Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

(UKM)
MINI PROJECT

STRATPENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF


BAGI PARA IBU
DI WILAYAH PUSKESMAS JEKULO KABUPATEN KUDUS

Pendamping:

dr. Dony Wicaksana

NIP.19820501 2014061 001

Oleh :
dr. Manista Astriyani
dr. Diyah Nurmawadah
dr. Zita Wahyu Agrinartanti
dr. Ajeng Indraswari Fiananda
dr. Ayu Kusumawati
dr. Dina Ameliana

DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN II


PERIODE SEPTEMBER 2017 – JANUARI2018
PUSKESMAS JEKULO
KABUPATEN KUDUS
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian .................................................................1
1.2 Pernyataan Masalah...........................................................................3
1.3 Tujuan ...............................................................................................4
1.4 Manfaat .............................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
2.1 ASI EKSKLUSIF...............................................................................6
2.1.1. Definisi ASI Eksklusif.............................................................6
2.1.2. Manfaat ASI Eksklusif.............................................................6
2.2 KANDUNGAN ASI..........................................................................8
2.3 KLASIFIKASI ASI .........................................................................10
2.4 FISIOLOGI PENGELUARAN ASI................................................11
2.5 KEUNGGULAN ASI DIBANDING SUSU FORMULA...............15
2.6 CARA PEMBERIAN DAN PENYIMPANAN ASI.......................18
2.7 FAKTOR YANG PENGARUHI KEBERHASILAN ASI
EKSKLUSIF....................................................................................19
2.7.1. Faktor Internal........................................................................19
2.7.2. Faktor Eksternal.....................................................................22
2.8 KETERAMPILAN MENYUSUI....................................................24
2.9 TANDA CUKUP ASI......................................................................26
2.10 TIPS SUKSES ASI EKSKLUSIF...................................................26
2.11 KECAMATAN JEKULO................................................................28
BAB III. METODE MINI PROJECT................................................................32
3.1. Judul Mini Project..............................................................................32
3.2. Kegiatan..............................................................................................32
3.3. Sasaran................................................................................................32
3.4. Waktu dan Tempat.............................................................................32
3.5. Biaya..................................................................................................32
3.6. Pelaksanaan........................................................................................32
3.7. Teknik Pelaksanaan............................................................................33
3.8. Evaluasi Program ...............................................................................33
LAMPIRAN ........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................39

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan asupan nutrisi terbaik bagi bayi, ASI
mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan
pertama, seperti hormon antibodi, faktor kekebalan, hingga antioksidan. Pemberian
asi sebagai nutrisi hingga 6 bulan dikenal sebagai ASI eksklusif. Menurut Peraturan
Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, ASI
eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
Kemudian, World Hearth Organization (WHO) merekomendasikan untuk
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan.
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
bayinya. Manfaat memberikan Air Susu Ibu (ASI) bagi ibu tidak hanya menjalin
kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat
pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker
payudara dan merupakan kebahagiaan tersendiri bagi ibu. ASI merupakan salah satu
makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. bayi
yang berusia 0-6 bulan sudah terpenuhi gizinya dengan ASI saja.Bayi yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif akan mudah terserang penyakit dikarenakan tidak
memperoleh zat imunoglobulin yang terkandung dalam kolostrum. Bayi yang sering
diberikan susu formula akan rentan terkena alergi karena hal itu dapat merangsang
aktivasi sistem IgE yang belum sempurna pada bayi baru lahir, dan susu formula yang
diberikan pada bayi juga dapat menyebabkan obesitas pada bayi.
Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih sangat kurang. Hal itu
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah ibu pekerja, takut akan
perubahan bentuk fisik yang berubah jika menyusui bayi, pengaruh dari lingkungan
sekitar, tidak adanya dorongan dan motivasi yang kuat dari suami, keluarga, dan
lingkungan kerja, terbatasnya konselor ASI, kurangnya pengetahuan ibu seputar ASI
eksklusif, belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye
terkait pemberian ASI dari tenaga kesehatan, dan masih kurangnya ketersediaan
sarana dan prasarana serta fasilitas (ruang laktasi) bagi ibu menyusui baik di tempat
1
kerja maupun di tempat umum serta belum optimalnya kelompok pendukung ASI.
Beberapa hal tersebut sangat berperan penting untuk menyukseskan ibu dapat
menyusui anaknya hingga 2 tahun.
United Nation International Children’s Emergency Fund (UNICEF)
menyebutkan bahwa anak-anak yang mendapat ASI eksklusif 14 kali lebih mungkin
untuk bertahan hidup dalam enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak yang
tidak disusui. ASI aman, bersih, ramah lingkungan dan mengandung antibodi yang
membantu melindungi terhadap banyak penyakit umum yang terjadi pada anak.
Penelitian terbaru di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan penghematan besar
dalam layanan kesehatan karena anak yang mendapat ASI jatuh sakit jauh lebih jarang
daripada anak yang tidak disusui. Selain itu, Anak yang diberi ASI secara optimal
menunjukkan tes kecerdasan yang lebih baik, cenderung tidak mengalami kelebihan
berat badan atau obesitas dan tidak rentan terhadap penyakit diabetes di kemudian
hari
Banyaknya manfaat ASI Eksklusif baik bagi ibu, bayi, keluarga maupun
negara seharusnya menjadi pemicu bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang berumur 0-6
bulan untuk hanya memberikan ASI saja tanpa tambahan apapun.Namun pada
kenyataannya capaian Angka Eksklusif baik di dunia maupun Indonesia, masih sangat
jauh dari yang diharapkan.
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Republik Indonesia selama 3 tahun
berturut-turut yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014 capaian ASI Eksklusif di Indonesia
mengalami peningkatan dan penurunan. Capaian ASI Eksklusif Indonesia pada tahun
2012 berada pada angka 48,62%, kemudian mengalami peningkatan ditahun 2013
ialah 54,3%. Sedangkan pada tahun 2014 capaian ASI eksklusif di Indonesia
mengalami penurunan yaitu menjadi 52,3%. Untuk tahun 2015 cakupan pemberian
ASI pada bayi usia 0-6 bulan 54,3% dan di tahun 2016 pencapaiannya hanya 42%.
Cakupan pemberian ASI eksklusif yang rendah di Indonesia juga dapat dilihat dari
jumlah kelahiran di Indonesia yang mencapai angka 4,7 juta orang per tahun namun
hanya 2 juta jiwa yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan bahkan hingga
dua tahun.
Data yang diperoleh dari profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2010 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif hanya sekitar 37,18 % dari total
jumlah bayi yaitu 488.495 hanya 181.600 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif dan
menurun apabila dibandingkan dengan target pencapaian ASI eksklusif tahun 2009
2
sebesar 40,21 % dari total bayi 340.373 hanya 136.862 yang mendapatkan ASI
eksklusif. Tahun 2016 cakupan ASI ekslusif mengalami peningkatan tetapi selama 6
tahun ini tidak banyak perubahan yang diberikan. Data dari profil kesehatan Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2016 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya
sekitar 42,7 %.
Data profil kesehatan Kudus tahun 2015 juga memperlihatkan bahwa cakupan
asi eksklusif di daerah Kudus hanya 29,39%. Sedangkan di Jekulo sendiri, cakupan
ASI eksklusif sebesar 27,2 %. Standar pelayanan minimal (SPM) puskesmas Jekulo
terbaru yaitu periode bulan Januari-September memperlihatkan adanya peningkatan
cakupan ASI ekslusif, tetapi peningkatan yang diberikan tidak terlalu tinggi. Cakupan
ASI eksklusif sebesar 31 %.
Melihat hasil capaian pemberian Asi ekslusif yang belum memenuhi target,
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perilaku menyusui.
Faktor-faktor yang menentukan perilaku menyusui bayi menurut teori perilaku
menyusui bayi yang dimodifikasi dari IFRI-UNSSCN, Cadwell dan Maffei, dan
Roesli bahwa pemberian perilaku pemberian ASI Eksklusif ditentukan oleh beberapa
hal yaitu faktor pilihan ibu, faktor peluang, faktor informasi dan dukungan fisik
selama kehamilan, persalinan dan nifas, serta faktor eksternal.
Meliht masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayinya maka diharapkan untuk para petugas kesehatan lebih meningkatkan
pelayanan kesehantan terutama pada ibu yang baru saja melahirkan dengan cara
memberi pengetahuan yang maksimal tentang ASI eksklusif serta bimbingan dan
evaluasi dalam pemberiannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan cakupan
pemberian ASI Eksklusif yang rendah maka peneliti akan melakukan upaya
pendalaman pengetahuan seputar ASI Eksklusif dan follow up pemberian ASI
Eksklusif pada ibu-ibu yang baru saja melahirkan bayinya di wilayah kerja UPT
Puskesmas Jekulo.

