Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN METODE CERAMAH DENGAN PENGETAHUAN IBU BALITA

TERHADAP TAHAPAN PEMBERIAN MPASI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS NANGGALO 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

MPASI (Makanan Pendamping ASI) adalah makanan bayi yang diberikan di samping
ASI, dengan tekstur dan kepadatan sesuai kemampuan cerna bayi WHO dan sebagian besar
organisasi kesehatan lain merekomendasikan pemberian MPASI pada usia sekitar 6 bulan.

Pada usia ini, ASI saja tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. Usia pasti
pemberian MPASI yang tepat dapat bervariasi antar bayi dan bergantung pada perkembangan
individual sistem metabolik dan neuromotorik anak.

UNICEF dan WHO membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6
bulan kepada bayinya. Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk
menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.(riskesdas 2013).

Dalam memberikan MPASI, ada beberapa tahapan pemberian makanan MPASI kepada
balita usia 6-24 bulan. Mulai dari usia 6-7 bulan, diberikan makanan yang lembut seperti bubur
saring, bubur susu, atau pure buah. Lalu pada usia 7-9 bulan anak dapat diperkenalkan dengan
makanan lunak dan sedikit bertekstur karena sistem pencernaan bayi sudah mulai berkembang.
Pada usia 9-12 bulan, giginya juga sudah banyak tumbuh. Makanan bertekstur semi padat
seperti nasi tim atau makanan yang dicincang sudah boleh diberikan kepada bayi. Dan untuk usia
12-24 bulan, sistem pencernaan bayi yang sudah mendekati sempurna. Biasanya bayi sudah bisa
mengunyah dengan baik makanan semi padat, seperti nasi tim, karena giginya sudah tumbuh
dengan baik.

MPASI harus diberikan secara bertahap, baik dari sisi tekstur maupun jumlah porsi
makanannya dan sesuaikan dengan perkembangan sistem pencernaan, kebutuhan nutrisi, dan
usia bayi. Memberikan MPASI terlalu dini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan
bayi karena belum siap menerima makanan(Sudaryo, Gatot).

1
Menurut Cameron, et al yang dikutip oleh Albertus Setiawan (2009), dalam studi WHO
di tiga negara, bahwa ibu-ibu yang memberikan MP-ASI kepada bayi mereka pada usia 2-3
bulan menunjukkan di Guatemala 52% di daerah perkotaan dan 12% di pedesaan sudah diberi
MP-ASI. Di Zaire, 32% di perkotaan dan 35% di pedesaan bayi usia 2-3 bulan sudah diberi MP-
ASI. Dan di India 6% di perkotaan dan 2% di pedesaan bayi usia 2-3 bulan sudah diberi MP-
ASI.
Dari data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan 30% bayi
usia dibawah enam bulan selain mendapatkan ASI juga diberi makanan, 18% diberi ASI dan
susu formula, 9% diberi ASI dan air putih serta 20% diberi ASI dan jus (Kemenkes RI, 2010)
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2009 dari 103.876 bayi
yang ada, 40,08% sudah diberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)dini. Sedangkan di
kota Padang, dari 17.065 bayi, sebanyak 63,6% bayi telah mendapatkan Makanan Pendamping
ASI (MP-ASI) dini.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mahaputri Ulva Lestari, dkk. di
wilayah kerja puskesmas di kota Padang pada tahun 2012, dari 200 bayi usia 1-3 tahun yang
menjadi sampel 49% diantaranya telah diberi MP-ASI dini.

Dari studi awal yang dilakukan penelitian staf pengajar politeknikkesehatan jurusan
Keperawatan Depkes RI Padang terhadap 10 orang ibu yang mempunyai anak umur (6-24
bulan) di Kenagarian Bungo Tanjung wilayah kerja Puskesmas Batipuh II, didapatkan 5 orang
diantaranya mengetahui tentang MP-ASI yang sesuai standar kesehatan, baik itu dari segi
pengertian, manfaat, pola pemberian,dan kapan dimulaipemberian MP-ASI,kemudian3 orang
diantaranya tidak mengetahui manfaat MP-ASI, 6 orang diantaranya tidak mengetahui pola MP -
ASI dan 5 orang diantaranya mengatakan memberikan makanan pendamping ASI pada anaknya
pada usia kurang dari 4 bulan. Hal itu menunjukan ibu-ibu tersebut kurang mengetahui manfaat,
pola dan kapan waktu yang tepat dalam pemberian MPASI.

Berdasarkan data diatas pengetahuan tentang pemberian MPASI sangat penting dimiliki
oleh Ibu balita 6-24 bulan agar MPASI dapat diberikan sesuai dengan umur dan kemampuan
daya cerna balita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan


adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui pengenalan sumber informasi, ide yang
diperoleh sebelumnya baik secara formal maupun informal.
Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan secara informal yaitu dengan
penyuluhan. Menurut WHO dalam Supariasa (2014) dikutip dari Rodhia Ramadhani penyuluhan

2
gizi merupakan usaha yang terencana untuk meningkatkan status gizi melalui perubahan perilaku
yang berhubungan dengan makanan dan gizi.

Berdasarkan hasil penelitian Flora Honey Darmawan dan Eva Nur Maya Sinta (2015)
tentang Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku Pemberian Mp-Asi Yang Tepat
Pada Bayi Usia 6-12 Bulan Di Desa Sekarwangi Kabupaten Sumedang menyatakan bahwa
responden yang berpengetahuan baik hampir seluruhnya (90%) memberikan MP-ASI pada
bayinya dengan tepat, responden yang berpengetahuan cukup sebagian besar responden (60%)
memberikan MP-ASI pada bayinya dengan tepat, sedangkan responden yang berpengetahuan
kurang hampir seluruh responden (83,3%) memberikan MP-ASI pada bayinya dengan tidak
tepat.

Dengan memberikan penyuluhan diharapkan Ibu balita dapat mengetahui dan memahami
tahapan pemberian MPASI yang benar dan sesuai dengan tahapan umur balita.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan
Penyuluhan Dengan Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Tahapan Pemberian MPASI Usia 6-24
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo 2019.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka peneliti ingin mengetahui tentang
bagaimana “Hubungan Penyuluhan Dengan Pengetahuan Ibu Balita Terhadap Tahapan
Pemberian MPASI Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo 2019 ?”

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan Penyuluhan Dengan Pengetahuan Ibu Balita
Terhadap Tahapan Pemberian MPASI Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo 2019.
2. Tujuan khusus
A. Diketahuinya tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24 bulan terhadap terhadap
pemberian MPASI sebelum diberikan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas
kecamatan Nanggalo tahun 2019.
B. Diketahuinya tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24 bulan terhadap terhadap
pemberian MPASI sesudah diberikan penyuluhan di wilayah kerja Puskesmas
kecamatan Nanggalo tahun 2019.

3
C. Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24 bulan terhadap
terhadap pemberian MPASI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan di
wilayah kerja Puskesmas kecamatan Nanggalo tahun 2019.

D. MANFAAT PENELITIAN
A. Bagi peneliti
Dapat dijadikan acuan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
pemahaman tentang perbedaan tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24 bulan
terhadap terhadap pemberian MPASI sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.

B. Bagi masyarakat
Memberikan informasi tentang tahapan pemberian MPASI sesuai dengan
tahapan pemberian MPASI.
C. Bagi institusi terkait
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24
bulan terhadap terhadap pemberian MPASI sebelum dan sesudah mendapatkan
penyuluhan gizi dipuskesmas Nanggalo Padang kepada institusi terkait sebagai
bahan bacaan dan referensi untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
mahasiswa lainnya.

E. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini mencakup tentang pemberian penyuluhan


gizi dan hubungannya dengan tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24 bulan
terhadap terhadap pemberian MPASI di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo 2019.
Data variable independen yaitu sebelum dan sesudah penyuluhan gizi serta data
variable dependen yaitu tingkat tingkat pengetahuan Ibu balita usia 6-24 bulan
terhadap terhadap pemberian MPASI.

DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, flora honey dan Eva Nur Maya Sinta. 2015. “Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Ibu dengan Perilaku Pemberian MP-ASI yang tepat pada Bayi Usia 6-12 Bulan di

4
Desa Sekarwangi Kabupaten Sumedang”. Jurnal Bidan “Midwife Joural” Volume 1, No

2.

Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta.

PDF (Bahasa Indonesia)- Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas

PDFjurnal.fkm. unand.ac.id>article>view

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.

Sutomo, Budi. 2013. Kumpulan Resep MPASI Harian untuk Bayi Usia 6-24 Bulan.

Jakarta Selatan : Anak Kita.

Sitompul, Molika. 2014. Buku Pintar MPASI Makanan Penunjang ASI usia 1 sampai 6

tahun. Jakarta : Arena KIDS.

Anda mungkin juga menyukai