PENDAHULUAN
1
2
mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 59,14% dan kembali meningkat
pada tahun 2016 sebesar 63,24%[CITATION Din14 \l 1057 ].
Cakupan ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan jumlah bayi
yang ada. Bahkan saat ini, dengan semakin banyaknya susu formula yang beredar
di masyarakat, banyak ibu–ibu yang memilih untuk memberikan anaknya ASI
yang dicampur dengan susu formula, bahkan hanya memberikan susu formula
untuk anaknya. Padahal banyak zat–zat yang tidak dapat ditemukan di susu
formula, tetapi dapat ditemukan di dalam ASI. Salah satu contohnya adalah
Immunoglobulin yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi yang hanya dapat
ditemukan dalam Air Susu Ibu (ASI)[ CITATION Din15 \l 1033 ].
ASI mengandung banyak gizi di antaranya adalah LPUFAs (Long Chain
Poyunsaturated Fatty) sangat diperlukan oleh bayi karena mengandung fungsi
mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi. Ada dua komponen
LPUFAs, yaitu asam arakhidonat, asam dokosaheksanoat. Menurut studi selama
17 tahun anak yang diberikan ASI terdapat peningkatan IQ dan keterampilan. Hal
ini mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek kognitif merupakan
dari LPUFAs pada masa perkembangan saraf bayi[CITATION Agu \l 1033 ].
Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia masa depan, anak paling
rentan terhadap berbagai gangguan tumbuh kembang. Dibandingkan usia dewasa
anak mempunyai resiko kematian dan kesakitan yang lebih tinggi. Apalagi di
negara berkembang termasuk Indonesia, berbagai penyakit infeksi dan gangguan
gizi mengancam kelangsungan dan tumbuh kembang anak [CITATION Pur121 \l
1057 ].
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Secara
internal perkembangan dipengaruhi oleh genetik dan hormonal. Hormon
berpengaruh sejak bayi masih dalam kandungan, ketika janin berusia 4 bulan
terjadi pertumbuhan yang cepat pada sistem hormonal salah satunya kelenjar
tiroid menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk metabolisme dan
kematangan otak. Sedangkan dari segi eksternal dipengaruhi oleh banyak hal yaitu
masa prenatal (gizi, endokrin, infeksi, kelainan imunologi, radiasi dan psikologi
ibu), masa natal (komplikasi yang terjadi saat persalinan seperti trauma kepala
3
atau afaksia dapat memicu kerusakan pada jaringan otak) dan masa postnatal
(gizi, kelainan kongenital, lingkungan, psikologis, endokrin, sosioekonomi,
stimulasi dan obat-obatan) [CITATION Placeholder1 \l 1033 ].
Analisis situasi kondisi ibu dan anak yang menyangkut upaya peningkatan
pemberian ASI hingga kini masih belum menunjukkan kondisi yang
menggembirakan. Gangguan tumbuh kembang pada awal kehidupan bayi
diantaranya disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi, pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini atau terlalu lambat, MPASI tidak
cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, perawatan bayi yang kurang
memadai dan yang tidak kalah pentingnya ibu tidak memberi ASI eksklusif
kepada bayinya[CITATION Put15 \l 1057 ].
Hasil penelitian Saraswati & Muwakhidah [CITATION Sar18 \n \t \l 1033 ] ,
mengemukakan bahwa ada perbedaan perkembangan motorik pada balita ASI
Eksklusif dan Non ASI Eksklusif. Adanya perkembangan motorik sesuai harapan
dan menyimpang membuktikan bahwa status pemberian ASI merupakan faktor
penting dalam pencegahan keterlambatan perkembangan motorik pada balita.
Dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa perkembangan motorik balita yang
sesuai harapan lebih banyak pada balita yang ASI Eksklusif dibandingkan pada
balita yang non ASI Eksklusif.
Berdasarkan data dari Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep menunjukkan
bahwa jumlah sasaran pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2017 sebanyak 82
anak, dimana yang mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 70 anak (85,37%)
menurun pada tahun 2018 sebanyak 86 anak sasaran ASI Eksklusif, dimana yang
mendapatkan ASI secara eksklusif sebanyak 68 anak (79,07%). Sedangkan pada
bulan Januari sampai Juli 2019 sebanyak 115 anak sasaran ASI Eksklusif, dimana
76 anak (66,09%) yang mendapatkan ASI secara eksklusif (Data Sekunder
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, 2019). Berdasarkan hasil wawancara
dengan 5 ibu pada saat pengambilan data awal didapatkan 3 ibu yang memberikan
ASI Eksklusif dan 2 ibu yang memberikan ASI Non Eksklusif. Anak yang
diberikan ASI Eksklusif lebih cenderung perkembangan motoriknya lebih baik
dibandingkan yang diberikan ASI Non Eksklusif. Anak yang diberikan ASI Non
4
Eksklusif lebih sulit mengkoordinasikan antara tangan kanan dan kiri saat
mengambil dan meminta mainan dan makanan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian tentang Perbedaan Perkembangan Motorik Anak yang Diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulisan rumusan masalah
penelitian “apakah ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Diketahuinya perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Diketahuinya gambaran perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Segeri Kabupaten Pangkep.
b. Diketahuinya gambaran perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
c. Diketahuinya perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan
ASI Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan
terkait dengan Keperawatan Anak khususnya yang berhubungan dengan
5
6
7
suka memukul saat marah dan jengkel, anak akan belajar bersikap
kasar pada orang lain. Orang tua adalah model peran bagi anak.
2.1.4 Aspek perkembangan anak
Menurut Depkes (2006), ada 4 aspek tumbuh kembang yang perlu
dibina atau dipantau, yaitu [ CITATION Dew151 \l 1057 ]:
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dengan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain berpisah dengan ibu pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
2.1.5 Pengukuran pekermbangan anak
Pemeriksaan/screening perkembangan anak menggunakan Kuesioner
Pra Skining Perkembangan (KPSP) adalah untuk mengetahui perkembangan
anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal pemeriksaan/screening KPSP
adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan
72 bulan. Jika anak belum mencapai umur pemeriksaan tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur pemeriksaan yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin. Misalnya bayi umur tujuh bulan, diminta datang kembali untuk
melakukan pemeriksaan pada umur sembilan bulan. Apabila orang tua
datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang
sedangkan umur anak bukan umur pemeriksaan maka pemeriksaan
15
2) Cukup beristirahat pada malam hari dan tidak banyak yang harus
dipersiapkan.
3) Dapat melakukan penghematan.
e. Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi
2) Aspek kemudahan
3) Aspek psikologis
2.2.5 Komposisi ASI
Adapun kandungan yang hebat yang ada dalam ASI adalah [CITATION
Nir14 \l 1057 ]:
a. Zat besi
Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/liter),
namun bayi yang menyusui ASI tidak akan kekurangan zat besi. Hal ini
di karenakan zat besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh
bayi. Zat besi diperlukan oleh bayi untuk, memproduksi hemoglobin,
bagian dari sel-sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh, zat besi pun esensial untuk tumbuh kembang otak bayi.
b. Mineral
ASI memang mengandung mineral lebih sedikit di bandingkan
dengan susu sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih
banyak dari pada ASI. Namun, jika bayi mengkomsumsi susu sapi
maka ginjal bayi akan semkin bekerja semakin keras.
c. Kalsium, fosfor dan magnesium
Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula
memang lebih banyak yang terkandung di dalam ASI. Namun, setelah
kalium, fosfor dan magnesium menjadi menjadi susu formula akan
menyusut dan berkurang. Oleh karenanya, walaupun zat tersebut hanya
sedikit yang terkandung dalam ASI namun harus tetap di berikan
kepada bayi secara esklusif yaitu selama enam bulan.
21
d. Air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu imgin
ASInya selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.
e. Antibodi
Pengertian ASI mengandung antibodi adalah antibodi yang
berasal dari tubuh seorang ibu yang menyusui. Antibodi tersebut akan
membantu bayi menjadi tahan terhadap penyakit, selain itu juga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Karena ASI memiliki keunggulan
zat yang optimal. ASI juga mempunyai sistem pembentukan imun atau
kekebalan tubuh yang sangat baik untuk bayi, itu membuat akan jarang
sakit.
f. Protein
Protein dalam ASI dapat mengikat vitamin B12 sehingga dapat
mengontrol frosa usus secara kompotitif. Pengikatan vitamin B12
tersebut mengakibatkan kurangnya sel vitamin B12 yang di butuhkan
oleh bakteri pathogen untuk pertumbuhannya. Laktosa ASI yang tinggi,
kadar fosfat serta kapasitas buffer yang rendah, dan faktor bifidus. Hal
ini akan menurunkan Ph sehingga menghambat pertumbuhan E.coli dan
bakteri patogen lainnya.
