Anda di halaman 1dari 45

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bayi merupakan anak yang baru lahir sampai berumur 1 tahun dan
mengalami proses tumbuh kembang. Proses tersebut berlangsung dengan pesat
dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan, namun berlangsung sangat pendek dan
tidak dapat diulangi lagi sehingga disebut sebagai “masa keemasan” (golden
period)[ CITATION Fit14 \l 1033 ] . Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat untuk
bayi salah satunya sebagai nutrisi terbaik karena ASI merupakan sumber gizi ideal
dengan komposisi seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan pada bayi
dan merupakan makanan bayi paling sempurna baik secara kualitas dan
kuantitas[ CITATION Yan15 \l 1033 ].
Menurut data World Health Organization (WHO), mengemukakan bahwa
Sekitar 40% bayi usia 0-6 bulan disusui secara eksklusif. Lebih dari 820.000
kehidupan anak-anak dapat diselamatkan setiap tahun di antara anak-anak di
bawah 5 tahun, jika semua anak 0-23 bulan disusui secara optimal. Menyusui
meningkatkan IQ, kehadiran di sekolah, dan dikaitkan dengan pendapatan yang
lebih tinggi dalam kehidupan orang dewasa. Meningkatkan perkembangan anak
dan mengurangi biaya kesehatan melalui pemberian ASI menghasilkan
keuntungan ekonomi bagi keluarga individu maupun di tingkat nasional [CITATION
WHO16 \l 1057 ].
Data dari Riset Kesehatan Dasar, 2018, menunjukkan proporsi pola
pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan di Indonesia yaitu ASI eksklusif
sebanyak 37,3%, ASI parsial sebanyak 9,3% dan ASI predominan sebanyak 3,3%.
Sedangkan pemberian ASI secara eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan tertinggi
yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 56,7% dan terendah pada
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebanyak 20,3%[CITATION Kem17 \l 1033 ].
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan,
menunjukkan persentase cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2014 sebesar 56,31%,

1
2

mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 59,14% dan kembali meningkat
pada tahun 2016 sebesar 63,24%[CITATION Din14 \l 1057 ].
Cakupan ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan jumlah bayi
yang ada. Bahkan saat ini, dengan semakin banyaknya susu formula yang beredar
di masyarakat, banyak ibu–ibu yang memilih untuk memberikan anaknya ASI
yang dicampur dengan susu formula, bahkan hanya memberikan susu formula
untuk anaknya. Padahal banyak zat–zat yang tidak dapat ditemukan di susu
formula, tetapi dapat ditemukan di dalam ASI. Salah satu contohnya adalah
Immunoglobulin yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi yang hanya dapat
ditemukan dalam Air Susu Ibu (ASI)[ CITATION Din15 \l 1033 ].
ASI mengandung banyak gizi di antaranya adalah LPUFAs (Long Chain
Poyunsaturated Fatty) sangat diperlukan oleh bayi karena mengandung fungsi
mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi. Ada dua komponen
LPUFAs, yaitu asam arakhidonat, asam dokosaheksanoat. Menurut studi selama
17 tahun anak yang diberikan ASI terdapat peningkatan IQ dan keterampilan. Hal
ini mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek kognitif merupakan
dari LPUFAs pada masa perkembangan saraf bayi[CITATION Agu \l 1033 ].
Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia masa depan, anak paling
rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang. Dibandingkan usia dewasa
anak mempunyai resiko kematian dan kesakitan yang lebih tinggi. Apalagi di
negara berkembang termasuk Indonesia, berbagai penyakit infeksi dan gangguan
gizi mengancam kelangsungan dan tumbuh kembang anak [CITATION Pur121 \l
1057 ].
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Secara
internal perkembangan dipengaruhi oleh genetik dan hormonal. Hormon
berpengaruh sejak bayi masih dalam kandungan, ketika janin berusia 4 bulan
terjadi pertumbuhan yang cepat pada sistem hormonal salah satunya kelenjar
tiroid menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme dan
kematangan otak. Sedangkan dari segi eksternal dipengaruhi oleh banyak hal yaitu
masa prenatal (gizi, endokrin, infeksi, kelainan imunologi, radiasi dan psikologi
ibu), masa natal (komplikasi yang terjadi saat persalinan seperti trauma kepala
3

atau afaksia dapat memicu kerusakan pada jaringan otak) dan masa postnatal
(gizi, kelainan kongenital, lingkungan, psikologis, endokrin, sosioekonomi,
stimulasi dan obat-obatan) [CITATION Placeholder1 \l 1033 ].
Analisis situasi kondisi ibu dan anak yang menyangkut upaya peningkatan
pemberian ASI hingga kini masih belum menunjukkan kondisi yang
menggembirakan. Gangguan tumbuh kembang pada awal kehidupan bayi
diantaranya disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi, pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini atau terlalu lambat, MPASI tidak
cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, perawatan bayi yang kurang
memadai dan yang tidak kalah pentingnya ibu tidak memberi ASI eksklusif
kepada bayinya[CITATION Put15 \l 1057 ].
Hasil penelitian Saraswati & Muwakhidah [CITATION Sar18 \n \t \l 1033 ] ,
mengemukakan bahwa ada perbedaan perkembangan motorik pada balita ASI
Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Adanya perkembangan motorik sesuai harapan
dan menyimpang membuktikan bahwa status pemberian ASI merupakan faktor
penting dalam pencegahan keterlambatan perkembangan motorik pada balita.
Dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa perkembangan motorik balita yang
sesuai harapan lebih banyak pada balita yang ASI Eksklusif dibandingkan pada
balita yang non ASI Eksklusif.
Berdasarkan data dari Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep menunjukkan
bahwa jumlah sasaran pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2017 sebanyak 82
anak, dimana yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 70 anak (85,37%)
menurun pada tahun 2018 sebanyak 86 anak sasaran ASI Eksklusif, dimana yang
mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 68 anak (79,07%). Sedangkan pada
bulan Januari sampai Juli 2019 sebanyak 115 anak sasaran ASI Eksklusif, dimana
76 anak (66,09%) yang mendapatkan ASI secara eksklusif (Data Sekunder
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, 2019). Berdasarkan hasil wawancara
dengan 5 ibu pada saat pengambilan data awal didapatkan 3 ibu yang memberikan
ASI Eksklusif dan 2 ibu yang memberikan ASI Non Eksklusif. Anak yang
diberikan ASI Eksklusif lebih cenderung perkembangan motoriknya lebih baik
dibandingkan yang diberikan ASI Non Eksklusif. Anak yang diberikan ASI Non
4

Eksklusif lebih sulit mengkoordinasikan antara tangan kanan dan kiri saat
mengambil dan meminta mainan dan makanan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tentang Perbedaan Perkembangan Motorik Anak yang Diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulisan rumusan masalah
penelitian “apakah ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Diketahuinya perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Segeri Kabupaten Pangkep.
b. Diketahuinya gambaran perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
c. Diketahuinya perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan
terkait dengan Keperawatan Anak khususnya yang berhubungan dengan
5

perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan


Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan.
1.4.2 Manfaat praktis
a. Manfaat bagi ibu
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ibu terutama ibu
nifas untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif
pada anak sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang optimal
di lingkungan masyarakat.
b. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengalaman khususnya
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan melihat bahwa
ASI Eksklusif pada anak dalam memperbaiki perkembangan motorik
anak.
c. Bagi institusi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan
bahan data dasar informasi tentang perbedaan perkembangan motorik
anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-
24 bulan.
d. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
peneliti selanjutnya, serta dapat melakukan penelitian yang lebih
mendalam lagi mengenai perbedaan perkembangan motorik anak yang
diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Perkembangan Motorik


