PENDAHULUAN
masyarakat, yang salah satunya bisa dilihat dari status gizi manusianya .Salah satu
periode emas yaitu pada masa bayi dan anak-anak, dimana pada masa tersebut
merupakan masa yang membutuhkan asupan gizi yang sesuai sehingga diharapkan
yang diberikan kepada bayi atau anak saat mulai memasuki usia 6 (enam) bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI (Mahayu, 2014). Saat bayi berusia 6
(enam) bulan, kebutuhan gizi tidak dapat terpenuhi hanya dari ASI saja sehingga
Selain itu, usia 6 (enam) bulan bayi dianggap telah matang secara fisiologis untuk
beradaptasi dengan berbagai jenis tekstur makanan. Hal tersebut menjadi dasar
bahwa MP-ASI idealnya diberikan pada usia 6 (enam) bulan (Adriani, 2012).
tambahan dan minuman kepada bayi kecuali vitamin, mineral dan obat obatan
Pendamping ASI (MP-ASI) pada saat bayi berumur kurang dari 6 (enam) bulan
dapat menyebabkan dampak terhadap kesehatan bayi seperti diare dan masalah
1
2
pencernaan lain yang dapat bersifat akut (Gibney, 2009). Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI
Eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi, hal ini terjadi karena
bayi usia kurang dari 6 (enam) bulan memiliki sistem imun yang belum sempurna,
sehingga apabila diberikan makanan pendamping ASI terlalu dini bayi akan
rentan terkena penyakit. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa
pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4-5 bulan lebih membawa
dampak positif. Sebaliknya, hal ini akan memberikan dampak negatif terhadap
kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk pertumbuhan dan
hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama memberikan air susu ibu kepada
bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air
susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 (enam) bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) sejak bayi berusia 6 (enam) bulan sampai 24 bulan dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Namun
banyak bayi an anak-anak tidak menerima makan optimal, dimana hanya sekitar
36% dari bayi usia 0-6 bulan diseluruh dunia yang diberikan ASI eksklusif selama
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada
tahun 2017 sebesar 61,33%. Jika dibandingkan pada tahun 2016, cakupan
3
54,0%. Sementara itu dalam sumber yang sama juga dinyatakan bahwa di Aceh,
cakupan pemberian ASI ekslusif pada tahun 2017 sebesar 54,29%, mengalami
penurunan jika dibandingkan pada tahun 2016 yang sebesar 59,0% (Kemenkes
RI, 2018). Menurut data dari Dinas Kesehatan Aceh, tercatat cakupan pemberian
ASI Ekslusif di Aceh Timur pada tahun 2017 sebesar 50% (Profil Kesehatan
Aceh, 2017). Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bayi yang medapatkan
bahwa 44,7% bayi usia 0-5 bulan telah diberi MP-ASI berupa susu formula
82,6%, madu 11,7%, air gula 3,7%, air putih 11,9%, bubur 2,2%, pisang 3,7%,
nasi 1,5%, dan sisanya 3,7% diberi air gula, air tajin, air kelapa, kopi, dan teh
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-
ASI dini pada bayi, seperti faktor dari ibu sendiri atau faktor dari luar. Faktor dari
ibu yaitu pengetahuan ibu, sosial budaya, pendidikan, sikap ibu dan ibu yang
bekerja diluar rumah sedangkan faktor dari luar seperti promosi susu formula,
2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2013) bahwa faktor
Hasil survey awal di Gampong Tanjong Ara menunjukkan ada 34 orang ibu
yang memiliki bayi usia 0-24 bulan. Berdasar hasil wawancara dengan 6 (enam)
orang ibu di Gampong Tanjong Ara, 4 orang ibu mengatakan bahwa jika bayinya
menangis ibu percaya bahwa bayinya kelaparan dan harus diberikan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) seperti pisang dan nasi. Para ibu tersebut
beranggapan bahwa bayinya tidak kenyang jika hanya mengkonsumsi ASI saja,
dan 2 (dua) orang ibu mengatakan alasan memberikan Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) dini kepada bayinya yang masih berumur kurang dari 6 (enam) bulan
untuk bayi pada umur yang tepat, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
ASI (MP-ASI) dini di Desa Tanjong Ara Kecamatan Madat Kabupaten Aceh
Timur.
ibu dalam pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini di Desa Tanjong
Tanjong Ara.
