BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Setiap keluarga pasti menginginkan untuk mempunyai bayi yang sehat dan
cerdas supaya di kemudian hari bayi tersebut tumbuh menjadi generasi penerus
yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Salah satu upaya untuk
mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan makanan yang terbaik untuk bayi
sejak dini (Tuti, 2000)
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna
bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003).
Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6-12 bulan, ASI merupakan sumber
nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga
walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa
tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena
didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai
macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan
sebagainya.
Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan lain yang selain
ASI yang diberikan pada bayi usia 6-24 bulan. Makanan ini dapat berupa makanan
yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian
Juwono: 2003). Pada umur 6-12 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau
minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan
cairan lain, baik susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat
1 susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain.
lain seperti pisang dan nasi lumat, bubur,
Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007 dari
total 11,01 bayi yang diperiksa terdapat 10.071 bayi sudah diberi MP-ASI sebelum
berusia 6-12 bulan. (Anonim, 2007).
Tahun 2010 di Jawa Timur terdapat 136 kecamatan rawan gizi atau 20,54%
dari 662 kecamatan yang ada di Provinsi Jawa Timur. Total bayi yang ditimbang ada
1.476.234 atau 70,8% bayi yang naik berat badannya namun cakupan tersebut
belum memenuhi target 80%. Jumlah bayi BGM di Jawa Timur tahun 2010
sebanyak 42.826 atau 2,07% dari seluruh bayi yang ditimbang. Cakupan status gizi
di Jawa Timur tahun 2010 adalah 4,8% termasuk gizi buruk; 12,3% termasuk dalam
gizi kurang; 75,3% trmasuk gizi baik dan 7,6% termasuk gizi lebih. Pemberian MPASI dini di Jawa Timur masih tinggi yaitu 69,28% (Dinas Kesehatan Jawa Timur,
2010).
Survey awal yang dilakukan peneliti di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan pada April 2016 jumlah bayi yang berumur 6-12 bulan yaitu
44 bayi. Bayi yang diberi ASI saja hanya 15 bayi atau 34%, sedangkan 29 bayi atau
66% diberikan MP-ASI. Uraian tersebut menjelaskan bahwa bayi masih banyak
yang diberi MP-ASI sejak usia sebelum 6-12 bulan dengan alasan diantaranya:
pengetahuan, peran tenaga kesehatan, pendidikan, kultur budaya dan peran
keluarga.
Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil tahu dan terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo
Notoatmodjo, 2007). Apabila pasangan orang tua memiliki pengetahuan yang baik
tentang pentingnya pemberian ASI, maka akan mantap untuk memberikan ASI saja
sampai bayi berusia 6-12 bulan, sebaliknya jika pasangan orang tua tidak memiliki
pengetahuan yang adekuat maka orang tua tidak mengerti tentang pentingnya
pemberian ASI, dapat dikatakan asal bayi mereka kenyang, sehingga makanan
diberikan terlalu dini.
Budaya merupakan kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.(Wahid Iqbal, 2007) yang telah
melekat pada masyarakat kemungkinan sulit untuk diubah karena kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat sehingga akan merekat pada diri seseorang, termasuk
budaya dalam pemberian makanan pendamping bagi bayi yang berumur kurang dari
6-12 bulan. Dengan memberikan nasi pisang yang sebenarnya tidak dibenarkan
karena bayi yang berusia kurang dari 6-12 bulan kemampuan ususnya atau
pencernaannya masih terbatas, sehingga makanan masih belum dapat dicerna
dengan baik dan dapat menyebabakan diare maupun alergi. Budaya masyarakat
yang memberikan dampak yang negatif dengan adanya makanan yang seharusnya di
berikan pada bayi usia 6-12 bulan keatas. Tetapi sudah di berikan pada usia kurang
dari 6-12 bulan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir
terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang (Aziz Alimul, 2002). Dengan
pendidikan yang tinggi kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah
menerima informasi yang telah didapat dari pendidikannya, sehingga tidak
tertinggal oleh adanya informasi yang baru yang dapat mengubah perilaku
seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru dalam
pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayi usia 6-12 bulan
ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan seseorang rendah kemungkinan akan
menghambat seseorang untuk menerima informasi yang baru mengenai pemberian
makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayinya antara usia 6-12 bulan
keatas.
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu
(Nasrul Effendi, 1998). Keberhasilan dalam memberikan makanan pada bayi tidak
hanya tergantung pada ibu saja, tetapi dukungan dan peran serta keluarga
mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberian nutrisi pada bayi. Keluarga
sebaiknya memahami mengenai MP-ASI, terutama mengenai kapan makanan harus
diberikan, jenis, bentuk dan jumlahnya. Upaya meningkatkan pengetahuan ibu
tentang waktu pemberian makanan dalam hal ini petugas kesehatan khususnya
tenaga perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan pada orang tua mengenai
upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga
anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik (Nursalam, 2005).
