Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber dengan komposisi seimbang untuk
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain dari pada itu ASI juga
menjadi sumber utama kehidupan, sehingga diupayakan bayi hanya meminum
ASI tanpa ada tambahan lainnya seperti susu formula, air teh, madu, air putih dan
tanpa makanan pendamping atau sering disebut sebagai ASI Eksklusif (Habibah,
2022).
Air Susu Ibu adalah makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Rekomendasi dari United Nation Childrens Funds menyatakan bahwa
sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit enam bulan dan makanan
padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur enam bulan dan pemberian ASI
dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Berdasarkan data yang diperoleh,
secara global menunjukkan tingkat pemberian ASI eksklusif cukup rendah yaitu
hanya 41% (Unicef, 2018).
Manfaat yang diperoleh bila bayi menyusui secara ekslusif di bulan-bulan
pertama adalah ASI merupakan bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir
cukup bulan. Selain itu ASI mudah di dapat dan selalu segar dan bebas dari
berbagai macam bakteri, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan saluran
pencernaan makanan menjadi lebih kecil. Bayi yang menyusu sangat jarang di
temukan alergi, di bandingkan bayi yang mendapatkan susu sapi. Selain itu, gejala
muntah dan kolik lebih jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI
(Roesli, 2018).
Manfaat memberikan ASI bagi ibu diantaranya adalah mengurangi
perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda
kehamilan berikutnya dan mengurangi resiko terkena kanker payudara (Depkes
RI, 2018.
Pemberian ASI yang optimal dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas
serta memiliki dampak jangka panjang pada kecerdasan dan kinerja seseorang
pada saat dewasa (Horta, de Sousa, & de Mola, 2018). Pemberian Asi eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun pertama
dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang sehat (WHO Air, 2019).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI ekslusif. Penelitian yang dilakukan
Wirawati pada tahun 2014 faktor yang mempengaruhi angka cakupan ASI
ekslusif seperti, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, regulasi yang
belum dijalankan dengan baik, dan edukasi Indonesian Midwifery and Health
Sciences Journal 290 atau tingkat pemahaman. (Petterson J.A, 2019)
mengungkapkan faktor-faktor yang sangat bermakna terhadap keberhasilan
menyusui adalah individu, budaya, dan sosial ekonomi. Petterson J.A pada tahun
2019 juga melakukan penelitian tentang dukungan tenaga kesehatan yang
memberikan kepercayaan diri bagi ibu agar dapat berhasil dalam proses
menyusui.
Dukungan keluarga merupakan pengaruh yanga snagat dominan dalam
perilaku pemberian ASI eksklusif. ditandai dengan adanya dukungan emosional
2
yang mencakup empati, kepedulian dan perhatian kepada ibu. Adanya dukungan
penilaian yang terjadi lewat ungkapan hormat, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi. Adanya dukungan
instrumental yang mencakup bantuan langsung kepada ibu dan dukungan
informasional yang mencakup pemberian nasehat, petunjuk serta saran yang
membangun untuk ibu dalam pemberian ASI eksklusif (Takariyana, 2016 dalam
Ratnasari, 2019).
Word Healt Organization 2019 merekomendasikan kepada ibu seluruh dunia
untuk menyusui bayi secara ekslusif selama 6 bulan pertama setelah bayi
dilahirkan untuk mencapai pertumbuha, perkembangan dan kesehatan yang
optimal. Hal ini sudah diatur melalui Kemenkes RI. No 450/Menkes/SK/IV/2004
dengan menetapkan target pemberian ASI ekslusif 6 bulan sebesar 80%.
Pemberian ASI secara ekslusif di usia 0-6 bulan dipandang sangat strategis,
karena usia tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan mudah terkena penyakit.
Dampak dari rendahnya pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan yaitu dapat
memperberat penyakit seperti ISPA 35,09%, Diare 38,07%, dan gizi kurang
49,2% yang dapat menimbulkan beberapa efek negatif pada bayi seperti
lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunkan tingkat
kecerdasan dan tergangunya mental anak, kekurangan gizi yang serius
menyebabkan kematian anak.
Di Indonesia dari data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun
2018 menunjukkan bahwa tingkat pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 37%
dari target yang ingin dicapai yaitu 40% (Unicef, 2020). Bayi usia kurang dari 6
bulan mendapat ASI Esklusif merupakan indikator yang tercantum pada Renstra
Kementerian Kesehatan periode 2020-2024. Pada tahun 2020, dari jumlah bayi
usia kurang dari 6 bulan yang di recall, dari 3.196.303 sasaran bayi kurang dari 6
bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif atau sekitar 66,1%. Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6
bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu
sebesar 40%
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,cakupan
bayi usia dibawah 6 bulan yang mendapat ASI eksklisif 3 Tahun terakhir
mengalami tren kenaikan yang tidak terlau signifikan dari tahun ke tahun.Pada
tahun 2020 mencapa 61,9%,tahun 2021 53,5%,tahun 2022 54%.Pada tahun 2022
capaian ASI eksklusif Kabupaten Sigi mencapai 63,45%.(Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2022).
Puskesmas Kulawi dalam 3 Tahun terakhir capaian ASI eksklusif belum
mencapai target. Cakupan ASI eksklusif tahun 2020 36,47% dari 131 bayi umur
0-6 bulan.Ttahun 2021 cakupa ASI eksklusif 13,8% dari 196 bayi umur 0-6 bulan.
Tahun 2022 cakupan ASI eksklusif 13,8 % dari 88 bayi umur 0-6 bulan.(Profil Ke
sehatan Puskesmas Kulawi Tahun 2022).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Kulawi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka didapatkan
rumusan masalah “Adakah hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku
ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kulawi ?”
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku
ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kulawi.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dalam pemberian
ASI Eksklusif
b. Untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
c. Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
ibu dalam pemberian ASI Eksklusif

