OLEH :
Kelompok 7 tingkat IC
Nurhalizah (P00320022127
Dwi Putri Wulandari (P00320022125)
Sitti Khadijah Nur Aulia(P00320022126)
Muh. Arkan Fikri(P0000000000320022128)
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Gizi Dan Diet dengan tema
“kebutuhan Gizi Ibu Menyususi(BUSUI)”.Dalam menyelesaikan makalah ini,kami banyak
menerima bantuan,dukungan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang terkait
sehingga pada kesempatan ini kami berpikir banyak terima kasih kepada Ibu Dali ,
SKM,M.Kes selaku dosen mata kuliah Gizi Daan Diet,kepada teman-teman serta pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini.Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
dalam penyempurnaan ataupun perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik
dalam penulisan yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................6
1.3 Tujuan...................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................7
A. Pengertian Busui......................................................................................................7
1. Menyusui atau laktasi...........................................................................................7
a).Produksi ASI......................................................................................................7
b).Pengeluaran asi..................................................................................................7
2, Faktor yang memengaruhi keberhasilan menyusui..............................................8
a). karakteristik ibu.............................................................................................8
B. Gambaran fisiologi dan perubahan pada busui.....................................................9
1. Proses fisiologi menyusui....................................................................................9
C. Kebutuhan gizi dan peranannya...........................................................................13
D. Pentingnya pemberian asi da teknik pemberiannya.............................................15
E. Faktor yang memengaruhi produksi asi............................................................16
F. Kebutuhan dan prinsip gizi busui.......................................................................18
G. Tata laksana diet busui.......................................................................................18
H. pengganti asi.......................................................................................................23
j.Hasil penelitian......................................................................................................22
I.Masalah-masalah gizi............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap orang tua pasti mendambakan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
pada buah hatinya. Setiap bayi yang terlahir ke dunia ini sangat membutuhkan nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pula. Air susu ibu merupakan nutrisi
terpenting bahkan makanan utama bagi bayidimana tidak ada makanan lain yang mampu
manyainginya. Sebagai nutrisi terpenting dan tak tersaingi tentu sangat rugi jika tidak
memberikan ASI pada buah hati ibu, apalagi jika lebih memilih atau menggantikannya
dengan produk lain.
ASI merupakan makanan yang terbaik dan yang paling ideal untuk bayi. Asi
mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam jumlah dan perimbangan yang tepat.
Disamping itu, ASI mengandung zat kekebalan atau antibodi yang berfungsi untuk
melindungi bayi dari berbagai kuman penyakit. ASI eksklusif adalah air susu ibu yang wajib
diberikan atau disusukan pada bayinya yang baru lahir sampai bayinya berusia 6 bulan, tanpa
memberikan tambahan apapun pada bayinya, baik air putih, sari buah maupun susu formula.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang
diperoleh, termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI
tanpa bahan makanan lain yang dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia bayi 6
bulan.Setelah itu, ASI hanyaberfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama
untuk bayi yang mendapat makanan tambahan.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), presentasi ASI eksklusif tahun
2016 melalui data The Global Breastfeeding Scorecard diperoleh dari 194 negara hanya
terdapat 40% bayi disusui secara eksklusif dan hanya 23 negara yang memiliki tingkat
menyusui eksklusif diatas 60%. Padahal, World Health Organization (WHO) sendiri
memiliki target setidaknya 50% ASI Eksklusif pada tahun 2025.
ASI eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain, ASI dapat diberikan sampai bayi berusia
2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional
yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga maupun
negara. (3) ASI mengandung gizi tinggi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan bayi,
bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bayi untuk mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan. Namun ternyata, capaian ASI eksklusif di Indonesia belum
mencapai angka yang diharapkan.
Data Badan Kesehatan Dunia tahun 2016 masih menunjukkan rata-rata angka
pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38%. Di Indonesia meskipun sejumlah besar
perempuan (96%) menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi
yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat anak-anak
mendekati ulang tahunnya yangke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI. Jika dibandingkan
dengan target WHO yang mencapai target 50%, maka angka tersebutmasihlah jauh dari
target. Berdasarkan data yang dikumpulkan International Baby Food Action Network
(IBFAN) 2014, Indonesia menduduki peringkat ke tiga terbawah dari 51 negara di dunia yang
mengikuti penilaian status kebijakan dan program pemberian makan bayi dan anak (Infant-
Young Child Feeding).World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian
ASI eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan
makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Berdasarkan data UNICEF (2013), sebanyak
136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara
eksklusif dalam 6 bulan pertama. Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif di negara industri
lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi ASI eksklusif, sementara di negara
berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan data United National Children Fund (UNICEF), cakupan presentasi ASI
eksklusif pada tahun 2016 hanya 43%. Rwanda menjadi Negara yang memperoleh ASI
eksklusif tertinggi yakni 87%, sedangkan Chad menjadi Negara yang memiliki presentasi
pemberian ASI eksklusif terendah yakni 0,3%.Pemberian ASI eksklusif berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
dilahirkan selama 6 bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral. Durasi optimal pemberian ASI eksklusif 6
bulan dapat dicapai bila status gizi ibu menyusui baik.
Cakupan pemberian ASI di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 55,7% dan jika
mengacu pada target renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka secara nasional
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari enam bulan telah mencapai
target. Menurut provinsi, kisaran cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan antara
26,3% (Sulawesi Utara) sampai 86,9% (Nusa Tenggara Barat). Dari 33 provinsi yang
melapor, sebanyak 29 diantaranya (88%) berhasil mencapai target renstra tahun 2015.
Sedangkan pada tahun 2016 di Indonesia di ketahui bahwa jumlah presentase bayi mendapat
ASI usia 0-5 bulan sebesar 54,0%. Dari 10 Provinsi yang ada di pulau Sumatera, Bengkulu
menjadi provinsi dengan cakupan ASI eksklusif paling tinggi di Sumatera yaitu sebanyak
76% dan Sumatera Utara menjadi satu-satunya yang memiliki cakupan ASI eksklusif yang
paling rendah di pulau Sumatera yaitu sebanyak 33%.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai nilai
biologis tertentu, dan mengandung subtansia yang spesifik. Ketiga sifat itulah yang
membedakan ASI dengan susu formula. Pengeluaran ASI bergantung pada umur
kehamilan sehingga ASI yang keluar dari ibu dengan kelahiran premature akan
berbeda dengan ibu yang bayinya cukup bulan. Dengan demikian pengeluaran ASI
sudah diatur sehingga sesuai dengan tuanya kehamilan (Manuaba,
2010).Kandungan yang terkandung dalam ASI diantaranya:
a. Kolostrum
Adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah kelahiran bayi,berwarna
kekuningan dan lebih kental, karena mengandung banyak vitamin A, protein dan zat
kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum
juga mengandung vitamin A, E, dan K serta beberapa mineral seperti Natrium dan
Zn.
b. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap
hari, ini tergantung pada kebutuhan tumbuh kembang bayi. Rasio jumlah laktosa
dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI terasa lebih manis disbanding dengan
PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung
tidak mau minum PASI. Dengan demikian, pemberian ASI akan semakin sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel
syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu, karbohidrat
memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan factor bifidus di dalam usus
(faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan
menguntungkan) dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi.
c. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein
yang terdapat dalam susu formula. Selain itu, komposisi asam amino ASI sangat sesuai
untuk kemampuan metabolism bayi baru lahir.
d. Taurin
Adalah bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi
sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak
e. Lemak
Lemak pada ASI lebih mudah dicerna dan diabsorbsi dari pada lemak di dalam susu
sapi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70- 78%.
f.Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium
dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap, dan jumlahnya
tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI, kandungan mineral jumlahnya cukup
tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hail ini akan memperberat kerja usus
bayi, serta menganggu keseimbangan dalam usus, dan meningkatkan pertumbuhsn
bakteri yang merugikan, sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal.
Bayi akan kembung, gelisah, bahkan menangis karena obstipasi atau gangguan
metabolisme.
g. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukup kebutuhan bayi
sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum mampu
membentuk vitamin K.
Berikut ini adalah beberapa perubahan yang akan terjadi pada tubuh Anda,
ketika menyusui :
1. Puting Anda mungkin akan terluka
Memasuki masa menyusui yang pertama, puting Anda mungkin
akan terluka atau mengalami iritasi. Mengapa? Hal ini mungkin
dikarenakan puting Anda belum pernah merasakan tingkat rangsangan
sepertisaat menyusui sebelumnya. Untuk menenangkan rasa sakit yang
terjadi, Anda bisa menggunakan bahan-bahan dapur atau krim tertentu.
2. Perut Anda mungkin akan merasa seperti kram menstruasi Oksitosin,
hormon yang memicu keluarnya ASI akan menyebabkan rahim menyusut
kembali ke ukuran normal, dan inilah yang akan membuat Anda merasakan
sakit, seperti kram. Rasanya memang tidak nyaman, namun ini merupakan
pertanda bahwa tubuh Anda sedang dalam masa penyembuhan.
3. Ukuran bra Anda akan naik
Setelah melahirkan, tubuh akan memproduksi lebih sedikit hormon
estrogen dan progesteron, namun akan lebih banyak prolaktin atau hormon
penghasil susu.Perubahan ini akan membuat payudara tumbuh lebih daripada saat
Anda hamil.
4. Anda bisa menurunkan berat badan setelah hamil lebih cepat Hal baik yang
mungkin bisa Anda dengar adalah saat menyusui, Anda membakar 300 sampai
dengan 500 kalori per hari, yang berarti juga penurunan berat badan.Tentu saja,
hal ini bervariasi pada setiap orang.
• Waktu minum yang paling baik adalah pada saat bayi sedang menyusui atau
sebelumnya, sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti.1 0 Kebutuhan cairan
dapat diperoleh dari air putih, susu, jus buah-buahan dan air yang tersedia di dalam
makanan. 7, 8
• Tambahan protein diperlukan untuk mendukung pertumbuhan payudara dalam
pembentukan ASI. Kebutuhan protein selama 1 tahun pertama menyusui bertambah
17 sampai 20 g per hari dari kebutuhan wanita dewasa, jadi sekitar 67 sampai 70 g
protein per hari.Protein diperlukanjuga untuk sintesis hormon prolaktin (untuk
memproduksi ASI) dan hormone oksitosin (untuk mengeluarkan ASI). Zat gizi mikro
yang diperlukan selama menyusui adalah zat besi, asam folat,vitamin A, B1 (tiamin),
B2 (riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), Vitamin C, vitamin D, iodium, zink dan
selenium. Defisiensi zat gizi tersebut pada ibu menyebabkan turunnya kualitas ASI.
• Lemak; Asam lemak sangat esensial untuk pertumbuhan payudara dan sintesis
prostaglandin. Kebutuhan asam lemak esensial meningkat menjadi 4,5% dari kalori.
Kebutuhan lemak dapat dipenuhi 25-30% dari total kalori sesuai dengan keadaan ibu.
• Karbohidrat;Kebutuhan karbohidrat dapat ditentukan dengan menghitung
sisa kebutuhan kalori setelah dikurangi lemak dan protein. Bentuk karbohidrat perlu
diperhatikan apabila ibu mengalami gangguan metabolisme karbohidrat,seperti
diabetes .Untuk kasus ini, perlu digunakan karbohidrat yang rendah glikemik load.
1. Pastikan ibu duduk dengan sangat nyaman dan gunakan penyangga punggung
dan kaki saat menyusui.
2. Gunakan bantal untuk menyangga tubuh bayi.
3. Posisi perut bayi dan ibu harus menempel satu sama lain selama proses menyusui.
4. Arahkan puting dengan memegang payudara ke arah bayi.
5. Tempelkan puting ke hidung atau bibir atas bayi, agar ia mau membuka mulutnya.
6. Jika bayi belum mau membuka mulutnya, jangan dipaksa ya!
7. Posisikan kepala bayi agak ke belakang, supaya dagu bayi tidak menempel
Ke dadanya.
8. Nah, dagu bayi posisinya menempel pada payudara ibu.
9. Bagian aerola diusahakan masuk semua ya ke dalam mulut bayi, khususnya
areola bawah.
10. Kalau teknik-teknik di atas sudah dilakukan dengan benar, ibu bisa lho
melihat gerakan rahang bayi dan mendengar suaranya menelan ASI
.