1.2 PERNYATAAN MASALAH


Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut: adanya cakupan ASI Eksklusif yang belum mencapai target
di wilayah UPT Puskesmas Jekulo diantaranya kurangnya pengetahuan yang
mendalam dari ibu tentang ASI Eksklusif dan kurang efektifnya sistem untuk follow-
up pemberian ASI Eksklusif dari petugas kesehatan. Bagaimana cara untuk
3
meningkatakan pengetahuan dan informasi seputar ASI Eksklusif untuk ibu yang baru
saja melahirkan dan bagaimana sistem follow up yang harus diterapkan pada ibu
menyusui agar semangat dan disiplin untuk terus memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya.

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan di wilayah kerja UPT Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus.
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu seputar ASI Eksklusif, dan
mengetahui efektif atau tidaknya cara yang diberikan oleh petugas kesehatan
untuk memfollow-up pemberian ASI Eksklusif disertai dengan pemberian
reward untuk ibu yang berhasil memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
sampai usia 6 bulan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakter ibu menyusui meliputi umur, pendidikan, pekerjaan,
dan tempat tinggal
b. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan
dengan prilaku, pengetahuan dengan, sikap dengan perilaku ibu seputar ASI
Eksklusif.
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
d. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala ibu sehingga tidak
memberikan ASI Eksklusif.
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi program.

1.4 MANFAAT
1. Manfaat bagi penulis
a. Melaksanakan kegiatan mini project dalam rangka menyelesaikan
Program Internsip dokter Indonesia.
b. Berperan serta dalam upaya peningkatan kesehatan Ibu dan anak, dalam
hal inipemberian ASI Eksklusif.
2. Manfaat bagi Puskesmas
a. Terpenuhinya target cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Jekulo.
4
b. Terpantaunya pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja UPT Puskesmas
Jekulo.
3. Manfaat bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan pentingnya
pemberian ASI Eksklusif Ibu dan bayi.
b. Meningkatan kesadaran masyarakat untuk memberikan dukungan penuh
terhadap ibu menyusui untuk tetap memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya.
c. Mencetak generasi penerus bangsa yang sehat dan pintar dengan langkah
awal pemberian ASI Eksklusif saat usia 0-6 bulan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI EKSKLUSIF


2.1.1 Definisi ASI Eksklusif
ASI merupakan minuman alamiah untuk semua bayi cukup bulan selama usia
bulan-bulan pertama. ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara
Ibu melalui proses menyusui. ASI merupakan makanan yang disiapkan untuk bayi
mulai masa kehamilan, payudara sudah mengalami perubahan untuk memproduksi
ASI.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu
formula, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim. Menurut WHO, ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja
pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain,
sedangkan menurut Depkes RI tahun 2005, ASI Eksklusif adalah pemberian hanya
ASI saja tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan
pertama kehidupan.
Sesuai definisi WHO pola menyusui dikelompokan menjadi 3 katagori, yaitu :
1. Menyusui eksklusif , adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman
lain, termasuk air putih. Selama 24 jam bayi hanya disusui ASI.
2. Menusui predominan, adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan
sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh atau air putih, sebagai
makanan atau minuman prelakteal sebelum ASI keluar.
3. Menyusui parsial, adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan
selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi
berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun diberikan
sebagai makanan prelakteal.

2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif


Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI
mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan.
Beberapa manfaat ASI diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk Bayi
6
a. ASI berperan sebagai makanan utama bayi saat berusia 0-6 bulan,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI memang
terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi yang terbaik untuk
bayi sapi.
b. ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI
dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta
alergi.
c. ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI.
d. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning.
e. Pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya.
f. Jika bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena
mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan.
g. Pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan
mempercepat pertumbuhan sel otak.
h. Tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin
dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).

2. Untuk Ibu
a. Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu
untuk kembali ke masa prakehamilan.
b. Mengurangi resiko perdarahan.
c. Lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa
kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat
langsing kembali.
d. Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui.
e. Menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu
menyiapkan botol dan mensterilkannya. ASI lebih praktis lantaran ibu
bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan lain.
f. ASI lebih murah dari pada susu formula.
g. ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman untuk ibu dan
bayinya.
7
h. Ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan emotional ( Dwi Sunar, 2009).

3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol
susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan
lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran
lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti
menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu
tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan
susu ketika bepergian (Roesli, 2005).

4. Untuk Masyarakat dan Negara


Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu formula dan
peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih sehat, penghematan
pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya sedikit,
memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka
kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi
(Dwi Sunar, 2009).

2.2 KANDUNGAN ASI


Kandungan yang terdapat pada ASI antara lain :
1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat pula
jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu
matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4
sampai hari ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran
pencernaan bayi dan mempersiapkannya untuk makanan yang akan
datang. Jika dibandingkan dengan susu matang, kolostrum mengandung
karbohidrat dan lemak lebih rendah, dan total energi lebih rendah. Volume
kolostrum 150-300 ml/24 jam.
2. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak. Sekitar 50% kalori ASI
berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%. Walaupun
kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah diserap oleh bayi karena
8
trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam ASI. Kadar kolestrol ASI
lebih tinggi dari pada susu sapi, sehingga bayi mendapat ASI seharusnya
mempunyai kadar kolestrol darah lebih tinggi. Disamping kolestrol, ASI
mengandung asam lemak essensial yaitu asam linoleat (Omega 6) dan
asam linolenat (Omega 3). Kedua asam lemak tersebut adalah pembentuk
asam lemak tidak jenuh rantai panjang disebut docosahexaenoic acid
(DHA) berasal dari Omega 3 dan arachidonic acid (AA) berasal dari
Omega 6 yang berfungsi sangat penting untuk pertumbuhan otak anak.
Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui. Pada
permulaan menyusu (5 menit pertama) disebut foremilk kadar lemak ASI
rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi dapat hindmilk (ASI yang dihasilkan
pada akhir menyusu setelah 15-20 menit). Kadar lemak hindmilk bisa
mencapai 3 kali dibandingkan dengan foremilk.
3. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling tinggi
dibanding susu mamalia lain (7gr%). Laktosa mudah diurai menjadi
glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada
dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai
manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang
pertumbuhan Lactobasillus bifidus.
2. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein ASI sebesar
0.9%, 60% diantaranya adalah whey, yang lebih mudah dicerna dibanding
kasein. Dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat
dalam susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk
pertumbuhan somatic, sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak. Selain
dari ASI, sebenarnya sistin dan taurin dapat diperoleh dari penguraian
tirosin, tetapi pada bayi baru lahir enzim pengurai tirosin ini belum ada.
3. Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang
berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam
ASI dengan jumlah yang cukup dan mudah dicerna. Dalam ASI juga banyak
vitamin E, terutama di kolostrum. Dalam ASI juga terdapat vitamin D, tetapi

9
bayi prematur atau yang kurang mendapat sinar matahari dianjurkan
pemberian suplementasi vitamin D.
4. Zat besi
Bayi aterm normal biasanya lahir dengan hemoglobin tinggi (16-22 gr/dl),
yang berukuran cepat setelah lahir. Zat besi yang diperoleh dari pemecahan
hemoglobin digunakan kembali. Bayi tersebut juga memiliki persediaan zat
besi dalam jumlah banyak cukup untuk setidaknya 4-6 bulan. meskipun
jumlah zat besi yang terkandung dalam ASI lebih sedikit dari yang
terkandung dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh
lebih tinggi. 70% zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10%
jumlah zat besi dapat diserap dalam susu formula. Perbedaan ini disebabkan
rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus. Bayi yang diberikan susu
sapi segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena perdarahan
kecil di usus.
b. Kalsium
Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti ASI karena
perbandingan kalsium fosfor ASI lebih tinggi. Susu formula bayi yang
berasal dari susu sapi tidak terelakkan memiliki kandungan fosfor lebih tingi
dari pada ASI dan dilaporkan meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.
c. Mineral
ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium yang lebih rendah
daripada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium terdapat dalam kadar
yang lebih tinggi. Semakin tinggi bioavailabilitas mineral dan unsur kelumit
ini, dipastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi dan pada saat yang
bersamaan, juga menimbulkan beban penyerapan yang lebih rendah pada
ginjal neonatus dari pada susu pengganti ASI.

2.3 KLASIFIKASI ASI
ASI dikelompokan menjadi 3, yaitu :
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan yang pertama
disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-4.
Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “meconium” yaitu air 
ketuban dan cairan lain yang tertelan masuk perut bayi saat proses
persalinan. Jumlah (volume) kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.

10
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan, yaitu ASI yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini diproduksi
pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari hari ke-10
sampai seterusnya.

2.4 FISIOLOGI PENGELUARAN ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu dalam
menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih
besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian yaitu pembentukan
ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks Let Down/Pelepasan ASI)
(Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama
kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara, yang
disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar
pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi
ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen,
prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron. Pada akhir kehamilan,
sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang dari ujung puting susu keluar cairan
kolostrum. Cairan kolostrum tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari
plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut
terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar
prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen
(Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya
plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap
prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan produksi
ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi
menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat
pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan puting susu,
hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan yang menyebabkan prolaktin

11
terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan
(Badriul, 2008).
Pada ibu ada 2 macam reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, reflek tersebut adalah:
1. Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola
ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus
kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk
ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar
ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
2. Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada
payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.
Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex
(reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan
bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu
yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran.
Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi
tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis.
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses
pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi yang
menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks ”letdown/pelepasan ASI” ini
yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi,
dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang
menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan
bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti atau
merasakan nyeri.

12
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi sehingga
mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu
mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka
bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan
seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari
pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk
kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa
menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air
susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi
yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika
makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang
diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam
buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya
akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat
dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang
setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1
liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan
tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan
3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih
jikapada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya
mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum
dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber
protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber
vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam
ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
13
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu
yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam
menyusui bayinya.
c. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi
ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat
digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau
spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang
dapat merangsang produksi ASI.
d. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan,
yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa
kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan
pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan
keluar dengan lancar.
e. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik
terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di
rumah sakit atau klinik bersalin yang lebih mengutamakan keberhasilan
persalinan (ibu dan anak selamat) dibandingkan pemberian ASI pada bayi.
Sering makanan pertama yang diberikan justru susu formula. Hal ini
memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu
beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau
poster yang memuji penggunaan susu buatan.

14
2.5 KEUNGGULAN ASI DIBANDING SUSU FORMULA

No Perbedan ASI Susu Formula


.
1. Komposisi ASI mengandung zat-zat Tidak seluruh zat gizi yang
gizi, antara lain:faktor terkandung di dalamnya dapat
pembentuk sel-sel otak, diserap oleh tubuh bayi.
terutama DHA, dalam kadar Misalnya, protein susu sapi
tinggi. ASI juga mengandung tidak mudah diserap karena
whey (protein utama dari mengandung lebih banyak
susu yang berbentuk cair) casein. Perbandingan whey:
lebih banyak daripada kasein casein susu sapi adalah 20:80.
(protein utama dari susu yang
berbentuk gumpalan) dengan
perbandingan 65:35.
2. Nutrisi Mengandung imunoglobulin Protein yang dikandung oleh
dan kaya akan DHA (asam susu formula berguna bagi
lemak tidak polar yang bayi lembu tapi kegunaan bagi
berikat banyak) yang dapat manusia sangat terbatas
membantu bayi menahan lagipula immunoglobulin dan
infeksi serta membantu gizi yang ditambah di susu
perkembangan otak dan formula yang telah disterilkan
selaput mata. bisa berkurang ataupun hilang.
3. Pencernaan Protein ASI adalah sejenis Tidak mudah dicerna:
protein yang lebih mudah serangkaian proses produksi
dicerna selain itu ada sejenis dipabrikmengakibatkan
unsur lemak ASI yang enzimpencernaan tidak
mudah diserap dan berfungsi.
digunakan oleh bayi. Unsur Akibatnya lebih banyak sisa
elektronik dan zat besi yang pencernaan yang dihasilkan
dikandung ASI lebih rendah dari proses metabolisme yang
dari susu formula tetapi daya membuat ginjal bayi harus
serap dan guna lebih tinggi bekerja keras.
yang dapat memperkecil Susu formula tidak
beban ginjal bayi. Selain itu mengandung posporlipid serta

15
ASI mudah dicerna bayi protein yang tidak mudah
karena mengandung enzim- dicerna yang bisa membentuk
enzim yang dapat membantu sepotong susu yang membeku
proses pencernaan antara lain sehingga berhenti di perut
lipase (untuk menguraikan lebih lama oleh karena itu taji
lemak), amilase (untuk bayi lebih kental dan keras
menguraikan karbohidrat) yang dapat menyebabkan
dan protease (untuk susah BAB dan membuat bayi
menguraikan protein). tidak nyaman.
4. Kebutuhan Dapat memajukan pendirian Kekurangan menghisap
hubungan ibu dan anak. ASI payudara: mudah menolak
adalah makanan bayi, dapat ASI yang menyebabkan
memenuhi kebutuhan bayi, kesusahan bayi menyesuaikan
memberikan rasa aman diri atau makan terlalu
kepada bayi yang dapat banyak, tidak sesuai dengan
mendorong kemampuan prinsip kebutuhan
adaptasi bayi.
5. Ekonomi Lebih murah: menghemat Biaya lebih mahal: karena
biaya alat-alat, makanan, dll menggunakan alat,makanan,
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dll.
pemeliharaan, mengurangi Untuk memelihara sapi. Biaya
beban perekonomian ini sangat subjektif yang
keluarga menjadi beban keluarga.
6. Kebersihan ASI boleh langsung diminum Polusi dan infeksi:
jadi bias menghindari pertumbuhan bakteri di dalam
penyucian botol susu yang makanan buatan sangat cepat
tidak benar ataupun hal apalagi di dalam botol susu
kebersihan lain yang yang hangat biarpun makanan
disebabkan oleh penyucian yang dimakan bayi adalah
tangan yang tidak bersih oleh makanan bersih akan tetapi
ibu. Dapat menghindari karena tidak mengandung anti
bahaya karena pembuatan infeksi, bayi akan mudah
dan penyimpanan susu yang mencret atau kena penularan
tidak benar. lainnya.
7. Ekonomis Tidak perlu disterilkan atau Penyusuan susu formula dan

16
lebih mudah dibawa keluar, alat yang cukup untuk
lebih mudah diminum, menyeduh susu.
minuman yang paling segar
dan suhu minuman yang
paling tepat untuk bayi
8. Penampilan Bayi mesti menggerakkan Penyusuan susu formula
mulut untuk menghisap ASI, dengan botol susu akan
hal ini dapat membuat gigi mengakibatkan penyedotan
bayi menjadi kuat dan wajah yang tidak puas lalu menyedot
menjadi cantik terus yang dapat menambah
beban ginjal dan kemungkinan
menjadi gemuk
9. Pencegahan Bagi bayi yang beralergi, Bagi bayi yang alergiterhadap
ASI dapat menghindari alergi susu formula tidak dapat
karena susu formula seperti menghindari mencret,
mencret, muntah, infeksi muntah,infeksi saluran napas,
saluran pernapasan, asma, asma, kemerahan,
bintik-bintik, pertumbuhan pertumbuhan terganggu dan
terganggu dan gejala lainnya. gejala lainnya yang
disebabkan oleh susu formula.
10. Kebaikan Dapat membantu kontraksi Tidak dapat membantu
bagi ibu rahim ibu, lebih lambat kontraksi rahim yang dapat
datang bulan sehabis membantu pengembalian
melahirkan sehingga dapat tubuh ibu jadi rahim perlu
ber-KB alami. Selain itu dielus sendiri oleh ibu. Tidak
dapat menghabiskan kalori dapat memperlambat waktu
yang berguna untuk datang bulan yang dapat
pengembalian postur tubuh menghasilkan cara KB alami.
ibu. Berdasarkan biodata Berdasarkan biodata statistik,
statistik, ibu yang menyusui ibu yang menyusui susu
ASI lebih rendah formula lebih tinggi
kemungkinan menderita kemungkinan menderita
kanker payudara, kanker kanker payudara.
rahim dan keropos tulang

17
2.6 CARA PEMBERIAN DAN PENYIMPANAN ASI
Cara pemberian ASI yang benar yaitu :
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk dan berbaring dengan santai.
4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya
dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi
terletak di bawah puting susu.

Sedangkan cara menyimpan ASI yang benar yaitu :


1. Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave,
wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
2. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik
styrofoam.
3. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang
diijinkan ( + 2 minggu).
5. Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam,
baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan).
6. Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)

2.7 FAKTOR YANG PENGARUHI KETIDAKBERHASILAN ASI


EKSKLUSIF
2.7.1 Faktor Internal
a. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan
inisiasi menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan minuman
prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya

18
dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut
ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu
kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena sentuhan atau
emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran ASI dari
payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat
mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling
baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam
hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya
bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan
berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar.
Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui.
Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara
menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul,
2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula,
air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak boleh
dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan tersebut
mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas
menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering
menyusui produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan
keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata laksana
laktasi yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang
baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar
dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat
menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat
mencegah timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).

b. Pekerjaan atau aktivitas

19
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita yang
bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal pelayanan
kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal
untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam
kandungan sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat
perhatian agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan
dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan
anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan singkat
(Mardiati, 2006). Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu,
banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena ASI
perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah
minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung
ASI perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah,
seamakin besar peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja,
2003).

c. Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman
kepada ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang
juga terkait dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi
dalam dirinya secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu
menyusui bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan
dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina,
2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap
susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini
menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI
20
kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas
kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan
atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi, keuntungan
pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat gabung,
cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika terdapat
keluhan atau masalah seputar menyusui (konselor ASI).

d. Kelainan pada payudara


Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan
nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah di
payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi, apabila
payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan
ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah
bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000).

Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena beberapa faktor yang
dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada
puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi.
Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak pernah
melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting
menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga
ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).

a. Kondisi kesehatan ibu


Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara
eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali,
misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang menderita
penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus
berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi,
2001).

21
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan makanan
tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit pada
ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang
dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena
bayi langsung diberi makanan tambahan.

2.7.2 Faktor Eksternal


a. Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang
melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang
komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI
secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan
pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam
mengelola ibu menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan juga mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).

Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam hal


perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap tumbuh
kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu dalam
menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas
kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6
bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan
petugas kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat
yang luas (Erlina, 2008).

b. Kondisi kesehatan bayi


Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI
secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia menderita
penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang terdapat dalam
jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).

Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat


menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain
kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan

22
bayi menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu
prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI
ibu menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih,
1997)

c. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula


Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling baik,
aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria pangan
berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa, investasi
rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit yang
selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu
formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).

Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil memberikan ASI


eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula kepada
bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula
lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5%
tahun 2002 (Depkes, 2006).

d. Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air manis, dan
jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum dilakukan.
Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset yang
dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi
menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60%
bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan
agama juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan
untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi
sebaiknya diberi cairan. Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu
kebutuhan batin maupun fisik sekaligus (LINKAGES, 2002).

2.8 KETERAMPILAN MENYUSUI

23
Banyak permasalahan dalam menyusui seperti (nyeri pada puting susu, susu
yang jumlahnya sedikit, atau ibu tidak nyaman dalam menyusui) bisa dipecahkan
dengan meningkatkan teknik dasar dalam menyusui, khususnya dalam memposisikan
ibu dan bayi dengan benar.

1. Posisi Ibu :
a. Duduklah dengan nyaman dan carilah posisi yang paling nyaman
ketika duduk diatas kursi, atau kursi goyang, kursi berlengan atau
bahkan duduk diatas kasur dengan bersandar pada dinding atau
sandaran kasur.
b. Letakkan bantal dibelakang punggung, dan dibawah lengan yang akan
memberikan tumpuan ketika ibu menggendong bayi.
c. Gunakan tumpuan kaki atau pijakan bila ibu duduk, khususnya bila
menggunakan kursi yang cukup tinggi.
d. Bisa juga ibu bersandar pada sandaran kasur dengan posisi menghadap
bayi dengan menggunakan bantal sebagai penyangga kepala, leher,
punggung dan kaki bagian atas.
2. Posisi bayi :
a. Disarankan untuk memulai persiapan pemberian ASI dengan
mengenakan pakaian yang sederhana pada bayi atau bahkan tidak
mengenakan pakaian, untuk meningkatkan kontak dengan ibu.
b. Baringkan bayi dalam dekapan ibu, dengan posisi menghadap
payudara. Posisi leher pada lipatan lengan, badan terbaring disepanjang
lengan dan pantat dipegang oleh tangan.
c. Setelah itu putarlah tubuh bayi sedemikian rupa sehingga posisi bayi
berhadapan dengan badan ibu.
d. Posisi tubuh bayi harus dalam kedaan tegak lurus menghadap tubuh
ibu, jangan memutar leher bayi untuk mencapai putting susu ibu.
e. Jika posisi bayi kurang tinggi, gunakan bantal untuk menyangga
lengan.
f. Posisikan lengan bayi dengan baik, lengan bawah diposisikan di bawah
payudara dan lengan yang atas bila mengganggu bisa ditahan dengan
menggunakan ibu jari lengan yang menggendong.
3 Posisi payudara :

