Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA TERHADAP TUMBUH KEMBANG BAYI USIA 0-6 BULAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG

Kumboyono, Dian Susmarini, Ayu Wahyuni L

ABSTRAK Rentang usia bayi 0-24 bulan merupakan tahap perkembangan kritis sehingga memerlukan perhatian yang optimal, terutama dari orang tua sebagai orang terdekat. Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari ASI. Namun, kebanyakan ibu sudah memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan. Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita gizi kurang dan berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan. Metode penelitian yang digunakan bersifat studi komparatif melalui pendekatan case control. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah bayi usia 0-6 bulan (30 bayi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif terdapat 13 bayi (43%) yang mengalami perkembangan normal dan 2 bayi (7%) mengalami perkembangan suspek. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapatkan susu formula terdapat 8 bayi (27%) mengalami perkembangan normal dan 7 bayi (23%) mengalami perkembangan suspek. Pertumbuhan bayi didapatkan dari 15 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terdapat 15 bayi (50%) normal sedangkan dari 15 bayi yang diberi susu formula terdapat 13 bayi (43%) normal dan 2 bayi (7%) di bawah standar. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan chi square dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil pengukuran perkembangan p value = 0,012, dan hasil pengukuran pertumbuhan p value = 0,03. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang.

Kata kunci : ASI Eksklusif, Susu Formula, Tumbuh Kembang ABSTRACT The age range of infants 0-24 months is a critical developmental stages that require optimal attention, especially from the parents as the nearest person. Infants aged 0-6 months can grow and develop optimally only by relying on nutrient taken from breast milk. However, mostly Indonesian mothers have to give formula milk to their babies before the age of 6 months. In fact, the lack of ASI in Indonesia causes 5 million children under five years old suffering from malnutrition and the impact on growth and development disorders. The purpose of this study is to determine the differenciation of giving exclusive asi and formula milk towards growth of infant baby in age 0-6 months . The research method is a comparative study with case-control approach. Samples which taken in this study were infants aged 0-6 months (30 infants). The results shows that from the 15 infants who given exclusively ASI, there are 13 infants (43%) who have normal development and 2 infants (7%) have suspect development. Meanwhile, from the 15 infants who receive formula milk there are 8 infants (27%) have normal development and 7 infants (23%) have suspect development. In addition, the growth obtained from 15 infants who receiving exclusive ASI are absolutely normal (50%), while of 15 infants fed formula milk, there were 13 normal infants (43%) and 2 under standart infants (7%). Based on hypothesis testing using chi square with 95% confidence level measurements is showed that p value of development = 0.012 and p value of growth measurements = 0.03. So it can be concluded that

there is a difference between ASI exclusive and formula milk for development and growth of infants aged 0-6 months in the giving exclusive ASI and formula milk towards growth of infant baby in age 06 months in workplace Puskesmas Dinoyo Malang . Keywords: Exclusive ASI, Formula Milk, Growth

PENDAHULUAN Masa bayi merupakan masa yang tidak akan pernah terulang dalam kehidupan setiap individu manusia. Bayi merupakan suatu tahap perkembangan manusia setelah dilahirkan ( Puspita, 2006). Pertumbuhan dan perkembangan bayi bersifat multidimensional dan terdiri dari beberapa domain yang saling terkait meliputi perkembangan motorik, kognitif , social dan emosional (Gibney dkk, 2005). Rentang merupakan usia bayi 0-24 bulan kritis tahap perkembangan

ASI yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembanga elektrolit, 2005). Pemberian ASI selama 6 bulan tanpa dicampur dengan tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim disebut sebagai ASI Eksklusif (Maryunani, 2009). Depkes RI (2007) mendefenisikan ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja, segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI Eksklusif Kesehatan 2004 yang berlandaskan keputusan Menteri Indonesia pencapaian Republik mendukung bayi yaitu protein, lemak, enzim dan hormone (Evawany,

sehingga memerlukan perhatian yang optimal , terutama dari orang tuanya sebagai orang terdekat. Secara psikologis pada tahap usia ini diperlukan dibandingkan kebutuhan dengan yang usia khusus selanjtnya.