F. Kebutuhan prinsi GIZI ibu menyusui (zat gizi makro dan mikro)
Kebutuhan nutrisi yang tepat tidak hanya harus diperhatikan oleh anak pada
masa awal kehidupan saja. Ibu menyusui yang memberi ASI Eksklusif juga perlu
sangat memperhatikan asupan konsumsinya.Dalam mendukung tumbuh kembang dan
mencegah stunting, bayi membutuhkan asupan air susu ibu (ASI) eksklusif pada umur
0 -6 bulan. Guna mendukung mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif, nutrisi
untuk ibu menyusui harus dipenuhi dengan baik. Nutrisi makro atau makronutrien
adalah zat gizi yang diperlukan dalam jumlah besar dalam tubuh, umumnya sebagai
pemberi tenaga. Yang termasuk ke dalam nutrisi makro adalah karbohidrat, protein, dan
lemak.
Contoh Makanan dengan Gizi Makro dan Mikro Beberapa contoh makanan
yang mengandung zat gizi makro maupun mikro yang dapat dikonsumsi oleh ibu
menyusui adalah:
-Karbohidrat, seperti kentang, roti, pasta, makaroni, ubi, dan singkong
-Protein, termasuk daging, ikan, telur, makanan laut untuk protein hewani serta
tahu, tempe, dan kacang-kacangan untuk protein nabati. Susu juga merupakan
salah satu sumber protein yang baik untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui
-Lemak, contohnya adalah lemak tak jenuh seperti minyak zaitun, minyak
jagung, lemak dari makanan laut.
-Zat besi, antara lain ada di dalam daging merah dan aneka sayuran hijau.
-Kalsium, terdapat di susu, keju, dan yogurt
-Vitamin B, contohnya adalah ikan, daging merah, dan udang.
-Asam folat, dapat diperoleh di dalam telur, kacang-kacangan, dan sayuran hijau
Diet buteki dilakukan dengan mengatur pola makan, baik itu ukuran, porsi serta
kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi buteki untuk memenuhi kebutuhan
kecukupan ASI untuk bayi. Diet yang berbentuk nutrisi selanjutnya akan diubah menjadi
nutrien melalui proses metabolisme. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan
diet dengan kecukupan ASI pada buteki di Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo Pacitan.
Desain penelitian ini korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada
penelitian ini buteki, 21 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Ngadirojo, dengan menggunakan
total sampling.
Variabel independen adalah diet, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kecukupan ASI . Data dikumpulkan menggunakan kuesioner untuk diet dan observasi
untuk kecukupan ASI. Kemudian dianalisis menggunakan ujispearmen rank. Hasil penelitian
menjukkan hampir seluruhnya (90,5%) diet buteki dalam katagori cukup, dan hampir
selurunya (76,2%) kecukupan ASI dalam katagori cukup. Hasil uji statistik diketahui p-value =
0,002 pada taraf signifikan (α) = 0,05 dan r = 0,647. Maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan diet dengan kecukupan ASI. Hal ini menunjukan korelasi hubungan kuat dengan
arah positif. Artinya jika diet cukup maka kecukupan ASI akan cukup. Sehingga diharapkan
bagi buteki untuk menerapkan diet yang baik dan benar, mengikuti penyuluhan kesehatan
seperti diet buteki serta pentinya ASI eksklusif.
Komposisi ASI dapat dipengaruhi oleh nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu selama
menyusui (Eidelman, 2005). Makanan yang dikonsumsi ibu yang tidak mengandung zat
gizi yang cukup akan mengakibatkan kelenjar-kelenjar air susu dalam payudara ibu tidak
dapat bekerja dengan sempurna sehingga akan mempengaruhi produksi ASI (Sumarah,
2009). Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring
nasi ditambah 1 butir telur, maka diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori
yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Ibu menyusui dapat
menghasilkan 1 liter ASI dengan mengkonsumsi makanan tambahan yaitu setara
dengan 3 piring nasi dan 1 butirtelur (Roesli, 2000).