24
a. Hal yang pertama perlu dilakukan dalam persiapan payudara menjelang
menyusui. Secara manual pijatlah payudara untuk mendapatkan
beberapa tetes ASI pada puting ibu, hal ini akan melembabkan payudara
ibu.
b. Tahanlah payudara, beban payudara ditahan dengan telapak tangan dan
jari-jemari di bawahnya dan ibu jari di atasnya.
c. Jauhkan jari dari daerah areola, sehingga menjauhi daerah tempat bayi
menghisap susu, hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi.
4 Memulai menyusui :
a. Dekatkan mulut bayi pada puting yang sudah lembab tadi, lalu pijatlah
bibir bayi dengan lembut untuk merangsang refleks menghisap pada
bayi.
b. Ketika mulut bayi terbuka, segeralah melekatkan mulut bayi di tengah
payudara dan dekatlah bayi dengan erat ke tubuh ibu.
c. Pastikan bayi menghisap hingga areola payudara bukan puting susu ibu,
dengan ini nyeri pada payudara selama menyusui bisa dihindari.
d. Buatlah penyesuaian dengan irama pernafasan bayi.
e. Ketika bayi sudah menghisap ASI dengan baik maka pastikan kita
mengatur posisi payudara dengan baik, tahan berat payudara dengan
tangan sehingga berat payudara tidak seluruhnya membebani mulut dan
bibir bayi.
f. Hal terakhir yang cukup penting adalah, ketika kita akan menghentikan
pemberian ASI, jangan menarik mulut bayi dari payudara ketika bayi
masih menghisap. Maka hentikan dahulu hisapan bayi lalu jauhkan bayi
dari payudara dengan perlahan-lahan, hal ini bertujuan agar penghentian
menyusui ini tidak melukai payudara, yang bisa berakibat nyeri hingga
infeksi payudara.

2.9 TANDA CUKUP ASI


Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup
mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa banyak
atau berapa sering pemberian ASI yang baik itu.
Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk
mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
25
a. Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara
teratur untuk menyusui.
b. Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan
terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap
dan menelan ASI yang diberikan.
c. Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing
payudara setiap menyusui.
d. Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.
Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk
memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari dua
bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka
pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi
menyusui menjadi lebih singkat.
e. Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang
cukup.
f. Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami
peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
g. Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang
sehat pula

2.10 TIPS SUKSES ASI EKSKLUSIF


Ini tips sukses ASI eksklusif sampai 6 bulan dan sukses KB alamiah sampai 7
bulan.
1. Susui bayi sesering mungkin. Payudara kanan dan kiri. Jangan
dijadwalkan. Produksi ASI mengikuti hukum permintaan, semakin 
sering dihisap, maka semakin banyak berproduksi.
2. Pompa payudara sehabis menyusui. Payudara yang kosong akan 
semakin mempercepat produksi ASI.
3. Jangan terlalu cepat memindahkan posisi menyusui dari payudara kiri
ke kanan, dan sebaliknya. ASI yang keluar setelah 15 menit  pertama  
justru banyak mengandung lemak yang dapat mengenyangkan bayi. 
Jangan  lakukan posisi menyusui tiduran kae\rena jika ibu ketiduran
akan berdampak bayi ketindihan dan gak bisa bernafas.

26
4. Makan makanan yang bergizi dan minum cairan yang cukup banyak.
Bisa air putih, jus buah, susu rendah lemak, kuah makanan.  Daun
katuk segar  lebih cepat menghasilkan daripada suplemen seperti Pro
ASI atau  Lancar  ASI. Jangan pikirkan diet dulu. Melangsingkan
tubuh bisa  dilakukan  kapan saja sementara menyusui waktunya cuma
sebentar  sementara  manfaat baiknya untuk bayi adalah untuk
kecerdasan dan  daya  tahan tubuhnya.
5. Minum madu juga sangat bermanfaat
6. Ibu harus cukup istirahat dan jangan stress. Stres dapat menurunkan
produksi ASI
7. Jika bayi masih tampak kurang puas juga, pompa ASI dan masukkan
ke botol untuk diberikan ke bayi.
8. Ini yang paling penting, yaitu rasa percaya diri bahwa kita mampu
untuk memberikan yang terbaik untuk bayi kita yaitu ASI.
9. Memberikan ASI eksklusif terutama sangat dianjurkan untuk bayi-bayi
yang dilahirkan dengan cara caesar. Bayi “caesar” mengalami
intensitas kesakitan yang sangat tinggi dibandingkan dengan bayi lahir
normal  yang sudah mengalami exercise dalam proses kelahiran
sebelum  akhirnya  muncul ke dunia dan beradaptasi dengan dunia
luar. Dengan memberikan ASI,  maka dapat membantu mencegah
infeksi dan mengurangi rasa  sakit yang  diderita bayi.

2.11 KECAMATAN JEKULO


Lingkungan :
1. Batas daerah :
a. Bagian Timur : Kab. Pati
b. Bagian Barat : Desa Jekulo
c. Bagian Selatan : Desa Bulung Cangkring & Kab. Pati
d. Bagian Utara : Desa Tanjungrejo
2. Luas wilayah :
a. Tanah sawah : 1.698,80 Ha
b. Tanah pekarangan : 1.113,36 Ha
27
c. Hutan : 404,59 Ha
d. Lain-lain : 459,82 Ha
e. Daratan : 75 %
f. Pegunungan : 25 %
3. Transportasi :
a. Jarak Puskesmas ke desa-desa 2 km dapat dijangkau mobil/ sepeda motor
b. Jarak Puskesmas Ke Kabupaten 10 Km.
c. Musim hujan dapat dilalui kendaraan.
4. Jumlah wilayah kerja :
a. Desa Klaling b. Desa Sidomulyo
c. Desa Pladen d. Desa Terban
e. Desa Bulungkulon f. Desa Gondoharum
5. Komunikasi berita :
NO KETERANGAN JUMLAH
1 1 Kantor Pos 1
2 Surat Kabar 1
3 Telepon Puskesmas 2

6. Jumlah Penduduk/ KK
NO DESA L P JML KK
1. Klaling 3.863 3.950 7.813 2.336
2. Pladen 2.664 2.678 5.342 1.369
3. Sidomulyo 1.275 1.255 2.530 913
4. Bulung Kulon 5.077 5.506 10.583 3.046
5. Terban 3.661 3.824 7.485 1.849
6. Gondoharum 3.449 3.345 6.794 2.145
Jumlah 19.989 20.558 40.547 11.658