2.1.1 Pengertian
Setiap manusia yang hidup mengalami proses tumbuh kembang.
Istilah tumbuh kembang pada manusia menunjukkan proses sel telur (ovum)
yang telah dibuahi sampai mencapai status dewasa. Tumbuh berkaitan
dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan
ukuran-ukuran tadi. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiasi
bentuk atau fungsi, termasuk perubahan emosi dan sosial. Pada masa
tumbuh kembang seorang anak, faktor genetik yang dianggap sebagai
penentu potensi bawaan saling pengaruh-mempengaruhi dengan faktor
lingkungan yaitu antara lain infeksi, gizi, sosial, emosional, kultural, politik [
CITATION San13 \l 1033 ].
Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan
dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi,
yang dihasikan melalui proses pematangan dan proses belajar dari
lingkungannya[ CITATION Yup14 \l 1033 ]. Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara, dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa[ CITATION
Dew151 \l 1033 ].
Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan
badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Kontrol
pergerakan ini muncul dari perkembangan refleks-refleks yang dimulai
sejak lahir. Anak menjadi tidak berdaya sampai perkembangan ini muncul.
Perkembangan motorik mencerminkan mielinisasi pada traktus
kortikospinal, traktus piramidal, dan traktus kortikobulbar. Traktus
piramidal berawal dari kortek motorik dan premotorik, selanjutnya

6
7

terhubung ke basal ganglia, melewati medula oblongata, dan turun ke


bagian lateral medula spinalis. Mielin sangat penting untuk kecepatan
penghantaran rangsangan melalui sel saraf. Mielinisasi terjadi kira-kira pada
32 minggu dengan kemajuan yang cepat sampai umur 2 tahun, selanjutnya
proses ini melambat sampai umuř 12 tahun. Proses tersebut menyebabkan
penghambatan sistem subkortikal, termasuk refleks primitif, dan
meningkatkan perkembangan respons postural dan postur berdiri, berjalan,
dan kontrol motorik halus[ CITATION Soe171 \l 1033 ].
2.1.2 Prinsip perkembangan motorik
Beberapa penelitian longitudinal dilakukan pada sekelompok bayi dan
anak-anak yang diteliti dalam periode tertentu untuk melihat kapan tepatnya
tingkah laku motorik muncul dan menghilang dan apakah tingkah laku
tersebut sama untuk anak lain yang umurnya sama. Dari penelitian tersebut,
didapatkan lima prinsip penting perkembangan motorik, antara
lain[ CITATION Soe171 \l 1033 ]:
a. Perkembangan motorik tergantung pada maturasi saraf dan otot
Perkembangan aktivitas motorik yang berbeda, sejalan dengan
perkembanga area sistem saraf yang berbeda. Karena pusat saraf perifer
yang terletak di medula spinalis lebih dulu berkembang pada saat lahir
daripada saraf pusat yang terletal di otak. Pada saat lahir, refleks lebih
dulu muncul daripada gerakan volunter. Refleks tersebut berguna untuk
mempertahankan hidup, seperti refleks mengisap menelan, berkedip,
refleks tendon patela, dan knee jerk. Serebelum atau otak kecil yang
berfungsi mengontrol keseimbangan, berkembang cepat pada pertama.
Otak besar atau serebri, khususnya lobus frontal, berfungsi mengontrol
gerak keterampilan.
b. Belajar keterampilan motorik tidak bisa terjadi sampai anak siap secara
matang. Tidak ada gunanya mencoba mengajarkan gerakan
keterampilan anak sebelum sistem saraf dan otot berkembang dengan
baik.
8

c. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diprediksi


Perkembangan motorik mengikuti arah hukum perkembangan.
Arah perkembangan anak berlangsung secara sefalokaudal dan
proksimodistal, yakni perubahan dari gerakan menyeluruh menuju ke
aktivitas yang spesifik.
d. Pola perkembangan motorik dapat ditentukan
Anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan dan tidak
mungkin arahnya satu tahun dibalik.
e. Kecepatan perkembangan motorik berbeda untuk setiap individu
Perkembangan motorik mengikuti suatu pola yang sama,
mencapai tahap-tahap perkembangan tersebut berbeda untuk setiap
individu. Contoh, tetapi umur untuk pencapaian anak untuk bisa duduk
sendiri, berbeda-beda untuk umur setiap anak.
2.1.3 Faktor yang memengaruhi perkembangan anak
Setiap individu berbeda dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan, hal dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor[ CITATION
Yup14 \l 1033 ].
a. Faktor herediter
Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herediter) adalah
jenis kelamin, ras, dan kebangsaan. Jenis kelamin ditentukan sejak awal
dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki
cenderung lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan dan hal ini
bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih
awal mengalami masa prapubertas sehingga kebanyakan pada usia
tersebut, anak perempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi, begitu
anak laki-laki memasuki masa prapubertas, mereka akan berubah lebih
tinggi dan besar daripada anak perempuan.
Ras atau suku bangsa dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Beberapa suku bangsa menunjukkan karakteristik
yang khas, misalnya Suku Asmat di lrian Jaya secara turun-temurun
9

berkulit hitam. Demikian juga kebangsaan tertentu menunjukkan


karakteristik tertentu seperti bangsa Asia cenderung pendek dan kecil,
sedangkan bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan besar.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah sebagai berikut:
1) Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan fetus, terutama karena ada selaput yang
menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa
kondisi lingkungan dalam uterus yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin adalah gangguan nutrisi
karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara kualitas
maupun kuantitas, gangguan endokrin pada ibu seperti menderita
diabetes melitus, ibu yang mendapat terapi sitostatika atau yang
mengalami infeksi rubela, toksoplasmosis, siflis, dan herpes.
Intinya, apa yang dialami oleh ibu akan berdampak pada kondisi
pertumbuhan dan perkembangan fetus.
2) Pengaruh budaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan memengaruhi
bagaimana mereka memersepsikan dan memahami kesehatan serta
berperilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu yang sedang hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya adanya
beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan janin. Begitu juga keyakinan untuk
melahirkan dengan meminta pertolongan petugas kesehatan di
sarana kesehatan atau tetap memilih dukun beranak, dilandasi oleh
nilai budaya yang dimiliki. Setelah anak lahir, dia dibesarkan
dengan pola asuh keluarga yang juga dilandasi oleh nilai budaya
yang ada di masyarakat. Anak yang dibesarkan di lingkungan
petani di pedesaan akan mempunyai pola kebiasaan atau norma
10

perilaku yang berbeda dengan mereka yang dibesarkan di kota


besar seperti metropolitan Jakarta.
3) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan
untuk memberi makanan bergizi, membayar biaya pendidikan, dan
memenuhi kebutuhan primer lainnya, tentunya keluarganya akan
mendapat kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sesuai dengan
tahapan usianya. Keluarga dengan latar belakang pendidikan
rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau, atau tidak meyakini
pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anaknya, misalnya pentingnya
imunisasi untuk anak atau penggunaan sarana kesehatan untuk
berobat sehingga pada akhirnya mereka masih menggunakan
praktik pemeliharaan kesehatan secara tradisional, yaitu pergi ke
dukun yang praktik pertolongannya belum dapat dibuktikan
hasilnya secara ilmiah untuk mempertahankan kesehatan anak.
4) Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang,
anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein,
lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus
dikonsumsi secara seimbang, dengan jumlah yang sesuai kebutuhan
pada tahapan usianya. Khusus selama periode pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat seperti masa pranatal, usia bayi, atau
remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. Anak
dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya
karena kurang adekuatnya asupan zat gizi tersebut. Asupan nutrisi
yang berlebihan juga dapat menimbulkan dampak yang buruk pula
bagi kesehatan anak, misalnya terjadi penumpukan kadar lemak
yang berlebihan dalam se/jaringan, bahkan pada pembuluh darah
11

sehingga bila anak sakit, pertumbuhan dan perkembangannya juga


terganggu.
5) Iklim atau cuaca
Iklim tertentu dapat memengaruhi status kesehatan anak,
seperti pada musin penghujan yang dapat menimbulkan bahaya
banjir pada daerah tertentu, akan menyebabkan sulitnya
transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahkan
timbul berbagai penyakit menular, seperti diare dan penyakit kulit
yang dapat mengancam semua orang termasuk bayi dan anak-anak.
Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak yang sangat rentan terhadap
penyakit menular, apabila daya tahan tubuh sedang menurun yang
juga akibat tidak adekuatnya status nutrisi, mereka akan dengan
mudah terjangkit penyakit menular tersebut. Pada beberapa tempat
yang endemis untuk tejadi wabah demam berdarah, terjadinya
perubahan cuaca akan berakibat atas meningkatnya angka kejadian
demam berdarah. Demikian juga di musin kemarau ketika sulit
mendapatkan air bersih, angka kejadian seperti diare akan
meningkat. Oleh karena itu, masyarakat harus mempunyai
kemampuan untuk mengantisipasi kejadian tersebut dan melakukan
tindakan pencegahan. Status kesehatan anak tentunya akan
berdampak pada proses pertumbuhan dan perkembangannya.
6) Olahraga/latihan fisik
Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan
fisik maupun, perkembangan psikososial anak. Secara fisik,
manfaat olahraga atau latihan yang teratur dapat meningkatkan
sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan suplai oksigen ke
seluruh tubuh. Selain itu, olahraga akan meningkatkan aktivitas
fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel.
Pada saat olahraga, anak juga akan berinteraksi dengan teman
sepermainarn dan mengenal aturan yang berlaku serta belajar
menaatinya untuk tujuan bersama, misalnya sepak bola yang
12

dilakukan oleh kelompok anak sekolah. Aktivitas fisik dari sepak


bola akan membantu pertumbuhan sel, selain itu kepada anak juga
ditanamkan aturan permainan yang harus dikuti bersama dan
interaksi sosial yang dijalankan membantu mereka memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama teman.
7) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah,
atau anak bungsu akan memengaruhi bagaimana pola anak tersebut
diasuh dan dididik dalam keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai
teman bicara dan beraktivitas kecuali dengan orang tuanya. Oleh
karena itu, kemampuan intelektual anak tunggal akan dapat lebih
cepat berkembang dan mengembangkan harga diri yang positif
karena secara terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa,
yaitu orang tuanya dan mendapatkan stimulasi secara psikososial.
Akan tetapi, biasanya mereka akan lebih tergantung dan kurang
mandiri. Perkembangan motorik lebih lambat karena tidak ada
stimulasi untuk melakukan aktivitas fisik yang biasanya dilakukan
oleh saudara kandungnya.
c. Faktor internal
Berikut ini akan diuraikan faktor internal yang dapat
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak:
1) Kecerdasan
Kecerdasan dimiliki anak sejak dilahirkan. Anak yang
dilahirkan dengan tingkat kecerdasan yang rendah tidak akan
mencapai prestasi yang cemerlang walaupun stimulus yang
diberikan lingkungan demikian tinggi. Sementara anak yang
dilahirkan dengan tingkat kecerdasan tinggi dapat didorong oleh
stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang.
2) Pengaruh hormonal
Ada tiga hormon utama yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak, yaitu hormon somatotropik, hormon tiroid,
13

dan hormon gonadotropin. Hormon somatotropik (growth


hormone) terutama digunakan selama masa kanak-kanak yang
memengaruhi pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi
terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Apabila
kelebihan, hal ini akan menyebabkan gigantisme, yaitu anak
tumbuh sangat tinggi dan besar, sedangkan apabila kekurangan,
menyebabkan dwarfism atau kerdil. Hormon troid menstimulasi
metabolisme tubuh, sedangkan hormon gonadotropik menstimulasi
pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi
testosteron, dan ovarium untuk memproduksi estrogen.
Selanjutnya, testosteron akan menstimulasi perkembangan
karakteristik seks sekunder anak laki-laki, yaitu menghasilkan
spermatozoa, sedangkan estrogen akan menstimulasi
perkembangan karakteristik seks sekunder anak perempuan, yaitu
menghasilkan ovum.
3) Pengaruh emosi
Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak
belajar untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang
tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Dengan
demikian, apabila orang tua memberi contoh perilaku emosional,
seperti melempar sandal atau sepatu ekas dipakai, membentak seat
anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk menirukan
perilaku orang tua tersebut. Anak belajar mengekspresikan
perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orang tuanya.
Apabila pola seperti ini dibiarkan, anak akan mengembangkan
perilaku emosional seperti di atas karena maturasi atau pematangan
kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan
keluarganya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam
bersikap karena apabila orang tua senang membentak, anak akan
belajar untuk berbicara kasar pada orang lain. Apabila orang tua
14

suka memukul saat marah dan jengkel, anak akan belajar bersikap
kasar pada orang lain. Orang tua adalah model peran bagi anak.
2.1.4 Aspek perkembangan anak
Menurut Depkes (2006), ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu
dibina atau dipantau, yaitu [ CITATION Dew151 \l 1057 ]:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain berpisah dengan ibu pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
2.1.5 Pengukuran pekermbangan anak
Pemeriksaan/screening perkembangan anak menggunakan Kuesioner
Pra Skining Perkembangan (KPSP) adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal pemeriksaan/screening KPSP
adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan
72 bulan. Jika anak belum mencapai umur pemeriksaan tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur pemeriksaan yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin. Misalnya bayi umur tujuh bulan, diminta datang kembali untuk
melakukan pemeriksaan pada umur sembilan bulan. Apabila orang tua
datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang
sedangkan umur anak bukan umur pemeriksaan maka pemeriksaan
15

menggunakan KPSP untuk umur pemeriksaan terdekat yang lebih


muda[ CITATION Dia \l 1033 ].
Adapun cara yang menggunakan Kuesioner Pra Skining
Perkembangan (KPSP)[ CITATION Dia \l 1033 ]:
a. Pada waktu pemeriksaan/screening, anak harus dibawa.
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak
lahir.
Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh:
bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
c. Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
d. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh:
“dapatkah bayi makan kue sendiri?”
2) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi
bayi anda terlentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya
secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
e. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang
tanyakan kepadanya.
f. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu. Setiap
pertanyaan hanya ada satu jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
g. Ajukan pertanyaan berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan.
h. Teliti kembali semua pertanyaan dan jawaban.
16

Interpretasi hasil KPSP:


a. Hitunglah berapa jawaban Ya
Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab anak bisa, pernah,
sering, atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak, bila
ibu/pengasuh anak menjawab anak belum pernah melakukan, tidak
pernah, atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
b. Hitunglah jumlah jawaban Ya.
1) 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya
(S).
2) 7-8, perkembangan anak meragukan (M).
3) 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
c. Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian).
2.2 Tinjauan tentang ASI Eksklusif
2.2.1 Pengertian
ASI adalah sutu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik psikologis, social, maupun spiritual. ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi
berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. Tindakan ini akan terus
merangsang produksi ASI sehingga pengeluaran ASI dapat mencukupi
kebutuhan bayi dan bayi akan terhindar dari diare[ CITATION Mou17 \l 1033 ].
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lain selama umur 0-6 bulan, bayi harus diberi kesempatan
menyusu tanpa dibatasi frekuensi dan durasinya. Menyusui secara eksklusif
selama 6 bulan dan meneruskan untuk menyusui hingga 2 tahun akan
berkontribusi memberikan makanan sehat dengan kualitas energi serta gizi
yang baik bagi anak sehingga membantu memerangi kelaparan dan kurang
gizi. Menyusui adalah pemberian makan pada bayi dan anak yang paling
hemat. ASI adalah makanan berkualitas yang bisa dijangkau oleh siapapun
tanpa membebani perekonomian keluarga[ CITATION Asi16 \l 1033 ].
17