Banyak faktor yang melatar belakangi tingginya angka ibu yang memberi
makanan pada bayi usia 6-12 bulan, maka peneliti hanya membatasi pada Gambaran
faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi
usia 6-12 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Gambaran faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu dalam
pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan?.
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Mengidentifikasi ibu bayi usia 6-12 bulan berdasarkan usia ibu di Desa
Ragang, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan.
2.
3.
4.
Mengidentifikasi ibu bayi usia 6-12 bulan berdasarkan sosial budaya di Desa
Ragang, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan.
5.
6.
b.
Bagi Instansi
Dapat dipergunakan untuk menambahkan sumber kepustakaan sebagai bahan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
KONSEP DASAR MP-ASI
2.1.1 Pengertian MP-ASI
MP-ASI merupakan makanan lain selain ASI. Makanan ini dapat berupa
makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan yang dimodifikasi.(Lilian
Juwono, 2003). Sedangkan menurut Dep.Kes RI (2007), MP-ASI merupakan
makanan peralihan dan dari ASI ke makanan keluarga.
Bertambahnya umur bayi, bartambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak
umur 6-12 bulan bayi mulai diberi MP-ASI. Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan
gizi perlu diperhatikan waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan,
cara pembuatan, dan cara pemberian MP-ASI.
2.1.2 Tujuan Pemberian MP-ASI
Menurut (Krisnatun, 2002) Tujuan pemberian MP-ASI pada bayi yaitu :
1.
2.
aktivitasnya.
Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.
Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat
3.
menggunakan sendok
Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam
normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan seorang
anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak
terpenuhi.
2.1.4
1.
2.
Saat bayi berumur 6 bulan keatas sistem pencernaan sudah relative sempurna
dan siap menerima makanan tambahan.
3.
Mengurangi resiko terkena alergi akibat pada makanan saat bayi berumur
kurang dari 6 bulan, sel-sel sekitar usus belum siap untuk kandungan
makanan.
4.
2.1.5
1.
Seorang bayi belum memerlukan makanan tambahan pada umur 6 bulan, jika
makanan diberikan, bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun
memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi.
2.
Bayi mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi
meningkat.
3.
4.
Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer (bubur yang
berkuah atau sub), dimana makanan ini membuat lambung penuh tetapi
kandungan nutrien lebih sedikit daripada ASI, sehingga kebutuhan nutrisi bayi
tidak terpenuhi.
5.
Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui.
2.
Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak
berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.
3.
Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya
disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus dan
biscuit.
10
Saat mendiskusikan makanan yang baik, akan bermanfaat jika kita mulai
dengan makanan pokok kemudian memutuskan makanan lain yang akan
ditambahkan.
Makanan Pokok adalah dimana semua masyarakat mempunyai makanan
pokok. Makanan pokok merupakan makanan utama yang dikonsumsi. Contohnya
adalah serealia (misalnya beras, gandum, jagung, padi-padian), umbi-umbian.
2.1.7 Syarat-syarat MP-ASI
Menurut Diah K dan Rina Y(2000) syarat-syarat MP-ASI adalah makanan
harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi,
seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya.
Makanan hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang
mencukupi. Sedangkan menurut Lilian Juwono(2004) makanan yang memenuhi
syarat adalah:
a.
Kaya energi,protein, dan mikronutrien (terutama zat besi,zink, kalsium,
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.1.8
kebutuhan nutrisi dan energi, yang tidak lagi terpenuhi dari ASI saja. Di masa
11
penyapihan ini bayi akan mendapatkan ASI, buah, biscuit bayi, bubur bayi dan lebih
lanjut akan mendapat nasi tim. Prinsip pemberian makanan pada bayi usia 6 sampai
12 bulan adalah peralihan bertahap dari hanya ASI hingga mencapai pola makan
dewasa. Perubahan terjadi di dalam hal tekstur (halus hingga kasar), konsistensi
(lunak hingga padat), porsi dan frekwensinya sesuai dengan kemampuan dan
perkembangan bayi. Tahapan pemberian makanan pendamping ASI yang ideal adalah
mulai usia 6 bulan.
Makanan harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi
dan nutrisi dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan mulai diberikan pada usia
6 bulan keatas. Pada usia ini otot dan syaraf didalam mulut bayi cukup berkembang
untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan
mendorong makanan keluar dari mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan
gerakan lidahnya secara penuh. pada usia 6-12 bulan lebih mudah untuk memberikan
bubur kental, sup kental dan makanan yang dilumatkan, karena anak:
1.
2.
3.
4.
5.
Kesiapan fisik
a.
