Anda di halaman 1dari 15

PATOLOGI

“BENDUNGAN ASI”

Disusun Oleh :

SITI INDRIWIYANI

(36715609)

UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN DIPLOMA III KEBIDANAN

DEPOK

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Bendungan
Asi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Bendungan Asi. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Depok, Desember 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan...................................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan umum.................................................................................................................6
1.3.2 Tujuan khusus................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1 Definisi Masa Nifas (Postpartum)..........................................................................................7
2.2 Pengertian Bendungan ASI....................................................................................................8
2.3 Faktor Penyebab Bendungan ASI..........................................................................................9
2.4 Pencegahan Bendungan ASI..................................................................................................9
2.5 Cara Merawat Payudara.......................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................13
3.2 Saran....................................................................................................................................13
1. Tenaga Kesehatan....................................................................................................................13
2. Pasien......................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salah satu hak bayi baru lahir adalah mendapatkan ASI dari ibu kandungnya. Selama
hamil, payudara berkembang sedemikian rupa dan menghasilkan air susu. Produksi susu ini
siap diberikan kepada bayi dengan cara menyusui (Eva Ellya Sibagariang, 2010).

Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi. Dengan ASI,
bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut dan
mempunyai IQ yang tinggi. Pemberian kolostrum serta proses menyusui yang benar
merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun generasi yang berkualitas.
Seperti kita ketahui, kolostrum memiliki konsentrasi gizi dan imunitas tinggi yang diproduksi
pada tahap kehamilan dan hari-hari awal setelah melahirkan (Suradi, 2008).

Pada tahun 1979, lebih dari 50% para ibu di Amerika menyusui bayinya. Dewasa ini,
sekitar 60% para ibu menyusui bayinya yang baru lahir dan kira-kira 22% masih tetap
menyusui bayinya yang sudah berusia enam bulan, meskipun angka ini lebih tinggi daripada
50 tahun terakhir, angka ini masih tetap di bawah tujuan yang dipublikasikan oleh Healthy
People 2000 dan National Promotion and Disease Prevention Objective, dimana harapan
mereka setidaknya 75 % wanita menyusui bayinya yang baru lahir dan 50% dari ibu-ibu ini
masih menyusui bayinya sampai lima atau enam bulan ( Simkin, Penny, 2008, hal 373 ).

Di Indonesia hanya sekitar 8 % saja ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya sampai berumur enam bulan dan hanya 4 % yang langsung disusui pada waktu satu
jam pertama setelah kelahirannya. Padahal 21.000 kematian bayi baru lahir usia 28 hari di
Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada jam pertama kelahirannya. (Sujiyatini,
Nurjanah & Kurniati, 2010).

1
Menurut UNICEF, ASI eksklusif dapat menekan angka kematian bayi di Indonesia
dan juga menyatakan bahwa 30.000 kematian di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia
setiap tahun dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam
pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi
(Sujiyatini, Nurjanah & Kurniati, 2010).

Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa


masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini,
kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anaknya saja. (Manajemen Laktasi,
2004).

Selama kehamilan, payudara disiapkan untuk laktasi. Pembesaran payudara terjadi


dengan adanya penambahan sistem vascular dan limpatik sekitar payudara sehingga menjadi
besar, mengeras dan sakit bila disentuh. Sementara itu, konsentrasi hormone yang
menstimulasi perkembangan payudara selama ibu hamil menurun dengan cepat setelah bayi
lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak (Anik Maryunani, 2009).

Bendungan air susu terjadi akibat pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa

nyeri disertai kenaikan suhu badan (Sarwono, 2005, hal.700).

Almeida dan Kitaty (1986, dalam William, 2006, hal.453) melaporkan bahwa 13 %
wanita Postpartum mengalami deman akibat bendungan air susu dan berkisar antara 37,8
sampai 39oC yang biasanya berlangsung antara empat sampai enam belas jam.

Umumnya setelah melahirkan, payudara ibu membesar, terasa panas, keras, dan tidak
nyaman. Pembesaran tersebut dikarenakan peningkatan suplai darah ke payudara bersamaan
dengan terjadinya produksi air susu. Biasanya hal ini berlangsung selama beberapa hari.
Kondisi ini bersifat normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun, terkadang pembesaran itu
terasa menyakitkan sehinga ibu tidak leluasa mengenakan kutang ataupun membiarkan benda
apapun menyentuh payudaranya (Dwi Sunar Prasetyono, 2009).

2
Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
Payudara panas serta keras pada perabaan dan nyeri: suhubadan tidak naik. Puting susu bisa
mendatar dan hal ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang pengeluaran air susu
juga terhalang sebab duktus laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh
limfe. (Sarwono. 2005, hal.700).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat diambil adalah
bagaimana pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap pencegahan bendungan ASI pada
ibu postpartum.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu postpartum terhadap pencegahan


bendungan ASI.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu postpartum terhadap pencegahan bendungan ASI


2. Untuk mengetahui sikap ibu postpartum terhadap pencegahan bendungan ASI

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Masa Nifas (Postpartum)

Masa nifas yang disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan,
yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat
melahirkan (Suherni,dkk, 2009, hal.1).

Masa nifas atau masa postpartum mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah
kira-kira enam minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu tiga bulan (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal.237).

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internamaupun eksternaakan berangsur-angsur


pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini
dalam keseluruhannya disebut involusi. Di samping Involusi ini, terjadi juga perubahan-
perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Yang terakhir ini
karena pengaruh lactogenic hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
payudara (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal. 237).

Adapun tahapan-tahapan masa nifas adalah:

1. Puerperium dini yakni saat-saat ibu diperbolehkan berdiri dan jalan-jalan.


2. Puerperium intermedialyakni masa kepulihan dari organ-organ genitalia kira-kira 6-8
minggu.
3. Remote puerperium yakni waktu yang diperlukan untuk pulh kembali dan sehat
sempurna terutama apabila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

4
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, atau
tahunan.

2.2 Pengertian Bendungan ASI

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering
mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan
bendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri yang hebat dan bisa
disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut menggambarkan aliran darah vena normal
yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor
regularuntuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem lakteal
oleh air susu (Suherni, 2009, hal. 136).

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan


aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri dan kadang-
kadang disertai dengan kenaikan suhu badan. (Sarwono Prawirohardjo, 2002, hal. 700).

Pembesaran payudara adalah kondisi penuh yang berlebihan pada payudara. Payudara
yang mengalami pembesaran cenderung panas dan nyeri dengan kulit tegang dan mengkilat.
Pada periode postpartum awal, payudara yang membesar tidak hanya penuh oleh air susu,
payudara juga terdiri dari darah ekstra dan limfe yang tertarik ke payudara karena perubahan
hormon yang mempresipitasi produksi air susu matur (Varney, et al. 2007, hal. 993).

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam
dua sampai tiga hari. Dengan ini faktor hipotalamus yang menghalangi keluarnya prolaktin
waktu hamil dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak diproduksi lagi, dan terjadi sekresi
prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi
dengan air susu, tetapi juga mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan

5
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Refleks ini timbul jika bayi menyusu (Sarwono Prawirohardjo. 2002, hal.700).