2.2.2 Pengelompokan ASI


ASI (Air Susu Ibu) dibedakan menjadi 3 kelompok dan tahap secara
terpisah yaitu[ CITATION Ruk18 \l 1033 ]:
a. ASI stadium I
Pada ASI stadium I terdapat kolostrum yakni cairan pertama yang
diekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1, ke-4 setelah persalinan;
kolostrum berwarna kuning keemasan mengandung tingginya
komposisi lemak dan sel-sel hidup, Kolostrum sebagai pencahar
sehingga meconium cepat terkuras dan bayi siap menerima ASI,
kandungan antibodi tinggi, kandungan Ha lebih rendah dibanding ASI
matur, mineral lebih tinggi dari ASI matur.
b. ASI stadium II
Pada stadium II merupakan ASI peralihan yang diproduksi pada
hari ke-4 sampai hari ke-10, komposisi protein lebih rendah, sedangkan
lemak dan ha tinggi, volume ASI semakin meningkat. Pada masa ini
pengeluaran ASI mulai stabil begitu juga kondisi fisik ibu, keluhan
nyeri payudara berkurang. Perlu peningkatan kandungan protein dan
kalsium pada makanan ibu.
c. ASI stadium III
Pada ASI Stadium II ASI sudah matur pada hari ke 10 dan
seterusnya, nutrisi berubah sesuai kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan,
setelah 6 bulan bayi dikenalkan dengan makanan lain, telur lebih aman
diberikan pada bayi berumur setelah 1 tahun sampai sistem pencernaan
terhadap alergi telah siap.
2.2.3 Pola pemberian ASI
Dalam laporan Riskesdas, pola menyusui dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu menyusui eksklusif, menyusui predominan, dan menyusui
parsial sesuai definisi WHO, berikut ini[ CITATION Kem14 \l 1033 ]:
a. Menyusui Eksklusif adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-obatan dan
vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan)
18

b. Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan


sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh, sebagai makanan/
minuman prelakteal sebelum ASI keluar.
c. Menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan
selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum
bayi berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun
diberikan sebagai makanan prelakteal.
2.2.4 Manfaat ASI
Adapun beberapa manfaat ASI, antara lain sebagai berikut [CITATION
Mar15 \t \l 1057 ]:
a. Manfaat ASI bagi bayi
1) Manfaat ASI bagi bayi secara umum
a) Sebagai nutrisi, karena mengandung campuran yang tepat dari
berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi.
b) Meningkatkan kecerdasan.
c) Meningkatkan jalinan kasih sayang
d) Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung antibody
yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi
kuat.
2) Manfaat ASI bagi bayi menurut penelitian
a) ASI dapat mencegah obesitas, diare, infeksi saluran
pernapasan, otitis media, asma, diabetes, leukemia.
b) ASI mengoptimalkan perkembangan motorik, intelektual dan
emosi.
c) ASI melindungi terhadap gizi kurang.
d) ASI mengurangi tingkah laku brutal.
b. Manfaat ASI bagi ibu
1) Membantu ibu memulihkan diri dari persalinannya.
2) Mengurangi jumlah darah yang keluar setelah melahirkan (hisapan
pada puting susu merangsang dikeluarkannya oksitosin alami yang
akan membantu kontraksi rahim).
19

3) Kandungan dan perut bagian bawah juga lebih cepat menyusut


kembali ke bentuk normalnya.
4) Ibu yang menyusui bisa menguras kalori lebih banyak, maka akan
lebih cepat pulih ke berat tubuh sebelum hamil. (Dalam hal ini, ibu
yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat badanya
dari berat badan yang bertambah semasa kehamilan).
5) Mengurangi kemungkinan terjadinya kehamilan. (Dalam hal ini,
ibu yang menyusui, yang haidnya belum muncul kembali akan
kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil/kadar prolactin yang
tinggi menekan FSH dan ovulasi).
6) Mengurangi kemungkinan menderita osteoporosis (keropos tulang).
7) Mengurangi kemungkinan terkena kanker indung telur dan kanker
payudara.
8) Dalam hal ini manfaat positif ASI bagi ibu juga dapat ditambahkan
berikut ini[CITATION Mar15 \t \l 1057 ]:
a) Dengan pemberian ASI eksklusif jangka lama, ibu dapat
terhindar Ca Mamae.
b) Aspek KB dapat terjadi sekitar 98% bila ASI eksklusif
diberikan.
c) Aspek Psikologis, ibu merasa dibutuhkan.
d) Pemberian ASI adalah cara yang penting bagi ibu untuk
mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi
merasa nyaman.
c. Manfaat ASI bagi lingkungan
1) Bisa mengurangi pemborosan bahan bakar.
2) Mengurangi penebangan pohon guna membuka lahan untuk
memelihara sapi perah.
3) Mengurangi sampah botol dan kaleng susu yang dibuang
d. Manfaat ASI bagi ayah
1) Mempunyai istri dan anak yang sehat.
20

2) Cukup beristirahat pada malam hari dan tidak banyak yang harus
dipersiapkan.
3) Dapat melakukan penghematan.
e. Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi
2) Aspek kemudahan
3) Aspek psikologis
2.2.5 Komposisi ASI
Adapun kandungan yang hebat yang ada dalam ASI adalah [CITATION
Nir14 \l 1057 ]:
a. Zat besi
Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter),
namun bayi yang menyusui ASI tidak akan kekurangan zat besi. Hal ini
di karenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh
bayi. Zat besi diperlukan oleh bayi untuk, memproduksi hemoglobin,
bagian dari sel-sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh, zat besi pun esensial untuk tumbuh kembang otak bayi.
b. Mineral
ASI memang mengandung mineral lebih sedikit di bandingkan
dengan susu sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih
banyak dari pada ASI. Namun, jika bayi mengkomsumsi susu sapi
maka ginjal bayi akan semkin bekerja semakin keras.
c. Kalsium, fosfor dan magnesium
Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula
memang lebih banyak yang terkandung di dalam ASI. Namun, setelah
kalium, fosfor dan magnesium menjadi menjadi susu formula akan
menyusut dan berkurang. Oleh karenanya, walaupun zat tersebut hanya
sedikit yang terkandung dalam ASI namun harus tetap di berikan
kepada bayi secara esklusif yaitu selama enam bulan.
21

d. Air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu imgin
ASInya selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.
e. Antibodi
Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang
berasal dari tubuh seorang ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan
membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan
zat yang optimal. ASI juga mempunyai sistem pembentukan imun atau
kekebalan tubuh yang sangat baik untuk bayi, itu membuat akan jarang
sakit.
f. Protein
Protein dalam ASI dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat
mengontrol frosa usus secara kompotitif. Pengikatan vitamin B12
tersebut mengakibatkan kurangnya sel vitamin B12 yang di butuhkan
oleh bakteri pathogen untuk pertumbuhannya. Laktosa ASI yang tinggi,
kadar fosfat serta kapasitas buffer yang rendah, dan faktor bifidus. Hal
ini akan menurunkan Ph sehingga menghambat pertumbuhan E.coli dan
bakteri patogen lainnya.
Adapun guna protein adalah untuk pertumbuhan dan
perkembangan sistem kekebalan tubuh dan untuk pertumbuhan otak.
Serta untuk menyempurnakan fungsi pencernaan. Protein juga
memberikan lapisan pada dinding usus bayi yang baru lahir yang masih
permiabel terhadap protein, serta berperan sebagai proteksi terhadap
berbagai resiko infeksi bakteri atau virus yang masuk melalui
pencernaan. Jadi, protein dalam ASI dapat membantu menghancurkan
bakteri dan melindungi bayi dari infeksi.
g. Lemak
Lemak dalam ASI terdiri dari beberapa jenis, namun yang paling
esensial adalah asam lemak yang merupakan komponen dari semua
jaringan tubuh dan di perlukan untuk perkembangan jaringan sel, otak,
22

retina, dan susunan saraf. ASI mengandung asam lemak tidak jenuh
ganda berantai panjang yang terdiri dari DHA, LA, ALA, dan AA.
h. Vitamin dan mineral
ASI banyak mengandung vitamin yang di butuhkan oleh bayi. Zat
mikro penting itu di antarannya vitamin A, C, D dan K. adpun vitamin
D yang akan membantu bayi menggunakan kalsium dari ASI untuk
tumbuh kembang tulang. Vitamin K di perlukan untuk proses
pembekuan darah. Semua vitamin tersebut terdapat pada ASI dan
semuanya dalam jumlah yang cukup dan mudah untuk diserap.
2.2.6 Tips agar ASI lancar
Berikut ini sembilan tips yang perlu dilakukan ibu demi mendukung
produksi ASI[ CITATION Mou17 \l 1033 ]:
a. Carilah informasi tentang keunggulan ASI eksklusif saat ibu sedang
hamil untuk menimbulkan motivasi menyusui.
b. Saat persalinan tiba, pilihlah rumah sakit yang melaksanakan kebijakan
rawat gabung sehingga ibu dapat memberi ASI on demand (saat
dibutuhkan).
c. Siapkanlah diri secara fisik dan mental untuk menyusui. Hal ini akan
membuat hormon oksitosin bekerja memproduksi ASI.
d. Dukungan suami sangat diperlukan. Jangan takut ditinggal suami
karena payudara menjadi jelek. Menyusui tidak mengubah bentuk
payudara Anda.
e. Belajarlah.
f. Janganlah memberi makanan/minuman apapun selain ASI pada bayi
yang baru lahir.
g. Carilah suasana yang tenang dan bersikaplah rileks saat menyusui.
h. Hindarilah stres.
i. Konsumsilah makanan bergizi, buah-buahan, dan rajinlah minum air
putih setidaknya cara dan posisi menyusui yang benar. 8-10 gelas per
hari.
23

2.3 Kerangka Teori

Ibu
Kalsium, fosfor dan magnesium
Protein
ASI
Lemak
Vitamin dan Mineral
Anak

Faktor hedediter
Perkembangan Faktor lingkungan
Faktor internal

Motorik halus; mengamati


Motorik kasar;
sesuatu, menjimpit,
duduk, berdiri, dan sebagainya.
menulis, dan sebagainya

Pengukuran
KPSP

Gambar 2.1 Kerangka Teori [ CITATION Nir14 \l 1033 \m Dia]


BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep


Variabel independen Variabel dependen

ASI Eksklusif
Perkembangan
motorik anak usia
7-24 bulan
ASI Non Eksklusif

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep


Keterangan :
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Variabel yang diteliti
3.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
3.2.1 Perkembangan motorik anak usia 7-24 bulan
Perkembangan motorik anak usia 7-24 bulan dalam penelitian ini
adalah keadaan perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak usia 7-
24 bulan yang diukur menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP).
Kriteria obejktif:
Sesuai : bila skor jawaban responden 9-10
Meragukan : bila skor jawaban responden 7-8
Menyimpangan : bila skor jawaban responden <6
3.2.2 Pemberian ASI
ASI Eksklusif dalam penelitian ini adalah riwayat pemberian ASI
pada saat umur 0-6 bulan tanpa memberikan makanan pendamping/
pengganti lainnya (seperti susu formula, madu, bubur tim dan lain-lain).

24
25

Kriteria obejktif:
ASI Eksklusif : apabila ibu memberikan ASI pada anak umur 0-6
bulan tanpa makanan pendamping lainnya.
ASI Non Eksklusif : apabila ibu memberikan makanan buatan selain ASI,
baik susu formula, bubur atau makanan lainnya
sebelum anak berumur 6 bulan, baik diberikan secara
kontinyu maupun diberikan sebagai makanan
prelakteal.
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Hipotesis alternatif (Ha)
Ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
3.3.2 Hipotesis null (H0)
Tidak ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan penleitian kuantatif dengan metode
penelitian survei analitik dan rancangan case control study yaitu suatu penelitian
(survei) analitik yang menyakut bagaimana faktor risiko dipelajari retrospective.
Dengan kata lain, efek (penyakit/status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini,
kemudian faktor risiko diidentfikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu
[ CITATION Soe \l 1033 ].
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi adalah kumpulan atau agregat objek/unit analisis kemana
generalisasi dirumuskan dan dari mana sampel diambil [ CITATION Don15 \l
1057 ]. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 7-24 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya [ CITATION Don15 \l 1057 ] . Sampel dalam penelitian ini
adalah anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten
Pangkep. Adapun besar sampel dalam penelitian sebanyak 90 anak dengan
45 anak yang diberikan ASI Eksklusif dan 45 anak yang diberikan ASI Non
Eksklusif.
a. Besar sampel
Adapun besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
menggunakan rumus slovin [CITATION Nur161 \l 1033 ]:
N
n=
1+ N ( d )2
Keterangan :
n : Jumlah sampel

26
27

N : Jumlah populasi
(d)2 : Tingkat signifikasi (0,05)2
115
n=
1+115 ( 0,05 )2
115
n=
1+0,2875
115
n=
1,2875
n=90
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 anak.
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut
cocok dijadikan sebagai sampel [ CITATION Don15 \t \l 1057 ].
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Anak usia 7-24 bulan.
b) Anak yang ibunya bersedia menjadi responden.
2) Kriteria eksklusi
a) Anak yang ibunya tidak hadir pada saat penelitian.
b) Anak yang ibunya tidak bisa membaca dan menulis.
c) Anak yang ibunya tidak kooperatif.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten
Pangkep pada tanggal 22 Oktober sampai 22 November 2019.
4.4. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
institusi dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nani
Hasanuddin Makassar dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi atau
lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan
28

penelitian dimulai dengan menekankan masalah etika. Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain seperti berikut[CITATION Nur161 \l 1033 ]:
4.4.1 Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
Penelitian dilaksanakan tanpa ada akibat kepada responden karena
hanya bersifat survey dengan menggunakan kuesioner.
b. Bebas dari eksploitasi.
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apapun. Responden telah diyakinkan dalam penelitian,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan
responden.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepda subjek pada setiap tindakan.
Penelitian yang telah dilakukan hanya bersifat survey dengan
menggunakan kuesioner sehingga tidak ada risiko pada responden.
4.4.2 Prisip menghargai hak asasi manusia
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai
hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,
tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien. Responden mempunyai hak
bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya paksaan dari pihak
peneliti.
29