12
b.
c.
d.
e.
2.
Kesiapan psikologis
a.
b.
berbagai makanan.
Memulai pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat,
keduanya tidak diinginkan. Tanda bahwa seorang anak sudah siap untuk menerima
makanan tambahan adalah bahwa anak tersebut:
1.
2.
3.
13
2.1.9 Pemberian MP-ASI pada bayi diberikan secara bertahap. Adapun jenis
makanan dan frekwensi menurut umur bayi sesuai tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi, Jenis
Makanan Dan Frekuensi.
Umur Bayi
Jenis Makanan
Berapa Kali Sehari
Bub
ur susu
9.12bulan
Bub
ur tim lumat
Bubur nasi
Nasi tim
Nasi lembek
makan
7 bulan : pagi dan sore hari, 3
sendok makan
2.
3.
Yogurt: Tanpa pemanis yang biasanya disukai bayi atau tambahkan buah segar
cincang
14
4.
Nasi
5.
2.
Pada umur 6-12 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi
mulai diperkenalkan dengan makanan lumat 2 kali sehari.
3.
Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi
sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin.
Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa
enak juga mempertinggi yang larut dalam lemak.
2.
Berikan makanan selingan satu kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang
bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau dan buah. Usahakan makanan
selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
3.
15
1.
2.
3.
4.
2.2
16
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
3.
a.
b.
c.
d.
Ibu dan Ayah harus memiliki kesatuan sikap dan pandangan dalam mendidik.
e.
17
4.
a.
b.
c.
d.
5.
a.
Sebagai warga masyarakat yang baik dan sadar akan hak-hak dan kewajiban.
b.
Memelihara pergaulan hidup yang baik bagi keturunan hidup bertetangga ikut
bertanggung jawab atas ketentraman dan keamanan lingkungan.
c.
d.
6.
a.
b.
2.2.3
1.
18
2.
Seorang Ibu dapat memahami dan mau melaksanakan tugas serta tanggung
jawabnya dalam mendidik dan mengarahkan anak dengan baik.
3.
4.
5.
Pola asah anak adalah upaya kegiatan untuk merawat anak yang bertujuan
untuk mengasah segala kemampuan yang dimiliki anak dan memunculkan
bakatnya yang masih tersimpan yang dilakukan dalam mengasah kemampuan
anak adalah dengan memberikan pola pendidik dan pembelajaran.
2.
Penerapan pola asih yang baik kepada anak memperkuat hubungan batin
antara orang tua dan anak sehingga akan memupuk rasa kasih sayang antara
anak, orang tua dan antar sesama. Berikan pujian, penghargaan, kasih sayang,
rasa tanggung jawab dan kemandirian pada anak.
3.
Pola Asuh anak adalah kegiatan membesarkan anak yang berkaitan dengan
cara merawat anak dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan
dengan asupan gizi, kebutuhan tempat tinggal yang layak, pakaian yang bersih
dan nyaman serta kebutuhan akan kesehatan anak.
2.3
19
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003)
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup didalam Domain Kognitif dibagi menjadi 6
tingkatan, yaitu:
1.
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Pada tingkat ini recall (mengingat kembali) terhadap suatu yang spesifik
dari seluruh bagian yang dipelajari/rangsang yang diterima, oleh sebab itu tingkat ini
adalah yang paling rendah.
2.
Memahami (Comprehention)
Memahami dilakukan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar yang dilakukan dengan menjelaskan , menyebutkan contoh, dll.
3.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
20
sebagai
aplikasi/penggunaan
hukum-hukum,
rumus,
metode,
prinsip
dan
konteks/situasi lain.
4.
Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi/suatu objek kedalam
Sintetis (Synthesis)
Sintesis
menunjukkan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
ini
kaitanya
dengan
kemampuan
untuk
melakukan
Faktor internal
a.
Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
maka akan lebih matang dalam berfikir logis (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).
b.
Pendidikan
21
Pekerjaan
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya (Nursalam dan Siti
Pariani, 2001).
2.
Faktor eksternal
a.
Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu
Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
22
c.
Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang
Baik
23
Pengetahuan ibu
bayi tentang
MP-ASI
5.
6.
lingkungan
informasi
Cukup
Pemberian MP-ASI
secara dini pada bayi
usia 6-12 bulan
Kurang
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak dieliti
24
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1
25
(Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengetahui Gambaran faktor yang
mempengaruhi pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan.
4.2
4.2.1
Populasi
Pada penelitian ini populasinya adalah ibu yang mempunyai anak usia 6-12
Sampel
Sampel penelitian adalah menetapkan besarnya jumlah atau jumlah sampel,
4.2.3
Sampling
26
Sampling adalah suatu cara sehingga
sampel tersebut terdapat mungkin
Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai cari, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
26
tertentu (Notoadmojo, 2005). Variabel penelitian ini adalah pemberian makanan pada
bayi usia 6-12 bulan.