Ibu menyusui sebaiknya mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang setiap
hari karena dalam proses menyusui membutuhkan energi dan zat gizi seperti
karbohidrat, protein, mineral dan vitamin. Bahan makanan sumber vitamin juga
diperlukan untuk meningkatkan kadar berbagai vitamin dalam ASI (Roesli, 2000). Ibu
menyusui seharusnya mengkonsumsi lebih banyak cairan seperti air putih, susu dan
buah (Hidayat, 2008). Sutomo (2010) mengemukakan bahwa beberapa bahan makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu menyusui adalah sebagai berikut:
a. Protein hewani
Protein yang berasal dari hewan ini berfungsi sebagai sel pembangun dan membantu
meningkatkan kecerdasan otak. Ibu menyusui sebaiknya mengkonsumsi bahan-
bahan makanan yang mengandung protein hewani seperti udang, ayam, daging dan
ikan (Sutomo, 2010)
b. Protein nabati
Protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ini berfungsi untuk membentuk dan
memperbaiki sel-sel tubuh. Protein nabati juga mengandung serat makanan yang
membantu melancarkan proses pencernaan (Sutomo, 2010)
c. Sayuran hijau
Sayuran hijau mengandung karoten (provitamin A). Kandungan beta karoten pada
sayuran mencegah risiko kanker dan meningkatkan fungsi paru-paru-paru. Sayuran
juga mengandung vitamin yang berfungsi sebagai antioksidanuntuk kekebalan tubuh
(Sutomo, 2010).
d. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan memiliki kandungan nutrisi tinggi. Kacang-kacangan merupakan
sumber vitamin, mineral dan serat yang baik (Sutomo, 2010).
2. Konsumsi Susu Sapi pada Ibu Menyusui
Ibu menyusui harus mendapatkan nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI. Kalori yang dibutuhkan bagi ibu menyusui
dapat mencapai 2700 kalori. Ibu menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalori tinggi meliputi karbohidrat, lemak dan protein (Bahiyatun, 2009). Ibu
menyusui juga memerlukan cairan hingga 3000 ml, oleh karena itu untuk kebutuhan
cairan dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi susu. Susu sangat dianjurkan untuk
dikonsumsi oleh ibu menyusui karena mengandung berbagai zat gizi. Ibu yang memiliki
riwayat alergi atau tidak suka minum susu perlu menambahkan 1 gram kalsium per hari
(Behrman, 2000).
Susu merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar mammae pada semua
mamalia. Susu mengandung sejumlah gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan dan pemenuhan gizi. Konsumsi susu selama menyusui dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas ASI (Eidelman, 2005). Susu yang dikonsumsi selama menyusui
adalah susu sapi. Susu sapi merupakan rekomendasi bagi ibu menyusui karena memiliki
kebutuhan gizi seperti kalsium, protein, fosfor, kalium, niasin, asam amino, vitamin A dan
B2 serta senyawa bermanfaat lainnya (Gartner, 2005).
a. Susu Segar
Susu segar adalah air susu yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat
yang tidak terkena mastitis secara terus-menerus yang tidak dikurangi atau
ditambah dengan bahan apapun (Wirakusumah, 2010).
b. Susu Murni (Whole Milk)
Susu murni mengandung sekitar 3,25% lemak susu dan 8,25 solid bukan lemak. Susu
murni diberi tambahan vitamin A dengan kadar minimum 2000 IU per quart (0,9463)
dan vitamin D dengan kadar minimum 400 IU per quart (Miller, 2007).
c. Susu Organik
Susu organik diproduksi dari sapi yang diternakkan tanpa menggunakan pestisida,
pupuk sintesis, antibiotik dan hormon. Produk susu organik terdapat dalam bentuk cair
segar, bubuk dan susu cair kental manis. Susu bubuk (skim) dibuat dari susu sapi yang
sebagian lemaknya telah dikeluarkan (Park, 2009, Miller, 2007).
e. Susu Tanpa Lemak (Fat-free/ Skimmed/ Non Fat Milk
Susu tanpa lemak mengandung kurang dari 0,5% lemak susu dan 8,25%
padatan bukan lemak. Susu tanpa lemak diberi tambahan vitamin A dengan kadar
2.000 IU per liter dan vitamin D dengan kadar 400 IU per quart (Miller, 2007).
f. Susu Rendah Lemak (Reduced Fat/ Low-Fat, semi-skimmed Milk)
Susu rendah lemak mengandung 0,5% sampai 2% lemak susu dan 8,25%
padatan bukan lemak. Untuk produksi susu cair yang sebagian lemaknya telah
dihilangkan. Susu jenis ini kadar lemaknya susunya tidak kurang dari 1,25% dan
tidak lebih dari 3% serta kadar proteinnya tidak kurang dari 2,7% (Park, 2009, Miller,
2007).