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pengembangan ilmu pengetahuan , memberikan informasi tambahan , dan
dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya
tentang dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi sebuah informasi bagi masyarakat
akan pentingnya dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif
b. Bagi petugas kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi data dan sebagai sumber informasi
bagi petugas kesehatan mengenai pentingnya dukungan dalam proses
pemberian ASI eksklusif , sehingga petugas kesehatan dapat
memberikan edukasi dan penyuluhan mengenai pentingnyan
dukungan dalam proses pemberian ASI eksklusif
c. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan
pengalaman dalam dunia kesehatan sekaligus memberikan informasi
tentang pentingnya dukungan dalam proses pemberian ASI eksklusif ,
serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASI eksklusif

1. Pengertian ASI eksklusif


ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein , lactose dan
garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara
ibu , sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014).
Pada usia 6 bulan pertama , bayi hanya diperlu diberikan ASI saja atau
dikenal dengan sebutan ASI eksklusif (Maryunani, 2010). Menyusui
adalah cara alami untuk memberikan asupan gizi , imunitas dan
memelihara emosional secara secara optimal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Tidak ada susu buatan (susu formula) yang dapat
menyamai ASI baik dalam kandungan nutrisi , faktor perumbuhan ,
hormon dan terutama imunitas. Karena imunitas bayi hanya bisa
didapatkan dari asi (Kemenkes RI, 2014).

2. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi , ras ,
keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi
adalah kolostrom , ASI transisi atau peralihan dan ASI matur
(Fikawati dkk,
2015).
a. Kolostrom
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material
yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan sesudah masa puerperium. Kolostrom keluar
pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.
Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuning – kuningan. Cairan kolostrom mengandung tinggi
protein, mineral garam
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang
tinggidibandingkan dengan ASI matur. Selain itu,
kolostrom rendah lemak dan laktosa. Protein utamanya adalah
5
immunoglobulin berguna sebagai antibodi untuk mencegah
dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume
kolostrom antara 150 – 300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom
hanya sedikit volumenya, tetapi volume tersebut.
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1 – 2 hari.
Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat
mengeluarkan zat – zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru
lahir dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan agar
siap menerima makanan yang akan datang (Nugroho, 2011).
b. ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI
matur. ASI peralihan keluar sejak hari ke 4 – 10 pasca
persalinan. Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan
warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun,
sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat (Nugroho,
2011).
c. ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya. Komposisi relative konstan (pula yang
menyatakan bahwa kompisisi ASI relative mulai konstan
pada minggu ke 3
– minggu ke 5), dan tidak mudah menggumpal jika
dipanaskan. ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau
pada 5 menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk
lebih encer, kandungan lemak nya lebih rendah namun tinggi
laktosa, gula protein, mineral dan air (Nugroho, 2011
3. Manfaat ASI
ASI membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi), membantu
pertumbuhan dan perkembangan psikologi bayi melalui interaksi dan
kontak langsung antara ibu dan bayi. Ibu yang berhasil menyusui
bayinya secara eksklusif akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan
yang mendalam (Haryono dan Setianingsih, 2014).
ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Memberikan ASI
sebagai makanan terbaik bagi bayi merupakan awal langkah untuk
membangun manusia indonesia yang sehat dan cerdas di masa depan.
ASI mengandung nutrisi atau zat gizi yang paling sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kandungan gizinya yang
6
sesuai kebutuhan bayi menjadikan ASI dapat mencegah kerusakan
gigi. Makanan dan minuman selain ASI yang diberikan pada bayi
menjadi perantara masuknya virus dan bakteri ke tubuh bayi. Angka
morbiditas dan mortalitas penyakit diare akibat infeksi meningkat
setelah bayi mendapatkan makanan tambahan. Sekitar 40% penyebab
kematian bayi dikarenakan oleh penyakit infeksi yaitu pneumonia dan
diare (Fikawati dkk, 2015).
Proses menyusui dapat meningkatkan kadar oksitosin yang
berguna untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah sehingga
apabila ibu menyusui bayi segera setelah melahirkan maka
kemungkinan terjadinya pendaharan akan berkurang. Hal ini pun akan
mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat
besi. Peningkatan kadar oksitosin ini juga akan membantu rahim
kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan rahim ini lebih
cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui (Haryono dan
Setianingsih, 2014).
Memberikan ASI merupakan cara yang tepat mengeluarkan kalori
sebab setiap harinya ibu membutuhkan energi 700 Kal untuk
memproduksi ASI. 200 Kal diantara diambil dari cadangan lemak
ibu. Ibu yang ingin mengembalikan berat badan dapat melakukannya
tanpa harus membatasi makan karena tuntuan penyediaan ASI untuk
bayi usia
4 – 6 bulan memerlukan energi yang tinggi (Fikawati dkk, 2015).
Pada
6 bulan pertama pemberian ASI juga dapat menunda kehamilan.
Sebesar
98% ibu tidak akan mengalami hamil pada 6 bulan pertama
melahirkan apabila ibu memberikan ASI secara eksklusif dan ibu
belum mengalami haid (Haryono dan Setianingsih, 2014).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI


Produksi ASI yang meningkat atau menurun tergantung stimulasi
pada kelenjar payudara (Hariyono dan Setianingsih, 2014). Beberapa
faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :
a. Frekuensi penyusuan
Penyusuan direkomendasikan sedikitnya 8 kali perhari
pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini
berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.
7
b. Berat lahir
Berat lahir bayi berkaitan dengan kekuatan untuk
menghisap, frekuensi dan lamanya penyusuan yang kemudian
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI
c. Umur kehamilan saat
melahirkan
Bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu
menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah
daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan
menghisap pada bayi prematur disebab kan berat badann yang
rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
d. Umur dan paritas
Ibu yang melahirkan bayi lebih dari 1 kali, produksi ASI
pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu
yang melahirkan pertama kali.
e. Stress dan penyakit akut
Pengeluaran ASI akan berlangsung baik apabila ibu merasa
rilex dan nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stress akan
mengganggu proses laktasi karena produksi ASI
terhambat. Penyakit infeksi kronik dan akut dapat mempengaruhi
produksi ASI.
f. Konsumsi rokok
Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin sehingga
menghambat pelepasan oksitosin. Dengan demikian volume ASI
akan berkurang karena kerja hormon prolaktin dan hormon
oksitosin terganggu.
g. Konsumsi alkohol
Meskipun miuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat
membuat ibu rileks sehingga membantu pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.
h. Pil kontrasepsi
Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin apabila
dikonsumsi oleh ibu menyusui akan menurunkan volume dan
durasi ASI, namun apabila pil kontrasepsi hanya mengandung
progestin saja maka tidak akan mengganggu volume asi.
i. Makanan ibu
8
Seorang ibu yang kurang gizi akan mengakibatkan
turunnya jumlah ASI bahkan pada akhirnya produksi ASI dapat
terhenti. Hal ini disebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan
dan gizi yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk
menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya yang kelak akan
digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sumber energi
dalam proses menyusui.
j. Dukungan suami dan keluarga
Dukungan suami dan keluarga akan membuat perasaan ibu
menjadi bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih menyayangi
bayinya yang pada akhir akan mempengaruhi pengeluaran ASI
lebih banyak.
k. Perawatan payudara
Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan masuk
7 – 8 bulan. Payudara yang terawat baik akan
mempengaruhi produksi ASI, lebih banyak sehingga cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi. Perawatan payudara yang baik juga
akan membuat putting tidak mudah lecet ketika dihisap bayi. Pada
masa 6 minggu terakhir masa kehamilan perlu dilakukan
pengurutan payudara. Pengurutan payudara akan menghambat
terjadinya penyumpatan pada duktus laktiferus sehingga ASI akan
keluar dengan lancar.
l. Jenis persalinan
Ibu dengan persalinan normal dapat segera menyusui
bayinya setelah melahirkan. ASI sudah keluar pada hari pertama
persalinan sedangkan pada persalinan sectio caesaria (Sesar)
seringkali ibu merasa kesulitan menyusui segera setelah lahir,
terutama pada ibu yang diberikan anastesi atau bius umum.
Kondisi luka operasi di perut ibu juga menghambat proses
menyusui.
m. Rawat gabung
Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkanakan
meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan asi
lebih sering sehingga timbul reflek oksitosin yang akan
merangsang refleks prolaktin untuk memproduksi ASI kembali.
Selain itu refleks oksitosin juga akan membantu proses fisiologis
9
involusi rahim yaitu proses pengembalian ukuran rahim seperti
sebelum hamil.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif


Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
dibedakan menjadi tiga yaitu faktor pemudah (predisposing factors),
faktor pendukung (enabling factors) , dan faktor pendorong
(reinforcing factors)
1. Faktor pemudah (predisposing faktors)
a. Pendidikan

Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu ,


mencari pengalaman sehingga informasi yang didapatkan akan
menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk
keyakinan untuk berprilaku. Ibu dengan pendidikan tinggi akan lebih
mudah menerima suatu ide bari dibandingkan dengan ibu yang
berpendidikan rendah. Sehingga informasi dan promosi tentang ASI
akan lebih mudah diterima dan dilaksanakan (Haryono dan
Setianingsih, 2014).
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi. Informasi bisa
berasal dari pendidikan formal maupun non formal ,
percakapan , membaca , mendengarkan radio , menonton televisi dan
pengalaman hidup. Pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI
eksklusif menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif. Jika
pengetahuan ibu lebih luas dan mempunyai pengalaman tentang ASI
eksklusif yang baik yang dialami sendiri maupun dilihat dari teman ,
tetangga atau keluarga maka ibu akan lebi terinspirasi untuk
mempraktekannya.
c. Pengalaman menyusui
Pengalaman menyusui pribadi mungkin merupakan sumber utama
pengetahuan dan pengembangan ketrampilan menyusui dan terkait
dengan pengetahuan yang lebih baik , sikap positif dan kepercayaan
diri ibu menjadi lebih tinggi dalam memberikan ASI eksklusif.
Pengalaman yang paling panjang tentang ASI dan menyusui berkaitan
dengan pengetahuan , sikap , kepercayaan , dan efektivitas yang
dirasakan dalam pemberian ASI.
10
2. Faktor pendukung (enabling factors)
a. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh
suami dan istri dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-hari ,
misalnya gaji. Pendapatan tinggi memungkinkan keluarga cukup
pangan sehingga makanan yang di konsumsi ibu memilik
kandungan gizi yang baik. Konsumsi makanan denan kandunga
gizi baik akan menghasilkan ASI dengan kualitas baik (Haryono
dan Setianingsih, 2014).
b. Ketersediaan waktu
Ketersediaan waktu ibu untuk meyusui bayinya secara
eksklusif berkaitan erat dengan status pekerjaannya. Banyak ibu
yan berhenti menyusui dengan alasan ibu kembali bekerja setelah
cuti melahirkan selesai. Padahal bagi ibu pekerja , ASI dapat
diperah setiap 3 – 4 jam sekali untuk disimpan dalam lemari
pendingin (Haryono dan Setianingsih, 2014).
c. Kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu sangat mempengaruhi proses
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Ibu yang memepunyai
penyakit menular (HIV/AIDS , TBC , hepatitis B) dan penyakit
pada payudara (kanker payudara , kelainan putting susu) tidak
boleh ataupun tidak bisa menyusui bayinya (Haryono dan
Setianingsih,
2014).
3. Faktor pendorong (reinforcing factors)
a. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga yaitu suami , orang tua dan saudara
lain sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui. Karena
dukungan keluarga berdampak pada kondisi ibu sehingga akan
mempengaruhi produksi ASI. Ibu yang kurang mendapatkan
dukungan menyusui dari keluarga akan menurunkan pemberian
ASI , peranan orang tua adalah faktor yang paling dominan
terhadap pemberian ASI eksklusif (Haryono dan Setianingsih,
2014).
b. Dukungan petugas kesehatan
Petugas kesehatan yang profesional akan menjadi faktor
pendukung ibu dalam memberikan ASI. Dukungan tenaga
11
kesehatan kaitannya dengan nasehat kepada ibu untuk
memberikan ASI
kepada bayinya akan menentukan keberlanjutan pemberian
ASI (Haryono dan Setianingsih, 2014).

6. Faktor-faktor penghambat pemberian ASI


a. Perubahan sosial budaya : ibu yang bekerja , memiliki kesibukan
sosial seperti meniru teman , tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol serta merasa ketinggalan zaman jika
masih menyusui bayinya.
b. Faktor psikologis : takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita dan tekanan batin.
c. Faktor fisik ibu : ibu yang sakit seperti mastitis atau
kelainan payudara lain.
d. Kurangnya dorongan dari keluarga seperti suami dan orang tua
akan mengendorkan semangat ibu untuk melanjutkan pemberian
ASI. Dukungan pada keberhasilan menyusui di dapat dari suami
atau keluarga , media sosial yang mengajarkan dan mendampingi
ibu sewaktu menyusui.
e. Kurangnya dorongan dari petugas kesehatan , sehingga ibu kurang
mendapatkan penerangan dan dorongan manfaat pemberian ASI.
Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas
kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan
susu formula (Haryono dan Setiangingsih , 2014).
f. Meningkatnya promosi susu formula atau susu kaleng
sebagai pengganti ASI.

B. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga


Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi
individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga
seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang
memperhatikan,
menghargai dan mencintainya. Dukungan keluarga mengacu kepada
dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat
diakses atau diadakan untuk keluarga, tetapi anggo keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga dapat
12
berupa dukungan keluarga internal seperti dukungan dari suami atau istri
atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan keluarga eksternal
(Setiadi, 2008)
Menurut (Friedman, 1997 dalam Setiadi , 2008) Empat
jenis perilaku atau tindakan yang mendukung yaitu :
a. Dukungan informasi (informational), dalam hal ini keluarga
memberikan informasi, penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh
seseorang. Mengatasi permasalahan dapat digunakan seseorang
dengan memberikan nasehat, anjuran , petunjuk dan masukan.
b. Dukungan penilaian (appraisal) yaitu: keluarga berfungsi
sebagai pemberi umpan balik yang positif, menengahi penyelesaian
masalah yang merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas
anggota keluarga. Keberadaan informasi yang bermanfaat dengan
tujuan penilaian diri serta penguatan (pembenaran).
c. Dukungan instrumental (instrumental) yaitu: keluarga merupakan
suatu sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Bantuan mencakup
memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara
langsung bisa membantu seseorang yang membutuhkan. Dukungan
ekonomi akan membantu sumber daya untuk kebutuhan dasar dan
kesehatan anak serta pengeluaran akibat bencana.
d. Dukungan emosional (emotional) yaitu: keluarga berfungsi
sebagai suatu tempat berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh
terhadap ketenangan emosional, mencakup pemberian empati, dengan
perhatian. Dukungan emosional akan membuat seseorang merasa
lebih dihargai, nyaman.
C. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian Perilaku
Perilaku pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai2 unsur
pokok , yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata). Sedangkan stimulus atau
rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu sakit & penyakit,
system pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
13
Perilaku pemberian ASI Eksklusif yaitu hanya memberikan ASI
tanpa makanan pendamping apapun selama usia bayi 0-6 bulan.
Pemberian ASI Eksklusif merupakan upaya untuk mencegah penyakit
dan kematian pada bayi. Hal ini karena ASI mengandung nutrisi
termasuk adanya faktor imunitas ( Morrow & Rangel, 2004
dalam Aprihastiwi, 2015)
2. Unsur - unsur perilaku kesehatan
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu
bagaimana manusia berespon, baik secara pasif mengetahui,
bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada
pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang
dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit terscbut
b. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan adalah respon
seseorang terhadap system pelayanan kesehatan baik
pelayanan system kesehatan modern maupun tradisional.
Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan,
cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang
terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan
fasilitas, petugas dan obat-obatan
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respon
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi

kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap


dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang
terkandung di dalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dan
sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental
health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan
sebagai determinan kesehatan manusia.
3. Faktor-faktor perilaku manusia
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam
dua kategor, yaitu perilaku yang terwujud secara sengaja dan perilaku
yang terwujud secara tidak sengaja. Perilaku-perilaku yang disengaja
atau tidak disengaja membawa manfaat bagi kesehatan ndividu atau
kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak
disengaja berdampak merugikan kesehatan.
a. Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan
14
Mencakup perilaku-perilaku yang secara sadar oleh seseorang
yang berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini
langsung berhubungan dengan kegiatan-kegiatan pencegahan
penyakit serta penyembuhan dari penyakit yang dijalankan
dengan sengaja atas dasar pengetahuan dan kepercayaan bagi
diri yang bersangkutan, atau orang- orang lain, maupun suatu
kelompok sosial.
b. Perilaku sadar yang merugikan kesehatan
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar atau diketahui tetapi
tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang
berpendidikan atau professional, atau secra umum pada
masyarakat
- masyarakat yang sudah
maju.
c. Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan
Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena
penanggulangan merupakan salah satu tujuan utama berbagai
program pembangunan kesehatan masyarakat, misalnya
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan kalangan pasangan
usia subur, pada
ibu hamil , dan anak-anak balita pada berbagai masyarakat bawah
di kota-kota.
d. Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa dasar
pengetahuan manfaat biomedis umum yang terkait, seseorang atau
sekelompok orang dapat menjalankan kegiatan-kegiatan
tertentu yang secara langsung atau tidak langsung memberi
dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif :
a. Produksi ASI
Produksi ASI dan payudara membesar selain
disebabkan oleh hormon prolaktin juga disebabkan oleh
Human Chorionic Somatomammotropin (HCS) atau Human
Placental Lactogen (hPL), yaitu hormon peptida yang
dikeluarkan oleh plasenta. ASI yang kurang akan mempengaruhi
kepercayaan diri ibu untuk menyusui, sehingga menyebabkan
terjadinya persepsi ketidakcukupan ASI yang selanjutnya
mempengaruhi pikiran ibu dan pengeluaran hormon
15
oksitosin. Gangguan pada hormone oksitosin akan
menyebabkan gangguan pada kontraksi otot payudara,
sehingga pengeluaran ASI terhambat. Karena pengeluaran ASI
berkurang, ibu semakin jarang menyusui sehingga
mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin yang akan
menyebabkan produksi ASI semakin berkurang. Adapun upaya
untuk memperbanyak ASI yaitu :
1. Mengonsumsi tambahan kalori setidaknya 500
kalori sehari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
cukup kalori, protein, vitamin, dan mineral.
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah
gizi setidaknya selama 40 hari setelah kelahiran.
5. Minum kapsul vitamin A agar dapat memberikan vitamin
A kepada bayi melalui ASI
b. MP-ASI dini
Pemberian makanan tambahan (MP-ASI) secara dini
sangat berpengaruh pada perilaku ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif. Banyak faktor yang berhubungan dengan pemberian
MP-ASI dini oleh ibu meliputi pengetahuan, kesehatan, pekerjaan
ibu, iklan MP- ASI , petugas kesehatan, budaya dan sosial
ekonomi. Faktor penghambat keberlanjutan pemberian ASI adalah
pengetahuan dan keyakinan ibu bahwa bayi tidak akan cukup
memperoleh zat gizi jika hanya diberi ASI sampai umur 6 bulan.
c. Kesalahan Informasi
Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya
atau malah lebih baik dari ASI , sehingga cepat menambah susu
formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan
pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat
pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi.
D. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma Dini (2017) dengan


judul “Dukungan Ibu Mertua Dan Karakteristik Ibu Terhadap
Perilaku Pemberian Asi Eksklusif” dengan tujuan untuk melihat
pengaruh antara dukungan informasional dan dukungan
penilaian/bimbingan. Desain dari penelitian ini adalah cross
16
sectional, yang dilakukan pada bulan Mei 2013. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu yang menetap di wilayah kerja
Puskesmas Pejuang Kelurahan Pejuang Kota Bekasi, memiliki bayi
usia 612 bulan, serta tercatat oleh kader dan Bidan Koordinator
Puskesmas Pejuang, dengan target population 347 ibu dari
34 posyandu. Sampel adalah sebagian dari populasi yaitu 121.
dari 13 posyandu terpilih. Hasil akhir analisis multivariat dengan
analisis regresi logistik, variabel sikap terhadap ASI Eksklusif
dan dukungan informasional ibu mertua memiliki pengaruh terhadap
perilaku pemberian ASI Eksklusif. Variabel sikap terhadap ASI
Eksklusif paling berpengaruh (OR 3,325) yang berarti bahwa
responden yang bersikap positif terhadap ASI Eksklusif memiliki
kemungkinan menyusui Eksklusif 3 kali lebih besar dibandingkan
dengan responden yang bersikap negatif terhadap ASI Eksklusif.
Hasil analisis multivariat untuk dukungan, jenis dukungan mertua
yang paling berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif
adalah dukungan informasional. Ibu yang mendapat dukungan
informasional dari ibu mertuanya memiliki kemungkinan menyusui
Eksklusif sebesar 3 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
tidak mendapat dukungan informasional dari ibu mertua.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Rakhmi Pris Purnamasari dan
Rina Rahmatika (2016) dengan judul “Perbedaan Dukungan Sosial
Dari Ibu Mertua Pada Ibu Menyusui Yang Bekerja Dan Tidak
Bekerja” dengan tujuan untuk melihat perbedaan dukungan sosial
menyusui ibu mertua yang dipersepsikan oleh menantu bekerja dan
tidak bekerja. Desain penelitian yang digunakan adalah studi
komparasi non-eksperimental dengan membandingkan dua
kelompok subjek yang memiliki karekteristik berbeda. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental
sampling. sampel yang digunakan pada penelitian ini, yaitu: ibu
menyusui, usia anak yang disusui 0 – 6 bulan, memiliki ibu mertua
yang masih hidup, dan ditemui di wilayah Jabodetabek.
Penelitian ini menghasilkan t-hitung sebesar (t (198)=2,42; p= 0,016;
p < 0,05). yang berarti bahwa terdapat perbedaan dukungan sosial
dari ibu mertua pada ibu menyusui yang bekerja dan tidak bekerja.
Hasil menunjukkan bahwa perempuan tidak bekerja
lebih mempersepsikan adanya dukungan sosial menyusui dari ibu
17
mertua dibandingkan dengan yang dipersepsikan oleh perempuan
bekerja pada
dimensi dukungan emosi dan dimensi dukungan informasi.
Sedangkan, pada dukungan instrumental tidak ditemukan perbedaan
dukungan sosial menyusui yang dipersepsikan oleh perempuan
bekerja dan tidak bekerja.
3. Penelitian yang dilakukan Aleda Florince oyay , Agus Sartono ,
Erma Handarsari (2020) dengan judul “Dukungan Ibu Kandung ,
Mertua Dan Suami Dengan Praktek Asi Eksklusif (0-6 Bulan) Di
Kampung Sereh Wilayah Puskesmas Sentani Papua”. Dengan tujuan
untuk mengetahui hubungan antara dukungan ibu kandung , mertua ,
dan suami dengan praktek pemberian ASI eksklusif (0-6 Bulan).
Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan menggunakan pendekatan
retrospektif dengan desain kasus kontrol. Pengambilan sampel
ditentukan secara random dibagi menjadi 2 (dua) yaitu kelompok
kasus dan kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah kelompok ibu
bayi yang memberikan ASI Eksklusif 41 sampel sedangkan
kelompok kontrol adalah kelompok ibu bayi yang tidak memberikan
ASI eksklusif, 28 sampel. Penelitian dilakukan di kampung sereh
wilayah puskesmas sentani papua, bulan Desember 2016 sampai
Januari 2017. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar kuesioner dan lembar persetujuan (informed
consent). Uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara dukungan terhadap dukungan ibu kandung (p=0,006) , ibu
mertua (p=0,000) dan suami (p=0,007).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Elly Trisnawati dan Otik
Widyastutik (2018) dengan judul ”Kegagalan Asi Eksklusif :
Manajemen Laktasi Dan Dukungan Keluarga” . Dengan tujuan
mengetahui hubungan antara waktu perawatan dan payudara , cara
menyusui , durasi menyusui , frekuensi menyusui , dan
dukungan keluarga (ibu kandung dan ibu mertua) dengan
kegagalan Asi eksklusif. Metode yang digunakan pada
penelitian ini observasi analitik dengan rancangan cross-
sectional. Populasi adalah ibu di komuitas madura yang
mempunyai bayi 6 – 12 bulan di wilayah kerja Puskesma
Purun Kecil kabupaten Mempawah. Jumlah sampel sebanyak 162
orang menggunakan teknik total sampling. Analisis data
18
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan
uji chi-square. Ada hubungan antara watu perawatan payudara (p-
value=0,000) , cara menyusui (p-value=0,010) , frekuensi
menyusui (p-value=0,034) , dukungan ibu kandung (p-value=0,000)
dukungan ibu mertua (p-value=0,000) , terhadap kegagalan asi
eksklusif , tidak ada hubungan durasi menyusui dengan kegagalan
asi eksklusif (p- value=0,044).
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ona Oktalina , Lailatul Muniroh ,
Sri Adiningsih(2015) dengan judul “Hubungan Dukungan Suami
Dan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu
Anggota Kelompok Pendukung Asi (KP-ASI)”. Dengan tujuan
menganalisis hubungan dukungan suami dan keluarga dengan
pemberian Asi eksklusif pada ibu kelompok anggoya KP-ASI di
wilayah Puskesmas Megaluh Kabupaten Jombang. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian adalah ibu
peserta KP-ASI yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan sebesar 74
orang yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Hasil
penelitian menunjkkan terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan prilaku menyusui ekesklusif (p=0,011) namun tidak terdapat
hubungan antara dukungan suami dengan prilaku ibu menyusui
(p=0,090
BAB III

KERANGKA KONSEP , VARIABEL PENELITIAN ,


DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian


dan merupakan refleksi dari hubungan variabel – variabel yang diteliti.
Fungsi kritis dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan –
hubungan antara variabel dan konsep yang diteliti (Swarjana, 2015).

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Faktor – faktor yang Faktor – faktor yang mempengaruhi


mempengaruhi pemberian ASI perilaku pemberian ASI Eksklusif :
Eksklusif :
1. Kurangnya produksi ASI
1. Faktor pemudah 2. Memberikan makanan tambahan
2. Faktor pendukung dini sebelum usia bayi 6 bulan
3. Faktor pendorong 3. Informasi keluarga

Dukungan keluarga dalam pemberian Perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif :
ASI Eksklusif :
1. Baik
1. Dukungan informasi 2. Cukup
2. Dukungan penilaian 3. Kurang
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan emosional
20

Keterangan :

: Variabel diteliti

: Variabel tidak diteliti

: Garis penghubung

Penjelasan Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep pada penelitian ini dijelaskan mengenai


hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif. Faktor
– faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada penelitian ini yaitu
faktor pemudah, faktor pendukung, faktor pendorong. Faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif yaitu kurangnya produksi ASI,
memberikan makanan tambahan dini sebelum usia bayi 6 bulan, dan informasi
keluarga. Dalam kerangka konsep ini menjelaskan bahwa dukungan keluarga
dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif. Semakin
besar dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada ibu, maka semakin baik
perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif.

B. Hipotesis

Hipotesis adalah hasil yang diharapkan. Hipotesis dibuat berdasarkan


teori atau studi empiris berdasarkan pada alasan logis dan memprediksi hasil
dari studi (Swarjana, 2015). Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan antara dukungan keuarga terhadap perilaku ibu dalam pemberian
Asi Eksklusif

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel
Variabel penelitian merupakan bagian terpenting dalam sebuah
penelitian (Swarjana, 2015). Variabel merupakan perilaku atau karakteristik
yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu, misalnya pada benda, manusia
dan lainnya (Nursalam, 2013).
a. Variabel Independent
21
Variabel independet merupakan variabel yang
menyebabkan adanya suatu perubahan terhadap variabel yang lain
(Swarjana, 2015). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif.
b. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah merupakan variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain , variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas (Swarjana, 2015). Variabel dependent
dalam penelitian ini adalah perilaku ibu dalam pemberian ASI
eksklusif.

2. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah fenomena observasional
yang memungkinkan peneliti untuk menguji secara empiric apakah
outcome yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas dkk 2010
dalam Swarjana,2015).
22

Variabel Definisi operasional Cara Hasil Skala


Pengukuran Pengukuran
Dukungan Dukungan keluarga Alat ukur a. Dukungan Ordinal
Keluarga dukungan yang diberikan Yang baik bila
dalam kepada ibu dalam bentuk digunakan skor atau
pemberian perhatian dan kepedulian adalah nilai 51 –
ASI terhadap pemberian ASI lembar 60.
eksklusif eksklusif yang terdiri kuesioner b. Dukungan
dari : dengan cukup bila
a. Dukungan menggunakan skor atau
informasional , skala likert. nilai 41 -
deberikan dalam 50.
bentuk pemberian c. Dukungan
informasi tentang kurang bila
manfaat ASI skor atau
eksklusif bagi nilai <41.
bayi.
b. Dukungan
penilaian ,
diberikan dengan
cara memberikan
pujian terhadap
istri karena sudah
memberikan ASI
eksklusif.
c. Dukungan
instrumental,
diberikan berupa
nasehat kepada
istri untuk
memberikan ASI
eksklusif
d. Dukungan
emosional ,
diberikan dalam
bentuk rasa
simpati , perhatian
dan kepercayaan
untuk
memberikan ASI
eksklusif.

Perilaku Perilaku ibu dalam Alat ukur a. Perilaku Ordinal


ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang baik bila
pemberian adalah suatu tindakan digunakan skor atau
ASI yang dilakukan oleh ibu adalah nilai 31 –
eksklusif yang bersifat nyata dan lembar 40.
objektif dalam kuesioner b. Perilaku
pemberian ASI dengan dengan cukup bila
tindakan hanya menggunakan skor atau
memberikan ASI kepada skala likert. nilai 21 –
bayi selama 6 bulan 30.
tanpa memberikan c. Perilaku
makanan tambahan kurang bila
apapun. skor <21.
Table 3.1 Definisi Operas
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi Tengah (2022).Profil Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2022

Dini K.(2017)Dukungan Ibu Merua dan Karakteristik Ibu terhadap Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif.Jurnal Ilmiah WIDYA.4,234-232.Diakes pada tanggal 12 Januari 2021di https://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.php./jurnalilmiah/article/view/283/265
Depkes RI. (2018). Manfaat ASI Ekslusif Untuk Ibu dan Bayi.

FOyay Florince Aleda, Sartono Agus, Handarsari Erma.(2020). Dukungan Ibu Kandung,
Mertua dan Suami dengan Praktek Asi Eksklusif (0-6 Bulan) di Kampung Sereh Wilayah
Puskesmas Sentani Papua. Jurnal Gizi.9,159-166. Diakses pada tanggal
12 Januari 2021 di https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/5683

Fikawati S, Syafiq A, Karima K. (2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. P. 53-117.

Habibah, N. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui Dengan Keadaan
Puting Susu Lecet Di Kelurahan Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 6(2), 174–179.
https://ojs.stikes.gunungsari.id

Haryono R, Setianingsih, S. 2014. Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.

Kemenkes, RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. https://scholar.unand.ac.id/


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Proporsi pola pemberian asi pada
bmayi umur 0-5 bulan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 tentang Standar Antropometri Anak. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
Morrow AL dan Rangel JM Human milk protection against infectious diarrhea :
implications for prevention and clinical care.Semin Pediatr Infect Dis 2004;15:221-228

Nugroho, Taufan. (2011). Buku Ajar Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Nursalam (2013) Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktisi Edisi
3.Jakarta:Salemba Medika
Nurdiyanah, N., & Nildawati, N. (2015). Perilaku Pemberian Asi Eksklusif di Puskesmas
Bara-Baraya Kota Makassar. Al-Sihah: The Public Health Science Journal,
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-n
Sihah/article/download/1979/1904.

Oktanila Ona, Muniroh Lailatul, Adiningsih Sri.(2015). Hubungan Dukungan Suami Dan
Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Anggota Kelompok
Pendukung Asi (KP-ASI).Media Gizi Indonesia.10, 64-70. Diakses pada tanggal 12
Januari 2021 di https://e- journal.unair.ac.id/MGI/article/viewFile/3128/228

Petterson J.A. (2019). Outpatient Breastfeeding Champion Program Breastfeeding Support in


Primary Care. Journal Breastfeeding Medicine, XX(XX), 1–5.
https://e-journal.unair.ac.id./IMHSJ/articledownload//28333/16250/125084

Purnama Pris Rakhmi Ayu, Rahmatika Rina.(2016). Perbedaan Dukungan Sosial Dari Ibu
Mertua Pada Ibu Menyusui Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi
Undip.15,21-35. Diakses pada tanggal 12 Januari 2021 di
https://ejournal.undip.ac.id/index.p hp/psiko lfile:///C:/Users/ASUS/Downloads/123-Article
%20Text-352-1-10-20230126.pdfogi/article/view/12989/9728

Profil Puskesmas Kulawi(2020,2021,2022) tentang Capaian ASI Ekslusif. Kulawi

Ratnasari, R D. (2019). Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Ibu Pada
Roesli,Utami(2018).MengenalAsiEksklusifJakarta:TrubusAgriwidy
.https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

Swarjana I Ketut. (2015). Metodelogi Penelitian Kesehatan [Edisi Revisi]. Yogyakarta :


Andi

UNICEF (2018). Undernutrition contributes to nearly half of all deaths in children under 5
and is widespread in Asia and Africa. https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/

UNICEF. (2020). COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia Agenda Tindakan untuk


Mengatasi Tantangan Sosial Ekonomi. Journal of Education, Pshycology andCounseling,
2(April), 1–12. www.unicef.or

WHO Air. (2019). Exclusif Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health Of
Infants. In: WHO. Poltekkes Jogja

Anda mungkin juga menyukai