Adapun guna protein adalah untuk pertumbuhan dan
perkembangan sistem kekebalan tubuh dan untuk pertumbuhan otak.
Serta untuk menyempurnakan fungsi pencernaan. Protein juga
memberikan lapisan pada dinding usus bayi yang baru lahir yang masih
permiabel terhadap protein, serta berperan sebagai proteksi terhadap
berbagai resiko infeksi bakteri atau virus yang masuk melalui
pencernaan. Jadi, protein dalam ASI dapat membantu menghancurkan
bakteri dan melindungi bayi dari infeksi.
g. Lemak
Lemak dalam ASI terdiri dari beberapa jenis, namun yang paling
esensial adalah asam lemak yang merupakan komponen dari semua
jaringan tubuh dan di perlukan untuk perkembangan jaringan sel, otak,
22
retina, dan susunan saraf. ASI mengandung asam lemak tidak jenuh
ganda berantai panjang yang terdiri dari DHA, LA, ALA, dan AA.
h. Vitamin dan mineral
ASI banyak mengandung vitamin yang di butuhkan oleh bayi. Zat
mikro penting itu di antarannya vitamin A, C, D dan K. adpun vitamin
D yang akan membantu bayi menggunakan kalsium dari ASI untuk
tumbuh kembang tulang. Vitamin K di perlukan untuk proses
pembekuan darah. Semua vitamin tersebut terdapat pada ASI dan
semuanya dalam jumlah yang cukup dan mudah untuk diserap.
2.2.6 Tips agar ASI lancar
Berikut ini sembilan tips yang perlu dilakukan ibu demi mendukung
produksi ASI[ CITATION Mou17 \l 1033 ]:
a. Carilah informasi tentang keunggulan ASI eksklusif saat ibu sedang
hamil untuk menimbulkan motivasi menyusui.
b. Saat persalinan tiba, pilihlah rumah sakit yang melaksanakan kebijakan
rawat gabung sehingga ibu dapat memberi ASI on demand (saat
dibutuhkan).
c. Siapkanlah diri secara fisik dan mental untuk menyusui. Hal ini akan
membuat hormon oksitosin bekerja memproduksi ASI.
d. Dukungan suami sangat diperlukan. Jangan takut ditinggal suami
karena payudara menjadi jelek. Menyusui tidak mengubah bentuk
payudara Anda.
e. Belajarlah.
f. Janganlah memberi makanan/minuman apapun selain ASI pada bayi
yang baru lahir.
g. Carilah suasana yang tenang dan bersikaplah rileks saat menyusui.
h. Hindarilah stres.
i. Konsumsilah makanan bergizi, buah-buahan, dan rajinlah minum air
putih setidaknya cara dan posisi menyusui yang benar. 8-10 gelas per
hari.
23
Ibu
Kalsium, fosfor dan magnesium
Protein
ASI
Lemak
Vitamin dan Mineral
Anak
Faktor hedediter
Perkembangan Faktor lingkungan
Faktor internal
Pengukuran
KPSP
ASI Eksklusif
Perkembangan
motorik anak usia
7-24 bulan
ASI Non Eksklusif
24
25
Kriteria obejktif:
ASI Eksklusif : apabila ibu memberikan ASI pada anak umur 0-6
bulan tanpa makanan pendamping lainnya.
ASI Non Eksklusif : apabila ibu memberikan makanan buatan selain ASI,
baik susu formula, bubur atau makanan lainnya
sebelum anak berumur 6 bulan, baik diberikan secara
kontinyu maupun diberikan sebagai makanan
prelakteal.
3.3 Hipotesis Penelitian
3.3.1 Hipotesis alternatif (Ha)
Ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
3.3.2 Hipotesis null (H0)
Tidak ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep.
BAB 4
METODE PENELITIAN
26
27
N : Jumlah populasi
(d)2 : Tingkat signifikasi (0,05)2
115
n=
1+115 ( 0,05 )2
115
n=
1+0,2875
115
n=
1,2875
n=90
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 anak.
b. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut
cocok dijadikan sebagai sampel [ CITATION Don15 \t \l 1057 ].
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Anak usia 7-24 bulan.
b) Anak yang ibunya bersedia menjadi responden.
2) Kriteria eksklusi
a) Anak yang ibunya tidak hadir pada saat penelitian.
b) Anak yang ibunya tidak bisa membaca dan menulis.
c) Anak yang ibunya tidak kooperatif.
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten
Pangkep pada tanggal 22 Oktober sampai 22 November 2019.
4.4. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi dari
institusi dalam hal ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nani
Hasanuddin Makassar dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi atau
lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan, maka kegiatan
28
penelitian dimulai dengan menekankan masalah etika. Masalah etika yang harus
diperhatikan antara lain seperti berikut[CITATION Nur161 \l 1033 ]:
4.4.1 Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
Penelitian dilaksanakan tanpa ada akibat kepada responden karena
hanya bersifat survey dengan menggunakan kuesioner.
b. Bebas dari eksploitasi.
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindari dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apapun. Responden telah diyakinkan dalam penelitian,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan
responden.
c. Resiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan
keuntungan yang akan berakibat kepda subjek pada setiap tindakan.
Penelitian yang telah dilakukan hanya bersifat survey dengan
menggunakan kuesioner sehingga tidak ada risiko pada responden.
4.4.2 Prisip menghargai hak asasi manusia
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai
hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,
tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien. Responden mempunyai hak
bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya paksaan dari pihak
peneliti.
29
32
33
tahun sebanyak 46 ibu (51,1%) dan paling sedikit umur 36-45 tahun sebanyak
9 ibu (10,0%). Karakteristik pendidikan ibu terbanyak yaitu SMA sebanyak
45 ibu (50,0%) dan paling sedikit yaitu DIII sebanyak 4 ibu (4,4%).
Karakteristik pekerjaan ibu terbanyak yaitu IRT sebanyak 64 ibu (71,1%) dan
paling sedikit yaitu pegawai swasta sebanyak 4 ibu (4,4%). Karakteristik
paritas ibu terbanyak yaitu multipara sebanyak 64 ibu (71,1%) dan primipara
sebanyak 26 ibu (28,9%).
5.2 Analisis Univariat
Setelah dilakukan analisis univariat dengan crosstabs, maka diperoleh
perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif
pada anak usia 7-24 bulan, diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Anak yang Diberikan ASI
Eksklusif dan Non Eksklusif pada Anak Usia 7-24 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep
Perkembangan motorik
Pemberian makanan pada Menyimpan Jumlah
Sesuai Meragukan
anak g
n % n % n % n %
ASI Eksklusif 43 47,8 2 2,2 0 0,0 45 50,0
ASI Non Eksklusif 31 34,4 11 12,2 3 3,3 45 50,0
Jumlah 74 82,2 13 14,4 3 3,3 90 100,0
35
36
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perbedaan
perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif dan Non Eksklusif
pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten
Pangkep, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
7.1.1 Perkembangan motorik anak usia 7-24 bulan yang ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep tergolong sesuai.
7.1.2 Perkembangan motorik anak usia 7-24 bulan yang ASI Non Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep tergolong sesuai.
7.1.3 Ada perbedaan perkembangan motorik anak yang diberikan ASI Eksklusif
dan Non Eksklusif pada anak usia 7-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Segeri Kabupaten Pangkep.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi ibu
Diharapkan bagi ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif agar
perkembangan motorik bayi baik dengan cara mencari informasi lewat
media online atau konsultasi langsung dengan bidan atau perawat pelaksana
yang berada di Puskesmas agar dapat memotivasi ibu untuk memberikan
ASI eksklusif bukan susu formula sebagai pengganti ASI.
7.2.2 Bagi perawat
Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat perlu meningkatkan
upaya promosi kesehatan terutama mengenai pemberian ASI eksklusif
secara intensif melalui komunikasi langsung kepada masyarakat dengan
melibatkan suami, keluarga, tokoh masyarakat, perawat dan bidan di
masyarakat desa.
7.2.3 Bagi instansi kesehatan
Diharapkan adanya sosialisasi bagi masyarakat khususnya ibu
menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan dampak negatif
41
42
Adriana, D. (2017). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Al-Rahmad, A. H., & Fadillah, I. (2016). Perkembangan Psikomotorik Bayi 6-9
Bulan Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif. Aceh Nutrition Journal,
November, 1 (2), 99-104.
Asih, Y., & Risnaeni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
(Dilengkapi dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan
Nifas). Jakarta Timur: Trans Info Media.
Damayanti, D. F. (2015). Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan Menurut Status ASI
di Puskesmas Telaga Biru Pontianak. Jurnal Vokasi Kesehatan, Volume I
Nomor 3, 75-79.
Datesfordate, A. H., Kundre, R., & Rottie, J. V. (2017). Hubungan Pemberian
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Status Gizi Bayi
pada Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. E-
journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 2, 1-7.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori & Konsep Tumbuh
Kembang Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Dinkes Sulsel. (2017). Profil Kesehatan Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016. Makassar: Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
Fitri, D. I., Chundrayetti, E., & Semiarty, R. (2014). Hubungan Pemberian ASI
dengan Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo.
Jurnal Kesehatan Andalas, 3 (2), 136-140.
Kemenkes RI. (2014). Infodatin ASI Eksklusif. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Lestari, M. U., Lubis, G., & Pertiwi, D. (2014). Hubungan Pemberian Makanan
Pendamping Asi (MP-ASI) dengan Status Gizi Anak Usia 1-3 Tahun di
Kota Padang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 3 (2), 188-190.
Locitasari, Y. (2015). Perbedaan Pertumbuhan Bayi Usia 0-6 Bulan yang Diberi
ASI Eksklusif dengan yang Diberi Susu Formula di Kecamatan Ngawi.
Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 1-15.
Lombogia, M. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta:
Infomedia Pustaka.
Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In
Media.
Nirwana, A. B. (2014). ASI dan Susu Formula (Kandungan dan Manfaat ASI &
Susu Formula). Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Nurlaila, N., Riyatun, K., & Iswati, N. (2017). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Perkembangan Motorik pada Bayi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 13, No 2, 78-83.
Nurlila, R. U., & Fua, J. L. (2015). Perbedaan Perkembangan Motorik Kasar dan
Halus pada Bayi 6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif di Desa Penanggotu Kecamatan Lambandia Kabupaten Kolaka
Tahun 2013. Jurnal Shautut Tarbiyah, Ed. Ke-33 Th. XXI, 112-129.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.
Purwaningsih, E., & Lestari, A. P. (2012). Perbedaan Perkembangan Motorik
Bayi Usia 0-6 Bulan Antara yang Diberi ASI dengan yang Diberi Pasi di
Desa Glagah Jatinom Klaten. Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4,
1-10.
Putri, D. T. (2015). Perbedaan Perkembangan Bayi Usia 3-6 Bulan yang Diberi
dan Tidak Diberi ASI Eksklusif di Kecamatan Purworejo Kabupaten
Purworejo Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal),
Volume 3, Nomor 2, 96-106.
Rukiah, A. Y., & Yulianti, L. (2018). Buku Saku Asuhan Kebidanan Masa Nifas
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta Timur: Trans Info
Media.
Sakinah, N., Andayani, N. L., & Dinata, I. M. (2017). Perbedaan Tingkat
Perkembangan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif dan Non Eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Karambia Kecamatan Payakumbuh
Selatan. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Volume 5, Nomor 3, 44-
48.
Santoso, S., & Ranti, A. L. (2013). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Saraswati, A., & Muwakhidah. (2018). Perkembangan Motorik Antara Balita Usia
7-24 Bulan ASI Eksklusif dan Non ASI Eksklusif di Puskesmas
Mantingan Kabupaten Ngawi. Jurnal Kesehatan, Vol. 11. No. 1, 24-31.
Sari, R. T., Juniastuti, Husada, D., & Utami, S. (2017). Perbedaan Perkembangan
Motorik Kasar Bayi 0-6 Bulan yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif di Kelurahan Mulyorejo Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo
Surabaya. Jurnal Ilmiah Bidan, Vol. II, No.2, 26-30.
Setiawan, D., & Prasetyo, H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sitepoe, M. (2013). ASI Eksklusif: Arti Penting Bagi Kehidupan. Jakarta: Indeks.
Soetjiningsih, & Ranuh, I. N. (2017). Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.
Supartini, Y. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
WHO. (2018). Infant and Young Child Feeding. Fact Sheets of WHO.