4.4
Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI pada bayi
usia 6-12 bulan di Desa Ragang Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
N
Variabel
Definisi
Parameter
Alat ukur
Skala
Skor
o
Penelitian
operasional
data
1 Umur
Umur individu Tahun
Kuesioner Ordinal 1. Usia <20
yang dihitung
tahun.
mulai saat lahir
2. Usia 20-35
sampai
saat
tahun.
berulang
tahun.
3. Usia >35
tahun.
2
Pendidikan
Pekerjaan
Sosial
Budaya
Pendidikan
1. Tingkat
formal
yang
pendidikan dasar
pernah
2. Tingkap
diselesaikan
pendidikan
ibu
menengah
3. Tingkat
pendidikan tinggi
Sesuatu yang 1.Bekerja
dilakukan
terutama untuk 2.Tidak bekerja
menunjang
kehidupannya
dan
keluarganya
Kuesioner
Ordinal
1.SD
SMP
dan
2. SMA
3.Perguruan
Tinggi.
Kuesioner
Ordinal
1.IRT
2.PNS
3.Wiraswasta
4.Swasta
Kuesioner
Ordinal
1. Baik
2. Buruk
MP- Kuesioner
Ordinal
Baik :
27
2. Tujuan
pemberian MPASI
3. Manfaat
pemberian MPASI
4. Jenis dan waktu
pemberian MpASI
5. Syarat dan cara
pemberian MPASI
76-100%
Cukup :
56-75%
Kurang
<56%
4.5
Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
4.5.1 Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan yang
sudah tersusun dengan baik, sudah matang dimana responden dan peneliti tinggal
memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu. Bentuk kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang
jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih (Notoatmodjo,
2010).
Dalam penelitian ini, menggunakan kuesioner dengan pertanyaan mengenai
pengetahuan ibu bayi tentang makanan pendamping dengan menggunakan skala
ordinal 10 pertanyaan tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang ada.
4.5.2 Pengolahan Data
1. Editing
Langkah ini dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan
dari data yang telah dikumpulkan serta memonitor jangan sampai terjadi kekosongan
28
dari data yang telah dikumpulkan. Editing dilaksanakan di lapangan, sehingga bila
ada kekurangan dapat segera dilengkapi.
2. Coding
Memudahkan dalam pengolahan data maka untuk setiap jawaban dari kuesioner
yang telah disebarkan diberi kode sesuai dengan karakter masing-masing.
Hasil pernyataan pada setiap kuesioner dijumlahkan sehingga didapatkan total
jawaban setiap kuesioner. Kemudian dari total jawaban setiap kuesioner dicari rata
rata dari jawaban tiap tiap kuesioner dibagi dengan jumlah sampel. Setelah
diketahui hasil perhitungan tiap-tiap kuesioner kemudian dikelompokkan menjadi dua
yang mana kelompok atas adalah mereka yang skornya sama atau lebih besar dari
mean sedangkan kelompok bawah adalah subyek yang skornya lebih kecil dari mean.
3. Skoring
Pengolahan data yang digunakan dengan cara pemberian skor, dimana setiap
jawabanya yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi 0 (Notoadmojo,
2010).
4. Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel kemudian diolah
dengan bantuan komputer. Data yang diperoleh akan diklasifikasikan dan dianalisis
dengan cara presentasi yang artinya data dibagi dalam beberapa kelompok dan diukur
dalam presentase.
Menurut Arikunto (2002), dalam membaca bab kesimpulan menggunakan
skala sebagai berikut :
a.
100 %
: seluruhnya
29
b.
76-99%
c.
51-75%
d.
50%
e.
26-49%
f.
1-25%
g.
0%
4.5.3 Analisis Data
: hampir seluruhnya
: sebagian besar
: setengah
: hampir setengah
: sebagian kecil
: tidak satupun
Setelah data ditabulasi, kemudian data diolah serta disajikan dalam bentuk
presentase. Skor setiap jawaban yang salah diberi nilai 0, dan untuk jawaban yang
benar diberi nilai 1. Hasilnya diberi nilai pembobot, kemudian dijumlahkan dan
dibandingkan dengan skor tertinggi, lalu dikalikan 100%. Rumus yang digunakan:
Keterangan :
P
= Prosentase
= Skor maksimal
Baik
: 76-100%.
2.
Cukup
: 56-75%.
3.
Kurang
: < 56%.
4.6
Etika Penelitian
4.6.1
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan serta dampak yang
30
mungkin terjadi dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia untuk
diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
4.6.2 Tanpa Nama (Anonimity)
31
Pengolahan data
Editing, Coding, Skoring dan Tabulating
Kesimpulan