Kebutuhan khusus tersebut diantaranya nutrisi yang cukup bagi tumbuh kembang bayi secara optimal yaitu dengan ASI eksklusif ( Puspita, 2006). ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal, sebab ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama , meliputi hormon, antibody, factor kekebalan, dan antioksidan (Prasetyono, 2009). Keunggulan kandungan

No.450/MenKes/SK/IV/2004 tanggal 7 April pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan optimal bayi. Setelah usia 6 bulan, disamping ASI dapat pula diberikan makanan tambahan (MPASI, Makanan Pendamping ASI), namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah, 2008). Pemberian makanan tambahan harus disesuaikan dengan

maturitas

saluran

pencernaan

bayi

dan

di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah

kebutuhannya (Narendra dkk, 2008). Namun kebanyakan ibu sudah memberikan susu formula kepada bayinya sebelum berusia 6 bulan. Hal ini dapat kita lihat dari rendahnya pencapaian ASI eksklusif di Indonesia yaitu bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai usia 5 bulan hanya 14% dan 8 % sampai usia 6 bulan (Depkes, 2004). Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia menyebabkan 5 juta balita menderita gizi kurang, sehingga dapat dikatakan derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia masih memprihatinkan. tingginya tingkat Hal ini ditandai bayi dengan setiap kematian

mengetahui perbedaan antara pemberian asi eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas dinoyo kota malang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan minat bagi peneliti dan akademisi keperawatan untuk makin memperbanyak penelitian di bidang ini serta memberikan informasi bagi sarana pelayanan kesehatan agar lebih baik dalam memberikan penyuluhan pemberian asi eksklusif pada ibu hamil dan ibu yang baru melahirkan. Manfaat bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keuntungan pemberian asi eksklusif yang mempunyai nilai gizi paling sempurna. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini bersifat studi komparatif dengan melalui pendekatan case control. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive nonprobability sampling. sampling, yaitu ini

tahunnya, sekitar 132.000 anak meninggal sebelum usia 1 tahun. Menurut WHO, dari seluruh kematian bayi tersebut, lebih dari setengahnya terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk serta penyakit infeksi. Selain itu kekurangan gizi pada balita akan berdampak buruk pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu timbulnya gangguan psikomotor, kognitif dan social serta secara klinis terjadi gangguan pertumbuhan (Depkes, 2006). Berdasarkan dilakukan 2012, oleh hasil observasi di Wilayah bayi yang Kerja yang peneliti

Dalam

penelitian

Puskesmas Dinoyo Kota Malang pada tahun peneliti menemukan mengalami suspek saat dilakukan pengukuran tumbuh kembang dan maraknya penggunaan susu formula pada bayi di bawah usia 6 bulan. Terkait hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan

menggunakan sampel sebanyak 30 bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas dinoyo kota malang yang telah memenuhi criteria tertentu. Kriteria inklusinya adalah bayi berumur 0-6 bulan, bayi yang belum mendapat makanan tambahan lain selain ASI dan susu formula, bayi tidak dalam keadaan sakit. Penelitian dilakukan di wilayah kerja

Deskripsi Karakteristik No 1 Responden Usia 0-3 bulan 4-6 bulan Jenis kelamin 2 Laki-laki Perempuan Pekerjaan PNS 3 Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Jumlah

Frekuensi N 17 13 12 18 3 7 20 30 % 57% 43% 40% 60% 10% 23% 67% 100%

Pemberian makanan ASI eksklusif 9 6 3 12 1 2 12 15 Susu formula 8 7 9 6 2 5 8 15

a. Deskripsi karakteristik responden Tabel 1. Frekuensi distribusi karakteristik responden Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 30 orang bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang, beradasarkan karakteristik usia terdapat 17 (57 %) bayi berusia 0-3 bulan, 13 (43 %) bayi berusia 4-6 bulan diantaranya 12(40%) berjenis kelamin laki-laki dan 18 (60%) berjenis kelamin perempuan. Orang tua dalam hal ibu sebagian besar berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 20(67%), dan berprofesi lainnya yaitu PNS sebesar 3(10%), wiraswasta 7(23%) serta ibu yang memberikan bayinya ASI ekslusif sebanyak 15(50%), dan susu formula 15(50%) b. Hasil pengukuran perkembangan bayi menggunakan DDST II

puskesmas dinoyo kota malang pada bulan Februari-Maret 2013. Variable pemberian asi eksklusif dan susu formula diukur dengan menggunakan kuesioner sejumlah 10 pertanyaan. Untuk mengukur variable tumbuh kembang menggunakan lembar DDST II dan antrophometri dengan menggunakan uji chisquare, dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan bantuan SPSS 16 for windows. Sehingga jika diperoleh p value < (0,05) artinya terdapat hubungan antara pemberian asi eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas dinoyo kota malang.

HASIL PENELITIAN Berikut akan disajikan hasil penelitian perbedaan antara pemberian asi eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas dinoyo kota malang. Pada tabel frekuensi distribusi tumbuh kembang di atas didapatkan dari keseluruhan bayi yang berjumlah 30 orang bayi, terdapat 15 bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami

perkembangan normal sebesar 43% atau 13 orang bayi, dan suspek 7% atau 2 orang bayi. Sedangkan bayi yang diberi susu formula mengalami perkembangan normal sebesar 27% atau 8 orang bayi dan suspek sebesar 23% atau 7 orang bayi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif bayi yang diberi susu formula. memiliki tingkat perkembangan yang lebih bagus dibandingkan

eksklusif memiliki tingkat pertumbuhan yang normal dibandingkan bayi yang diberi susu formula yaitu terdapat 15 (50%) bayi mengalami pertumbuhan normal.

ANALISA DATA Dari data hasil pengukuran tumbuh kembang bayi dengan alat ukur DDST dan antrophometri setelah dianalisis dengan menggunakan uji beda : chi-square test

c. Hasil pengukuran pertumbuhan bayi menggunakan antrophometri

dengan shoftware SPSS 16 for Windows didapatkan hasil : pengukuran Perkembangan menunjukkan 0,012<alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dengan kata lain terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu bayi formula usia 0-6 terhadap bulan. perkembangan Pengukuran Ho ditolak

pertumbuhan dengan kata

menunjukkan lain terdapat

0,03<alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap perkembangan bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan hasil analisis data Pada tabel frekuensi distribusi di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan. PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai perbedaan antara pemberian asi eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI secara

pertumbuhan bayi didapatkan dari keseluruhan bayi yang berjumlah 30 orang bayi diantaranya dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif 15 (50%) bayi mengalami pertumbuhan yang normal, dan bayi yang diberi susu formula dari 15 bayi terdapat 13 (43%) bayi yang normal, 2 (7%) bayi mengalami pertumbuhan di bawah standar.

dinoyo

kota

malang

dan

keterbatasan yang diberi

Fakta ini bertentangan dengan teori menyatakan ASI bahwa dan tidak susu adanya bayi yang formula perbedaan antara perkembangan eksklusif

penelitian. 6.1 Tingkatan perkembangan bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif dan susu formula Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 30 responden, 15 bayi mendapatkan ASI eksklusif dan 15 bayi mendapatkan susu formula. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa dari 30 responden, saat dilakukan pengukuran Perkembangan dengan menggunakan DDST terdapat 21 bayi mengalami perkembangan normal dan 9 bayi mengalami perkembangan suspek. Pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif terdapat 13 bayi mengalami tingkat perkembangan normal dan 2 bayi mengalami perkembangan suspek. Sedangkan pada bayi yang mendapatkan susu formula terdapat 8 bayi yang mengalami perkembangan normal dan 7 bayi mengalami perkembangan suspek. Dari hasil penelitian terkait tentang tumbuh kembang dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif dapat meningkatkan perkembangan bayi usia 0-6 bulan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul Azkanuddin (2012) terkait tentang perkembangan, hasil penelitian diperoleh responden bayi yang mendapat ASI eksklusif perkembangan yang normal terdapat 49 bayi (55,1%) dan yang suspek terdapat 40 bayi (44,9%). Sedangkan bayi yang mendapat MPAsi perkembangan yang normal terdapat 32 bayi (35,6%) dan yang suspek terdapat 58 bayi (64,4%).