Pada permulaan nifas apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau kemudian apabila
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu.
Payudara terasa panas serta keras pada perabaan dan nyeri: suhu badan tidak naik. Puting
susu bisa mendatar dan hal ini menyulitkan bayi untuk menyusu. Kadang-kadang
pengeluaran air susu juga terhalang oleh sebab duktuli menyempit karena pembesaran vena
serta pembuluh limfe (Sarwono Prawirohardjo. 2002, hal.700)

2.3 Faktor Penyebab Bendungan ASI

Lawrence (1994, dalam Linda V. Walsh, 2002, hal.390) mengatakan bahwa teori
tentang etiologi keadaan ini adalah bahwa distensi alveolimenekan duktus susu,
mengakibatkan obstruksi pengiriman susu dari duktus ke bayi. Obstruksi ini menimbulkan
distensi lebih lanjut, dan akhirnya terjadi statis vaskular dan limfatik sekunder. Teori populer
lain menyatakan bahwa peningkatan dalam sirkulasi darah dan limfe ketika susu pertama kali
disintesis menyebabkan pembengkakan pada areola yang dapat mempengaruhi cakupan
mulut bayi. Hal ini mengakibatkan pengosongan duktus penampung inkomplet, dengan
distensi dan obstruksi lebih lanjut. Peningkatan vaskularitas dapat berlanjut ke tingkat ketika
payudara keseluruhan menjadi padat dan nyeri tekan.

Beberapa faktor yang diperkirakan dapat meningkatkan terjadinya keadaan ini yaitu
jadwal menyusui yang dibatasi, dapat juga karena terjadinya hambatan aliran susu karena
tekanan eksternal seperti pemakaian BH yang tidak menyokong dan pakaian yang terlalu
ketat, tekanan jari-jari ibu saat menyusui, posisi bayi yang kurang tepat seperti terlalu tinggi
atau terlalu rendah pada lengan ibu.

2.4 Pencegahan Bendungan ASI

Ketidakberhasilan saat menyusui dikarenakan sumbatan saluran yang menyalurkan air


susu, serta tekanan tinggi yang membuat produksi ASI semakin menurun. Oleh karena itu,

6
hendaknya ibu memijat payudaranya sejak enam minggu sebelum melahirkan. Pijatan
dimulai dari pinggir payudara menuju tengah payudara guna mengeluarkan sel-sel yang
mungkin dapat menyumbat pengeluaran ASI di masa mendatang. Ibu harus merawat puting
yang kering dan lecet dengan menggunakan krim antiseptik.

Sebaiknya segera setelah melahirkan, ibu dapat membantu membangun pasokan air
susu dan menghindari beberapa masalah yang mungkin akan timbul di awal pertama kali
menyusui dengan cara memeluk bayi sehingga mempunyai akses yang penuh ke payudara
atau menyusui bayi sesegera mungkin atau membiarkan bayi menghisap payudara sesering
mungkin. Sebagian besar bayi yang baru lahir umumnya siap dan berminat menyusu atau
menghisap payudara selama satu jam pertama sesudah dilahirkan.

Riset menunjukkan bahwa pemberian ASI yang sering dan tidak dibatasi membantu
mencegah pembesaran payudara yang nyeri dan memungkinkan terbentuknya pasokan susu
dalam jumlah besar. Selain itu, ibu mesti membersihkan puting dengan air hangat sebelum
menyusui. Ibu tidak boleh memaksa bayi untuk menghisap ASI jika ia menolak, karena bayi
akan memberontak ketika puting payudara ditempelkan pada mulutnya. Sebaiknya bayi
disusui sesegera mungkin. Pada umumnya, sebelum 5 jam setelah melahirkan, ibu mesti
mencoba menyusui bayinya, walaupun ASI belum keluar. Pada dua hari pertama kelahiran
bayi, produksi ASI belum banyak. Oleh karena itu, ibu jangan membiarkan bayinya
menghisap terlalu lama guna menghindarkan rasa sakit pada puting susu (Simkin, Penny.
2008).

2.5 Cara Merawat Payudara

Terdapat beberapa cara dalam melakukan perawatan payudara pada ibu menyusui
yang bisa dilakukan 2 kali sejak hari kedua pascamelahirkan. Cucilah tangan sebelum
memassase. Lalu tuangkan minyak ke kedua tangan secukupnya. Pengurutan dimulai dengan
ujung jari, caranya:

7
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lalu lakukan gerakan kecil dengan dua atau
tiga jari tangan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah
puting susu. Selanjutnya buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara.

Gambar 2.1 Gerakan memutar

Selanjutnya tangan kanan membentuk kepalan tangan dengan buku-buku jari,


kemudian lakukan pengurutan dari pangkal ke ujung atau kearah puting susu dan merata ke
seluruh payudara. Kemudian lakukan hal yang sama untuk payudara yang lain.

Gambar 2.2 Mengurut dengan buku tangan

8
Setelah itu, lanjutkan dengan sisi tangan dan lakukan pengurutan dari pangkal ke
ujung atau ke arah puting susu. Lakukan secara bergantian untuk payudara yang lain.

Gambar 2.3 Pengurutan dari pangkal payudara

Cara yang lain dapat dilakukan dengan kedua tangan ke arah puting susu. Kedua ibu
jari di atas payudara dan jari-jari yang lain menopang payudara. Lakukan massase dan
pemijatan berulang-ulang selama 25-30 kali.

Terakhir lakukan gerakan memelintir puting susu sampai puting susu elastis dan
kenyal.

Gambar 2.4 Gerakan memelintir

9
Kemudian cuci payudara dengan dengan air hangat dan kompres payudara denagn
handuk kecil yang sudah dibasahi dengan air hangat secara bergantian selama 5 menit.
Kemudian lanjutkan dengan kompres dingin dan ulangi secara bergantian sebanyak 3 kali
untuk setiap payudara.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan


aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri dan kadang-
kadang disertai dengan kenaikan suhu badan.

Beberapa faktor penyebab pebendungan asi yaitu jadwal menyusui yang dibatasi,
dapat juga karena terjadinya hambatan aliran susu karena tekanan eksternal seperti
pemakaian BH yang tidak menyokong dan pakaian yang terlalu ketat, tekanan jari-jari
ibu saat menyusui, posisi bayi yang kurang tepat seperti terlalu tinggi atau terlalu rendah
pada lengan ibu.
Pencegahan Bendungan ASI hendaknya ibu memijat payudaranya sejak enam
minggu sebelum melahirkan. Pijatan dimulai dari pinggir payudara menuju tengah
payudara guna mengeluarkan sel-sel yang mungkin dapat menyumbat pengeluaran ASI
di masa mendatang. Ibu harus merawat puting yang kering dan lecet dengan
menggunakan krim antiseptik.

3.2 Saran

1. Tenaga Kesehatan

a. Diharapkan petugas kesehatan lebih meningkatkan konseling tentang menyusui


secara eksklusif.
b. Diharapkan petugas kesehatan bisa mempertahankan pelayanan kebidanan yang
sudah memenuhi standart.

2. Pasien

a. Diharapkan pasien aktif bertanya kepada petugas meskipun belum ada keluhan.

11
b. Hendaknya pasien secara rutin control ke petugas kesehatan
c. Sebaiknya sesering mungkin menyusui bayinya tanpa di jadwal serta melakukan
teknik menyusui yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Ellya Sibagariang, Eva, dkk. 2010. Gizi Reproduksi Wanita. Trans info media, Jakarta.

Suradi, R., 2008. Penggunaan Air Susu Ibu dan Rawat Gabung, In: Prawihardjo, S., Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka, 375-380

Prawirohardjo, Sarwono. 2002 Buku Acuan Nasional Maternal Dan Neonatal. Jakarta :
JPNKR-POGI

Suherni, 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Simkin, Penny.2008. Kehamilan, Melahirkan dan Bayi. Edisi Revisi. Jakarta: Arcan.

Sujiyatini,. Nurjanah., Kurniati, A. (2010). Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Cyrillus Publisher.

Prasetyono, Dwi Sunar. (2009). Buku pintar ASI eksklusif: pengenalan, praktik, dan
kemanfaatan-kemanfaatannya, Yogyakarta: DIVA Press
Varney, et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi : Empat. Jakarta : EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai