Anda di halaman 1dari 53

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS RAWAT INAP


MUARA PINANG KABUPATEN EMPAT LAWANG

PROPOSAL

OLEH :
RENSI APRIANI
20220007P

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang
berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di
Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini penulis
banyak mendapatkan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Kamaludin, SE. MM selaku Rektor Universitas Dehasen
Bengkulu.
2. Ibu Dr. Ida Samidah, S.Kp, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
3. Ibu Ns. Berlian Kando Sianipar, S.Kep, M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
5. Ibu Fiya Diniarti, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat (S1) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
6. Ibu Dr. Tuty Handayani, S.SIT, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Utama yang
selalu sabar dan profesional banyak memberikan masukan dan bimbingan dalam
penyusunan proposal ini.
7. Bapak Darmawansyah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang selalu sabar dan profesional banyak memberikan masukan dan bimbingan
dalam penyusunan proposal ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

ii
9. Pimpinan Puskesmas Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat
Lawang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
10. Seluruh mahasiswa di Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan dari isi maupun tehknik penulisan. Oleh
karena itu, dengan segala hal kerendahan hati penulis mengharapkan saran serta kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan proposal ini. Dengan segala keterbatasan
yang ada, semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Empat Lawang, Mei 2022


Penulis

Rensi Apriani
NPM. 20220007P

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI Eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, yang dimaksud secara

murni adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 0-6 bulan tanpa ada tambahan

cairan apapun. Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk

semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih

sehat dan menarik. Perusahaan lingkungan, dan masyarakatpun akan lebih

mendapat keuntungan (Roesli, 2017).

ASI eksklusif untuk bayi yang diberikan ibu ternyata mempunyai peranan

penting, yakni meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Karenanya, bisa mencegah

bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan bayi. ASI

mengandung zat antibodi pembentuk kekebalan tubuh. Zat inilah yang bisa

membantunya untuk melawan bakteri dan virus. Hasilnya bayi pun lebih kecil

kemungkinan untuk terserang penyakit, seperti diare, alergi, dan lain-lain (Wiji,

2018).

Manfaat ASI eksklusif bagi bayi juga bisa membantu perkembangan otak

dan fisiknya. Hal tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6 bulan seorang bayi

belum diizinkan mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI. Oleh karena itu, selama

enam bulan berturut-turut, ASI yang diberikan pada bayi tentu saja memberikan

dampak yang besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya

1
2

(Baskoro, 2018).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy For

Infant and Young Child Feeding, WHO merekomendasikan empat hal penting

yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera

dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu

(ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6

bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI), keempat

memberikan kasih sayang dan perhatian pada bayi (WHO, 2020).

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya terkandung di

dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan

pertumbuhan sampai usia bayi 6 bulan. Setelah itu, ASI hanya berfungsi sebagai

sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan

tambahan. Untuk itu ASI sangat penting untuk perkembangan bayi (Wiji, 2018).

Pemberian ASI yang tidak eksklusif juga memberi dampak yang tidak

baik bagi bayi. Adapun dampak yang dapat terjadi pada bayi yang tidak mendapat

ASI eksklusif memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar

dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif (Kemenkes RI, 2020). Hal ini

sejalan dengan hasil riset WHO pada tahun 2019, menyebutkan bahwa 42 persen

penyebab kematian di dunia yang terbesar adalah malnutrisi (58%). ''Malnutrisi

seringkali terkait dengan asupan ASI, dan seringkali pemberian makanan

pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman (WHO, 2020).


3

Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain

Pengetahuan ibu, umur, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, paritas dan

kondisi kesehatan ibu. Sementara itu faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal

antara lain pendapatan keluarga, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu

formula yang intensif, keyakinan keliru yang berkembang dimasyarakat dan

kurangnya penerangan dan dukungan keluarga terhadap ibu dari orang terdekat

ibu seperti, suami, ibu, mertua, dan lain-lain (Widiastuti, 2017).

Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari

informasi yang disampaikan oleh guru, orangtua, buku, dan surat kabar.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo, 2018). Pengetahuan tentang ASI

eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku/sikap ibu yang diakibatkan oleh

masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makan pada bayi

seperti pemberian madu. Perilaku menyusui yang kurang mendukung diantaranya

membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih dan kotor,pemberian

makanan/ minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), serta kurangnya rasa percaya

diri informan bahwa ASI tidak cukup untuk bayinya (Roesli, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurleli dkk (2017), dari hasil uji chi

square didapatkan nilai p=0,000, lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan signifikan dengan tindakan

pemberian ASI eksklusif.

Pengetahuan merupakan dasar yang paling penting dalam membentuk


4

tindakan seseorang. Ibu perlu memiliki pengetahuan tentang ASI Eksklusif,

karena beberapa penelitian mengungkapkan dengan rendahnya pengetahuan ibu

menjadi salah satu penyebab utama ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya (Nurheti, 2018).

ASI eksklusif sangat sulit untuk dicapai standar nasionalnya, bahkan

masih jauh dari target. Salah satu penyebab masih rendahnya cakupan ASI

Eksklusif adalah pada ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif

seringkali mengalami hambatan, meski itu bukan satu-satunya faktor penyebab

kegagalan serta gencarnya promosi produk susu formula dikalangan masyarakat.

Ibu yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI Eksklusif seringkali mengalami

hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan mengakibatkan

sebelum masa pemberian ASI Eksklusif berakhir mereka sudah harus kembali

bekerja, (Djitowiyono, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Timporok dkk (2018), dari hasil uji

hipotesis menggunakan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05%),

menunjukkan ada hubungan antara status pekerjaan Ibu dengan pemberian ASI

eksklusif pada bayi dimana nilai p=0,000 lebih kecil dari 0,05%.

Menurut Danso (2018) ibu yang bekerja mengalami kesulitan dalam

memberikan ASI eksklusif karena harus membagi waktu dengan pekerjaannya.