g. Susu Rendah Lactosa (Reduced Lactose milk
Susu rendah laktosa mengandung laktosa lebih rendah yaitu 70%
dibandingkan dengan susu murni (Miller, 2007). Apabila susu bayi tidak
memproduksi lactase gula susu akan utuh tidak pecah menjadi glukosa glukosa 3%
dan galaktosa sehingga menyebabkan bayi mencret, kembung, mulas, dan
pertumbuhan bayi tidak optimal. Selama mengalami gangguan pencernaan gula
susu, bayi perlu diberikan susu rendah laktosa agar pertumbuhannya optimal
(Nadeus, 2008; Miller, 2007).
h. Fortified Milk (susu yang telah diperkaya dengan zat lain) adalah susu
Segar yang ditambah dengan vitamin-vitamin dan mineral seperti vitamin D
(Park, 2009, Miller, 2007).
i. Susu Konsentrat (Concentrated Milk)
Susu konsentrat adalah susu segar yang dipanaskan di tempat khusus untuk
membuat susu kental (Park, 2009, Miller, 2007).
1. PASI
Susu formula adalah susu bubuk untuk bayi dalam kemasan kotak yang diproduksi
oleh sebuah perusahaan susu dan dijual secara bebas di pasaran atau toko-toko (Siti Nur,
2011). Susu formula boleh diberikan kepada bayi usia 0-6 bulan atas indikasi medi.Kondisi
medis bayi yang tidak memungkinkan pemberian ASI Eksklusif menurut PP No.33 tahun
2012 antara lain :
a. Bayi yang hanya dapat menerima susu dengan formula khusus, yaitu bayi
dengan kriteria antara lain; bayi dengan galaktosemia klasik, bayi dengan penyakit
kemih beraroma sirup maple, bayi dengan fenilketonuria
b. Bayi yang membutuhkan makanan lain selain ASI selama jangka waktu terbatas,
yaitu : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 1500 gram, bayi lahir kurang dari 32
minggu dari usia kehamilan, bayi baru lahir yang beresiko hipoglikemia
2. MENGAPA DIPERLUKAN
Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa persepsi ketidakcukupan ASI menjadi
penyebab utama dalam kegagalan pemberian ASI eksklusif (Cascone et al., 2019).
Penelitian terdahulu yang dilakukan di wilayah kabupaten Lebak ditemukan bahwa
pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan pekerjaan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif (Lindawati, 2019; Roslina, 2018).
Hal ini dikarenakan, tingkat pendidikan seseorang berkontribusi terhadap pengetahuan
seseorang, jika pengetahuan ASI eksklusif tepat maka akan terbentuk respon sikap ibu
yang baik terhadap ASI eksklusif dan dapat mendorong sebuah respon yang lebih baik
lagi yaitu menjadi tindakan yang nyata untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Namun, sikap ini belum tentu menjadi sebuah tindakkan yang nyata. Untuk menjadikan
sikap menjadi tindakan, perlu adanya dukungan dari pihak-pihak tertentu seperti
dukungan dari keluarga ibu (Golda et al., 2019).
Bagi ibu yang aktif bekerja di luar rumah untuk mencari sumber tambahan dalam
memenuhi kebutuhan hidup, sehingga pemberian ASI eksklusif mengalami hambatan
dikarenakan semasa cuti dan masa melahirkan yang singkat. Sehingga ibu yang bekerja
memilih untuk menggunakan susu formula. Selain itu, kemajuan teknologi dan
komunikasi serta gencarnya promosi susu formula di iklan (TV) membuat para ibu
beranggapan bahwa memberikan susu formula juga membuat bayi cepat tumbuh besar
dan adanya asumsi bahwasusu formula dapat menjadi pengganti ASI (Alim dan Samman,
2020). Berdasarkan studi pendahuluan pada 11 ibu yang memiliki bayi 6-11 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Banjarsari Kabupaten Lebak, dari hasil wawancara ditemukan
sebanyak 2 orang ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, peneliti
tertarik melakukan studi kasus untuk mengkaji faktor-faktor Gorontalo Journal of
Nutrition and Dietetic. Vol 2(1) Februari 2022 yang berperan dalam kegagalan pemberian
ASI eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Banjarsari, Kabupaten Lebak.
I. Masalah-Masalah Gizi yang Terjadi Pada Ibu Menyusui
1. Masalah Gizi
Masalah gizi di Indonesia dan Negara berkembang umumnya didominasi oleh
masalah KEP, anemia besi, GAKY, KVA dan masalah obesitas terutama di kota besar.