dikarenakan kandungan gizi yang terdapat pada ASI, yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral, air dan vitamin-vitamin (Soetjiningsih, 1995) serta zat untuk perkembangan kecerdasan dan zat kekebalan (Judarwanto, 2006), juga terdapat pada susu formula. Kandungan nutrisi pada ASI tentu saja berbeda dari susu sapi yang merupakan bahan susu formula. Kandungan lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang, sedangkan susu sapi mengandung lemak ikatan pendek. Lemak ikatan panjang adalah cikal bakal DHA dan AA untuk perkembangan otak. Karena itulah kenapa produsen susu formula menambahkan produknya dengan kandungan DHA dan AA yang tak terdapat pada susu sapi. Akan tetapi, DHA dan AA tambahan ini baru bisa terserap dengan baik jika bayi cukup. memiliki enzim penyerapan yang Padahal, enzim

dalam tubuh bayi masih belum berfungsi penuh dan jumlahnya sedikit. Zat penyerapan DHA dan AA sudah terdapat dalam ASI, sehingga mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan susu formula tidak disertai enzim penyerapan sehingga lebih bergantung pada enzim bayi yang sudah ada. Akibatnya, penyerapan jadi tidak maksimal atau malah sedikit sekali. Hal tersebut sesuai dengan teori yang diungkapkan Narendra dkk (2002) menyatakan bahwa ASI banyak menagandung LCPUFAs (Long Chain Poly Unsaturated Fatty Acids), yaitu Arachidonic Acid (AA) dan Docosahexanoic

Acid (DHA) dalam jumlah yang memadai untuk pertumbuhan otak anak. LCPUFAs merupakan asam lemak utama pada otak dan retina. Sedangkan Produk namun susu formula , komposisinya memiliki daripada menggunakan acuan ASI sebagai standarnya. susu formula memang kecil kandungan gizi yang disamakan dengan ASI, jumlahnya lebih kandungan gizi pada ASI. Gangguan gizi pada masa bayi dan anak dapat menghambat petumbuhan di kemudian hari. Hal tersebut sesuai dengan teori yang membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas dengan diberi ASI eksklusif selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya. ASI merupakan sumber nutrisi dan imunitas yang paling baik untuk bayi yang sedang tumbuh kembang (Hanafi, 2004). 6.2 Tingkatan pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan yang diberi asi eksklusif dan susu formula Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan dari keseluruhan bayi yang berjumlah 30 orang bayi diantaranya dari 15 bayi yang diberi ASI eksklusif terdapat 15 bayi mengalami pertumbuhan yang normal, dan bayi yang diberi susu formula dari 15 bayi terdapat 13 bayi yang normal dengan teori dan 2 bayi mengalami dan UNICEF yang pertumbuhan di bawah standar. Hal ini sesuai WHO menyatakan bahwa terjadinya gagal tumbuh akibat kurang gizi pada bayi menyebabkan terjadinya penurunan IQ 11 point lebih rendah dibanding anak yang tidak kurang gizi (Ashar

dkk, 2008). Zat yang terkandung dalam ASI merupakan zat yang dibutuhkan oleh bayi dalam proses pertumbuhan, disebabkan oleh kandungan asi yang sempurna sehingga susu formula tidak bisa menggantikan nutrisi yang terkandung dalam ASI. Seperti yang dikatakan oleh Hubertin (2004) ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan, faktor pertumbuhan , antialergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan. Unsure ini proporsional. mencakup hidrat arang , lemak, Kandungan hormon asi protein, vitamin dan mineral dalam jumlah yang jumlahnya sedikit, tetapi sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan dan metabolisme. Zat hidrat arang dalam asi dalam bentuk laktosa yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut pertumbuhan bayi Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yawarmansyah besar yang mendapatkan ASI (2010) ekslusif menunjukkan bahwa dari 157 sampel sebagian mengalami pertambahan berat badan yang normal yaitu sebanyak 116 sampel (73,9%) dan tidak ada yang sampel tidak yang mengalami pertambahan berat badan yang sangat kurang. Sedangkan mendapatkan ASI Ekslusif dari 9 bayi semuanya mengalami pertambahan berat badan yang sangat kurang dan tidak ada bayi yang mengalami berat badan yang lebih. 6.3 Perbedaan dan antara susu pemberian asi eksklusif formula terhadap

tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan

Perkembangan merupakan perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks dengan melalui proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan kualitas,

hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan. Salah satu factor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu ibu bekerja. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 30 ibu yang menjadi responden terdapat 3 orang ibu yang berprofesi sebagai PNS, 7 orang ibu berprofesi sebagai wiraswasta, dan 20 orang ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Dari 3 orang ibu yang berprofesi sebagai PNS, terdapat 2 orang ibu yang memberikan susu formula, dan 1 orang ibu memberikan ASI eksklusif. Dari 7 orang ibu yang berprofesi sebagai wiraswasta terdapat 5 orang ibu yang memberikan susu formula, 2 orang ibu memberikan ASI eksklusif serta dari 20 orang ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga terdapat 8 orang ibu yang memberikan susu formula dan 12 orang ibu yang memberikan ASI eksklusif. Jadi berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan sebagaian besar berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 12 orang ibu dan 8 orang ibu yang memberikan susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu sudah sangat tinggi dalam memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mia Mega Sari di Kelurahan Dasan Agung Wilayah Kerja

perubahan

secara

diantaranya peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran (Supartini , 2004). Sedangkan Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas,yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat dan Oleh konkret struktur itu, yang biologis untuk menyangkut ukuran (Mansur, 2009).

karena

mencapai tahapan tumbuh kembang bayi yang optimal, diperlukan nutrisi yang memadai. Penelitian komparatif ini bertujuan untuk membandingkan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia alat 0-6 ukur bulan DDST yang dan menggunakan

antrophometri. Setelah dilakukan pengujian statistik dengan uji Non Parametric Chi-Square didapatkan hasil pengukuran Perkembangan menunjukkan P value 0,012<alpha (0,05) sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dengan kata lain terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap perkembangan value bayi usia 0-6 bulan. Pengukuran pertumbuhan menunjukkan P

0,03<alpha (0,05) sehingga dapat

disimpulkan Ho ditolak dengan kata lain terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan. Berdasarkan

Puskesmas Pagesangan Tahun 2005 lebih banyak ibu yang memberikan ASI Eksklusif daripada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu sebanyak 69,4%, sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 30,6% (Sari, 2005). Oleh karena itu peneliti menyarankan agar bayi memperoleh ASI eksklusif, yaitu pemberian asi selama 6 bulan pertama kelahiran tanpa makanan dan atau minuman yang lain agar tumbuh kembang bayi mencapai tumbuh kembang yang optimal. Keterbatasan penelitian 1. Penelitian ini menggunakan desain case control sehingga dalam pengamatan atau observasi perkembangan pertumbuhan dan anak pengukuran

PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Perkembangan bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang, mengalami perkembangan normal sebanyak 21 bayi dan 9 bayi yang lain mengalami perkembangan suspek. 2. Pertumbuhan bayi usia 0-6 bulan di wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota dan 2 Malang, bayi lainnya mengalami mengalami pertumbuhan normal sebanyak 28 pertumbuhan di bawah standar . 3. Pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang, 15 bayi mendapatkan ASI eksklusif dan 15 bayi mendapatkan susu formula. 4. Terdapat perbedaan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang. 5. Bayi yang mendapatkan yang lebih ASI bagus eksklusif memiliki tingkat tumbuh kembang formula. dibandingkan bayi yang diberi susu

menggunakan DDST dan antrophometri dilakukan hanya satu kali observasi. 2. Dalam penelitian ini peneliti tidak bisa mengendalikan mempengaruhi factor lain yang dan perkembangan

pertumbuhan selain ASI eksklusif dan susu formula, karena perkembangan selain 3. Tehnik dipengaruhi nutrisi juga sampel pendekatan sehingga dalam dipengaruhi oleh stimulasi orang tua. pengumpulan menggunakan nonprobability

menentukan kriteria responden, peneliti tidak melakukan pemeriksaan secara klinis terhadap responden yang menjadi criteria penelitian, peneliti hanya ibu menanyakan langsung kepada

responden dan

hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti sendiri.