7. Jumlah penduduk menurut pendidikan :


NO. URAIAN JUMLAH
1. Tidak Tamat SD / belum 7.197
2. Tamat SD / MI 12.625
3. Tamat SMP / MTS 8.359
4. Tamat SMA / MA 6.331
5. Perguruan Tinggi 3.708

8. Jumlah Penduduk menurut pekerjaan :


NO URAIAN JUMLAH
1 Buruh Tani 6.645
2 Petani 3.725
3 Buruh Industri 3.425

28
4 Buruh Bangunan 2.155
5 Pedagang 1.105
6 PNS / ABRI 705
7 Lain-lain 2.112

9. SARANA PENDIDIKAN ;
NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN
1 Jumlah TK/RA 12/8 6 Desa
2 Jumlah SD 27 6 Desa
3 Jumlah MI 5 Sidomulyo, Gondoharum,
Klaling, Pladen, Bulung Kulon
4 Jumlah SMP 1 Gondoharum
5 Jumlah MTS 3 Gondoharum, Sidomulyo, Bulung
Kulon
6 Jumlah 1/1 Klaling
SMA/SMK
7 Jumlah MA 1 Sidomulyo
JUMLAH 59 6 Ds. Wil Pusk. Jekulo

10. JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA :


NO URAIAN JUMLAH KET
1 Islam 38.264
2 Katholik 95
3 Kristen 351
4 Budha -
5 Hindu -

11. SARANA PEREKONOMIAN :


NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN
1 BRI 1 Desa Klaling
2 KUD 1 Desa Klaling
3 BKK 1 Desa Klaling
4 KPN 1 Desa Klaling

12. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN :


NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN
1 Puskesmas Induk 1 Klaling
2 Pusk. Pembantu 5 Pladen, Bulung Kulon,
G.Harum, Terban, Klaling
3 Pustu Astek 1 Terban
4 Pusling 4 Sidomulyo, Klaling, G.Harum,
Terban

29
5 Polindes 6 Pladen, Sidomulyo, Bulung
kulon, Gondoharum, Terban,
Klaling
6 Posyandu 96 6 Desa Wil. Pusk. Jekulo
7 Balai Pengobatan 1 YKK Klaling
8 Rumah Bersalin 1 RB.Darus Syifa
9 RSIA 1 RSIA Nurus Syifa

13.JUMLAH PONDOK PESANTREN :


DESA NAMA JUMLAH SANTRI
NO
1 Gondoharum Dzikrul Hikmah
2 Sidomulyo Al – Husna
3 Bulungkulon Al – Utsmaniyah
JUMLAH 3

14. DATA CAKUPAN ASI


Cakupan ASI Eksklusif sampai bulan Agustus 2017 mencapai 28,7%.

15. PERILAKU PENDUDUK YANG MERUGIKAN:


a. Sebagian ibu menyusui memberikan susu formula pada bayi usia 0-6
bulan dengan alasan malas dan agar saat pergi jauh tidak perlu kesulitan
untuk memberikan susu pada anak

16. PERILAKU PENDUDUK YANG MENGUNTUNGKAN KESEHATAN:


a. Hidup secara kekeluargaan dan gotong royong.
b. Adanya pengajian yang dipakai untuk sarana penyuluhan.
c. Pertemuan pamong / tokoh masyarakat setiap bulan.
d. Adanya perkumpulan olah raga disetiap desa.
e. Dalam pertolongan persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan

30
BAB III

METODE MINI PROJECT

3.1 Judul Mini Project


Strategi Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif Bagi Ibu di Wilayah Puskesmas
Jekulo Kabupaten Kudus

3.2 Kegiatan
1. Pemberian buku panduan ASI eksklusif SELASIH bagi para ibu menyusui
2. Sosialisasi buku SELASIH pada bidan desa dan kader
3. Menunjuk salah seorang ibu duta ASI Eksklusif sebagai Mother of the Month
4. Evaluasi program

3.3 Sasaran
Terlampir

3.4 Waktu dan Tempat


Terlampir

3.5 Biaya
Pembiayaan semua kegiatan dari BOK, Puskesmas, dan dana mandiri

3.6 Pelaksana
Dokter Internship Kabupaten Kudus
Pemegang Program GiziUPT Puskesmas Jekulo
Bidan desa
Kader
Warga Kecamatan Jekulo

31
3.7 Teknis Pelaksanaan
1. Mengumpulkan data cakupan ASI eksklusif tiap desa di wilayah kerja
Puskesmas Jekulo.
2. Melakukan pengolahan data hingga mendapatkan kesimpulan
3. Merumuskan program atau menyempurnakan program yang telah berjalan
sesuai dengan temuan masalah yang ada
4. Melakukan sosialisasi program kepada petugas puskesmas terkait yaitu
pemegang program gizi.
5. Menyusun buku panduan ASI eksklusif SELASIH
6. Menyusun standar operasional prosedur pemberian buku panduan ASI
eksklusif SELASIH
7. Menunjuk salah seorang duta ASI eksklusif sebagai Mother of the Month
a. Melakukan seleksi dari duta ASI eksklusif yang telah ditunjuk dari
seluruh desa wilayah kerja Puskesmas Jekulo setiap bulan
b. Memberikan penghargaan kepada ibu yang terpilih sebagai Mother of
the Month
c. Ibu yang terpilih sebagai Mother of the Month akan dipajang fotonya di
ruang KIA
3.8 Evaluasi Program
Dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tiap program, dengan cara
mengevaluasi cakupan ASI eksklusifdi wilayah kerja Puskesmas Jekulo.

32
LAMPIRAN

LAMPIRAN I

PENGAMBILAN MASALAH DENGAN METODE USG

Dari masalah yang telah ditentukan dilakukan penentuan prioritas masalah


dengan metode usg sebagai berikut:
Diambil 4 masalah besar sebagai berikut:
1. Rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif
2. Rendahnya cakupan bayi BBLR yang ditangani
3. Rumah tangga sehat paripurna
4. kesembuhan penderita TB positif
Dengan peserta USG adalah:
1. dr. Ajeng Indraswari Fiananda
2. dr. Ayu Kusumawati
3. dr. Dina Ameliana
4. dr. Diyah Nurmawadah
5. dr. Manista Astriyani
6. dr. Zhita Wahyu Agrinartanti

Pengambilan USG
Tabel I Data Pengambilan Urgency

PESERTA Jumlah
MASALAH
1 2 3 4 5 6
1 3 3 4 4 3 4 21
2 3 3 3 3 3 3 18
3 4 3 3 3 4 3 20
4 3 3 4 3 3 3 19

Tabel II Data Pengambilan Seriousness

PESERTA Jumlah
MASALAH
1 2 3 4 5 6
1 3 3 4 4 3 4 21
2 3 3 4 3 3 3 19
3 4 3 3 3 4 3 20
4 3 3 4 3 3 3 19

33
Tabel IIIData Pengambilan Growth

PESERTA Jumlah
MASALAH
1 2 3 4 5 6
1 4 4 4 4 3 4 23
2 3 4 3 3 3 3 19
3 4 3 3 3 4 3 20
4 3 3 4 3 3 3 19

Tabel IV Hasil Skoring USG

MASALA URGENC SERIOUSNES GROWT TOTA RANKIN


H Y S H L G
1 21 21 23 65 1
2 18 19 19 56 4
3 20 20 20 60 2
4 19 19 19 57 3

Dari hasil skoring USG disimpulkanbahwa yang menjadiprioritas


masalah adalah: rendahnya cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif.

34
LAMPIRAN II
Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone Analysis

35
LAMPIRAN III
RENCANA USULAN KEGIATAN
Tabel Rencana Usulan Kegiatan Upaya Kesehatan
STRATEGI PENINGKATAN CAKUPAN ASI EKSKLUSIF
No Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Daya Indikator Sumber
Kesehatan Dana Alat Tenaga Keberhasilan Pembiayaan

36
1. KIA Sosialisasi dan Meningkatkan Ibu hamil 100% Buku Petugas Kesehatan : Ibu paham dan Pkm
pemberian buku cakupan pemberian yang baru saja “SELASIH” Bidan, dokter dapat melakukan mandiri
“SELASIH” ASI Eksklusif usia melahirkan pemberian ASI
0-6 bulan eksklusif

2 KIA Sosialisasi Meningkatkan Bidan desa 100% Buku Inship pemahaman Pkm
buku “SELASIH” pengetahuan tentang kader Ppt pemateri Mandiri
ASI Eksklusif Laptop
In focus
Ruangan
3 KIA Pemilihan Mother Mempublikasikan Duta ASI 100% Pigura Pemegang program Peningkatan Pkm
of the Month ibu menyusui yang eksklusif Sertifikat Gizi cakupan ASI Mandiri
berhasil Hadiah eksklusif
melaksanakan ASI
eksklusif, dan
memberikan
pengaruh kepada
ibu menyusui
lainnya.

37
LAMPIRAN IV

SOP
PEMBERIAN BUKU SELASIH
( ASI EKSKLUSIF, ANAK SEHAT IBU HEMAT)

1. Petugas kesehatan mendata semua ibu hamil yang ada di Puskesmas Jekulo.
2. Petugas kesehatan memberikan buku SELASIH kepada ibu hamil yang
memasuki usia kehamilan trimester 3 saat kelas ibu hamil.
3. Petugas kesehatan memberikan edukasi tentang isi dan cara pengisihan buku
SELASIH kepada ibu baru.
4. Petugas kesehatan menanyakan seberapa jauh pengetahuan ibu terkait buku
SELASIH.
5. Petugas kesehatan mengingatkan ibu agar selalu membawa dan menyerahkan
buku SELASIH kepada petugas kesehatan saat kegiatan posyandu atau
imunisasi.
6. Evaluasi buku SELASIH dilakukan setiap bulan pada saat kegiatan posyandu
atau imunisasi.
7. Evaluasi dilakukan oleh petugas kesehatan, yaitu bidan atau dokter.
8. Jika usia bayi kurang dari 6 bulan sudah mendapat asupan tambahan selain
ASI, maka evaluasi dinyatakan gagal.
9. Bila evaluasi berhasil sampai 6 bulan, maka ibu akan mendapatkan sertifikat
dan masuk nominasi MOM (Mom of the Month).
10. MOM merupakan wujud penghargaan yang diberikan kepada ibu yang berasil
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, RI, 2005. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan tentang


Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Pusat Kesehatan
Kerja, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. Depkes, RI, 1997. Petunjuk Pelaksanaan ASI Eksklusif Bagi Petugas
Kesehatan Puskesmas. Direktorat Jendral Binkesmas, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3. Permenkes RI No.33 tahun 2012 tentang Pemberian Asi Eksklusif.
4. Prasetyono, Sunar, Dwi. 2009. Cara menyusui yang Baik. Jakarta. Arcan.
5. Roesli, Utami. 2000. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta. Diva Press.
6. Roesli, Utami. 2007. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya.
7. Roesli, Utami, 2008. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta. Trubus Agriwidya.
8. Rosihan, M.(2014), Materi Penyuluhan Asi Eksklusif. [internet] dari:
https://mohamadrosihan.wordpress.com/2014/09/25/materi-penyuluhan-asi-
eksklusif[akses tanggal 13 Desember 2017].
9. Simkin, Penny, et all. 2007. Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Jakarta. Arcan.
10. Seputar sehat.com. Makalah Asi Eksklusif. (internet) dari
http://seputarsehat.com/contoh-makalah-asi-eksklusif/ akses tanggal 13
Desember 2017.
11. Hapsari RW. (2009). Pemberian Asi Eksklusif. (internet) dari
https://superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-pemberian-
asi-eksklusif/ akses tanggal 13 Desember 2017.
12. Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC.
13. Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. (2001), Faktor-faktor Pemberian ASI.
Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor Sosial Ekonomi,
Demografi, dan Perawatan Kesehatan. [internet] dari:
http://www.tempo.co.id/
14. Sri Purwanti, Hubertin. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta. EGC.

39

Anda mungkin juga menyukai