MINI PROJECT
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Pelaksanaan Program Dokter Internsip
Oleh:
dr. Sandi Aulia Abadi
Pendamping:
dr. Khaidir Dja’far
1
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mini project yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Menyusui Terhadap Pemberian
ASI Ekslusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Panga”
dalam rangka memenuhi tugas dalam pelaksanaan program dokter internsip di
Wahana Kabupaten Aceh Jaya.
Terima kasih kepada dr. Khaidir Dja’far Sebagai dokter pendamping
intership Puskesmas Panga. Penulis menyadari bahwa penyusunan mini project ini
masih jauh dari sempurna, serta banyak terdapat kesalahan maupun kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan mini project ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ix
KATA PENGANTAR..............................................................................................x
DAFTAR ISI............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1........................................................................................................Latar Belakang 1
1.2...................................................................................................Rumusan Masalah 3
1.3....................................................................................................Tujuan Penelitian 3
1.4..................................................................................................Manfaat Penelitian 4
1.4.1.... Bagi Peneliti............................................................................................4
1.4.2.... Bagi Puskesmas Tapaktuan.....................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27
LAMPIRAN.............................................................................................................29
5
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pemberian ASI bisa saja mengalami hambatan dengan alasan produksi
ASI berhenti. Persoalan ini dialami oleh banyak ibu menyusui, tidak semua ibu
menyusui melakukan dengan benar, ada yang memberi makanan padat atau susu
formula sebelum bayi berusia empat atau enam bulan (Roesli, 2008). Anak dengan
kelahiran prematur dapat menjadi faktor kegagalan pemberian ASI Eksklusif oleh
karena daya isapan bayi masih sangat lemah. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi penggunaan ASI eksklusif yaitu faktor pengetahuan, faktor sosial
budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor tenaga kesehatan (Dwi, Rachmat,
2014).
disusui terdapat pada kelompok baduta yang memiliki ibu tidak atau belum pernah
sekolah, yaitu sebesar 92,2 persen. Pada kelompok baduta yang ibunya tamat
pendidikan tinggi, 94,1 persennya pernah disusui.
Ibu yang bekerja juga dapat menjadi masalah dalam pemberian ASI secara
optimal. Masalah ibu bekerja yang baru saja melahirkan adalah ketika akan
meninggalkan bayinya untuk bekerja kembali ketika masa cuti telah selesai.
Berdasarkan penelitian Rosita (2010) mengetahui fakta alasan ibu bekerja
memberikan ASI eksklusif dengan ASI perah pada bayinya dan hal- hal yang
menghambat di dalam pemberiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan
tidak diberikannya ASI eksklusif oleh ibuyang bekerja antara lain karena adanya rasa
malas dari ibu, kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI, beban kerja yang
tinggi, kurangnya sarana dan prasarana, serta tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGETAHUAN
2.1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan bidang yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau
open behaviour (Donsu, 2017).
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension)
c. Aplikasi (application)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
c. Usia
d. Pekerjaan
12
e. Pengalaman
f. Sosial Budaya
g. Lingkungan
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan
garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mammae ibu dan berguna
sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012).
a. Laktosa (Karbohidrat)
b. Lemak
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua dalam ASI dan menjadi
sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh
bayi. Lemak pada ASI mengandung komponen asam lemak esensial yang
akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA (Arachidonic Acid) dan DHA
(Docosehexaenoic Acid) yang penting untuk pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Lemak juga berfungsi sebagai penghasil kalori atau energi utama
dan menurunkan risiko penyakit jantung di usia muda.
c. Protein
Memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangun tubuh bayi.
Komponen dasar dari protein adalah asam amino yang berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak dan mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi
(Maryunani, 2012).
d. Garam dan Mineral
a. Kolostrum
protein ASI semakin rendah sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin
tinggi.
c. ASI Matur
- Foremilk
Air susu yang mengalir saat lima menit pertama yang mempunyai
kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan
air.
- Hindmilk
ASI yang dihasilkan pada akhir menyusui (setelah 15-20 menit) yang
kaya akan lemak dan nutrisi sehingga membuat bayi akan lebih cepat
kenyang (Proverawati dan Rahmawati,2010).
a) Nutrisi
Dalam sebuah penelitian tentang efek ASI pada kematian bayi, bahwa bayi
berusia 0-3 bulan yang diberi makanan buatan, 14 kali lebih mungkin untuk
meninggal akibat penyakit diare dan empat kali lebih mungkin akibat infeksi
pernapasan akut daripada bayi yang diberi ASI eksklusif (Lumbanraja, 2015).
Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang baik. Hal
ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak baik.
c) Aspek Psikologis
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, mudah dan praktis, serta mengurangi biaya berobat.
b) Aspek Psikologis
Menyusu atas permintaan atau semau bayi berarti bahwa tidak boleh ada
pembatasan dalam frekuensi dan lamanya menyusu. Seringkali para orang tua
menaruh perhatian besar pada batas lamanya menyusui dan mereka perlu
diberi penerangan bahwa setiap bayi mempunyai kebutuhan yang berbeda-
beda. Namun, rata-rata bayi harus menyusu kira-kira 8 kali dalam jangka
waktu 24 jam. – (Pollard, 2015).
Menangis merupakan tanda terlambatnya waktu menyusu dan oleh karena itu
penting untuk mengajarkan kepada para ibu tentang isyarat atau tanda-tanda
awal kebutuhan bayi untuk menyusu.
4. Gelisah
b. Faktor Pengetahuan
Faktor Pengetahuan Ibu adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ibu
untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Banyak keluhan ibu menyusui bahwa
anaknya tidak sabaran, ibu mengatakan air susunya tidak keluar, ataupun
anaknya tidak mau menyusu. Hal ini sering terjadi di masyarakat, begitu pula
ibu menyusui yang bekerja. Sebenarnya apa yang dikeluhkan ibu menyusui itu
dapat dicegah apabila mengetahui penyebabnya.
c. Faktor Informasi
21
d. Faktor Budaya
b. Hindari rasa tidak percaya diri, khawatir, gelisah, dan perasaan tidak
nyaman lainnya karena akan mengakibatkan menurunnya produksi
hormon oksitosin yang penting untuk produksi ASI. Dalam hal ini
keterlibatan suami akan sangat bermanfaat guna meningkatkan
kepercayaan istri dan lingkungan.
h. Istirahat yang cukup, usahakan untuk rileks dan fokuskan diri ibu untuk
memantapkan kegiatan menyusui.
Pengetahuan
Tahu
Memahami
Aplikasi 1. Pendidikan Media Massa Us
Analisis 2.
Sintesis 3.
Evaluasi 4.
5.
6.
tidak memberikan
ASI keberhasilan
ASI
24
BAB III
METODE PENELITIAN
gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Panga.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diambil dari populasi penelitian dengan kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
b. Kriteria Ekslusi
1. Ibu- ibu yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
26
1. Identitas responden
Pengolahan data diawali dengan entry data atau memasukkan data dalam
proses tabulasi. Selanjutnya, dilakukan editing atau memeriksa apakah pertanyaan
kuesioner telah diisi sesuai petunjuk. Setelah diperiksa, pertanyaan diberi kode atau
dilakukan coding agar mempermudah proses tabulasi dan analasis. Data- data yang
sudah disederhanakan dapat disusun langsung dalam tabel program komputer SPSS
(Statistic Package for Social Science).
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat yang dilakukan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase setia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pemberian ASI ekslusif. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan melalui
alat ukur maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
Pada table 4.1, didapatkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
subjek, mayoritas subjek penelitian berada pada tingkat pendidikan terakhir
perguruan tinggi berjumlah 18 orang (56,2%), SMA sebanyak 10 orang (31,2%), dan
SMP sebanyak 4 orang (12,6%). Berdasarkan pekerjaan ibu, didapatkan subjek
penelitian sebanyak 20 orang (60,2%) yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, 6
orang (18.8%) yang bekerja sebagai Wiraswasta, 4 orang (12,5%) yang bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan 2 orang (6.2%) yang bekerja sebagai Pegawai
Swasta.
4.2 Pembahasan
Tingkat pengetahuan subjek tentang pemberian ASI ekslusif pada bayi umur
0-6 bulan dapat dikategorikan menjadi baik, sedang, dan kurang dengan kriteria
sebagai berikut :
d. Tingkat pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar persentase
Hasil terhadap tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI ekslusif pada
bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Panga disajikan pada tabel 4.2.
Pada tabel 4.2, didapatkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan baik
memiliki persentase paling besar, yaitu sebanyak 26 orang (81,2%), tingkat
pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (16,6%), dan tingkat pengetahuan kurang
dengan persentase paling sedikit, yaitu sebanyak 1 orang (3,2%).
Hal ini sejalan dengan penelitian Murti dkk (2016) yang menyatakan bahwa
gambaran tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif
sebagian besar sudah baik, dengan prevalensi 64,51%. Penelitian lain oleh Wulansari
dkk (2013) juga menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif sebagian besar juga sudah dalam kategori baik (76,2%).
kategori sedang atau cukup sebanyak 10 orang (20,4%), dan kategori kurang
sebanyak 2 orang (4,1%).
Selain itu, penelitian oleh Rondonuwu dkk (2014) yang dilakukan terhadap
ibu di Ruang Nifas BLU RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado, didapatkan bahwa
prevalensi tingkat pengetahuan ibu terbanyak ditempati oleh tingkatan pengetahuan
sedang atau cukup sebanyak 31 orang (62,0%), diikuti dengan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 11 orang (22,0%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 8 orang
(16,0%). Berdasarkan laporan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat
variasi prevalensi tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif di
berbagai daerah di Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
sampel yang relatif sedikit maka ada baiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan
jumlah sampel yang banyak.
5.2 Saran
Sebagai pusat kesehatan masyarakat, Puskesmas Panga sudah menjalankan
tugas dengan baik sehingga tingkat pengetahuan ibu menyusui terhadap pemberian
ASI ekslusif di wilayah kerjanya sudah cukup baik. Namun kita dapat meningkatkan
kualitas dengan melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih
banyak lagi.
DAFTAR PUSTAKA
15. Murti, dkk. Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif. Jurnal
Kesehatan “Samodra Ilmu” vol. 07., no. 02., Juli 2016.
16. Musbikin, I. 2005. Panduan Bagi Ibu Hamil dan Melahirkan. Yogyakarta:
Mitra Pustaka.
17. Nirwana, A. 2014. ASI Dan Susu Formula. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Pollard, M. 2016. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.
18. Proverawati, A., Rahmawati, E. 2010. ASI Dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
19. Purwanti, H. 2012. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
20. Rauf, F. T., Lengkong, R.A. & Mewengkang, M. 2014. Gambaran
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif di Poliklinik Obstetri
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic, vol. 2, no.1.
21. Rondonuwu, V., Loho, M. & Suparman, E. 2014. Tingkat Pengetahuan Ibu
Menyusui tentang Pemberian ASI Eksklusif di Bagian Obstetri dan
Ginekologi BLU RSU Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic, vol.2,
no.2.
22. Satino, Yuyun Setyorini. 2014. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Kota Surakarta. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, vol. 3, no. 2.
23. Welford, H. 2009. Menyusui Bayi Anda. London: Dian Rakyat.
24. Widuri, H. 2013. Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja.
Jakarta: Gosyen Publishing.
25. Wulansari, dkk. 2013. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI
Eksklusif di Desa Butuh Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Jurnal
Akper Ngudi Waluyo Ungaran.
26. Yanti, D., Sundawati, D. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung:
Refika Aditama.
34