Saran Untuk masyarakat Masyarakat terutama kaum ibu

Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat Bina Gizi Masyarakat, World Health Organization, 2001. Exclusive breastfeeding. Geneva: WHO. Availablefrom:http://www.who.int/nutritio n/topics/exclusive_breastfeeding/en/ind ex.html. Diakses tanggal 5 oktober 2012. Evawany. 2005. Pengaruh Pemberian Mie Instan Fortifikasi pada Ibu Menyusui terhadap Kadar Zink dan Besi ASI dan Pertumbuhan Linier Bayi 1-4 Bulan Maryunani, Anik.2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta : Trans Info Media Rosidah. 2008. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Narendra, et al. 2008. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pemberian Makanan Pendamping ASI lokal. Jakarta Roesli, Utami . 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Argriwidya. Depkes RI.2001. Keunggulan Asi dan Manfaat Menyusui : Panduan Manajemen Laktasi http://www.DepkesRI.co.id . Dikutip tanggal 15 oktober 2012. Hubertin., Purwati Sri. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu

sebaiknya lebih mengutamakan pemberian ASI eksklusif, mengingat banyak manfaat dan keunggulan ASI dibandingkan susu formula terhadap tumbuh kembang bayi serta masyarakat hendaknya memeriksakan terkait tumbuh kembang bayi ke pelayanan kesehatan sebagai deteksi awal terhadap gangguan tumbuh kembang pada bayi. Untuk petugas kesehatan Petugas kesehatan diharapkan selalu menjadi sumber informasi untuk memberikan informasi yang benar mengenai keuntungan pemberian ASI eksklusif dan pengaruhnya terhadap proses tumbuh kembang bayi. Untuk peneliti selanjutnya Untuk memperkuat validitas data maka sampel yang digunakan dan dalam penelitian ini dapat dapat diperbanyak penelitian

ditindaklanjuti dengan menambah factor-faktor di luar penelitian ini seperti pola asuh orang tua. DAFTAR PUSTAKA

Puspita, Widya Ayu. 2006. Menata Kamar Bayi, Cetakan 1. Jakarta : Penebar Swadaya Gibney, M.J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Departemen kesehatan RI .2007. Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui.

Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Eissenberg. 2002. Bayi Pada Tahun Pertama. Jakarta : Arcan Utami, Roesli. 2004. ASI Eksklusif. Edisi II. Jakarta : Trubus Agrundaya Prasetyono, D.S. 2009. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatannya. Yogyakarta : Diva Press Departemen Kesehatan RI.2001. ASI Eksklusif dan Penatalaksanaannya, Jakarta : Dinas Kesehatan Handayani dkk. 2002. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Nursalam. 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : sagung seto Hastono. 2001. Analisis Data. Jakarta : Pustaka Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Azkanuddin,Nurul. 2012. Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 7-8 Bulan yang Mendapat MP-ASI dan Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Semarang : Pustaka Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Soetjiningsih. 1995. Tumbuh kembang Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Judarwanto, W. 2006. Pemilihan Susu Formula Terbaik Bagi Anak. http://www.pdpersi.co.id. Diakses tanggal 15 oktober 2012 Nerendra, M.S, dkk. 2002. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto Hartanto, Hanafi .2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan Sri, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI Eklusif. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yawarmansyah .2010. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dengan Penambahan Berat Badan Bayi Di Puskesmas Karang Pule Tahun 2010.Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dompu Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Gibney et al. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Palupi Widyastuti & EritaAgustin, Penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Hidayat A. 2008.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai