebab Stunting...............................................................................................................................8
G.Dampak Stunting.................................................................................................................................12
J.Penatalaksaan......................................................................................................................................17
BAB III........................................................................................................................................................20
KESIMPULAN..............................................................................................................................................20
A.Kesimpulan.........................................................................................................................................20
B.SARAN.................................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Balita pendek (stunting ) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat
pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.
Stunting dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting
memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya
fungsi mental dan intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga
kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting , data ini
masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi
(UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada
anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat
C.Tujuan penulisan
PEMBAHASAN
Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek
hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting
dapat di diagnosis melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
Stunting merupakan pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi (ACC/SCN, 2000).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan
ekonomi dalam masyarakat.
Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi
dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan
mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu
(Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang
menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan
meningkatkan risiko kematian. Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami
stunting , data ini berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan
memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang
mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas 2010, secara nasional
prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri
dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
B.Tanda dan gejala stunting
1. Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal,atau BBLR(berat bayi lahir rendah)
sempurna.
3. Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4cm/ tahun kemungkinan ada kelainan
hormonal.
4. Umur tulang (bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
C.Patofisiologi Stunting
Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, dan setelah dua tahun baru
terlihat ternyata balita tersebut pendek Masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan
oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang tua/keluarga
tidak tahu atau belum sadar untuk memberikan makanan yang sesuai dengan kebutuhan
gizi anaknya. Riskesdas 2010 menemukan bahwa ada 21,5% balita usia 2-4 tahun yang
mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 16% yang mengonsumsi protein
di bawah kebutuhan minimal. Dan bila ini berlangsung dalam waktu lama, maka akan
Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan
minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengonsumsi protein di bawah kebutuhan
Selain asupan yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya
akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan
Dari hasil Riskesdas, 2010 lebih dari setengah (54,9%) masyarakat kita memiliki
akses sumber air minum tidak terlindung. Hanya 55,5% masyarakat yang terakses
masyarakat 52% dibakar dan penggunaan bahan bakar arang dan kayu bakar 40,0%.
Selain itu juga ternyata Dua dari 3 perokok kita (76,7%) merokok di rumah dan dampak
dari semua ini berpotensi menyebabkan penyakit diare dan gangguan pernapasan pada
balita.
D.Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting ) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
1.Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
3.Riwayat penyakit.
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan
energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang
tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya
usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak
masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan. Menurut laporan UNICEF (1998)
beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah
pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan
dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted
cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah,
ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang,
kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak,
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia
dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat
melahirkan.
Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun.
pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan
tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan
energi.
Antropometri dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan
(Gibson, 2005).
median, dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama
pada anak- anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan
antara nilai individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi
yang sama, dibagi dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa
keuntungan penggunaan Z-score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat
dalam distribusi perbedaan indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat
2. Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
sesuai dengan ”Cut off point”, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak
G.Dampak Stunting
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban
negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang
terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada
ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein,
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi
di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun 2014 tercapai
yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi
dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka
untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan
anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar
untuk mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi
kurang baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita.
Selain itu, menangani balita yang dengantinggi dan berat badan rendah yang beresiko
terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat
ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain
mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin
A. Kejadian
stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah
apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta
pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan
dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi
dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah
baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI
tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,
im
1. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika
kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang
sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2- 2,5 liter (8-
air buah.
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI
adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini
hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi
waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini
anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit
infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang
agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini
berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi
bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut,
2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang,
dan kerang.
3. Zink
dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati,
4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan,
5. Asam Folat
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
1. Pemberi perawatan
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh
peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi
kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas
pengukuran pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai.
3. Pendidik
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu,
penanganan stunting (bayi pendek) merupakan salah satu contoh peran perawat
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine
growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan
energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan
yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan. Untuk menentukan stunted pada anak
dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan menurut umur dilakukan
pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri merupakan ukuran dari tubuh,
sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan
komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang digunakan untuk mengetahui
tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
B.SARAN
kesehatan kepada ibu sejak kehamilan 3 bulan berupa ANC berupa gizi ibu hamil,
imunisasi TT, dan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Bayi harus di berikan ASI
sampai umur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi harus diberikan makan pendamping
pelayanan secara lengkap. Bagi balita stunting segera di berikan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/20419/2/4._BAB_I.pdf
http://adindascabiosa.co.id/2014/04/makalah-masalah-gizi-penyebab-stunting.html https:/
/catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/