LITERATURE REVIEW
OLEH :
I GUSTI AGUNG AYU MIRA DEWI
NIM P07124220054
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi sampai usia 6
bulan karena mengandung berbagai nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh bayi
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Pemberian ASI eksklusif di negara
berkembang berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi/ tahun. Atas dasar
No. 450/Menkes/SK/ IV tahun 2004 untuk memberi ASI eksklusif sampai bayi
berusia 6 bulan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi mulai dari
lahir sampai berumur 6 bulan tanpa diberi makanan tambahan apapun, bahkan air
2030 memuat tentang indikator kesehatan anak yang mana menyusui merupakan
salah satu langkah pertama bagi seorang manusia sejahtera, namun sayangnya
tidak semua orang mengetahui hal ini. Banyak bayi dan anak-anak tidak
menerima nutrisi secara optimal, dimana hanya sekitar 36% dari bayi usia 0
sampai 6 bulan di seluruh dunia yang diberikan ASI eksklusif selama periode
Proporsi pemberian ASI saja (Eksklusif) menurut data Riskesdas Tahun 2018
yaitu ASI eksklusif 37,3% yang mana masih sangat jauh dari target yang
ditetapkan. Pada Tahun 2019 Provinsi Bali mencatat cakupan pemberian ASI
eksklusif sebesar 73,8% dan capaian ini sudah melampaui target Standar
Kesehatan Kabupaten Badung tahun 2019 cakupan ASI Ekslusif belum mencapai
target yaitu capaiannya sebesar 66,75%, dimana pada Profil Kesehatan Kabupaten
satu Puskesmas yang tidak mencapai target SPM . Dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir dilihat dari data Profil kesehatan Puskesmas Abiansemal I Capaian ASI
mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif yaitu pada Tahun 2016
capaian 67,39%, Tahun 2017 capaian 63,6%, Tahun 2018 capaian 76,1% ,Tahun
2019 capaian 66,7% sementara pada Tahun 2020 justru mengalami penurunan
dengan capaian 58,37%, hal ini menjadi pertanyaan karena logikanya selama
musim pandemi Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia diawal Tahun 2020
seyogyanya ibu lebih banyak waktu untuk menyusui bayinya secara ekslusif
karena aturan bekerja dari rumah (work from home), belajar dan beribadah dari
rumah serta banyak pegawai yang dirumahkan terutama bagi ibu yang bekerja di
sektor pariwisata disamping juga adanya wacana dirumah saja selama musim
pandemi.
kandungan gizi pada air susu ibu (Lestari, 2018). Manfaat tesebut antara lain:
juga sebaliknya pemberian ASI yang tidak optimal memberi dampak negatif pada
kesehatan bayi antara lain : infeksi neonatal, diare, infeksi saluran pernafasan
pada balita hingga meningkatnya kejadian stunting. ASI yang pertama kali keluar
(kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh dari ibu yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian bayi seperti diare,
ISPA, dan radang paru-paru (WHO dan Unicef, 2003).. Hal tersebut menjelaskan
betapa penting dan banyaknya manfaat ASI yang diberikan pada ibu dan bayi.
Namun pada kenyatannya masih banyak ibu nifas yang tidak memberikan ASI
pada bayinya yang disebabkan oleh banyak factor, baik faktor internal seperti
pemberian ASI Ekslusif mengatur tentang hak bayi memperoleh ASI ekslusif,
selain motivasi dari ibu sendiri juga diperlukan dukungan sosial. Dukungan
merupakan suatu informasi verbal maupun non verbal oleh orang terdekat, jenis
semangat, dukungan emosional berupa rasa empati seperti peduli pada keluhan
yang dirasakan ibu, dukungan informasi berupa penjelasan tentang masalah yang
dihadapi ibu, dukungan penilaian berupa pujian dan apresiasi ( Subrata, 2012 ).
ibu adalah dukungan keluarga, dalam hal ini yang paling terdekat adalah suami
ASI Eksklusif pada ibu (Orisinal, 2019). Dukungan Merupakan upaya yang
diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materiil untuk memotivasi orang
father adalah peran suami dengan cara memberi dukungan kepada ibu menyusui
menyusui ASI secara eksklusif. Peran breastfeeding father menjadi hal yang
wajib dilakukan oleh ayah agar mendukung pemberian ASI eksklusif, sehingga
proses menyusui secara eksklusif oleh ibu dapat berjalan dengan sukses (Ariani,
2010).
ASI eksklusif bisa tercapai. Dalam penelitian Rahma (2011) menyebutkan banyak
hal yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI baik yang bersifat internal
sosial dari masyarakat, keluarga dan suami). Salah satu yang mempengaruhi
pemberian ASI ekslusif adalah dukungan orang terdekat yaitu suami. Senada
dengan hal tersebut penelitian Ramadani (2010) menegaskan ada hubungan antara
dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang mendapat
eksklusif sebesar dua kali dibanding ibu yang kurang mendapat dukungan dari
suaminya.
pada ibu yang mendapatkan dukungan dari suami dibandingkan yang tidak
mendapat dukungan dari suami , dimana selama prosesnya ibu menyusui perlu
Ariani. H. 2010. Ibu susui aku, bayi sehat dan cerdas dengan ASI. Bandung:
Khasanah Intelektual.
Ariani, H.2010. Tips Soal ASI dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019. Profil Kesehatan Propinsi Bali Tahun
2019. Dinkes Bali. Bali.
Eveline & Djamaludin, N. 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi Dan Balita.
Jakarta: Wahyumedia.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Handayani. dkk. 2015. Gambaran dukungan suami dalam Pemberian ASI Ekslusif
di Posyandu Padasuka Kota Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan
Indonesia ,Vol.1 No.2 Desember 2015
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid
I.Salemba
Moehji S, 2009. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Papas Sinar Sinanti.
Jakarta.
______. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Edisi kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Pieter, H.Z dan Lubis, N.L. 2013. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Prasetyono, D.S. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif: Pengenalan, Praktik, dan
Kemanfaatan-kemanfaatannya. DIVA Press: Jogjakarta
Ramadani.M dan Hadi Ella Nuriaella. 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian
ASI Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol 4 No.6 Juni 2010
Rahma, L. 2011. Atribusi tentang kegagalan ASI pada Ibu Pekerja: Sebuah studi
fenomenologi. Proyeksi, 6(1),62-70.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Graha Ilmu
WHO dan UNICEF. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding.
Geneva: WHO and UNICEF. 2003
World Health Organization. 2009. Infant and Young Child Feeding: Model
Chapter for Textbooks for Medical Students and Allied Health Professionals,
1‒112