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right


to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek
penelitian. Peneliti bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi
kepada responden.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan
untuk pengembangan ilmu. Responden juga telah menandatangani
informed consent sebagai bukti bersedia menjadi responden.
4.4.3 Prinsip keadilan
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.
Responden telah diperlakukan secara adil baik selama penelitian tanpa
adanya diskriminasi.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality). Kerahasiaan responden
dirahasiakan dan tanpa mencantumkan nama.
4.5. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
pertanyaan berupa kuesioner. Kuesioner penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berisi pernyataan tentang pemberian ASI Eksklusif dan
perkembangan motorik. Kuesioner pemberian ASI Eksklusif berisi 1 pertanyaan
dengan pilihan jawaban ya dan tidak, sedangkan perkembangan motorik diukur
30

menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) yang berisi 10 item


pertanyaan menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban ya dan tidak,
untuk jawaban ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.
4.6. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini terdiri dari pemberian ASI Eksklusif dan
perkembangan motorik. Kuesioner perkembangan motorik diukur menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) bersumber dari buku Adriana
[CITATION Dia \n \t \l 1033 ].
4.7. Pengolahan dan Analisis Data
4.7.1 Pengolahan data
a. Editing
Hasil kuesioner yang diperolehkan atau dikumpulkan melalui
kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau tenyata masih
ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin
dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop
out).
b. Coding sheet (membuat lembaran kode atau kartu kode).
Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
responden, dan nomor-nomor pertanyaan.
c. Data entry (memasukan data)
Data entry yakni mengisi kolom atau kotak lembar atau kartu
kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulasi
Tabulasi yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
4.7.2 Analisis data
a. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk jenis
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya dalam
31

analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap


variabel [ CITATION Soe \l 1033 ]. Analisa univariat bertujuan untuk
melihat distribusi umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, ASI
Eksklusif atau ASI Non Eksklusif dan perkembangan motorik.
b. Analisis bivariat
Apabila telah dilakukan analisa univariat akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan
analisis bivariat[ CITATION Soe \l 1033 ]. Analisis bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik normalitas terlebih
dahulu. Apabila uji normalitas didapat nilai p>0,05, maka dikatakan
normal dan uji alternatif yang digunakan adalah uji T tidak
berpasangan, sedangkan apabila p<0,05, maka dikatakan tidak normal
dan uji alternatif yang digunakan adalah uji Mann Withney.
Pengambilan keputusan uji statistik dilakukan dengan membandingkan
p (p value) dengan nilai α (0,05).
BAB 5
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas


Segeri Kabupaten Pangkep pada tanggal 22 Oktober sampai 22 November 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Berdasarkan data diperoleh 90 anak
dengan 45 anak yang diberikan ASI Eksklusif dan 45 anak yang diberikan ASI
Non Eksklusif.
5.1 Karakteristik Umum
Setelah dilakukan analisis univariat tentang perbedaan perkembangan
motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia
7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, maka
diperoleh gambaran karakteristik sebagai berikut:
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep
Data demografi n %
Umur
17-25 tahun 35 38,9
26-35 tahun 46 51,1
36-45 tahun 9 10,0
Pendidikan
SD 11 12,2
SMP 11 12,2
SMA 45 50,0
DIII 4 4,4
S1 19 21,1
Pekerjaan
IRT 64 71,1
PNS 10 11,1
Pegawai swasta 4 4,4
Wiraswasta 12 13,3
Paritas
Primipara 26 28,9
Multipara 64 71,1
Total 90 100,0

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 90 responden


didapatkan bahwa karakteristik umur ibu terbanyak berada pada rentan 26-35

32
33

tahun sebanyak 46 ibu (51,1%) dan paling sedikit umur 36-45 tahun sebanyak
9 ibu (10,0%). Karakteristik pendidikan ibu terbanyak yaitu SMA sebanyak
45 ibu (50,0%) dan paling sedikit yaitu DIII sebanyak 4 ibu (4,4%).
Karakteristik pekerjaan ibu terbanyak yaitu IRT sebanyak 64 ibu (71,1%) dan
paling sedikit yaitu pegawai swasta sebanyak 4 ibu (4,4%). Karakteristik
paritas ibu terbanyak yaitu multipara sebanyak 64 ibu (71,1%) dan primipara
sebanyak 26 ibu (28,9%).
5.2 Analisis Univariat
Setelah dilakukan analisis univariat dengan crosstabs, maka diperoleh
perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif
pada anak usia 7-24 bulan, diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Anak yang Diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep
Perkembangan motorik
Pemberian makanan pada Menyimpan Jumlah
Sesuai Meragukan
anak g
n % n % n % n %
ASI Eksklusif 43 47,8 2 2,2 0 0,0 45 50,0
ASI Non Eksklusif 31 34,4 11 12,2 3 3,3 45 50,0
Jumlah 74 82,2 13 14,4 3 3,3 90 100,0

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang diberikan


ASI Eksklusif berjumlah 45 responden (50,0%), dimana terdapat 43
responden (47,8%) yang perkembangan motoriknya sesuai, 2 responden
(2,2%) yang perkembangan motoriknya meragukan dan 0 responden (0,0%)
yang perkembangan motoriknya menyimpang. Sedangkan responden yang
ASI Non Eksklusif berjumlah 45 responden (50,0%), dimana terdapat 31
responden (34,4%) yang perkembangan motoriknya sesuai, 11 responden
(12,2%) yang perkembangan motoriknya meragukan dan 3 responden (3,3%)
yang perkembangan motoriknya menyimpang.
5.3 Analisis Bivariat
Untuk melihat perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
34

Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, maka pertama kali dilakukan uji


normalitas untuk Shapiro Wilk menentukan uji selanjutnya. Adapun hasil uji
Shapiro Wilk, sebagai berikut:
Tabel 5.3
Uji Normalitas Hubungan Perbedaan Perkembangan Motorik Anak
yang Diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada Anak
Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri
Kabupaten Pangkep
Variabel n Sig (p) α
ASI Eksklusif 45 0,000 0,05
ASI Non Eksklusif 45 0,000

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 90 responden diperoleh


hasil uji Shapiro Wilk yaitu p=0,000 yang berarti nilai p<α 0.05 yang artinya
data tersebut tidak terdistribusi normal, karena data dalam penelitian ini tidak
terdistribusi normal maka analisis yang digunakan adalah uji korelasi Mann
Whitney. Adapun hasil uji Mann Whitney, sebagai berikut:
Tabel 5.4
Perbedaan Perkembangan Motorik Anak yang Diberikan ASI Eksklusif
dan Non Eksklusif pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep
Pemberian makanan pada
Mean SD Z Sig (p)
anak
ASI Eksklusif 9,78 0,599 -3,397 0,001
ASI Non Eksklusif 8,98 1,357

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan nilai rata-rata skor perkembangan


motorik anak usia 7-24 bulan pada kelompok ASI Eksklusif yaitu 9,78 ±
0,599, sedangkan nilai rata-rata skor perkembangan motorik pada kelompok
ASI Non Eksklusif yaitu 8,98 ± 1,357. Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai
Z sebesar -3,397 dengan nilai p=0,001 yang berarti nilai p lebih kecil dari
nilai (α) 0,05, dengan demikian hipotesis alternatif diterima. Interpretasi ada
perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan
Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri
Kabupaten Pangkep.
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian


6.1.1 Perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif pada anak usia
7-24 bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep didapatkan 43 responden memiliki
perkembangan motorik yang sesuai. Hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang
terkandung dalam ASI. Sesuai dengan teori Nirwana [CITATION Nir14 \n \t \l
1057 ], nutrisi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi. Nutrisi
seperti zat besi diperlukan oleh bayi untuk, memproduksi hemoglobin,
bagian dari sel-sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh,
zat besi pun esensial untuk tumbuh kembang otak bayi.
Dalam penelitian didapatkan 2 responden memiliki perkembangan
motorik yang meragukan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor kuantitas
dan kualitas ASI. Sesuai dengan penelitian Fitri, dkk., [CITATION Fit14 \n
\t \l 1033 ] kuantitas dan kualitas ASI yang diberikan ibu yang masih
kurang dan belum memenuhi kebutuhan bayi sehingga penembahan berat
badan dan panjang badan bayi menjadi tidak optimal. Selain itu faktor gizi
pada ibu saat hamil dan menyusui, cara menyusui yang belum tepat dan
benar sehingga produksi ASI tidak sempurna.
ASI adalah suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik psikologis, sosial, maupun spiritual. ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6
bulan tanpa pemberian makanan lain. Tindakan ini akan terus merangsang
produksi ASI sehingga pengeluaran ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi
dan bayi akan terhindar dari diare [ CITATION Mou17 \l 1033 ]. Manfaat ASI
bagi bayi dapat mencegah obesitas, diare, infeksi saluran pernapasan, otitis
media, asma, diabetes, leukemia, mengoptimalkan perkembangan motorik,

35
36

intelektual dan emosi melindungi terhadap gizi kurang dan mengurangi


tingkah laku brutal [CITATION Mar15 \t \l 1057 ].
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Nurlaila, dkk., [CITATION Nur171 \n \t \l 1033 ] , mengemukakab bahwa
bayi yang diberikan ASI eksklusif menunjukkan perkembangan motorik
halus yang normal. Pemberian ASI eksklusif dapat mempengaruhi
perkembangan karena ASI mempunyai kandungan yang baik untuk
perkembangan anak selain itu pemberian ASI juga dapat menjadi stimulasi
untuk perkembangan anak. Hal ini dikarenakan ASI mengandung nutrien
yang sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan bayi antara lain asam amino,
taurin, vitamin A, kalsium, mineral zink, vitamin B16, laktosa, dan asam
lemak rantai panjang yaitu ARA dan DHA. Semua nutrien tersebut berperan
penting dalam perkembangan bayi terutama perkembangan motorik kasar.
Menurut asumsi peneliti, sebagian besar bayi yang diberikan ASI
Eksklusif mengalami perkembangan motorik yang baik. ASI Eksklusif
memegang peran penting dalam proses perkembangan bayi karena hampir
semua zat yang dibutuhkan oleh bayi terkandung didalamnya. ASI Eksklusif
mengandung antibodi yang tidak terdapat dalam makanan pendamping lain
sehingga menjadi pilihan terbaik bagi bayi.
6.1.2 Perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Non Eksklusif pada anak
usia 7-24 bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep didapatkan 31 responden yang Non
Eksklusif memiliki perkembangan motorik yang sesuai. Hal ini dapat
dipengaruhi interaksi orang tua dengan anak. Sesuai dengan penelitian Sari,
dkk., [CITATION Sar171 \n \t \l 1033 ] , interaksi yang dilakukan sekaligus
sebagai stimulus yang diterima bayi. Stimulasi sangat membantu dalam
proses pembelajaran dan pencapaian secara optimal. Stimulasi adalah
perangsangan dan latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari
lingkungan diluar anak. Stimulasi dapat berupa latihan atau bermain.
37

Stimulasi perkembangan anak ini bertujuan untuk membantu anak agar


mencapai tingkat perkembangan yang baik dan lebih optimal.
Dalam penelitian ini pula terdapat 11 responden yang Non Eksklusif
tetapi memiliki perkembangan motorik yang meragukan dan 3 responden
yang Non Eksklusif tetapi memiliki perkembangan motorik yang
menyimpang, hal dapat dipengaruhi faktor cakupan gizi yang kurang
terpenuhi. Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Datesfordate,
dkk., [CITATION Dat17 \n \t \l 1033 ] , penyebab keterlambatan perkembangan
tidak hanya disebabkan karena makanan yang tidak sesuai, tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena
sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian
dengan anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
makin melemah dan mudah terserang penyakit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Locitasari [CITATION
Yan15 \n \t \l 1033 ], menunjukkan bahwa bayi dengan pertumbuhan baik
yang diberi susu formula berjumlah 52,4%, sedangkan bayi dengan
pertumbuhan buruk yang diberi susu formula berjumlah 47,6%.
Pertumbuhan bayi yang diberi susu formula cenderung lebih beresiko 5.45
mengalami pertumbuhan buruk daripada bayi yang diberi ASI eksklusif.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak
yang berusia lebih dari 6 bulan guna memenuhi kebutuhan zat gizi selain
dari ASI. Hal ini dikarenakan ASI hanya mampu memenuhi dua pertiga
kebutuhan bayi pada usia 6-9 bulan, dan pada usia 9-12 bulan memenuhi
setengah dari kebutuhan bayi. MP-ASI dini sebelum usia 4 bulan
mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan ini dapat disebabkan
karena MP-ASI yang diberikan pada umumnya tidak mengandung energi
serta zat gizi mikro seperti seng, dan zat besi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bayi[ CITATION Les14 \l 1033 ].
Menurut asumsi peneliti, sebagian besar anak Non Eksklusif
mengalami perkembangan motorik yang baik, namun terdapat pula bayi
38

perkembangan motorik yang meragukan dan menyimpang. Makanan


pendamping pada anak tidak sebaik ASI Eksklusif karena banyak gizi yang
terkandung dalam ASI tetapi tidak dimiliki oleh ASI Non Eksklusif. Hal ini
yang sering membuat anak kekurangan gizi dan akan menghambat
perkembangan anak.
6.1.3 Perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan
Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep menunjukkan hasil uji Mann
Whitney diperoleh nilai p=0,001, maka ada perbedaan perkembangan
motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak
usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep,
karena nilai rata-rata skor perkembangan motorik pada kelompok yang
diberikan ASI Eksklusif yaitu 9,78, sedangkan nilai rata-rata skor
perkembangan motorik pada anak ASI Non Eksklusif yaitu 8,98. Hasil ini
membuktikan adanya perbedaan perkembangan motorik pada bayi
meskipun perbedaan tidak terlalu signifikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Saraswati & Muwakhidah [CITATION Sar18 \n \t \l 1033 ] yang
mengemukakan bahwa ada perbedaan perkembangan motorik pada balita
ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Hal ini desebabkan karena pada ASI
terdapat zat gizi seperti protein, vitamin dan mineral yang sangat diperlukan
bagi pertumbuhan dan perkembangan balita.
Penelitian yang telah dilakukan Putri [CITATION Put15 \n \t \l 1033 ] ,
juga mengemukakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
perkembangan bayi usia 3-6 bulan yang diberi dan tidak diberi ASI
eksklusif di Puskesmas Wilayah Kerja Kecamatan Purworejo. Bayi yang
mendapat ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan mempunyai
perkembangan motorik lebih baik, bayi lebih cepat merangkak dan sudah
bisa berjalan pada usia 12 bulan dibandingkan dengan bayi yang mendapat
ASI sampai usia empat bulan.
39

Dalam penelitian Nurlila & Fua [CITATION Nur151 \n \t \l 1033 ] ,


mengemukakan bahwa ada perbedaan perkembangan motorik kasar dan
halus yang diberi ASI Eksklusif dan non ASI Eksklusif. Perbedaan anak
yang minum ASI dan yang minum susu formula dalam hal kecerdasan,
tumbuh kembang, kerentanan terhadap penyakit, lQ-nya juga beda, ASI
sangat rendah tingkat obesitasnya. Sementara susu formula sangat tinggi
tingkat obesitasnya. Kenyataan sehari-hari di lingkungan sekitar diketahui
bahwa risiko obesitas lebih meningkat pada bayi memiliki riwayat
mendapatkan susu formula.
Menurut Sitepoe [CITATION Sit13 \n \t \l 1033 ] , mengemukakan bahwa
kecerdasan kognitif maksimal seorang bayi dapat dimiliki dengan
memberikan asupan ASI eksklusif sejak lahir hingga minimal 6 bulan
usianya. Informasi ini sudah banyak diketahui, namun masih saja sulit untuk
direalisasikan. Masih banyak kondisi dan situasi dimana menyebabkan ibu
tidak bisa memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Asupan pada bayi pun
ditambahkan dengan susu formula. Hal ini ternyata memberikan dampak
terhambatnya perkembangan kecerdasan kognitif bayi anda.
Perkembangan motorik merupakan perkembangan kontrol pergerakan
badan melalui koordinasi aktivitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot. Kontrol
pergerakan ini muncul dari perkembangan refleks-refleks yang dimulai
sejak lahir. Anak menjadi tidak berdaya sampai perkembangan ini muncul.
Perkembangan motorik mencerminkan mielinisasi pada traktus
kortikospinal, traktus piramidal, dan traktus kortikobulbar. Traktus
piramidal berawal dari kortek motorik dan premotorik, selanjutnya
terhubung ke basal ganglia, melewati medula oblongata, dan turun ke
bagian lateral medula spinalis. Mielin sangat penting untuk kecepatan
penghantaran rangsangan melalui sel saraf. Mielinisasi terjadi kira-kira pada
32 minggu dengan kemajuan yang cepat sampai umur 2 tahun, selanjutnya
proses ini melambat sampai umuř 12 tahun. Proses tersebut menyebabkan
penghambatan sistem subkortikal, termasuk refleks primitif, dan
40

meningkatkan perkembangan respons postural dan postur berdiri, berjalan,


dan kontrol motorik halus[ CITATION Soe171 \l 1033 ].
Menurut asumsi peneliti, terdapat perbedaan perkembangan motorik
anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24
bulan, karena responden yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih cenderung
memiliki perkembangan motorik yang sesuai dibandingkan Non Eksklusif.
ASI Eksklusif mengandung komposisi yang tepat untuk bayi karena berasal
dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi terdiri dari proporsi yang
seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk
kehidupan 6 bulan pertama.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dalam penelitian adalah hanya dilakukan dikalangan
pribadi, sehingga hasil yang didapatkan tidak bisa digeneralisasikan di wilayah
yang luas serta penelitian ini hanya bersifat sementara karena hanya mengetahui
perbedaan saat ini dan tidak bisa dijadikan acuan jangka waktu yang panjang.
6.3 Implikasi untuk Keperawatan
Ibu yang memiliki bayi dengan perkembangan motorik yang meragukan
untuk tetap memberikan ASI Eksklusif sampai umur 2 tahun selain memberikan
makanan tambahan lain agar perkembangan bayi bisa sesuai dengan umurnya.
Perawat harus menjelaskan kepada ibu beserta anggota keluarganya mengenai
cara pemberian susu formula yang baik pada bayi. Penelitian ini juga dapat
digunakan untuk melakukan studi sehingga hasilnya dapat dipublikasikan guna
menambah wawasan bagi teman sejawat.
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan
perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif
pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten
Pangkep, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1 Perkembangan motorik anak usia 7-24 bulan yang ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep tergolong sesuai.
7.1.2 Perkembangan motorik anak usia 7-24 bulan yang ASI Non Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep tergolong sesuai.
7.1.3 Ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif
dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Segeri Kabupaten Pangkep.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi ibu
Diharapkan bagi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif agar
perkembangan motorik bayi baik dengan cara mencari informasi lewat
media online atau konsultasi langsung dengan bidan atau perawat pelaksana
yang berada di Puskesmas agar dapat memotivasi ibu untuk memberikan
ASI eksklusif bukan susu formula sebagai pengganti ASI.
7.2.2 Bagi perawat
Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat perlu meningkatkan
upaya promosi kesehatan terutama mengenai pemberian ASI eksklusif
secara intensif melalui komunikasi langsung kepada masyarakat dengan
melibatkan suami, keluarga, tokoh masyarakat, perawat dan bidan di
masyarakat desa.
7.2.3 Bagi instansi kesehatan
Diharapkan adanya sosialisasi bagi masyarakat khususnya ibu
menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan dampak negatif

41
42

pemberian non eksklusif. Mensosialisasikan kepada anggota keluarga


khususnya suami dalam mendukung ibu menyusui dengan memberikan ASI
saja kepada bayi.
7.2.4 Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya mengembangkan penelitian ini
dengan menambah variabel, sampel dan menggunakan metode yang berbeda
agar dapat mendapatkan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2017). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Al-Rahmad, A. H., & Fadillah, I. (2016). Perkembangan Psikomotorik Bayi 6-9
Bulan Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif. Aceh Nutrition Journal,
November, 1 (2), 99-104.
Asih, Y., & Risnaeni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
(Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan
Nifas). Jakarta Timur: Trans Info Media.
Damayanti, D. F. (2015). Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan Menurut Status ASI
di Puskesmas Telaga Biru Pontianak. Jurnal Vokasi Kesehatan, Volume I
Nomor 3, 75-79.
Datesfordate, A. H., Kundre, R., & Rottie, J. V. (2017). Hubungan Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Status Gizi Bayi
pada Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. E-
journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, 1-7.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori & Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Dinkes Sulsel. (2017). Profil Kesehatan Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016. Makassar: Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo.
Jurnal Kesehatan Andalas, 3 (2), 136-140.
Kemenkes RI. (2014). Infodatin ASI Eksklusif. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Lestari, M. U., Lubis, G., & Pertiwi, D. (2014). Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping Asi (MP-ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun di
Kota Padang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 3 (2), 188-190.
Locitasari, Y. (2015). Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi
ASI Eksklusif dengan yang Diberi Susu Formula di Kecamatan Ngawi.
Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 1-15.
Lombogia, M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Infomedia Pustaka.
Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In
Media.
Nirwana, A. B. (2014). ASI dan Susu Formula (Kandungan dan Manfaat ASI &
Susu Formula). Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nurlaila, N., Riyatun, K., & Iswati, N. (2017). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Perkembangan Motorik pada Bayi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 13, No 2, 78-83.
Nurlila, R. U., & Fua, J. L. (2015). Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar dan
Halus pada Bayi 6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif di Desa Penanggotu Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka
Tahun 2013. Jurnal Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-33 Th. XXI, 112-129.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Purwaningsih, E., & Lestari, A. P. (2012). Perbedaan Perkembangan Motorik
Bayi Usia 0-6 Bulan Antara yang Diberi ASI dengan yang Diberi Pasi di
Desa Glagah Jatinom Klaten. Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4,
1-10.
Putri, D. T. (2015). Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 3-6 Bulan yang Diberi
dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Kecamatan Purworejo Kabupaten
Purworejo Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal),
Volume 3, Nomor 2, 96-106.
Rukiah, A. Y., & Yulianti, L. (2018). Buku Saku Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta Timur: Trans Info
Media.
Sakinah, N., Andayani, N. L., & Dinata, I. M. (2017). Perbedaan Tingkat
Perkembangan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kecamatan Payakumbuh
Selatan. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 3, 44-
48.
Santoso, S., & Ranti, A. L. (2013). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Saraswati, A., & Muwakhidah. (2018). Perkembangan Motorik Antara Balita Usia
7-24 Bulan ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Puskesmas
Mantingan Kabupaten Ngawi. Jurnal Kesehatan, Vol. 11. No. 1, 24-31.
Sari, R. T., Juniastuti, Husada, D., & Utami, S. (2017). Perbedaan Perkembangan
Motorik Kasar Bayi 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif di Kelurahan Mulyorejo Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo
Surabaya. Jurnal Ilmiah Bidan, Vol. II, No.2, 26-30.
Setiawan, D., & Prasetyo, H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sitepoe, M. (2013). ASI Eksklusif: Arti Penting Bagi Kehidupan. Jakarta: Indeks.
Soetjiningsih, & Ranuh, I. N. (2017). Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.
Supartini, Y. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
WHO. (2018). Infant and Young Child Feeding. Fact Sheets of WHO.

Anda mungkin juga menyukai