Kebanyakan yang terjadi pada ibu yang bekerja bekerja, waktu merawat bayinya

lebih sedikit, sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada

bayinya.
5

Dalam Notoatmodjo (2018) bahwa Lawrence Green mengatakan sikap

merupakan faktor pemudah atau predisposisi dan faktor pendorong yang terwujud

dalam tindakan. Ibu dapat mempunyai sikap positif atau negatif karena adanya

faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman

pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan juga pengaruh faktor emosional.

Penelitian yang dilakukan oleh Prahesti (2018), didapatkan nilai Chi

Square sebesar 0,005, dengan nilai probabilitas sebesar 0,005 < 0,05 maka

disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan sikap ibu

dalam pemberian ASI terhadap keberhasilan ASI ekslusif di Puskesmas Kotagede

I Yogyakarta.

Sikap positif dapat mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI ekslusif

kepada bayinya, sehingga bayi bisa merasakan manfaat ASI. Dengan pemberian

ASI, angka kesakitan dan kematian bayi menurun dan alergi terhadap makanan

lebih sedikit. Sikap negatif dapat mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI

ekslusif sehingga dapat berdampak buruk pada bayi. Bayi yang tidak mendapatkan

ASI ekslusif lebih rentan terhadap diare, muntah, sulit buang air besar, dan

obesitas (suradi, 2016).

Keberhasilan ibu dalam memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tidak

lepas kaitannya dari dukungan dan peran keluarga yang selalu memberikan

semangat dan kepedulian kepada Ibu yang sedang menyusui, terutama dukungan

suami yang sangat di butuhkan ibu untuk meningkatkan semangatnya


6

dalam menyusui bayinya hingga 6 bulan. (Wahyuningsih, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Rambu (2019), berdasarkan hasil analisis

Chi Square X2 hitung > X1 tabel (7.450 > 6.323) diperoleh nilai ρ < α = 0,05 yaitu

0,006. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan

keluarga dengan pemberian ASI ekslusif pada bayi di Puskesmas Biak Kota.

Pelaksanaan pemberian air susu ibu (ASI) sangat memerlukan dukungan

dari keluarga terutama suami. Dukungan dari keluarga memiliki peran yang sangat

besar dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dukungan keluarga terdiri

dari dukungan instrumental, dukungan emosional,dukungan informasi dan

penghargaan (Roesli, 2017).

Menurut WHO (2019), dari 136, 7 juta bayi yang dilahirkan diseluruh dunia

hanya 32% dari mereka yang mendapat ASI secara eksklusif pada enam bulan

pertama dibandingkan negara berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan

ASI eksklusif (WHO, 2020).

Pemerintah Indonesia menetapkan target, sekurang-kurangnya 80% ibu

dapat menyusui bayi nya secara eksklusif. Pelaksanaan pemberian ASI tercantum

dalam UU Kesehatan NO.33 tahun 2012, pasal 6 yang isinya “Setiap Ibu yang

melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya”

(Kemenkes RI, 2020)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019,

cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan sebesar 66,69%.

Angka ini mengalami kenaikan pada tahun 2020 menjadi 69,62% dan kembali
7

terjadi peningkatan di tahun 2021 dengan cakupan pemberian ASI Eksklusif

sebesar 71,50%. Akan tetapi walaupun setiap tahun mengalami peningkatan,

capaian pemberian ASI Eksklusif di Indonesia, belum mencapai dari target

nasional sebesar 80% (Badan Pusat Statistik, 2022).

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), di Propinsi Sumatera Selatan, pada

tahun 2019, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan sebesar

64,39%. Angka ini mengalami kenaikan pada tahun 2020 menjadi 68,06% dan

kembali terjadi peningkatan di tahun 2021 dengan cakupan pemberian ASI

Eksklusif sebesar 69,95%, (Badan Pusat Statistik, 2022).

Di Kabupaten Empat Lawang, cakupan pemberian ASI Eksklusif juga

masih jauh dari standar nasional sebesar 80% dan cakupan terendah terdapat di

Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang. Pada tahun 2018, cakupan pemberian ASI

Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang sebanyak 53,7 % dan

meningkat pada tahun 2019 menjadi 54,7%, serta kembali terjadi peningkatan

capaian pemberian ASI Eksklusif tahun 2020 sebesar 59,2% (Dinas Kesehatan

Kabupaten Empat Lawang, 2021).

Berdasarkan survei awal dan wawancara langsung yang dilakukan

diwilayah Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang dari 13 responden 10 orang

diantaranya tidak mengetahui manfaat ASI sedangkan 7 orang ibu yang bekerja

tidak memberikan ASI selama bekerja karena merasa tidak nyaman, repot

dan tidak memungkinkan untuk membawa bayinya ketempat bekerja serta 8

orang ibu tidak menyusui dengan alasan tidak ada dukungan keluarga hal itu
8

terlihat dari tidak adanya dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan

yang praktis seperti menggendong dan menenangkan bayi yang sedang

gelisah, mengganti popok bayi, memandikan bayi serta semua pekerjaan

rumah tangga dilakukan oleh ibu sendiri tanpa bantuan suami atau anggota

keluarga lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, yang menjadi rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “Faktor-Faktor apa saja yang berhubungan dengan

Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang?”

C. TujuanPenelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI

Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan responden di Puskesmas

Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

b. Mengetahui distribusi frekuensi status pekerjaan responden di Puskesmas

Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.


9

c. Mengetahui distribusi frekuensi sikap responden di Puskesmas Rawat Inap

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang

d. Mengetahui distribusi frekuensi dukungan keluarga responden di

Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

e. Mengetahui distribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

f. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

g. Mengetahui hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif

di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

h. Mengetahui hubungan sikap dengan pemberian ASI Eksklusif di

Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang

i. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI

Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif. Penelitian ini juga

diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan modul ajar, dan dapat

dijadikan sebagai acuan dan perbandingan bagi peneliti lain yang akan

melakukan penelitian terkait pemberian ASI Eksklusif.


10

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang

Hasil penelitian ini dapat memberi masukan dalam merencanakan

program untuk upaya promotif dalam meningkatkan cakupan pemberian

ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang.

b. Bagi Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi

kebijakan untuk dapat meningkatkan program promotif dalam upaya

peningkatan cakupan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap

Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan Pemberian ASI Eksklusif dengan variabel dan metode yang

berbeda.

d. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi bagi

masyarakat tentang pemberian ASI Eksklusif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep ASI Eksklusif

1. Pengertian Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Menurut WHO (2020), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya

menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari

ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang

berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.

ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara

ibu melalui proses menyusui. ASI merupakan makanan yang telah disiapkan

untuk calon bayi saat ia pada masa kehamilan. Pada masa kehamilan ibu

hormon tertentu merangsang payudara untuk memperbanyak saluran-saluran

air susu dan kelenjar-kelenjar air susu (Wiji, 2018)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa pemberian makanan

tambahan lain pada umur 0-6 bulan. ASI eksklusif adalah perilaku dimana

hanya memberikan ASI saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan

dan ataupun minuman lain, sirup obat. ASI eksklusif atau lebih tepat

pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa

tambahan cairan lain, susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih tambah

makanan padat seperti makanan pisang, pepaya, bubur nasi dan tim (Roesli,

2017).

11
12

Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua,

bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat

dan menarik. Perusahaan lingkungan, dan masyarakat pun akan lebih

mendapat keuntungan (Roesli, 2017).

ASI Eksklusif sangat penting untuk penting peningkatan SDM kita di

masa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini.

Memberikan ASI secara Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan

menjamin tercapainya perkembangan potensial kecerdasan anak secara

optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan kebutuhan

bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi

agar tumbuh optimal (Roesli, 2017)

Menurut Wiji (2018), pengaturan mengenai pemberian ASI Eksklusif

juga diatur dalam pasal 128 dan 129 UU RI No.36 Tahun 2009 dan PP No.33

Tahun 2012 yang berbunyi:

a. Undang-undang RI No.36 Tahun 2009

Berbagai tindakan yang dengan sengaja menghalangi program

pemberian ASI Eksklusif dapat dikenai pidana penjara paling lama 1

tahun dan denda paling banyak 100 juta rupiah. Undang-undang ini telah

disahkan oleh presiden bersama Menteri Hukum dan hak azasi manusia

RI pada tanggal 13 Oktober 2000. Dalam UU kesehatan baru ini, hak

bayi mendapatkan ASI Eksklusif dijelaskan dalam:


13

1) Pasal 128

a) Ayat 1: Setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)

Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan, kecuali atas indikasi

medis.

b) Ayat 2: Seseorang ibu sangat membutuhkan dukungan keluarga

dari orang-orang sekitar terutama dari keluarga seperti, suami,

orang tua, orang lingkungan kerja. Demi kelancaran pemberian

ASI pada bayinya.

c) Ayat 3: Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diadakan ditempat kerjanya dan tempat sarana umum.

2) Pasal 129

a) Ayat 1: Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan

dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan Air Susu Ibu

secara Eksklusif.

b) PP No.33 Tahun 2012 Tentang pemberian ASI Eksklusif telah

diterbitkan sejak 1 Maret 2012. Tujuan PP tersebut adalah:

(1) Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI

Eksklusif sejak lahir sampai dengan usia 6 bulan dengan

mempertahankan pertumbuhan dan perkembangannya.

(2) Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif kepada bayinya.


14

(3) Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,

pemerintah daerah, dan pemerintah terhadap pemberian ASI

Eksklusif

2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif

Berikut merupakan berbagai manfaat ASI selain bagi ibu dan bayi, ASI

juga bermanfaat bagi keluarga dan Negara (Wiji, 2018):

a. Bagi Bayi

1) Dapat memenuhi kehidupan dengan baik

Bayi mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan

dengan baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik,

dan mengurangi kemungkinan obesitas.

2) Mengandung antibodi

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin

(zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta,

tetapi kadar zat tersebut dengan cepat akan menurunkan segera setelah

kelahirannya. Bayi baru lahir akan memprediksi sendiri

immunoglobin bawaan dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri

oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadialah suatu periode

kesengajaan immunoglobin pada bayi. Kesengajaan tersebut hanya

dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI.

3) ASI mengandung komposisi yang tepat

Dimaksud dengan ASI mengandung komposisi yang tepat


15

adalah karena ASI berasal dari berbagai bahan makanan yang baik

untuk bayi yang terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup

kualitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 0-6 pertama.

4) Memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan

hubungan antara ibu dan bayi

Hubungan fisik ibu dan bayi yang mengakibatkan

perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke bayi yang mengakibatkan

perkembangan psikomotor maupun social yang lebih baik. Hormon

yang terdapat dalam ASI juga dapat memberikan rasa nyaman. hal ini

dapat membantu menenangkan bayi dan membuat bayi tertidur pulas

atau nyenyak. Secara psikologis menyusui juga baik bagi bayi dan

meningkatkan ikatan dengan ibu.

5) Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem Immunoglobin belum sempurna.

Pemberian susu formula akan merangsang aktivitas sistem ini dan

dapat menimbulkan alergi. Pemberian protein asing yang ditunda

sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi.

6) ASI meninggalkan kecerdasan bagi bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang mengandung

omega3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga jaringan otak bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif akan tumbuh optimal.

b. Bagi keluarga

1) Aspek ekonomi
16

Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran

keluarga. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga

disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sekali

mengurangi biaya berobat.

2) Aspek psikologi

Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang

sehingga suasana kejiwaan ibu baik dapat mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga.

3) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak,

botol, dan dot yang harus dibersihkan serta meminta pertolongan

orang lain. Jika bayi menangis tengah malam ibu tidak perlu bangun

dan membuatkan susu, cukup dengan menyusui bayinya dengan

sambil berbaring, hal ini lebih praktis daripada memberikan bayi susu

formula.

c. Bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi

Adanya factor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI

menjamin status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.

Beberapa penelitian epidemiologi menyatakan bahwa ASI melindungi


17

bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan

infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah.

2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawatan gabungan

akan memperpendek lama rawatan ibu dan bayi, mengurangi

komplikasi persalinan dan infeksi nonsokimial serta mengurangi biaya

yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan

ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang

mendapatkan susu formula.

3) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara

optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

Anak yang diberi ASI memiliki IQ, EQ dan SQ yang baik yang

merupakan kualitas yang baik penerus bangsa.

d. Bagi Ibu

1) Menambah panjang kembakinya kesuburan pasca melahirkan.

2) Memberikan jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda

kehamilan berikutnya.

3) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak

membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi.


18

4) Ibu lebih cepat langsing, penelitian membuktukan bahwa ibu

menyusui 6 bulan lebih langsing dibandingkan dengan ibu menyusui 4

bulan.

5) Lebih ekonomis.

3. Komposisi Gizi dalam ASI

Berikut ini beberapa zat yang terkandung di dalam air susu ibu, yaitu

(Wiji, 2018):

a. Karbohidrat

Laktosa (gula susu) merupakan bentuk utama karbohidrat dalam

ASI dimana keberadaannya secara proporsional lebih besar jumlahnya

dari pada susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah

bermetabolisme menjadi dua gula biasa (galaktosa dan glukosa) yang

diperlukan bagi bayi.

b. Protein

Protein utama dalam ASI adalah air didih. Mudah dicerna, air didih

menjadi kerak lembut dari mana bahan-bahan gizi siap diserap ke dalam

aliran darah bayi. Sebaiknya, kasein merupakan protein utama dalam susu

sapi. Ketika susu sapi atau susu formula dari sapi diberikan kepada bayi,

kasein membentuk kerak karet yang tidak mudah dicerna, kadang-kadang

memberikan protein dalam ASI memainkan peranan penting dalam

melindungi bayi dari penyakit dan infeksi. Beberapa jenis asam amino

tertentu, yaitu sistin, tauri, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa


19

yang berperan dalam proses ingatan.

Sistin dan taurin merupakan dua macam asam amino yang tidak

terdapat dalam susu sapi. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan somatik.

Taurin merupakan neotransmitter yang baik untuk perkembangan otak

anak. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI

yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk

proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa

defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

c. Lemak

Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi

sumber energy utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh.

Lemak berfungsi sebagai penghasil kalori/energy utama menurunkan

resiko penyakit jantung di usia muda.

Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu:

asam linoleat dan asam alda linoleat yang akan diolah oleh tubuh bayi.

Ciri-ciri khas lemak dalam ASI secara rinci dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya.

2) Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan

hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit

pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian.


20

3) Kadar lemak pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan

terus berubah menurut perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang

diperlukan.

4) Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang

yang dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna

karena mengandung enzim lipase.

5) Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.

Susu formula tidak mengandung Enzim, karena enzim akan mudah

rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, maka bayi akan sulit

menyerap lemak ASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena

Diare.

d. Garam dan Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative

rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.

Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat

stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.

Zat besi membantu pembentukan darah untuk menghindarkan bayi dari

penyakit kurang darah atau anemia. Ferum (Fe) rendah tapi mudah

diserap.

e. Vitamin
21

ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan bayi. ASI

mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan bayi

sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum

mampu membentuk vitamin K.

Vitamin-vitamin tersebut, adalah Vitamin: ADEK antara lain

sebagai berikut ini;

1) Vitamin A, vitamin yang sangat berguna bagi perkembangan

penglihatan bayi.

2) Vitamin D

3) Vitamin E terdapat terutama dalam kolostrum.

4) Vitamin K berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah

terdapat dalam ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap.

Karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

maka setelah lahir, biasanya bayi diberikan tambahan vitamin K.

4. Jenis ASI Berdasarkan Produksi

ASI adalah makanan bayi. Air susu khusus dibuat untuk bayi untuk

bayi. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna serta sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI mudah dicerna, karena selain

mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk

mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung

zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan

perkembangan kecerdasan bayi/ anak (Wiji, 2018).


22

a. Kolostrum

Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari

ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum adalah cairan yang berwarna

kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi dan

sedikit lemak dari pada susu yang matang. Kolostrum merupakan cairan

yang agak kental yang banyak mengandung protein, antibody (kekebalan

tubuh), mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih.

Tabel 1. Kandungan dan Manfaat Kolostrum

No Kandungan Kolostrum Manfaat Kolostrum


1 Kaya Antibodi Melindungi bayi terhadap infeksi dan
alergi.
2 Banyak sel darah putih Melindungi bayi terhadap infeksi
3 Pencahar Membersihkan air ketuban dan
membantu mencegah bayi kuning
4 Faktor-faktor Membantu usus bayi berkembang
pertumbuhan lebih matang
5 Kaya vitamin A Mengurangi keparahan infeksi dan
mencegah penyakit mata pada bayi

b. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

Merupakan ASI yang dihasilkan mulai dari keempat sampai hari

kesepuluh. Pada masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori

yang lebih tinggi dan protein yang lebih rendah daripada kolostrum.

c. ASI mature

ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai dari kesepuluh

sampai seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah

disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini


23

berwarna putih kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih

banyak kalori dari pada susu kolostrum ataupun transisi.

Table 2. Komposisi Kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi ASI mature


Energi (kg kla) 57, 0 63, 0 65, 0
Laktosa (gr/ 100 ml) 6, 5 6, 7 7, 0
Lemak (gr/ 100 ml) 2, 9 3, 6 3, 8
Protein (gr/ 100 ml) 1, 195 0, 965 1, 324
Mineral (gr/ 100 ml) 0, 3 0, 3 0, 2
Ig A (mg/ 100 ml) 335, 9 - 119, 6
Ig G (mg/ 100 ml) 5, 9 - 2, 9
Ig M (mg/ 100 ml) 17, 1 - 2, 9
Lisosim (mg/ 100 ml) 14, 2-16, 4 - 24, 3-27, 5
Laktoferin 420-520 - 250-270

5. Cara Menyusui yang Benar

Menurut Wiji (2018), cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut.

a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di

sekitar puting, duduk atau berbaring dengan santai.

b. Ibu harus mencari posisi nyaman, seperti duduk atau berbaring dengan

santai saat ibu harus merasa relaks.

c. Lengan ibu menopang di kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala

dan tubuh berada dalam garis lurus) maka bayi menghadap ke payudara

ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu. Posisi bayi sedemikian rupa

sehingga perut bayi menghadap perut bayi. Bayi seharusnya berbaring

miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepala harus sejajar


24

dengan tubuhnya, tidak melengkung ke belakang/ menyamping, telinga,

bahu, dan panggul bayi berada dalam garis lurus.

d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan

mengamati bayi yang siap menyusu. Membuka mulut, bergerak mencari,

dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak

harus mencondongkan badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya

untuk mencapai puting susu ibu.

e. Ibu menyentuh puting susu ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi

terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu hingga

bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara

dengan satu tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara

dan ibu jari di atas payudara.

f. Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu

rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara.

g. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh

bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus

lurus, hadapkan bayi ke dada ibu sehingga hidung bayi ke badan ibu,

menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut

bayi terbuka lebar.

h. Jika bayi selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi

dengan cara masukkan jari kelingking ibu di antara mulut dan payudara.
25

i. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau

menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung

bayi.

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan ASI Eksklusif

Menurut Retno (2018), pemberian ASI esklusif selama enam bulan pada

kenyataannya tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak faktor yang

mempengaruhi kegagalan ibu memberikan ASI nya secara Eksklusif baik dari

dalam maupun dari luar.

Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan yang dibuat

ibu. Selama ini ibu merupaka figur utama dalam keputusan untuk memberikan

ASI atau tidak pada bayinya. Pengambilan keputusan ini dipengaruhi oleh banyak

faktor dari dalam dan dari luar diri ibu (Widiastuti, 2017).

Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal antara lain

Pengetahuan ibu, umur, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, paritas dan

kondisi kesehatan ibu. Sementara itu faktor dari luar diri ibu atau faktor eksternal

antara lain pendapatan keluarga, kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu

formula yang intensif, keyakinan keliru yang berkembang dimasyarakat dan

kurangnya penerangan dan dukungankeluarga terhadap ibu dari orang terdekat ibu

seperti, suami, ibu, mertua, dan lain-lain (Widiastuti, 2017).

1. Faktor Internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu itu

sendiri, meliputi ;
26

a. Faktor Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah untuk

menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan, termasuk mengenai ASI

Eksklusif .

b. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang manfaat dan tujuan pemberian

ASI Eksklusif bisa menjadi penyebab gagalnya pemberian ASI Eksklusif

pada bayi. Kemungkinan pada  saat pemeriksaan kehamilan (Ante Natal

Care), mereka tidak memperoleh penyuluhan intensif tentang ASI

Eksklusif , kandungan dan manfaat ASI, teknik menyusui, dan kerugian

jika tidak memberikan ASI Eksklusif .  

c. Faktor Sikap/Perilaku

Menurut Rusli (2017), dengan menciptakan sikap yang positif

mengenai ASI dan menyusui dapat meningkatkan keberhasilan pemberian

ASI secara esklusif.

d. Faktor psikologis

1) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita (estetika).

Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak

penampilan, dan khawatir dengan menyusui akan tampak menjadi tua.

2)   Tekanan batin.
27

Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat menyusui bayi

sehingga dapat mendesak si ibu untuk mengurangi frekuensi dan lama

menyusui bayinya, bahkan mengurangi menyusui.

e. Faktor Fisik ibu

Alasan Ibu yang sering muncul untuk tidak menyusui adalah

karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama.Sebenarnya jarang sekali ada

penyakit yang mengharuskan Ibu untuk berhenti menyusui.Lebih jauh

berbahaya untuk mulai memberi bayi berupa makanan buatan daripada

membiarkan bayi menyusu dari ibunya yang sakit.

f. Faktor Emosional

Faktor emosi mampu mempengaruhi produksi air susu ibu.

aktifitas sekresi kelenjar-kelenjar susu itu senantiasa berubah-ubah oleh

pengaruh psikis/kejiwaan yang dialami oleh ibu. Perasaan ibu dapat

menghambat /meningkatkan pengeluaran oksitosin. Perasaan takut,

gelisah, marah, sedih, cemas, kesal, malu atau nyeri hebat akan

mempengaruhi refleks oksitosin, yang akhirnya menekan pengeluaran

ASI. Sebaliknya, perasaan ibu yang berbahagia, senang, perasaan

menyayangi bayi; memeluk, mencium, dan mendengar bayinya yang

menangis, perasaan bangga menyusui bayinya akan meningkatkan

pengeluaran ASI.

2. Faktor Ekternal, yaitu faktor-faktor yang dipengaruhi oleh lingkungan,

maupun dari luar individu itu sendiri, meliputi ;


28

a. Faktor Dukungan Keluarga (Suami)

Menurut Akhmadi (2016), dari semua dukungan bagi ibu

menyusui dukungan sang ayah adalah dukungan yang paling berati bagi

ibu. Ayah dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI

khususnya ASI Eksklusif dengan cara memberikan dukungan secara

emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.  Untuk membesarkan

seorang bayi, masih banyak yang dibutuhkan selain menyusui seperti

menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah,

mengganti popok, memandikan bayi, membawa bayi jalan-jalan di taman,

memberikan ASI perah, dan memijat bayi. Kecuali menyusui semua tugas

tadi dapat dikerjakan oleh ayah.

Dukungan ayah sangat penting dalam suksesnya menyusui,

terutama untuk ASI Eksklusif.  Dukungan emosional suami sangat berarti

dalam menghadapi tekanan luar yang meragukan perlunya ASI. Ayahlah

yang menjadi benteng pertama saat ibu mendapat godaan yang datang dari

keluarga terdekat, orangtua atau mertua. Ayah juga harus berperan dalam

pemeriksaan kehamilan, menyediakan makanan bergizi untuk ibu dan

membantu meringankan pekerjaan istri.

Ayah yang berperan mendukung ibu agar menyusui sering disebut

breastfeeding father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui mungkin tidak

lebih dari sepuluh orang diantaranya tidak dapat menyusui bayinya 

karena alasan fisiologis. Jadi, sebagian besar ibu dapat menyusui dengan
29

baik. Hanya saja ketaatan mereka untuk menyusui Eksklusif 4-6 bulan

dan dilanjutkan hingga dua tahun yang mungkin tidak dapat dipenuhi

secara menyeluruh. Itulah sebabnya dorongan ayah dan kerabat lain

diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu akan kemampuan

menyusui secara sempurna (Roesli, 2017).

b. Perubahan sosial budaya

1) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.

Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan

adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di kebutuhan

masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya

menyusui.

Secara ideal tempat kerja yang mempekerjakan perempuan

hendaknya memiliki “tempat penitipan bayi/anak”. Dengan demikian

ibu dapat membawa bayinya ke tempat kerja dan menyusui setiap

beberapa jam. Namun bila kondisi tidak memungkinkan maka ASI

perah/pompa adalah pilihan yang paling tepat. Tempat kerja yang

memungkinkan karyawatinya berhasil menyusui bayinya secara

Eksklusif dinamakan Tempat Kerja Sayang Ibu (Roesli, 2017).

2) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu

botol.

Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah, membawa

dampak terhadap kesediaan ibu untuk menyusui. Bahkan adanya


30

pandangan bagi kalangan tertentu, bahwa susu botol sangat cocok buat

bayi dan merupakan makanan yang terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh

gaya hidup yang selalu berkeinginan untuk meniru orang lain, atau

prestise.

3) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.

Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru

mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air

susu buatan sebagai jalan keluarnya.

c. Faktor peran petugas kesehatan

Kurangnya petugas kesehatan didalam memberikan informasi

kesehatan, menyebabkan masyarakat kurang mendapatkan informasi atau

dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada

masyarakat mengenai manfaat dan cara pemanfaatannya.

d. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.

Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang

memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan pergeseran

perilaku dari pemberian ASI ke pemberian Susu formula baik di desa

maupun perkotaan. Distibusi, iklan dan promosi susu buatan berlangsung

terus, dan bahkan meningkat tidak hanya di televisi, radio dan surat kabar

melainkan juga ditempat-tempat praktek swasta dan klinik-klinik

kesehatan masyarakat di Indonesia.

Iklan menyesatkan yang mempromosikan bahwa susu suatu pabrik


31

sama baiknya dengan ASI, sering dapat menggoyahkan keyakinan ibu,

sehingga tertarik untuk coba menggunakan susu instan itu sebagai

makanan bayi. Semakin cepat memberi tambahan susu pada bayi,

menyebabkan daya hisap berkurang, karena bayi mudah merasa kenyang,

maka bayi akan malas menghisap putting susu, dan akibatnya produksi

prolactin dan oksitosin akan berkurang.

e. Pemberian informasi yang salah

Pemberian informasi yang salah, justru datangnya dari petugas kesehatan

sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai pandangan untuk

meningkatkan gizi bayi, seringkali menyebabkan salah arah dan

meningkatkan pemberian susu botol. Promosi ASI yang efektif haruslah

dimulai pada profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah

kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI pada umur 2

tahun atau lebih.

f. Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin (praktik IMD)

Untuk menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui segera

atau sedini mungkin setelah lahir.Namun tidak semua persalinan berjalan

normal dan tidak semua dapat dilaksanakan menyusui dini.IMD disebut

early initation atau permulaan menyusu dini, yaitu bayi mulai menyusui

sendiri segera setelah lahir. Keberhasilan praktik IMD, dapat membantu

agar proses pemberian ASI Eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD gagal
32

dilakukan, akan menjadi penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI

Eksklusif.

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan tentang ASI Eksklusif

Pengetahuan tentang ASI eksklusif serta motivasi pemberian ASI

Eksklusif yang kurang, mempengaruhi prilaku/sikap ibu yang diakibatkan

oleh masih melekatnya pengetahuan budaya lokal tentang pemberian makan

pada bayi seperti pemberian madu. Perilaku menyusui yang kurang

mendukung diantaranya membuang kolostrum karena dianggap tidak bersih

dan kotor,pemberian makanan/ minuman sebelum ASI keluar (prelaktal), serta

kurangnya rasa percaya diri informan bahwa ASI tidak cukup untuk bayinya

(Roesli, 2017).

Pengetahuan seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu

faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika selama

kehamilan tidak mendapatkan informasi atau penyuluhan mengenai ASI

eksklusif maka akan berpengaruh terhadap perilaku ibu tersebut dalam

pemberian ASI pada bayinya ( Suhartono 2016).

Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2018), mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).


33

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adaption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan prilaku atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka

prilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila

prilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak

berlangsung lama (Notoatmodjo, 2018).

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2016) ada 6, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu artinya mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kena untuk mengukur bahwa orang
34

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagianya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintegrasikan

materi tersebut dengan benar.Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagianya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagianya dalam konteks dan situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaintannya satu sama lain. Kemampuan

analisis dapat dilihat dalam penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan

sebagianya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau


35

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan, dan sebagianya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-

penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2016). Pengetahuan

seseorang dapat diketahui dan di interprestasikan dengan skala yang bersifat

kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : Hasil presentase <56%


36

D. Status Pekerjaan Ibu

1. Pengertian Status Pekerjaan

Definisi pekerjaan ibu adalah kegiatan yang dilakukan seseorang ibu

di luar rumah untuk memperoleh penghasilan/ uang (Ida, 2016). Pekerjaan

mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI Eksklusif, karena untuk

sementara waktu ibu tidak berada dekat dengan anaknya. Ibu bekerja harus

meninggalkan bayinya seharian penuh sehingga ini menjadi alasan

menggantikan dengan susu formula. Sebenarnya, seseorang ibu yang bekerja

masih dapat memberikan ASI Eksklusif dengan dukungan pengetahuan yang

cukup dan benar dari ibu, perlengkapan memerah ASI, serta dukungan

lingkungan keluarga dan juga lingkungan tempat kerja (Dewi & Sunarsih,

2017).

2. Pemberian ASI Bagi Ibu Yang Bekerja

Sebelum berangkat bekerja bayi harus disusui sampai kenyang.

Selama berada ditempat kerja ibu bisa memerah ASI setiap 3 jam sekali

dengan secara manual ataupun dengan menggunakan alat khusus. ASI hasil

perahan dapat disimpan pada suhu ruang, lemari es atau freezer. ASI bisa

tahan 2 jam apabila disimpan pada tempat yang berisi dalam suhu ruang. ASI

dapat disimpan sampai 8 hari apabila disimpan dalam kulkas, dan akan lebih

tahan lama lagi apabila disimpan di freezer. Selama ibu berada ditempat kerja,

bayi diberikan ASI perahan. Setelah ASI dikeluarkan dari kulkas atau freezer,

letakkanlah dalam wadah bersih dalam mangkuk yang berisi air hangat.
37

Setelah ASI agak hangat segera diberikan pada bayi dan pemberian ASI

hendaknya tidak menggunakan botol tetapi menggunakan sendok atau

cangkir. Ketika ibu berada di rumah, setelah payudara ibu dibersihkan,

berikan ASI dari payudara ibu sesegera mungkin dan susui bayi sesering

mungkin agar merangsang produksi ASI (Sulistyoningsih, 2016).

E. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak langsung dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tetutup. Sikap

secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu (Notoatmodjo, 2018).

Sikap merupakan kesiapan mental, yaitu proses yang berlangsung dalam

diri seseorang bersama dengan pengalaman individu masing-masing,

mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi (Allport

dalam Sarwono, 2017).

Sikap tentang pemberian ASI eksklusif merupakan faktor yang

menentukan seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI

secara eksklusif. Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI

eksklusif, maka perilakunya menjadi lebih konsisten. Sikap manusia bukan

sesuatu yang melekat sejak lahir, tetapi diperoleh melalui proses pembelajaran

yang sejalan dengan perkembangan hidupnya. Sikap seseorang terhadap suatu


38

objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak pada objek secara spesifik (Azwar, 2016).

Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2018), menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok yaitu : Kepercayaan (Keyakinan), ide atau konsep

terhadap suatu objek kehidupan emosional terhadap suatu objek dan

kecendrungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini scara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini., pengetahuan, berfikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

1. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek ) mau dan menyelesaikan tugas yang

diberikan.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan.

3. Menghargai (Valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan resiko

adalah merupakan sikap yang paling tinggi.


39

F. Dukungan Keluarga

1. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan segala tindakan keluarga terutama

suami ibu yang turut serta membantu dalam kelangsungan pemberian ASI

Eksklusif selama 0-6 bulan pada bayi menurut pengakuan ibu, yaitu apakah

suami mendorong ibu untuk menyusui ASI sesegera mungkin, suami ibu

pernah mencari informasi atau berdiskusi, suami ibu mengurangi kelelahan

ibu pada saat mengurus dan menyusui, suami tidak memberikan makanan

(susu formula, minuman/ makanan lainnya) kepada bayi selama usia 0-6 bulan

pertama, suami ibu membantu ibu dalam pekerjaan rumah tangga. Suami

adalah orang terdekat yang diharapkan selalu ada di sisi ibu dan selalu siap

untuk memberikan bantuan, keberhasilan ibu menyusui tidak terlepas dari

dukungan keluarga yang terus menerus dari suami. Motivasi ibu untuk

menyusui akan bangkit jika memperoleh kepercayaan diri dan mendapat

dukungan dari suami (Wiji, 2018).

2. Respon Ayah dan Keluarga

Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama

hal ini merupakan anak pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan

bagian terbesar dalam keluarganya yang terdiri atas dua orang. Aktivitas siang

hari dimana mudah disesuaikan dengan pasangan malam hari tanpa gangguan.

Kini rumah menjadi tidak terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur

harus dilibatkan dalam perawatan dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan


40

berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka menjadi bagian dari pengalaman

mengasuh anak. Sebagian ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya

dibandingkan peran istri. Tentu sang ayah tidak mengandung bayi sekam 9

bulan, tetapi harus membuat penyesuaian secara fisik dan emosi ketika waktu

persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi menjadi sangat penting

sekali. Di satu pihak ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada hubungan

dengan persalinan, tetapi di sisi lain adalah bayinya juga (Dewi & Sunarsi,

2017).

Ketika bayi akhirnya lahir, ayah merasa sangat lega dan juga gembira

seta gugup. Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan

cinta membanjiri ke permukaan menghilangkan kekhawatiran bahwa ayah

tidak akan pernah mempunyai keterkaitan dengan bayinya. Begitu seluruh

keluarga berada di rumah, ayah dapat dan harus membantu memakaikan

popok, memandikan, dan membuat senang bayi. Tidak ada alasan mengapa

seorang ayah tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari mengurus

rumah dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah

tangga hanya untuk menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika

pekerjaan ini dikerjakan dengan perasaan bahwa sudah selayaknya menerima

tanggung jawab di dalam rumah yaitu merawat anak dan rumah tangga sehari-

hari (Ambarwati & Wulandari, 2016).


41

G. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Faktor Internal
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Psikologis
5. Fisik Ibu
6. Emosional Pemberian ASI
Eksklusif

Faktor Eksternal
1. Dukungan Keluarga (Suami)
2. Peran Petugas Kesehatan
3. Promosi Susu Formula
4. Pemberian info yang salah
5. Pengelolaan Laktasi di Ruang
bersalin

Bagan 1. Kerangka Teori


Sumber: Teori Widiastuti, (2017)
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan

variabel dependen sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen


Pengetahuan Ibu

Status Pekerjaan Ibu Pemberian ASI


Eksklusif

Sikap Ibu

Dukungan Keluarga
(Suami)

Bagan 2. Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Definisi Operasional


Definisi
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Pengetahuan Seluruh Kuesioner 0 = Kurang, Jika Ordinal
Ibu informasi yang Jawaban Benar
diketahui ibu <56%
tentang ASI 1 = Cukup, Jika
Esksklusif. Jawaban Benar

42
43

Meliputi : 56%-75%
Pengertian ASI, 2 = Baik, Jika
Pengertian ASI Jawaban Benar
Eklusif, 76%-100%
Pengetahuan
mengenai
Kolostrum ,
Manfaat ASI,
Zat– zat yang
terkandung
dalam ASI
2 Status Kegiatan yang Kuesioner 0 = Bekerja Ordinal
Pekerjaan dilakukan 1 = Tidak Bekerja
Ibu seorang ibu untuk
memperoleh
penghasilan atau
uang
3 Sikap Ibu Reaksi atau Kuesioner 0 = Tidak Ordinal
respon dari ibu mendukung Jika
baik positif skor jawaban <
maupun negatif median
tentang 1 = Mendukung
pemberian ASI Jika skor
Esksklusif. Jawaban≥
Mendukung median
dengan jawaban
S dan SS.
Tidak
mendukung
dengan jawaban
TS dan STS
4 Dukungan Segala tindakan Kuesioner 0 = Tidak Ordinal
Keluarga yang dilakukan Mendukung,
(Suami) suami ibu dalam jika skor
membantu
jawaban <
kelangsungan
pemberian ASI Median
Eksklusif selama 1 = Mendukung, jika
6 bulan pada bayi skor jawaban ≥
44

Median
5 Pemberian Bayi hanya diberi Kuesioner 0 = Tidak, jika Ordinal
ASI ASI saja selama 6 tidak
Eksklusif bulan tanpa memberikan
tambahan cairan
ASI Eksklusif
apapun, seperti
susu formula, 1 = Iya, jika
jeruk, madu dll. memberikan
ASI Eksklusif

C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan dengan

pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang.

2. Ada hubungan yang signifikan antara hubungan status pekerjaan ibu dengan

pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang.

3. Ada hubungan yang signifikan antara hubungan sikap ibu dengan pemberian

ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang.

4. Ada hubungan yang signifikan antara hubungan dukungan keluarga dengan

pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu jenis penelitian survei analitik, yaitu survei

atau penelitian yang coba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan

itu terjadi. Desain penelitian menggunakan Cross Sectional, yaitu suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach), (Notoatmodjo, 2018).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2022.

2. Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Rawat Inap Muara

Pinang Kabupaten Empat Lawang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi

berumur >6-12 bulan di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

45
46

Empat Lawang yang berjumlah 113 orang pada bulan Januari - Mei Tahun

2022.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini ini adalah sebagain ibu yang memiliki bayi

berumur >6-12 bulan di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random

Sampling yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk di seleksi sebagai sampel. Penentuan jumlah sampel dengan

menggunakan rumus :

N 133 133 133


n= = = = =57
1+ N . d 1+133.0 , 1 1+1,33 2,33
2 2

Keterangan :
N : Besar Populasi
n : Jumlah Sampel
d : Presisi/ketetapan yang di inginkan 10% (0,1)

Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel 57 orang ibu yang memiliki bayi

berumur >6-12 bulan di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang.

3. Kriteria Sampel

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Adapun kriteria sampel yang akan diteliti adalah :

1) Bersedia menjadi responden


47

2) Tercatat di register Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten

Empat Lawang

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek memenuhi

kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian, yang

meliputi :

1) Pada saat penelitian responden dalam keadaan sakit atau tidak

diperbolehkan oleh keluarga untuk memberikan informasi terkait

penelitian.

2) Tidak bersedia menjadi responden

3) Memiliki bayi < 6 bulan

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen penelitiannya adalah dengan menggunakan

lembar kuesioner mengenai variabel independen dan variabel dependen. Variabel

independen terdiri dari pengetahuan, status pekerjaan Ibu, sikap dan dukungan

keluarga serta pemberian ASI Eksklusif sebagai variabel dependennya.

E. Teknik Pengumpulan Data, Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer,

yaitu data yang langsung dikumpulkan peneliti dari subjek


48

penelitian.Diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuesioner).

(Notoatmodjo, 2018).

b. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mengumpulkan data tentang

jumlah ibu menyusui yang memiliki bayi umur > 6 – 12 bulan diperoleh

dari data Register ibu menyusui Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang

Kabupaten Empat Lawang.

2. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018) teknik pengolahan data terbagi beberapa

tahap antara lain :

a. Editing data untuk melihat/koreksi data yang terkumpul untuk mengetahui

apakah sesuai seperti apa yang diharapkan atau belum.

b. Coding hasil yang ada dalam bentuk yang telah ringkas dengan cara

menggunakan kode-kode untuk mempermudah dalam penelitian.

c. Entry data (pemasukan data) data yang telah di coding dimasukkan dalam

komputer.

d. Cleaning data sebelum analisa data yang sudah di masukkan dilakukan

pengecekan, jika ditemukan kesalahan maka di entry data sehingga dapat

diperbaiki dan dinilai (skor) yang ada sesuai dengan pengumpulan data

untuk mengambarkan variabel bebas dan terikat, kemudian dilakukan

dengan masing-masing variabel.


49

3. Teknik Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh distribusi

frekuensi dari variabel yang diteliti, baik variabel bebas dan variabel

terikat. Dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variable.

b. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan,

status pekerjaan ibu, sikap ibu dan dukungan suami dengan pemberian

ASI Eksklusif Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat

Lawang dengan menggunakan uji Chi-square(χ2), dengan derajat

kepercayaan 95% dan nilai signifikan (p) 0,05.

Analisis data menggunakan komputer dengan program SPSS.

Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat

signifikan (p), yaitu :

a. Jika nilai p value>0,05 berarti Ho diterima. Menunjukkan bahwa tidak

ada hubungan antara variabel independen dengan dependen.

b. Jika nilai p value<0,05 berarti Ho ditolak Ha diterima. Menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan dependen.

F. Etika Penelitian

Peneliti harus berusaha untuk mematuhi etika dalam penelitian mengingat

penelitian ini berhubungan dengan manusia. Adapun etika penelitian ini meliputi:
50

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat

permohonan dan izin kepada Institusi Universitas Dehasen Bengkulu dan Kepala

Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang untuk

mendapatkan persetujuan dalam melakukan penelitian.

Setelah itu peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada

responden, kemudian kuesioner diberikan ke responden yang diteliti dengan

menekankan pada masalah etika yang meliputi :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan penelitian diberikan kepada responden. Tujuannya

adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka

harus menandatangani lembar persetujuan dan bila responden menolak maka

peneliti tidak boleh memaksa.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner)

yang diisi oleh responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai