BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber dengan komposisi seimbang untuk
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selain dari pada itu ASI juga
menjadi sumber utama kehidupan, sehingga diupayakan bayi hanya meminum
ASI tanpa ada tambahan lainnya seperti susu formula, air teh, madu, air putih dan
tanpa makanan pendamping atau sering disebut sebagai ASI Eksklusif (Habibah,
2022).
Air Susu Ibu adalah makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Rekomendasi dari United Nation Childrens Funds menyatakan bahwa
sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit enam bulan dan makanan
padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur enam bulan dan pemberian ASI
dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Berdasarkan data yang diperoleh,
secara global menunjukkan tingkat pemberian ASI eksklusif cukup rendah yaitu
hanya 41% (Unicef, 2018).
Manfaat yang diperoleh bila bayi menyusui secara ekslusif di bulan-bulan
pertama adalah ASI merupakan bahan makanan alamiah bagi bayi yang lahir
cukup bulan. Selain itu ASI mudah di dapat dan selalu segar dan bebas dari
berbagai macam bakteri, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan saluran
pencernaan makanan menjadi lebih kecil. Bayi yang menyusu sangat jarang di
temukan alergi, di bandingkan bayi yang mendapatkan susu sapi. Selain itu, gejala
muntah dan kolik lebih jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI
(Roesli, 2018).
Manfaat memberikan ASI bagi ibu diantaranya adalah mengurangi
perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda
kehamilan berikutnya dan mengurangi resiko terkena kanker payudara (Depkes
RI, 2018.
Pemberian ASI yang optimal dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas
serta memiliki dampak jangka panjang pada kecerdasan dan kinerja seseorang
pada saat dewasa (Horta, de Sousa, & de Mola, 2018). Pemberian Asi eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun pertama
dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang sehat (WHO Air, 2019).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI ekslusif. Penelitian yang dilakukan
Wirawati pada tahun 2014 faktor yang mempengaruhi angka cakupan ASI
ekslusif seperti, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, regulasi yang
belum dijalankan dengan baik, dan edukasi Indonesian Midwifery and Health
Sciences Journal 290 atau tingkat pemahaman. (Petterson J.A, 2019)
mengungkapkan faktor-faktor yang sangat bermakna terhadap keberhasilan
menyusui adalah individu, budaya, dan sosial ekonomi. Petterson J.A pada tahun
2019 juga melakukan penelitian tentang dukungan tenaga kesehatan yang
memberikan kepercayaan diri bagi ibu agar dapat berhasil dalam proses
menyusui.
Dukungan keluarga merupakan pengaruh yanga snagat dominan dalam
perilaku pemberian ASI eksklusif. ditandai dengan adanya dukungan emosional
2
yang mencakup empati, kepedulian dan perhatian kepada ibu. Adanya dukungan
penilaian yang terjadi lewat ungkapan hormat, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi. Adanya dukungan
instrumental yang mencakup bantuan langsung kepada ibu dan dukungan
informasional yang mencakup pemberian nasehat, petunjuk serta saran yang
membangun untuk ibu dalam pemberian ASI eksklusif (Takariyana, 2016 dalam
Ratnasari, 2019).
Word Healt Organization 2019 merekomendasikan kepada ibu seluruh dunia
untuk menyusui bayi secara ekslusif selama 6 bulan pertama setelah bayi
dilahirkan untuk mencapai pertumbuha, perkembangan dan kesehatan yang
optimal. Hal ini sudah diatur melalui Kemenkes RI. No 450/Menkes/SK/IV/2004
dengan menetapkan target pemberian ASI ekslusif 6 bulan sebesar 80%.
Pemberian ASI secara ekslusif di usia 0-6 bulan dipandang sangat strategis,
karena usia tersebut kondisi bayi masih sangat labil dan mudah terkena penyakit.
Dampak dari rendahnya pemberian ASI ekslusif pada bayi 0-6 bulan yaitu dapat
memperberat penyakit seperti ISPA 35,09%, Diare 38,07%, dan gizi kurang
49,2% yang dapat menimbulkan beberapa efek negatif pada bayi seperti
lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunkan tingkat
kecerdasan dan tergangunya mental anak, kekurangan gizi yang serius
menyebabkan kematian anak.
Di Indonesia dari data Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun
2018 menunjukkan bahwa tingkat pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 37%
dari target yang ingin dicapai yaitu 40% (Unicef, 2020). Bayi usia kurang dari 6
bulan mendapat ASI Esklusif merupakan indikator yang tercantum pada Renstra
Kementerian Kesehatan periode 2020-2024. Pada tahun 2020, dari jumlah bayi
usia kurang dari 6 bulan yang di recall, dari 3.196.303 sasaran bayi kurang dari 6
bulan terdapat 2.113.564 bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif atau sekitar 66,1%. Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari 6
bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu
sebesar 40%
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,cakupan
bayi usia dibawah 6 bulan yang mendapat ASI eksklisif 3 Tahun terakhir
mengalami tren kenaikan yang tidak terlau signifikan dari tahun ke tahun.Pada
tahun 2020 mencapa 61,9%,tahun 2021 53,5%,tahun 2022 54%.Pada tahun 2022
capaian ASI eksklusif Kabupaten Sigi mencapai 63,45%.(Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2022).
Puskesmas Kulawi dalam 3 Tahun terakhir capaian ASI eksklusif belum
mencapai target. Cakupan ASI eksklusif tahun 2020 36,47% dari 131 bayi umur
0-6 bulan.Ttahun 2021 cakupa ASI eksklusif 13,8% dari 196 bayi umur 0-6 bulan.
Tahun 2022 cakupan ASI eksklusif 13,8 % dari 88 bayi umur 0-6 bulan.(Profil Ke
sehatan Puskesmas Kulawi Tahun 2022).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan penelitian yang
berjudul Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Perilaku Ibu dalam Pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Kulawi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka didapatkan
rumusan masalah “Adakah hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku
ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kulawi ?”
3
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku
ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kulawi.
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dalam pemberian
ASI Eksklusif
b. Untuk mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
c. Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan perilaku
ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pengembangan ilmu pengetahuan , memberikan informasi tambahan , dan
dapat dijadikan sumber acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya
tentang dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat praktis
a. Bagi masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi sebuah informasi bagi masyarakat
akan pentingnya dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif
b. Bagi petugas kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi data dan sebagai sumber informasi
bagi petugas kesehatan mengenai pentingnya dukungan dalam proses
pemberian ASI eksklusif , sehingga petugas kesehatan dapat
memberikan edukasi dan penyuluhan mengenai pentingnyan
dukungan dalam proses pemberian ASI eksklusif
c. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan
pengalaman dalam dunia kesehatan sekaligus memberikan informasi
tentang pentingnya dukungan dalam proses pemberian ASI eksklusif ,
serta sebagai acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI eksklusif
2. Komposisi ASI
Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi , ras ,
keadaan nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium laktasi
adalah kolostrom , ASI transisi atau peralihan dan ASI matur
(Fikawati dkk,
2015).
a. Kolostrom
Cairan pertama kali yang keluar dari kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material
yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan sesudah masa puerperium. Kolostrom keluar
pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.
Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket dan berwarna
kekuning – kuningan. Cairan kolostrom mengandung tinggi
protein, mineral garam
vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang
tinggidibandingkan dengan ASI matur. Selain itu,
kolostrom rendah lemak dan laktosa. Protein utamanya adalah
5
immunoglobulin berguna sebagai antibodi untuk mencegah
dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume
kolostrom antara 150 – 300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom
hanya sedikit volumenya, tetapi volume tersebut.
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1 – 2 hari.
Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat
mengeluarkan zat – zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru
lahir dan mempersiapkan kondisi saluran pencernaan agar
siap menerima makanan yang akan datang (Nugroho, 2011).
b. ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI
matur. ASI peralihan keluar sejak hari ke 4 – 10 pasca
persalinan. Volumenya bertambah banyak dan ada perubahan
warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun,
sedangkan kadar lemak dan laktosa meningkat (Nugroho,
2011).
c. ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai
seterusnya. Komposisi relative konstan (pula yang
menyatakan bahwa kompisisi ASI relative mulai konstan
pada minggu ke 3
– minggu ke 5), dan tidak mudah menggumpal jika
dipanaskan. ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau
pada 5 menit pertama disebut sebagai foremilk. Foremilk
lebih encer, kandungan lemak nya lebih rendah namun tinggi
laktosa, gula protein, mineral dan air (Nugroho, 2011
3. Manfaat ASI
ASI membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi), membantu
pertumbuhan dan perkembangan psikologi bayi melalui interaksi dan
kontak langsung antara ibu dan bayi. Ibu yang berhasil menyusui
bayinya secara eksklusif akan merasakan kepuasan dan kebahagiaan
yang mendalam (Haryono dan Setianingsih, 2014).
ASI dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Memberikan ASI
sebagai makanan terbaik bagi bayi merupakan awal langkah untuk
membangun manusia indonesia yang sehat dan cerdas di masa depan.
ASI mengandung nutrisi atau zat gizi yang paling sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kandungan gizinya yang
6
sesuai kebutuhan bayi menjadikan ASI dapat mencegah kerusakan
gigi. Makanan dan minuman selain ASI yang diberikan pada bayi
menjadi perantara masuknya virus dan bakteri ke tubuh bayi. Angka
morbiditas dan mortalitas penyakit diare akibat infeksi meningkat
setelah bayi mendapatkan makanan tambahan. Sekitar 40% penyebab
kematian bayi dikarenakan oleh penyakit infeksi yaitu pneumonia dan
diare (Fikawati dkk, 2015).
Proses menyusui dapat meningkatkan kadar oksitosin yang
berguna untuk kontraksi atau penutupan pembuluh darah sehingga
apabila ibu menyusui bayi segera setelah melahirkan maka
kemungkinan terjadinya pendaharan akan berkurang. Hal ini pun akan
mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena kekurangan zat
besi. Peningkatan kadar oksitosin ini juga akan membantu rahim
kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan rahim ini lebih
cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui (Haryono dan
Setianingsih, 2014).
Memberikan ASI merupakan cara yang tepat mengeluarkan kalori
sebab setiap harinya ibu membutuhkan energi 700 Kal untuk
memproduksi ASI. 200 Kal diantara diambil dari cadangan lemak
ibu. Ibu yang ingin mengembalikan berat badan dapat melakukannya
tanpa harus membatasi makan karena tuntuan penyediaan ASI untuk
bayi usia
4 – 6 bulan memerlukan energi yang tinggi (Fikawati dkk, 2015).
Pada
6 bulan pertama pemberian ASI juga dapat menunda kehamilan.
Sebesar
98% ibu tidak akan mengalami hamil pada 6 bulan pertama
melahirkan apabila ibu memberikan ASI secara eksklusif dan ibu
belum mengalami haid (Haryono dan Setianingsih, 2014).
B. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Perilaku
Perilaku pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai2 unsur
pokok , yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata). Sedangkan stimulus atau
rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu sakit & penyakit,
system pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
13
Perilaku pemberian ASI Eksklusif yaitu hanya memberikan ASI
tanpa makanan pendamping apapun selama usia bayi 0-6 bulan.
Pemberian ASI Eksklusif merupakan upaya untuk mencegah penyakit
dan kematian pada bayi. Hal ini karena ASI mengandung nutrisi
termasuk adanya faktor imunitas ( Morrow & Rangel, 2004
dalam Aprihastiwi, 2015)
2. Unsur - unsur perilaku kesehatan
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu
bagaimana manusia berespon, baik secara pasif mengetahui,
bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada
pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang
dilakukan sehubungan dengan penyakit atau sakit terscbut
b. Perilaku terhadap system pelayanan kesehatan adalah respon
seseorang terhadap system pelayanan kesehatan baik
pelayanan system kesehatan modern maupun tradisional.
Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan,
cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang
terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan
fasilitas, petugas dan obat-obatan
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respon
seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
A. Kerangka Konsep
Dukungan keluarga dalam pemberian Perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif :
ASI Eksklusif :
1. Baik
1. Dukungan informasi 2. Cukup
2. Dukungan penilaian 3. Kurang
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan emosional
20
Keterangan :
: Variabel diteliti
: Garis penghubung
B. Hipotesis
1. Variabel
Variabel penelitian merupakan bagian terpenting dalam sebuah
penelitian (Swarjana, 2015). Variabel merupakan perilaku atau karakteristik
yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu, misalnya pada benda, manusia
dan lainnya (Nursalam, 2013).
a. Variabel Independent
21
Variabel independet merupakan variabel yang
menyebabkan adanya suatu perubahan terhadap variabel yang lain
(Swarjana, 2015). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
dukungan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif.
b. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah merupakan variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain , variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena variabel bebas (Swarjana, 2015). Variabel dependent
dalam penelitian ini adalah perilaku ibu dalam pemberian ASI
eksklusif.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah fenomena observasional
yang memungkinkan peneliti untuk menguji secara empiric apakah
outcome yang diprediksi tersebut benar atau salah (Thomas dkk 2010
dalam Swarjana,2015).
22
Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi Tengah (2022).Profil Dinas Kesehatan Profinsi Sulawesi
Tengah Tahun 2022
Dini K.(2017)Dukungan Ibu Merua dan Karakteristik Ibu terhadap Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif.Jurnal Ilmiah WIDYA.4,234-232.Diakes pada tanggal 12 Januari 2021di https://e-
journal.jurwidyakop3.com/index.php./jurnalilmiah/article/view/283/265
Depkes RI. (2018). Manfaat ASI Ekslusif Untuk Ibu dan Bayi.
FOyay Florince Aleda, Sartono Agus, Handarsari Erma.(2020). Dukungan Ibu Kandung,
Mertua dan Suami dengan Praktek Asi Eksklusif (0-6 Bulan) di Kampung Sereh Wilayah
Puskesmas Sentani Papua. Jurnal Gizi.9,159-166. Diakses pada tanggal
12 Januari 2021 di https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/5683
Fikawati S, Syafiq A, Karima K. (2015). Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada. P. 53-117.
Habibah, N. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui Dengan Keadaan
Puting Susu Lecet Di Kelurahan Hajoran Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 6(2), 174–179.
https://ojs.stikes.gunungsari.id
Haryono R, Setianingsih, S. 2014. Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati Anda.
Yogyakarta: Gosyen Publising.
Kemenkes, RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2020 tentang Standar Antropometri Anak. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Jakarta.
Morrow AL dan Rangel JM Human milk protection against infectious diarrhea :
implications for prevention and clinical care.Semin Pediatr Infect Dis 2004;15:221-228
Nugroho, Taufan. (2011). Buku Ajar Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Nursalam (2013) Metode Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktisi Edisi
3.Jakarta:Salemba Medika
Nurdiyanah, N., & Nildawati, N. (2015). Perilaku Pemberian Asi Eksklusif di Puskesmas
Bara-Baraya Kota Makassar. Al-Sihah: The Public Health Science Journal,
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-n
Sihah/article/download/1979/1904.
Oktanila Ona, Muniroh Lailatul, Adiningsih Sri.(2015). Hubungan Dukungan Suami Dan
Dukungan Keluarga Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Anggota Kelompok
Pendukung Asi (KP-ASI).Media Gizi Indonesia.10, 64-70. Diakses pada tanggal 12
Januari 2021 di https://e- journal.unair.ac.id/MGI/article/viewFile/3128/228
Purnama Pris Rakhmi Ayu, Rahmatika Rina.(2016). Perbedaan Dukungan Sosial Dari Ibu
Mertua Pada Ibu Menyusui Yang Bekerja Dan Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi
Undip.15,21-35. Diakses pada tanggal 12 Januari 2021 di
https://ejournal.undip.ac.id/index.p hp/psiko lfile:///C:/Users/ASUS/Downloads/123-Article
%20Text-352-1-10-20230126.pdfogi/article/view/12989/9728
Ratnasari, R D. (2019). Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri Ibu Pada
Roesli,Utami(2018).MengenalAsiEksklusifJakarta:TrubusAgriwidy
.https://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP
UNICEF (2018). Undernutrition contributes to nearly half of all deaths in children under 5
and is widespread in Asia and Africa. https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition/
WHO Air. (2019). Exclusif Breastfeeding For Optimal Growth, Development And Health Of
Infants. In: WHO. Poltekkes Jogja