Tanjong Ara.
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dini yang terjadi di lingkungan sekitar dan
penelitian lanjutan dalam bentuk yang lebih rinci, mendalam dan komprehensif.
Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan bisa menerapkannya dengan baik serta
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Sejak usia 6 (enam) bulan ASI saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan
energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi sehingga diperlukan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang dapat melengkapi kekurangan zat gizi makro
dan mikro tersebut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2015). Menurut Eka, at all.
diberikan pada bayi disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan mulai umur 6-24 bulan dan merupakan
Zat gizi pada ASI hanya memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia 6
(enam) bulan, untuk itu ketika bayi berusia 6 (enam) bulan perlu diberi makanan
pendamping ASI dan ASI tetap diberikan sampai usia 24 bulan atau lebih.
Meskipun sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi secara lengkap,
pemberian ASI tetap dianjurkan karena dibandingkan dengan susu formula bayi,
lain-lain yang tidak terdapat pada susu formula bayi. Makanan Pendamping ASI
pertama yang umum diberikan pada bayi di Indonesia adalah pisang dan tepung
7
8
Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan ASI merupakan makanan yang
terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai membutuhkan makanan
tambahan selain ASI yang disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI). Menurut
Menurut Chomaria (2014) MP-ASI harus diberikan pada saat bayi umur 6
bulan, bayi mengalami peningkatan nafsu makan, tetapi bukan berarti pada
2) 0-6 bulan, kebutuhan bayi bisa dipenuhi hanya dengan mengkonsumsi ASI
3) Umumnya bayi telah siap dengan makanan padat pada usia 6 (enam) bulan
karena pada usia ini, ASI hanya memenuhi 60-70% kebutuhan gizi ibu
pada bayi berumur 4-6 bulan karena sistem pencernaan mereka belum siap
Saat bayi berusia kurang dari 6 (enam) bulan, sel-sel disekitar usus belum
yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan bisa terjadi alergi. Menunda
dikemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat
bayi berusia 6 (enam) bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif
sempurna serta beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin,
lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna dan bayi siap menerima MP-ASI
1) Padat energi, protein dan zat gizi mikro (zat besi, zinc, kalsium, vit A, vit C
dan folat)
Tabel 2.1 Angka kecupukan gizi per hari untuk anak usia 0-36 bulan
(Jumiati, 2014)
lunak dan lembek serta makanan bayi yang dikemas dalam kaleng atau karton
(sachet).
tempe/tah
u atau sdm
kacang-
kacangana
n
4. ¼ gelas
sayur
5. 1 potong
buah
6. ½ gelas
bubur/ 1
potong
kue
Bayi yang siap menerima makanan padat selain ASI akan menunjukkan
tanda-tanda bahwa bayi akan lebih rewel dari biasanya, jangka waktu menyusui
menjadi lebih sering, terlihat antusias ketika melihat orang di sekitar sedang
makan, bayi mulai memasukkan tangan ke mulut, mulai bisa didudukkan dan
jika kemampuan reflek menelan bayi belum berkembang dan bayi belum bisa
bayi siap. Jika dipaksa, bayi tidak dapat menelan makanan dengan baik, bahkan
tenggorokan. Akibatnya bayi tersedak, napasnya tertahan atau bersin. Kejadian ini
13
kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang
membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi
mereka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa para ibu
1) Rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan atau
(kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai air. Ibu harus memahami
bahwa pada komposisi ASI akan terjadi ketika bayinya mulai menghisap
putung mereka.
3) Tekhnik pemberian ASI yang salah. Jika bayi tidak digendong dan dipeluk
dengan posisi yang tepat, kemungkinan ibu akan mengalami nyeri, lecet
bayi tidak mampu meminum ASI secara efektif. Hal ini akan berakibat ibu
cairan seperti air the dan air putih dapat meningkatkan resiko diare pada
bayi. Bayi akan mendapat ASI yang lebih rendah dan frekuensi menyusu
sakit sayang bayi akan meningkatkan inisiasi dini ASI terhadap bayi.
Sebaliknya tidak adanya fasilitas rumah sakit dengan rawat gabung dan
bahwa formula PASI (pengganti air susu ibu) lebih unggul daripada ASI
sehingga ibu akan lebih tertarik dengan iklan PASI dan memberikan MP-
secara langsung pada bayi, diantaranya adalah gangguan pencernaan seperti diare,
sulit BAB, muntah, serta bayi akan mengalami gangguan menyusu. Gangguan
menyebabkan bayi kenyang dan keinginan untuk menyusu atau minum ASI
pada bayi karena didalam ASI banyak terkandung zat gizi yang sangat dibutuhkan
bayi (Nuringtyas,T.A,2018).
15
di usia 6 bulan selain ASI, awalnya 2-3 kali sehari antara 6-8 bulan, meningkat
menjadi 3-4 kali sehari antara 9-11 bulan dan 12-24 bulan dengan cemilan bergizi
tambahan yang di tawarkan 1-2 kali perhari, seperti yang diinginkan. Gambar
berikut menunjukkan kesenjangan antara kebutuhan energi bayi dan energi yang
disediakan oleh ASI dari enam bulan dan seterusnya. Jika kesenjangan energi ini
tidak terpenuhi, anak akan berhenti tumbuh atau tumbuh terhambat, yang
600
500
400
300
200
100
0
0-2 m 3-5 m 6-8 m 9-11 m 12-23 m
Age (Month)
Gambar 2.1 Kesenjangan antara kebutuhan energi bayi dan energi yang
disediakan ASI dari 6 bulan dan seterusnya (WHO, 2016)
2.2.1 Pengetahuan
terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
(Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini pengetahuan orang tua (ibu) tentang
memberikan MP-ASI kepada bayinya pada usia kurang dari 6 (enam) bulan
sedangkan ibu yang berpengetahuan baik MP-ASI diberikan setelah bayi berusia 6
(enam) bulan. Semakin kurang pengetahuan ibu tentang MP-ASI semakin cepat
pengetahuan baik.
dengan pengetahuan baik memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. Dalam hal
ini pengetahuan yang didapat responden hanya sebatas tahu tentang MP-ASI dini,
tetapi tidak dipraktikkan dalam tindakan nyata. Hal ini terjadi pada responden
dengan usia muda yang belum mempunyai banyak pengalaman dalam merawat
bayi. Meskipun mereka tahu tentang MP-ASI dini, namun dalam tindakan masih
dipengaruhi orang tua yang dianggap lebih berpengalaman. Hasil penelitian ini
dalam perilaku kesehatan. Secara rasional seorang ibu yang memiliki pengetahuan
tinggi tentu akan berpikir lebih dalam mengambil tindakan. Hal tersebut sesuai
2.2.2 Pendidikan
salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima
ide-ide dan teknologi baru. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
tangga juga berperan dalam penyusunan pola makan untuk keluarga, termasuk
bayi dan seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan semakin mudah
terpengaruh dan sulit untuk mencerna informasi yang diberikan (Rina, H. 2016).
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Asmarudin Pakhri et al (2015) Pendidikan
di usia bayi memasuki 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi akan
lebih cepat jika ibu berpendidikan tinggi (Asmarudin Pakhri et al, 2015).
antara pemberian MP-ASI dini dengan pendidikan. Hasil penetitian ini sesuai
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang
lebih rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru di
2.2.3 Sosial-Budaya
Sosial budaya atau tradisi juga memiliki hubungan dalam pemberian MP-
pemberian MP-ASI pada anak dikarenakan anak rewel, ibu yang bekerja dan
masih memegang kuat tradisi leluhur. Jenis MP-ASI yang diberikan pada
umumnya adalah makanan instan seperti bubur beras merah dari hasil pabrik,
pisang, nasi yang dilumat, susu formula, madu. Alasan para ibu memberikan MP-
ASI, anak rewel atau menangis yang dianggapnya itu karena lapar serta pengaruh
19
orang tua yang zaman dahulu untuk memberikan makanan pendamping pada usia
dini agar tercukupi semua kebutuhan anak tersebut (Utami, 2014). Menurut
pralakteal, meskipun ibu memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI, namun
aspek budaya ini sangat kental sehingga ibu mulai mengenalkan makanan
menyatakan ada hubangan yang signifikan antara faktor budaya dengan ketepatan
Suwarsih (2016) juga menunjukkan terdapat hubungan yang sangat kuat antara
Peniron.
2.2.4 Pekerjaan
dilakukan seseorang setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Ibu yang belum
bekerja sering memberikan makanan tambahan dini dengan alasan melatih atau
mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa. Status pekerjaan
yang semakin baik dan sosial ekonomi keluarga yang meningkat menyebabkan
ibu mudah untuk memberikan susu formula dan MPASI pada anak. (Dary et al,
2018).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nana, A (2015) yang menunjukkan
bahwa ada hubungan ibu yang bekerja dengan pemberian MP-ASI dini artinya ibu
20
yang bekerja lebih banyak memberikan MP-ASI dini dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja lebih sering meninggalkan bayinya lebih dari
6 (enam) jam dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja sehingga ibu yang
Keluarga memberikan peran atau dukungan yang baik akan mendorong ibu
untuk tidak memberikan makanan pendamping ASI kepada bayi mereka saat usia
0-6 bulan, untuk itu informasi tentang MP-ASI bukan hanya diberikan kepada
ibu-ibu saja tetapi suami dan keluarga, sehingga mereka juga memperoleh
dikarenakan adanya pengaruh yang lebih kuat, yaitu anjuran keluarga terdekat,
bayinya akan merasa kelaparan jika hanya diberikan ASI saja, hal tersebut akan
menggangu psikologis ibu dan membuat ibu merasa cemas akan kondisi bayinya
dan membuat ibu untuk berfikir memberikan tambahan susu formula ataupun
makanan pendamping ASI sebelum 6 (enam) bulan pada bayi. (Nuringtyas, 2018).
ASI dini kepada bayinya, dimana hasil penelitian tersebut yaitu jika seseorang
maka akan meningkatkan pemberian MP-ASI dini kepada bayi. Peran keluarga
Penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Oktalina (2015)
bahwa dukungan dari keluarga memiliki dampak yang cukup besar terhadap
keputusan seseorang ibu untuk terus menyusui. Meskipun menyusui bayi adalah
hal yang paling alami di dunia, tetapi komitmen dan usaha keras harus tetap
dimiliki oleh ibu karena menyusui tidak selalu mudah terutama jika seorang ibu
mengalami masalah, merasa sangat lelah, dan merasa kurang waktu karena
bekerja atau memiliki kesibukan diluar rumah. Peran penting keluarga atau
MP-ASI dini kepada bayinya, karena keluarga mampu mendukung dalam bentuk
mempengaruhi ibu dalam pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
dini maka variabel yang ingin diteliti adalah variable terikat (dependen) yaitu
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ibu
(Asmarudin Pakhri et al,
2015).
diatas maka penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
23
24
Ara
Ara
Ara
25
Ara
Ara
Ara
kurang, jika
nialinya
< 60%
3 Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner Ordinal Tidak
terakhir yang sekolah
diikuti ibu dan
mendapat ijazah Rendah (SD-
SMP)
Sedang
(SMA)
Perguruan
tinggi
4 Sosial- Kebiasaan dan kuesioner Ordinal Terpengaruh,
Budaya kepercayaan jika
keluarga dan X ≥ X
lingkungan yang
mempengaruhi ibu Tidak
dalam pemberian terpengaruh,
MP-ASI dini jika
X < X
dan saran.
BAB 4
METODE PENELITIAN
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo,
2010).
4.2.1 Populasi
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu di Gampong Tanjong Ara Kecamatan Madat
Kabupaten Aceh Timur yang memliki bayi usia 0-24 bulan sebanyak 34 orang.
4.2.2 Sample
sugiyono (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
memiliki anak usia 0-24 bulan di Gampong Tanjong Ara Kecamatan Madat
Kabupaten Aceh Timur. Sampel penelitian ini ditentukan sebanyak 34 orang ibu
atau seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-24 bulan dengan alasan karena
28
29
populasinya di bawah 100 sesuai dengan pendapat Arikunto (2013) yaitu apabila
populasi kurang dari 100, maka sampel di ambil dari keseluruhan populasi yang
4.2.3 Sampling
Nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total sampling. Menurut
Sugiyono (2013) sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel dengan cara
mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel. Jadi sampel
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-24 bulan di
Gampong Tanjong Ara Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah
34 orang ibu.
judul, penyusunan proposal pada bulan April, seminar proposal. Pengumpulan dan
analisis data yaitu mulai bulan Juni sampai dengan Agustus 2019.