Anemia gizi umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu
menyusui, anak balita serta anak sekolah (Supariasa, 2002). Anemia pada ibu
menyusui akan menyebabkan gangguan nutrisi dan produksi air susu ibu (ASI)
menjadi kurang karena zat besi sangat dibutuhkan pada masa menyusui, bila
jumlahnya kurang maka dapat menimbulkan gangguan peredaran zat nutrisi dalam
tubuh ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada bayi (Soeharyo, 1999).
Ibu dengan gizi buruk umumnya memproduksi ASI dalam jumlah yang lebih
sedikit, tetapi kualitasnya tergantung pada makanan yang dimakan, umumnya
terdapat penurunan kadar lemak, karbohidrat dan vitamin (Irawan, 2003).
Masalah gizi yang paling umum dijumpai pada ibu hamil dan ibu menyusui
adalah anemia besi. Pada ibu menyusui sering terjadi anemia karena ibu sudah
mengalami anemia selama hamil dilanjutkan saat menyusui. Hal ini didukung
penelitian Yayasan Kusuma Buana tahun 2006-2007 yang menemukan 57% anak
balita di 21 Posyandu di Jakarta, Bekasi dan Sumedang menderita kekurangan zat
besi dengan konsentrasi hemoglobin < 12 g/dl, sedangkan ibu hamil 61,5%, ibu
menyusui 80%, dan ibu balita 76,2% (Lubis, 2008). Studi pendahuluan yang dilakukan
di Posyandu Desa Karang Kedawang tanggal 13 Pebruari 2009 terhadap 12 ibu
menyusui, ditemukan 9 orang (75%) dengan status gizi kurang dan 3 orang (25%)
dengan status gizi baik. Ibu dengan gizi kurang tersebut (9 orang) didapatkan 4 bayi
(44,5%) berat badannya tetap, 2 bayi (22,2%) berat badannya turun dan 3 bayi
(33,3%) berat badannya naik. Ibu yang mempunyai status gizi baik (3 orang), semua
bayinya (100%) mempunyai BB meningkat dibanding dengan BB bulan Januari 2009.
Ibu dengan status gizi cukup akan menimbun cadangan makanan nutrien
dalam tubuh yang digunakan untuk mengimbangi kebutuhan selama laktasi. Hal ini
sangat penting untuk proses adaptasi terhadap perubahan anatomi dan fisiologi bayi
yang berlangsung selama bulan pertama. Pada periode ini bayi juga berkembang
dengan sangat cepat, oleh karena itu dibutuhkan gizi yang tinggi. Bila kebutuhan gizi
bayi tidak terpenuhi maka akan memberikan kondisi kesehatan kurang atau kondisi
defisiensi yang menyebabkan pertumbuhannya tidak optimum. Kondisi defisiensi ini
merupakan awal dari keadaan gizi bayi yang buruk. Gizi buruk adalah kondisi tubuh
yang tampak sangat kurus karena makanan yang dimakan setiap hari tidak dapat
memenuhi zat gizi yang dibutuhkan, terutama kalori dan protein. Tanda awal gizi
buruk seperti berat badan anak letak titiknya dalam kartu menuju sehat (KMS) jauh
berada di bawah garis merah (BGM) dan bila hal ini tidak segera ditangani maka akan
terjadi KEP (Arisman, 2007). Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibanding saat
hamil. Saat menyusui diperlukan energi ekstra untuk memulihkan kondisi kesehatan
setelah melahirkan, untuk aktivitas sehari-hari serta pembentukan ASI.
Pada bulan pertama sesudah persalinan, produksi ASI umumnya sangat
banyak sehingga akan banyak keluar diisap oleh bayi dan ibu akan lebih cepat haus
serta lapar. Agar jumlah kalori yang keluar tersebut seimbang maka diperlukan
masukan nutrisi yang seimbang karena energi ini akan diproses lagi untuk
pembentukan ASI. Selama menyusui ibu memproduksi sekitar 800-1000 cc ASI
(Paath, 2005). Jumlah produksi ASI bergantung pada besarnya cadangan lemak yang
tertimbun selama hamil dan dalam batas tertentu. Rata-rata volume ASI wanita
berstatus gizi baik sekitar 700-800 ml.
Sementara yang berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 ml. Jumlah ASI
yang disekresikan pada 6 bulan pertama sebesar 750 ml sehari. Sekresi pada hari
pertama 128 Juli 2010: 126 – 137 Nurul Pujiastuti JURNAL KEPERAWATAN, ISSN:
2086-3071 hanya terkumpul sebanyak 50 ml yang kemudian meningkat menjadi 500,
650, dan 750 ml masing-masing pada hari kelima bulan pertama dan ketiga. Volume
ASI pada bulan berikutnya menyusut menjadi 600 ml.
Status gizi tidak berpengaruh terhadap mutu (kecuali volume) ASI, meskipun
kadar vitamin dan mineralnya sedikit lebih rendah (Arisman, 2007). Penilaian status gizi
ibu hamil dan ibu menyusui meliputi pengukuran antropometri serta biokimiawi
(Arisman, 2007). Status gizi ibu menyusui dapat diukur secara indeks antropometri yaitu
kombinasi antara beberapa parameter seperti mengukur berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas serta indeks masa tubuh yaitu berat badan dibagi tinggi badan
dikuadratkan. Untuk mengukur status gizi bisa dilakukan secara biokimiawi dengan
pemeriksaan Hb (Soeharyo, 1999).
Dari hasil penelitian terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil tentang resiko
tinggi kehamilan di usia lebih dari 35 tahun di Kelurahan Belawan Kecamatan Medan
Belawan Tahun 2018 kepada 30 responden maka diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1, Status gizi ibu memberikan peranan yang penting terhadap kuantitas dan
kualitas produksi. Status gizi ibu menyusui di pengaruhi oleh prinsip gizi
ibu menyusui, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pengaruh
status gizi bagi ibu menyusui.
2. Seorang ibu menyusui tidak harus makan dengan porsi besar-besaran
agar tidak kelaparan dan produksi lancar. Hindari minuman keras,
merokok dan mengonsumsi pil KB.
3. Pendidikan gizi bagi ibu menyusui makan makanan yang
bermanfaat, mengandung kalori, bergizi kaya akan vitamin dan
mineral.
4. Masalah pada ibu menyusui yang disebabkan oleh kekurangan zat
gizi seperti anemia zat besi, GAKI, KEP/PEM dan kekurangan vitamin
D.
5. Bagi orang tua Bayi. Supaya meningkatkan pengetahuan terkait
kebutuhan gizi bayi kepada tenaga kesehatan, tidak mengikuti sumber atau
anjuran pihak yang tidak berkompeten di bidang gizi bayi
6. Pemberian ASI eksklusif pada anak usia 0-12 bulan memiliki kontribusi
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak jika dibandingkan
dengan anak yang mendapat tambahan susu formula (PASI), ini
disebabkan karena kandungan dari ASI lebih kompleks dibanding susu
formula.
B. Saran
Besar harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
karna keterbatasan pengetahuan dan referensi,kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2017). Prosedur Penelitan Satuan Pendekatan Praktik, Rineka Cipta : Jakarta.
Depkes, 2006. Buku Pedoman Gizi Pada Bayi. Depkes, Jakarta.
Goi, 2013. Gizi Bayi. eJurnal UNG.
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/download/ 1090/ 887. Diakses pada 10
Agustus 2021.
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Laporan Penelitian.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018.
Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. (2015). Kerangka Kebijakan : Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan
1000 HPK). Jakarta: Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Nadesul, 2011. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarata, Puspa Swara
Ponidjan, 2010. Hubungan Pemberian ASI dan PASI Pada Usia 0-6 Bulan dengan Kejadian
Diare. JIK Volume 5 No. 1 Oktober 2010. Roesli, 2015. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta:
Trubus. Suririnah, 2016. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan Panduan Bagi Ibu Baru
Untuk Menjalani Hari-Hari Bahagia Dan Menyenangkan Bersama Bayinya.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. [diakses pada 20 November 2016] Dari:
https://books.google.co.id/books.bukupintarmerawatbayi Wahyuni, 2018. Gambaran
Pemberian Pengganti Air Susu Ibu (PASI) dini dengan Status Gizi Anak di Puskesmas
Menur Surabaya. Proram Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya. http://repository.unair.ac.id/85289/4/full%20text.pdf