30
yang meliputi :
kepada responden. Pada penelitian ini, Informed consent diberikan secara verbal
yang akan dilakukan dan diminta persetujuan untuk menjadi responden dalam
menuliskan nama responden pada lembar observasi dan hanya memberikan kode
Semua data yang dikumpulkan. Seluruh informasi yang diberikan oleh responden
penelitian, dan jika sudah tidak dibutuhkan lagi maka seluruh data akan
penelitian ini terdiri dari data demografi responden yang digunakan sebagai
terdiri dari kode responden, umur ibu, umur bayi, pendidikan terakhir ibu, dan
pekerjaan ibu.
peratanyaan tersedia dua alternatif jawaban yaitu “benar” (B) / Ya dan “salah”
(S) / Tidak dimana jawaban “benar” (B) / Ya diberi nilai 2 dan jawaban “salah”
32
(S) / Tidak diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanyaan negatif jawaban “benar”
(B) / Ya diberi nilai 1 dan jawaban “salah” (S) / Tidak diberi nilai 2.
a) Uji validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur. Kuesioner yang diukur
perlu di uji kolerasi antar skors (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor
total kuisoner tersebut. Semua pertanyaan itu mempunyai kolerasi yang bermakna
berarti semua item (pertanyaan) yang ada dalam kuisioner itu mengukur konsep
yang kita ukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dalam penelitian ini akan
rumus:
rxy=N ¿¿
Keterangan :
N : jumlah responden.
pertanyaan tersebut harus mencapai signifikan 5% yaitu diatas 0,632 yang dapat
b) Uji reabilitas
dipakai dapat dipercaya dan diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
instrument yang equivalen pada pengujian pertama, setelah itu dikorelasikan pada
2
r=
k
[ ]
k−1
1−
[ ]
∑σ
σ
2
t
t
keterangan :
r : banyaknya instrument
2
∑𝞼 : jumlah varian butir
t
2
𝞼 : varian total
t
34
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari responden atau sampel penelitian.
Adapun metode yang digunakan untuk mengambil data adalah dengan cara
dimana para responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah disediakan
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber rekam medik
Gampong Tanjong Ara, Profil Dinas Kesehatan Aceh dan studi kepustakaan.
a) Tahab persiapan
35
Keuchik Gampong Tanjong Ara. Peneliti meminta izin kepada Keuchik Gampong
Tanjong Ara untuk pengambilan data awal di Gampong Tanjong Ara dan
b) Tahab pelaksanaan
sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan
isi, dapat terbaca dan melihat kekeliruan yang mengganggu pengolahan data
selanjutnya.
menurut macamnya. Peneliti memberikan kode nomor urut responden dari nomor
tamat sekolah atau tidak tamat SD diberi kode “1”, SD diberi kode “2”, SMP
diberi kode “3”, SMA diberi kode “4”, Perguruan tinggi diberi kode “5”. Untuk
kuesioner pekerjaan, Tidak bekerja diberi kode “1”, bekerja diberi kode “2”.
Untuk kuesioner pemberian MP-ASI, Sebelum usia 6 (enam) bulan diberi kode
“1”, setelah usia 6 (enam) bulan diberi kode “2”. Pernyataan pengetahuan ibu bila
menjawab benar diberi kode “2”, dan bila menjawab salah diberi kode “1”,
Pernyataan sosial-budaya bila menjawab ya diberi kode “2”, dan bila menjawab
tidak diberi kode “1”, Pernyataan dukungan keluarga bila menjawab ya diberi
Data yang telah disusun secara berurutan mulai dari responden pertama
menjawab “Benar” diberikan nilai “2” dan responden yang menjawab “Salah”
menjawab “Benar” diberikan nilai “1” dan responden yang menjawab “Salah” di
berikan nilai “2”. Kemudian dimasukan kedalam table sesuai variabel yang diteliti
agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan, sesuai
dengan variabel independen dan dependen yang diteliti. Pada tahab ini data
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Data analisa yang disajikan dalam
bentuk tabel. Dari hasil penelitian pada umumnya hasil analisis ini hanya
x́=
∑x
n
38
Keterangan :
x́ = Nilai rata-rata
∑ x = Jumlah keseluruhan nilai responden
n = Jumlah Sampel
fi
p= ×100 %
n
Keterangan :
p : Proporsi
f i : Frekuensi teramati
dependent dan independent. Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang
untuk melihat dua variabel yang diduga ada hubungan yaitu antara variabel
penelitian ini, dipakai analisa uji Chi square (X2) untuk test of dependence, karena
uji statistik ini digunakan untuk menganalisa frekuensi dari dua variabel untuk
menentukan apakah kedua variabel berhubungan satu sama lain atau sebaliknya
( O−E )2
x 2= ∑
E
Keterangan :
O: Frekuensi
E : Frekuensi Harapan
nilai Chi-Square yang diperoleh dari hasil tabel (X2), serta dengan melihat nilai p-
menolak Ho dari data penelitian. Niali p dapat diartikan pula sebagai nilai
besarnya peluang hasil penelitian. Dengan nilai p ini kita dapat menggunakan
untuk keputusan uji statistik dengan cara membandingkan nilai p dengan alpha
(α). Pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak ada tingkat kepercayaan
a) Jika nilai p ≤ α(α= 0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima dan (Ho)
b) Jika nilai p ¿ α(α= 0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak dan (Ho)
DAFTAR PUSTAKA
Budi Sutomo,S.Pd & dr.Dwi Yanti Anggraini. Makanan Sehat Pendamping Asi.
Demedia Pustaka.2010
Dary et al. (2018) Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi Di Karangpete
www.dinkes.acehprov.go.id
Eka at al. (2013). Hubungan Pola Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi Anak
Ginting, Dkk. (2013). Pengaruh Karakteristik Faktor Internal Dan Eksternal Ibu
Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia <6 Bulan, (online). Vol 5,
No.3
Hasdianah. Sandu. Yuli (2014). Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas.
Indonesia. 2015
Kesehatan RI
Mahayu,P. Imunisasi & Nutrisi Panduan Pemberian Imunisasi dan Nutrisi Pada
Mubarak Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Teori dan Aplikasi.
Nina Nirmaya Mariani, Hendi Hendarman, Giti Sri Nita,. Faktor-Faktor Yang
Pengembangan Kesehatan.
(Bandung); ALFABETA)
Sunarti. (2017). Faktor Risiko Pemberian Mp Asi Dini Pada Bayi 0-6 Bulan Di
14
dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Usia 0-6 bulan di wilayah Kerja
Utami, Hesti. 2014. Budaya pemberian makananan pendamping ASI dini pada ibu
KUESIONER PENELITIAN
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
I. Data Demografi
1. Nomor responden :
2. Umur bayi :
3. Umur ibu :
4. Pendidikan terakhir :
☐ SD
☐ SMP
46
☐ SMA
☐ Perguruan tinggi
5. Pekerjaan :
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih 1 (satu) jawaban yang menurut
B : Benar S : Salah
No Pertanyaan B S
1 MP-ASI merupakan kepanjangan dari makanan pendamping
sejak lahir membuat bayi ibu lebih sehat dari bayi yang hanya
47
Pilihalah salah satu jawaban dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang
benar.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Jika sebelum usia 6 (enam) bulan bayi ibu tidak diberikan
selain ASI.
5 Apakah orang tua/mertua ibu biasa memberikan makanan
48
(enam) bulan ?
6 Ibu memberikan makanan tambahan lain selian ASI pada
keluarga ibu.
7 Ibu memberikan susu formula pada bayi yang masih
perkembangan jaman.
8 Ibu memberikan makanan pendamping ASI saat bayi
V. Dukungan Keluarga
Pilihalah salah satu jawaban dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang
benar.
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah keluarga ibu pernah menginformasikan kepada ibu
MP-ASI?
3 Apakah saat bayi ibu rewel keluarga ibu menyuruh ibu
bulan ?
4 Apakah keluarga memberikan dukungan yang baik kepada ibu
bayi ?
10 Apakah suami/keluarga ibu membantu mencarikan buku atau